Proposal Wenda.docx

  • Uploaded by: Ibrahim Rachmad Al-endradno Ghozali
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Proposal Wenda.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,660
  • Pages: 56
BAB 1 PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Menurut data World Health Organization (WHO) Pada tahun 2012,sebanyak 585.000 perempuan meninggal saat hamil atau persalinan.sebanyak 99% kematian ibu akibat masalah persalinan atau kelahiran terjadi di negara-negara berkembang.Rasio kematian ibu di negara-negara berkembang merupakan tertinggi dengan 450 kematian ibu per 100 ribu kelahiran bayi hidup jika dibandingkan dengan rasio kematian ibu di 9 negara maju dan 51 negara persemakmuran (WHO,2012). Millinium Development Goals (MDGS)adalah hasil kesepakatan 189 negara termasuk Indonesia yang mulai dijalankan pada September tahun 2000.Adapun program pemerintah dalam rangka perceptan penurunan AKI guna mencapai target MDGs tahun 2015,telah dirumuskan scenario perceptan penurunan AKI yaitu MDGs akan tercapai apabila 50% kematian ibu per provinsi dapat dicegah/dikurangi. AKI di Indonesia masih ermasuk yang tinggi dibandingkan negara-negara di Asia misalnya Thailand dengan AKI 130/100.000 kelahiran hidup(KH).data SDKI tahun 2012 mencatat AKI di Indonesia mencapai 359 per 100.000 KH yang meningkat lebih tinggi bila dibandingkan dari Data SDKI tahun 2007 yang mencatat 228 per 100.000 KH.Target MDGs 5 yaitu menurunkan AKI menjadi

102/100.000 KH pada tahun 2015 masih memerlukan upaya khusus dan kerja keras dari seluruh pihak baik pemerintah,sector swasta maupun masyarakat.AKI yang menunjukan masih rawannya derajat kesehatan ibu(SDKI,2013). AKI di provinsi sumatera selatan menunjukan masih rawannya derajat angka kematian ibu.Data Departemen kesehatan pada tahun 2011 yang mencatat AKI di sumatera selatan mencapai 133 per 100.000 KH sedangkan pada tahun 2012 meningkat tinggi yaitu 149 per100.000 KH sedangkan pada tahun 2012 di sumatera selatan menurun menjadi 146 per 100.000 KH(Depkes,2013). Kasus yang terjadi di kecamatan rawas ulu 2016 terbanyak adalah eklampsia dan perdarahan,Rata-rata penyebab kematian ibu adalah perdarahan (23%),eklamsi (33%),infeksi (2%) dan kematian karena adanya penyakit-penyakit lain (42%) (Dinkes Lubuklinggau,2012). Masa nifas ini merupakan masa yang cukup penting bagi tenaga kesehatan untuk selalu melakukan pemantauan karena pelaksanaan yang kurang maksimal dapat menyebabkan ibu mengalami berbagai masalah,bahkan dapat berlanjut pada komplikasi masa nifas, seperti Sepsis Puerperalis jika, ditinjau dari penyebab kematian para ibu infeksi merupakan penyebab kematian terbanyak nomor dua setelah perdarahan sehingga sangat tepat jika para tenaga kesehatan memberikan perhatian yang tinggi pada masa ini.Adanya permasalahan pada ibu akan berimbas juga kepada kesejahteraan bayi yang dilahirkan karena bayi tersebut tidak akan mendapatkan perawatan maksimal dari ibunya.Dengan

demikian,angka

morbiditas

dan

mortalitas

bayi

pun

akan

meningkat

(Sulistyawati,2009). Masa nifas (puerperium) dimulai setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Ambarwati dan Wulandari,2009). Infeksi kala nifas adalah infeksi peradangan pada semua alat genitalia pada masa nifas oleh sebab apapun dengan ketentuan meningkatnya suhu badan melebihi 380 C tanpa menghitung hari pertama dan berturut-turut selama dua hari (Manuaba,2010). Macam-macam infeksi masa nifas diantaranya yaitu endometritis, parametritis, peritonitis

