Proposal_tak_agnes.docx

  • Uploaded by: Leoni Aura
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal_tak_agnes.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,138
  • Pages: 10
TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

OLEH : KELOMPOK 6 KELAS 2.5

1. Ni Nyoman Ayu Sudiasih

P07120017166

2. Mega Rustika

P07120017174

3. Ni Made Anggi Anggarayani

P07120017189

4. Ni Kadek Swandewi Utami

P07120017192

5. Putu Agus Hera Wijaya

P07120017201

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN DENPASAR PRODI D-III JURUSAN KEPERAWATAN 2019

TERAPI AKTIVITAS KELOMPOK (TAK) PADA PASIEN DENGAN RESIKO PERILAKU KEKERASAN

A.

LATAR BELAKANG Manusia adalah makhluk sosial, yang terus menerus membutuhkan

adanya orang lain di sekitarnya. Salah satu kebutuhan manusia untuk melakukan interaksi dengan sesama manusia. Interaksi ini dilakukan tidak selamanya memberikan hasil yang sesuai dengan apa yang diharapkan oleh individu, sehingga mungkin terjadi suatu gangguan terhadap kemampuan individu untuk interaksi dengan orang lain (Azizah, 2010). Kelompok adalah kumpulan individu yang memilih hubungan satu dengan yang lain. Anggota kelompok mungkin datang dari berbagai latar belakang yang harus ditangani sesuai dengan keadaannya, seperti agresif, takut, kebencian, kompetitif, kesamaan ketidaksamaan, kesukaan dan menarik diri (Stuart dan Laraia, 2006). Terapi kelompok adalah suatu psikoterapi yang dilakukan oleh sekelompok penderita bersama-sama dengan jalan diskusi satu sama lain yang dipimpin, diarahkan oleh terapis/petugas kesehatan yang telah dilatih (Keliat, 2009). Terapi aktivitas kelompok itu sendiri mempermudah psikoterapi dengan sejumlah pasien dalam waktu yang sama. Manfaat terapi aktivitas kelompok yaitu agar pasien dapat belajar kembali bagaimana cara bersosialisasi dengan orang lain, sesuai dengan kebutuhannya memperkenalkan dirinya. Menanyakan hal-hal yang sederhana dan memberikan respon terhadap pertanyaan yang lain sehingga pasien dapat berinteraksi dengan orang lain dan dapat merasakan arti berhubungan dengan orang lain (Bayu, 2011). Terapi aktivitas kelompok sering dipakai sebagai terapi tambahan. Wilson dan Kneisl menyatakan bahwa terapi aktivitas kelompok adalah manual, rekreasi, dan teknik kreatif untuk memfasilitasi pengalaman seseorang serta meningkatkan repon social dan harga diri (Keliat, 2009). Pada pasien dengan perilaku kekerasan selalu cenderung untuk melakukan kerusakan atau mencederai diri, orang lain, atau lingkungan. Perilaku

kekerasan tidak jauh dari kemarahan. Kemarahan adalah perasaan jengkel yang timbul sebagai respon terhadap kecemasan yang dirasakan sebagai ancaman. Ekspresi marah yang segera karena suatu sebab adalah wajar dan hal ini kadang menyulitkan karena secara kultural ekspresi marah yang tidak diperbolehkan. Oleh karena itu, marah sering diekspresikan secara tidak langsung (Sumirta, 2013). Kemarahan yang ditekan atau pura-pura tidak marah akan mempersulit diri sendiri dan mengganggu hubungan interpersonal. Pengungkapan kemarahan dengan langsung dan tidak konstruktif pada waktu terjadi akan melegakan individu dan membantu mengetahui tentang respon kemarahan seseorang dan fungsi positif marah (Yosep, 2010). Atas dasar tersebut, maka dengan terapi aktivitas kelompok (TAK) pasien dengan perilaku kekerasan dapat tertolong dalam hal sosialisasi dengan lingkungan sekitarnya. Tentu saja pasien yang mengikuti terapi ini adalah pasien yang mampu mengontrol dirinya dari perilaku kekerasan sehingga saat TAK pasien dapat bekerjasama dan tidak mengganggu anggota kelompok lain.

B.

TOPIK Mencegah perilaku kekerasan dengan sosial verbal.

C.

TUJUAN

1.

Tujuan Umum Pasien dapat mengendalikan perilaku kekerasan yang biasa dilakukan.

2.

Tujuan Khusus a) Mengidentifikasi penyebab perilaku kekerasan. b) Mengidentifikasi tanda dan gejala perilaku kekerasan. c) Mengidentifikasi perilakuk kekerasan yang dilakukan. d) Mengidentifikasi akibat perilaku kekerasan.

D.

METODE TERAPI 1.

Dinamika kelompok.

2.

Diskusi tanya jawab.

3.

Bermain peran atau stimulasi.

E.

TAHAPAN TERAPI

1.

Persiapan a)

Memilih klien sesuai dengan indikasi (Pasien Kekerasan) yang sudah kooperatif.

2.

3.

b)

Membuat kontrak dengan klien.

c)

Mempersiapkan alat, tempat dan setting pertemuan

Orientasi a)

Salam terapeutik

b)

Salam dari terapis kepada klien

c)

Perkenalkan nama dan panggilan terapis (pakai papan nama)

d)

Menanyakan nama dan panggilan semua klien (beri papan nama)

Evaluasi dan validasi a)

Menanyakan perasaan klien saat ini

b)

Menanyakan masalah yang dirasakan dan menanyakan apakah masih ada perasaan marah atau tidak.