,infeksi

saluran

kemih,

bendungan

ASI,

mastitis,

abses

payudara.Mastitis merupakan peradangan payudara yang dapat disertai atau tidak disertai infeksi.Mastitis adalah infeksi pada payudara yang terjadi pada 1-2% wanita yang menyusui.Mastitis umumnya terjadi pada minggu 1-5 setelah melahirkan terutama pada primipara (Rukiyah dan Yulianti) Bendungan air susu dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancer,karena bayi tidak cukup untuk menyusui,produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi (Bounding) kurang baik,dan dapat pula karena adanya pembatasaan waktu menyusui. Salah satu penyebab bendungan ASI yaitu puting susu yang terbenam (Prawirohardjo, 2011).

Penelitian terjadinya bendungan ASI di Indonesia terbanyak adalah pada Ibu-ibu pekerja,sebanyak

16%

dari

ibu-ibu

menyusui.

Adanya

kesibukan

keluarga dan pekerjaan menurunkan tingkat perawatan dan perhatian ibu dalam melakukan perawatan payudara sehingga akan cenderung mengakibatkan terjadinya peningkatan angka kejadian bendungan ASI (Depkes RI, 2010). Berdasarkan hasil studi pendahuluan di BPM Fitria ,Am.Keb. Rawas Ulu Muratara bulan Juni-bulan September tahun 2016 diperoleh hasil 22 ibu post partum, dan terdapat pada primipara 15 ibu post partpum yang mengalami bendungan ASI. Meninggkat angka kejadian ibu nifas dengan bendungan ASI masih cukup tinggi dan apabila bendungan ASI tidak segera ditangani akan terjadi mastitis, maka penulis ingin mengetahui penanganan bendungan ASI dengan mengambil judul “ Asuhan Kebidanan Ibu Nifas pada Ny A 22,P1A0 dengan Kejadian Bendungan ASI di Fitria , Am.Keb. Kec.Rawas Ulu MURATARA 1.2 Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang tersebut diatas, maka perumusan masalah dalam penyusunan studi kasus ini adalah “Bagaimanakah Pelaksanaan asuhan kebidanan ibu nifas A umur 22 tahun P1A0 dengan kejadian bendungan ASI di bidan Fitria , Am.Keb. Kec Rawas Ulu Kota MURATARA Tahun 2016

1.3 Tujuan Studi Kasus 1.3.1 Tujuan Umum Mahasiswa mampu memberikan Asuhan Kebidanan ibu nifas dengan kejadian bendungan ASI pada Ny “A” di bidan Fitri , Am.Keb. Kec Rawas Ulu Kab. MURATARA

Tahun 2016,sesuai dengan standart yang berlaku dengan

menggunakan Pendekatan manajemen Varney dan Pendokumentasian dengan SOAP. 1.3.2 Tujuan Khusus 1.

Mampu

melaksanankan

Asuhan

kebidanan

dengan

manajemen

7

langkahverney; a. Melaksanakan pengkajian menyeluruh pada kasus ibu A 22 P1AO dengan bendungan ASI FITRIA AM ,keb. b. Menginterprestasi data untuk mengindentifikasi diagnose masalah serta kebutuhan pada kasus ibu nifas A 22 P1AO dengan bendungan ASI FITRIA AM ,keb. c. Mengidentifikasi diagnose potensial pada kasus ibu nifas A 22 P1AO dengan bendungan ASI FITRIA AM ,keb. d. Merencanakan tindakan segera pada kasus ibu nifas A 22 P1AO dengan bendungan ASI di BPM FITRIA AM ,keb. e. Merencanakan asuhan yang menyeluruh pada kasus ibu nifas A 22 tahun P1AO dengan bendungan ASI FITRIA AM ,keb. f. Melaksnaan asuhan yang efisien dan aman pada kasus ibu nifas A 22 P1AO

dengan bendungan ASI di FITRIA AM ,keb. g. Melakukan evaluasi yang telah di berikan pada kasus ibu nifas A 22 P1AO dengan bendungan ASI FITRIA AM ,keb. 2. Mampu menganalisis kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan pada asuhan kebidanan ibu nifas pada A 22 P1A0 diBidan praktik Mandiri(BPM)FITRIA AM ,kab. Muratara 2016 3. Mampu memberikan alternative pemecahan masalah pada kasus asuhan kebidanan ibu nifas pada A 22 P1AO di RAWAS ULU MURATARA 2016. 1.4 Manfaat Studi Kasus 1.4.1 Bagi Bidan Praktik Mandiri Dapat dijadikan sebagai masukan dan gambaran informasi untuk meninggkatkan Manajemen Asuhan Kebidanan yang diterapkan terhadap klien dalam mengatasi masalah pada payudara ibu nifas serta memberikan perawatan payudara yang baik dan benar 1..4.2 Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah wawasan dan iptek khususnya bagi Mahasiswa Kebidanan dalam menerapkan cara mengatasi masalah pada payudara ibu nifas,serta dapat digunakan sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan untuk penelitian selanjutnya.

1.4.3 Bagi Penulis Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada ibu nifas tentang cara mengatasi masalah payudara dan cara perawatan payudara yang baik dan benar baik pada ibu primipara maupun multipara 1.4.4 Bagi pasien Hendaknya ibu nifas dapat memberikan ASI Ekslusif dan menyususi bayinya Dengan teratur

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Teori Medis 2.1.1 Konsep Dasar Masa Nifas 1. Pengertian Masa nifas (puerperium) dimulai setelah placenta lahir dan berakhir ketika alatalat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil. Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu ( Ambatwati dan Wulandari,2009) Masa nifas (puerperium) adalah masa yang dimulai setelah plasenta keluar dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan semula (sebelum hamil). Masa nifas berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Sulistyawati, 2009) Masa nifas adalah masa setelah plasenta lahir dan berakhir ketika alat-alat kandungan kembali seperti keadaan sebelum hamil.masa berlangsung selama kira-kira 6 minggu (Saleha, 2009). 2. Tujuan Asuhan Masa Nifas Tujuan dari pemberian asuhan pada masa nifas untuk : a. Menjaga kesehatan ibu dan bayinya, baik secara fisik maupun psikologis b. Melaksanakan skrinning secara komprehensif,deteksi dini,mengobati atau merujuk bila terjadi komplikasi pada ibu maupun bayi

c. Memberikan pendidikan kesehatan tentang perawatan kesehtan diri,nutrisi KB, Cara dan manfaat menyusui,pemberian imunisasi serta perawatan bayi sehari-hari. d. Memberikan pelayanan keluarga berencana e. Mendapatkan kesehatan emosi. ( Ambarwati, 2009) 3. Tahapan Masa Nifas Masa nifas terbagi menjadi tiga tahapan, yaitu : a. Puerperium dini Merupakan masa pemulihan awal dimana ibu diperbolekan untuk berdiri dan berjalan-jalan. Ibu yang melahirkan per vagina tanpa komplikasi dalam 6 jam pertama setelah Kala IV dianjurkan untuk mobilisasi segera. b. Puerperium intermedian suatu masa pemulihan dimana organ-organ reproduksi secara berangsur-angsur akan kembali ke keadaan sebelum hamil, masa ini berlangsung selama kurang lebih enam minggu atau 42 hari. c. Remote puerperium waktu yang diperlukan untuk pulih dan sehat kembali dalam keadaan sempurna terutama bila ibu selama hamil atau waktu persalinan mengalami komplikasi. rentang waktu remote puerperium berbeda untuk setiap ibu, tergantung dari berat ringannya komplikasi yang dialami selama hamil atau persalinan ( Laksono ,2010).