4.

Kontrak a)

Menjelaskan tujuan kegiatan, yaitu cara sosial untuk mencegah perilaku kekerasan.

b)

Menjelaskan aturan main berikut.

c)

Jika ada klien yang ingin meninggalkan kelompok, harus meminta izin kepada terapis

5.

Tahap kerja a)

Terapis memperkenalkan diri (nama lengkap dan nama panggilan serta memakai papan nama).

b)

Terapis mengajarkan tentang sp1 yaitu dengan cara tarik nafas dalam sebagai salah satu cara untuk mengontol rpk.

6. Tahap terminasi a. Evaluasi 1. Terapis menanyakan perasaan klien setelah mengikuti TAK. 2. Menanyakan kegiatan apa yang dilakukan. 3. Memberikan pujian dan penghargaan atas jawaban yang benar.

a. Tindak lanjut 1. Memasukan kegiatan tarik nafas dalam ke jadwal kegiatan harian klien.

c.

Kontrak yang akan datang 1. Menyepakati untuk belajar cara baru yang lain. 2. Menyepakati waktu dan tempat TAK berikutnya.

F.

KARAKTERISTIK PASEIN

a.

Kriteria: 1.

Klien perilaku kekerasan yang sudah mulai mampu bekerja sama dengan perawat.

2.

b.

Klien perilaku kekerasan yang dapat berkomunikasi dengan perawat.

Proses seleksi: 1.

Mengobservasi pasein yang masuk kriteria.

2.

Megidektifikasi pasien yang masuk kriteria.

3.

Mengumpulkan pasien yang masuk kriteria.

4.

Membuat kontrak dengan pasien yang setuju ikut TAK PK. Mengikuti: menjelaskan tujuan TAK PK pada pasien, rencana kegiatan kelompok, dan aturan main dalam kelompok.

G. PENGORGANISASIAN Hari/tanggal

: Minggu/ 10 Maret 2019

Waktu Pelaksanaan

: Pukul

1.

Pembukaan

: 5 menit

2.

Inti

: 15 menit

3.

Penutup

: 10 menit

Tempat

sd

(30 menit)

: RSJ Prov. Jawa Barat Ruang Garuda

Terapist: a. Leader: Anggi

c. Observer: Swandewi

Uraian tugas: 1.

Uraian tugas:

Mengkoordinasi

seluruh

1.

kegiatan 2.

Memimpin

semua

proses

kegiatan yang berkaitan dengan jalannya

terapi

waktu,

kelompok 3.

Mengamati

Memimpin diskusi

tempat

dan

jalannya

acara. 2.

Melaporkan hasil pengamatan pada leader dan semua angota

b. Co Leader: Hera

kelompok

Uraian tugas:

kelompok.

1.

2.

3.

evaluasi

Membantu leader mengkordinasi semua kegiatan

d. Fasilitator: Mega, Ayu

Mengingatkan leader jika ada

Uraian tugas:

kegiatan yang menyimpang.

1.

Membantu memimpin jalannya kegiatan.

4.

dengan

Memotivasi

peserta

dalam

aktivitas kelompok. 2.

Memotivasi

Menggantikan leader jika ada

ekspresi

berhalangan.

kegiatan. 3.

Mengatur dalam

anggota perasaan

posisi

dalam setelah

kelompok

lingkungan

melaksanakan kegiatan.

untuk

4.

Membimbing kelompok selama permainan diskusi.

5.

Membantu

leader

6.

Bertanggung program

jawab

terhadap

antisipasi

masalah

dalam

melaksanakan kegiatan.

Setting: a.

Terapis dan klien duduk berhadapan dan berdampingan.

b.

Ruangan nyaman dan tenang

Keterangan

: Observer

: Fasilitator

: Peserta

: Leader

: Co Leader

H. PROSES PELAKSANAAN

No. 1.

Alokasi

Kegiatan

waktu

Leader

Tahap orientasi: 

Keterangan

Memberi salam terapeutik: salam dari

5 menit

terapis 

Evaluasi/validasi: menanyakan perasaan pasien saat ini, apakan masih ada perasaan marah?

 2.

Kontrak

Tahap kerja: 1) Terapis memperkenalkan diri (nama lengkap

dan

nama

panggilan

15 menit

serta

Leader Co Leader

memakai papan nama).

2) Terapis mengajarkan tentang sp1 yaitu tarik nafas dalam sebagai cara untuk mengontol rpk. 3.

Tahap terminasi:  Evaluasi (Subjektif dan Objektif)  Rencana tindak lanjut  Kontrak yang akan datang

10 menit

Leader

DAFTAR PUSTAKA

Azizah, L. M. (2011). Keperawatan Jiwa : aplikasi Praktik Klinik. Graham Ilmu: Yogyakarta. Keliat. B. A and Akemat. (2009). “Mode Praktik Keperawatan Profesional Jiwa”. Jakarta: ECG. Sumirta, Nengah, I. (2013). Relaksasi Nafas dalam Terhadap Pengendalian Marah

Klien

dengan

Perilaku

Kekerasan.

http://poltekkes-

denpasar.ac.id/files/JURNAL%20GEMA%20KEPERAWATAN/JUNI%2020 15/I%20Nengah%20Sumirta.pdf. Stuart dan Sundeen. (2006). Buku Saku Keperawatan Jiwa, Edisi 3. Jakarta: EGC. Yosep, Ivus. (2010). “Keperawatan Jiwa”. Bandung: Refika Aditama

More Documents from "Leoni Aura"