4. Kunjungan Masa Nifas a. Kunjungan masa nifas 1) Mencegah perdarahan masa nifas oleh karna itu Antonia uteri 2) Deteksi dan perawatan penyebab lain perdarahan serta lakukan rujukan bila perdarahan berlanjut. 3) Pemberian ASI awal 4) Mengajarkan cara mempererat hubungan ibu dan bayi baru lahir 5) Menjaga bayi tetap sehat melalui pencegahan hipotermi b. Kunjungan II ( 6 hari postoartum)

1) Memastikan involusi uterus berjalan normal, uterus berkontraksi dengan baik, tinggi fundus di bawah umbilikus, tidak ada perdarahan abnormal 2) Menilai adanya tanda-tanda demam, infeksi dan perdarahan 3) Memastikan ibu cukup istirahat, makanan dan cairan 4) Memastikan ibu menyusui dengan baik dan benar serta tidak ada tandatanda kesulitan menyusui 5) Memberikan konseling tentang perawatan bayi baru lahir. c. Kujungan III (2 minggu postpartum) Asuhan pada 2 minggu postpartum sama dengan asuhan yang diberikan pada kunjungan 6 hari postpartum.

d. Kunjungan IV (6 minggu postpartum) 1) Menanyakan penyulit-penyulit yang dialami ibu selama masa nifas. 2) Memberikan konseling KB secara dini (Depkes, 2010) 5. Komplikasi Masa Nifas a. Pendarahan Pervaginm defenisi pendarahan pervaginam 500 m1 atau lebih, sesudah anak lahir atau setelah kala III. Pendarahan ini bisa terjadi segera begitu ibu melahirkan. Terutama di 2 jam pertama. Kalau terjadi pendarahan maka tinggi rahim akan bertambah naik, tekanan darah menurun, denyut nadi ibu menjadi cepat. b. Infeksi Masa Nifas infeksi

nifas

merupakan

masuknya

bakteri

pada

traktus

genitalia,terjadi sesudah melahirkan, kenaikan suhu sampai 380 C atau lebih selama 2 hari dalam 10 hari pertama paska persalinan, dengan mengecualikan 24 jam pertama setelah persalinan atau abortus dimana terdapat dua/lebih dari hal-hal berikut ini : 1) Nyeri Pelvik 2) Demam 38,50c atau lebih 3) Rabas Vagina yang abnormal 4) Rabas Vagina yang berbauk busuk 5) Keterlambatan dalam penurunan uteru (Laksono, 2010)

2.1.2 Konsep Dasar Bendungan ASI 2.1.2.1. Pengertian Bendungan ASI adalah terjadinya pembekakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehinggamenyebabkan bendungan ASI dan rasa nyeri disertai kenaikan suhu badan (Rukiyah dan Yuliati, 2010). Bendungan ASI

adalah pembendungan air susu karena adanya

penyempitan duktus latifus pada payudara ibu dan dapat terjadi pula bila ibu memiliki kelainan putting susu (Prawirohardjo, 2011). Bendungan ASI adalah bendungan air susu yang dapat terjadi pada hari ke-2 atau ke-3 ketika payudara telah memproduksi air susu. Bendungan disebabkan oleh pengeluaran air susu yang tidak lancar, karena bayi tidak cukup sering menyusui, produksi meningkat, terlambat menyusukan, hubungan dengan bayi yang kurang baik, dan dapat pula terjadi akibat pembatasan waktu menyusui (Rustam, 2010). 2.1.2.2 Faktor-faktor Penyebab Bendungan ASI a. Pengosongan mamae yang tidak sempurna Dalam masa laktasi, terjadi peningkatan produksi ASI pada ibu yang produksi ASI-nya yang berlebihan. b. Faktor hisapan bayi yang tidak aktif

Pada masa laktasi, bila ibu tidak

menyusukan bayinya sesering m mungkin

atau

jika

bayi

tidak

aktif

menghisap,maka akan menimbulkan bendungan ASI. c. Faktor posisi menyusui bayi yang tidak benar Tehnik yang salah dalam menyusui dapat mengakibatkan putting susu menjadi lecet dan menimbulkan

rasa nyeri pada saat bayi menyusu.akibatnya ibu tidak mau menyusui banyinya. d. Putting susu terbenam Putting susu terbenam akan menyulikan bayi dalam menghisap putting. Karena, bayi tidak dapat menghisap putting dan areola, bayi tidak mau menyusu dan akibatnya terjadi bendungan ASI. e. Putting susu terlaluh panjang Putting susu yang panjang menimbulkan kesulitan pada saat bayi menghisap karena bayi tidak dapat menghisap areola dan merangsang sinus laktiferus untuk mengeluarkan ASI. Akibatnya ASI tertahan dan menimbulkan bendungan ASI (Rukiyah dan Yulianti, 2010). 2.1.2.3 Tanda dan gejala bendungan ASI a)

Mamae panas serta keras pada saat perabaan dan nyeri

b) Putting susu bisa mendatar sehingga bayi sulit untuk menghisap putting susu ibu c)

Pengeluaran air susu kadang terhalang oleh duktus laktifer penyempit

d) Payudara bengkak, keras, panas e)

Nyeri bila ditekan

f)

Warnanya kemerahan

g) Suhu tubuh sampai 380c (Prawirohardjo, 2010)

2.1.2.4 Penanganan Bendungan ASI a) Susukan bayi segera setelah lahir b) Susukan bayi tanpa dijadwal c) Keluarkan sedikit ASI sebelum menyusui agar payudara lebih lembek d) Keluarkan ASI dengan tangan atau pompa bila produksi melebihi kebutuhan ASI e) Untuk mengurangi rasa sakit pada payudara berikan kompres dingin dan hangat dengan handuk secara bergantian kanan dan kiri. f) Untuk memudahkan bayi menghisap atau menangkap putting Susu

berikan

kompres

sebelum

menyusui

(Rukiyah

dan

Yulianti,2010). 2.1.2.5 Penatalaksanaan Penatalaksanaan untuk bendungan ASI secara umum yaitu; a. Kompres hangat payudara agar menjadi lebih lembek b. Keluarkan sedikit ASI sehingga putting lebih mudah ditangkap dandihisap oleh bayi c. Sesudah bayi kenyaaaang keluarkan sisa ASI d. Untu mengurangi rasa sakit pada payudara, berikan kompres dingin e. Untuk mengurangi stati di vena dan pembuluh getah bening engurutan (masase) penatalaksanaan untuk ibu yang menyusui;

Iakukan

a) Sebelum menyusui, pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudin perlahan-lahan bergerak kea rah putting susu dan lebih berhatihati pada area yang mengeras b) Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya, kerena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyususi, sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif c) Lanjutkan dengan mengeluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika

bayi belum benar-benar menghaaaaaaaaabiskan isi

payudara yang sakit tersebut d) Tempelkabn handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali),lakukan pemijatan dengan lembut di sekitar area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu e) Dan secara perlahan –lahan turun kearah putting susu f. Kompres dingin pada pyudara di antara waktu menyusui g. Bila diperlukan berikan parasetamol500 mg per oral setiap 4 jam .h. Lakukan evaluasi setelah 3 hari untuk mengevaluasi hasilnya. Penataksanaan bagi ibu yang tidak menyusui; a.Sengga payudara b. Kompres dingin payudara untuk mengurangi pembengkakan dan rasa sakit e. Bila di perlukan berikan PCT 500 mg per Oral setiap 4 jam d. Jangan di pijat atau memakai kompres hangat payudara e. Pompa dan kosongkan payudara.

2.1.2.6 Terapi dan pengobatan menurut prawirohardjo(2010) adalah: a. Anjurkan ibu untuk tetap menyusui bayinya b. Anjurkan ibu untuk melakukan post natal breast care c. Lakukan pengompresan dangan air hangat sebelum menyusui dan kompres dingin sesudah menyusui untuk mengurangi rasanyeri d. Gunakan BH yang menopong e. Berikan parasetamol 500 mg untuk mengurangi rasa nyeri dan menurunkan panas. penanganan sebaiknya dimulai selama hamil dangan perawatan payudara untuk mencegah terjadinya kelainan. Bila terjadi juga, maka berikan terapi simptomatis untun sakitnya (analgetika), kosongkan payudara, sebelum menyusui pengurutan dulu atau dipompa, sehingga sumbatan hilang. Kslau perlu berikan stibesrol 1 mg atau lynoral tablet 3 kali sehari selama 2-3 hari untuk sementara waktu mengurangi pembendungan dan memungkinkan air susu di keluarkan dengan pijatan. 2.2 Teori manajemen kebidanan 2.2.1 Definisi manajemen kebidanan Proses

pemecahan

masalah

yang

digunakan

sebagai

metode

untuk

mengorganisakan pikiran dan tindakan berdasarkan ilmiah, temuan, keterampilan dalam rangkaian/tahapan yang logis untuk mengambil suatu keputusan yang terfokus pada klien (Varney,2007)

2.2.2 Proses manajemen kebidanan Manajemen kebidanan terdiri dari beberapa langkah yang berurutan, yang dimulai dengan pengumpulan data dasar dan berakhir dengan evaluasi. Langkah-langkah

tersebut membentuk kerangka yang lengkap yang bisa

diaplikasikan dalam semua situsi. Akan tetapi,setiap Iangkah tersebut bisa dipecah-pecah ke dalam tugas-tugas tertentu dan semuanya bervariasi sesui dengan kondisi klien. Proses menajemen kebidanan ini merupakan urutan langkah yang saling berhubungan, bersambungan,dan berulang kembali. Untuk bisa mengevaluasi efektifitas dari asuhan, diprlukan proses dalam mengumpulkan data, mengevaluasinya, dan membuat rencana asuhan kembali. Proses tersebut berlangsung setiap kali memberikan asuhan kepada klien. Olen.Oleh karena itu,terdapat hubungan yang dinamis berulang menurut antara masing-masing langkah.langkah tersebut akan bergantung pada keakuratan dari langkah sebelumnya. Berikut langkah –langkah dalam proses penatalaksanaan menurut verney: Langkah 1 (Pengumpulan Data Dasar) pada langkah pertama ini dilakukan pengkajian dengan mengumpulan semua data yang diperlukan untuk mengevaluasai keadaan klien secara lengkap, yaitu: a.Riwayat kesehatan b.Pemeriksaan fisik pada kesehatan c.Meninjau catatan terbaru atau catatan sebelimnya d.Meninjau data laboratorium dan membandingkan dengan hasil studi

pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dari semua sumber yang berkaitan dengan kondisi klien.Bidan mengumpulkan data dasar awal yang lengkap.Bila klien mengalami komplikasi kepada dokter dalam manajemen kolaborasi bidan akan melakukan konsulasi. Langkah II (Kedua): Iterpretansi Data Dasar Pada langkah ini dilakukan interpretansi data yang benar terhadap diagnose atau masalah dan kebutuhan klien berdasarkan interpretansi yang benar atas data-data yang telah dikumpulakan.Data dasar

yang sudah

dikumpulkan di interprestasi sehingga ditemukan masalah atau diagnose yang spesifik.Masalah sering berkaitan dengan pengalaman wanita yang di identifikasi oleh budan.Masalah ini sering menyertai diagnose.sebagai contoh yaitu wanita pada trimester ketiga merasa takut terhadap proses persalinan dan persalinan yang sudah tidak dapat ditunda lagi.perasaan takut tidak termasuk dalam kategori “nomenklatur standar diagnosa” tetapi tentu akan menciptakan suatu masalah yang membutuhkan pengajiann lebih lanjut dan memerlukan suatu perencanaan untuk mengurangi rasa sakit Langkah III (ketiga):Mengidentifikasi diagnose atau masalah potensial Pada langkah ini kita mengidentifikasi masalah atau diagnose potensial lain berdasarkan rangkaian masalah dan diagnose yang sudah indentifikasi.Langkah ini membutuhkan antisipasi ,bila memungkinkan dilakukan pencegahan, sambil mengamati klien,bidan diharapkan dapat bersiap-siap bila diagnosa atau masalah potensial benar-benar terjadi.

Langkah IV (keempat): Mengidentifikasi dan Menetapkan kebutuhan yang memerlukan penaganan segera Mengidentifikasi perlunya tindakan segera oleh bidan atau dokter dan /atau untuk dikonsultasikan atau ditangani bersama dengan anggota tim kesehatan yang lain sesuai kondisi klien. Langkah keempat mencerminkan kesinambunagan dari proses manajemen kebidanan. Jadi manajemen bukan hanya selama asuhan primer periodik atau kunjungan prenatal saja,tetapi juga selama wanita tersebut bersama bidan terus menerus, misalnya pada waktu wanita tersebut dalam persalinan. Data baru mungkin saja perlu dikumpulkan dan dievaluasi.Beberapa data mungkin mengindikasikan situasi yang gawat dimana bidan harus bertindak segera untuk kepentingan keselamatan jiwa ibu atau anak (misalnya, perdarahan kala III atau perdarahan segera setelah lahir,distosia bahu,atau nilai APGAR yang rendah ). Dari data yang dikumpulkan dapat menunjukan satu situasi yang memerlukan tindakan segera sementara yang lain harus menunggu intervensi dari seorang dokte, misalnya prolaps tali pusat. Situasi lainnya

bisa saja tidak

merupakan kegawatan tetapi memerlukan konsultasi atau kolaborasi dokter.

Langkah V (Kelima) : Merencanakan Asuhan Yang Menyeluruh Pada langkah ini direncanakan asuhan yang menyeluruh ditentukan oleh langkahlangkah sebelumnya. Langkah ini merupakan kelanjutan manajemen terhadap diagnosa atau masalah yang telah diidentifikasi atau diantisipasi, pada langkah ini informasi/data dasar yang tidak lengkap dapat dilengkapi.

Rencana asuhan yang menyeluruh tidak hanya meliputi apa yang sudah teridentifikasi dari kondisi klien atau dari setiap masalah yang berkaitan tetapi juga dari kerangka pedoman antisipasi terhadap wanita tersebut seperti apa yang diperkirakan akan terjadi berikutnya apakah diberikan penyuluhan,konseling ,dan apakah merujuk klien bila ada masalah-masalah yang berkaitan dengan sosial ekonomi, kultur atau masalah psikologis. Semua keputusan yang dikembangkan dalam asuhan menyeluruh ini harus rasional dan benar-benar valid berdasarkan pengetahuan dan teori yang up to date sesuai dengan asumsi tentang apa yang akan atau tidak akan dilakukan oleh klien. Langkah VI (Keenam) : Melaksanakan Perencanaan Pada langkah keenam ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang telah diuraikan pada langkah ke 5 dilaksanakan secara efisien dan aman. Perencanaan ini bisa dilakukan oleh bidan atau sebagian yang dilakukan oleh bidan dan sebagian lagi oleh klien, atau anggota tim kesehatan yang lain, jika bidan tidak melakukannya sendiri ia tetap memikul tanggung jawab untuk mengarahkan pelaksanaannya. Manajemen yang efisien akan menyingkat waktu dan biaya serta meningkatkan mutu dari asuhan klien. Langkah VII (Terakhir) : Evaluasi Pada langkah ke-7 ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang sudah diberikan meliputi pemenuhan kebutuhan akan bantuan apakah benar-benar telah terpenuhi sesuai dengan sebagaimana telah diidentifikasi didalam masalah dan diagnose. Rencana tersebut dapat dianggap efektif jika memang benar efektif

dalam pelaksananya. Ada kemungkinan bahwa sebagian rencana tersebut telah efektif sedang sebagian belum efektif ( Nurul Jannah, 2012). 2.3 Catatan Perkembangan Pasien 2.3.1 Pengertian Catatan perkembangan : meliputi catatan pasien sejak pertama kali menggunakan layanan kesehatan, meliputi catatan perkembangan kesehatan masa lalu sampai masa sekarang, meliputi bio dan psiko,sosial dan spiritual. Catatan perkembangan berisikan perkembangan/kemajuan dari tiap masalah yang telah dilakukan tindakan, disusun oleh semua anggota yang terlibat dengan menambahkan catatan perkembangan pada lembar yang sama. Catatan perkembangan membentuk rangkaian informasi dalam system pendekatan berorientasi masalah. Catatan ini dirancang sesuai dengan format khusus untuk mendokumentasikan informasi mengenai setiap nomor dan judul masalah yang sudah terdaftar. Catatan ini menyediakan suatu rekaman kemajuan pasien dalam mengatasi masalah khusus, perencanaan dan evaluasi (Aziz, 2012). 2.3.2 Catatan Perkembangan Dengan SOAP Menurut Mufdillah (2012), model dokumentasi yang digunakan dalam asuhan kebidanan adalah dalam bentuk catatan perkembangan, karena bentuk asuhan yang diberikan berkesinambungan dan menggunakan proses yang terus menerus (progess notes). S : (data subyektif)

Data

informasi

yang

subyektif

(

mencatat

hasil

anamnesa

)

O : (data obyektif) Data informasi obyektif ( hasil pemeriksaan, obsevasi ) A : (assessment) Mencatat hasil analisme (diagnose dan masalah kebidanan), yang dimaksud meliputi diagnosa atau masalah, diagnosa/masalah potensial dan antisipasinya serta perlunya tindakan segera. P : (planning) Mencatat seluruh pelaksanaan (tindakan antisipasi, tindakan segera, tindakan rutin,penyuluhan,support,kalaborasi,rujukan dan evaluasi/follow up). 2.4 Landasan Hukum Dalam menjalankan Asuhan Kebidanan Ibu Nifas dengan bendungan ASI, bidan mempunyai landasan hokum dan kewenangan dalam memberikan asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan ASI, meliputi : 1. Keputusan Menteri Kesehatan Indonesia Nomor 900/ Menkes / Sk /VII 2002 tentang registrasi dan praktik kebidanan pada Bab V : a. Pada pasal 14, yang berbunyi : bidan dalam menjalankan praktiknya berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi : pelayanan Kebidanan. b. Pada psal 15, yang berbunyi : 1) Pelayanan kebidanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 14 huruf A ditunjukan kepada ibu dan anak

2) Pelayanan kepada ibu diberikan pada masa pranikah,prahamil,msa kehamilan,masa

persalinan,masa

nifas,menyusui

dan

masa

antara(periode interval). c.

Pada pasal 16, yang berbunyi : Pelayanan kebidanan kepada ibu meliputi : 1) Butir f) pertolongan persalinan abnormal, yang mencakup letak sungsang, partus macet kepala di dasar panggul, ketuban pecah dini (KPD) tanpa infeksi,pendarahan postpartum, ia serasi jalan lahir, distosiakarena insersi uteri primer,postpartum dan preterm. 2) Butir H) pelayanan ibu nifas abnormal yang mencakup retensio plasenta,renjatan dan infeksi ringan.

d.

Pada pasal 18, yang berbunyi : Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud dalam pasal 16 berwenang untuk : 1) Butir 2) memberikan suntikan pada penyulit kehamilan,persalinan dan nifas 2) Butir 3) mengeluarkan plasenta secara manual 3) Butir 7) penjahitan luka episiotomy dan luka jalan lahir sampai derajat II 4) Butir 11) kompresi bimanual.

2. Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

Nomor

464/MENKES/PER/X/2010 tentang izin dan penyelengaraan praktik bidan pada Bab III yaitu : a. Pada pasal

9,

yang berbunyi

:

bidan

dalam menjalankan

praktiknya,berwenang untuk memberikan pelayanan yang meliputi: pelayanan kesehatan ibu b. Pada pasal 10, yang berbunyi : 1) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud dalam pasal 9 huruf

A

diberikan

pada

masa

prahamil,kehamilan,masa

persalinan,masa nifas,masa menyusui dan antara dua kehamilan. 2) Pelayanan kesehatan ibu sebagaimana dimaksud pada ayat 1 meliputi : Butir c) pelayanan nifas normal Butir d) pelayanan ibu menyusui 3) Bidan dalam memberikan pelayanan sebagaimana dimaksud pada ayat 2 berwenang untuk : Butir a) episiotomi Butir b) penjahitan luka jalan lahir tingkat I dan II Butir c) penanganan kegawat daruratan,dilanjutkan perujukan Butir d) pemberian vitamin A dosisi tinggi pada ibu nifas Butir e) fasilitasi/bimbingan inisiasi menyusui dini dan ptomosi air susu ibu ekslusif

Butir f) pemberian uterotonika pada manajemen aktif kala tiga dan postpartum Butir g) penyuluhan dan konseling. 2.5

Persetujuan Tindakan Medis/Informed Consent

2.5.1

Pengertian

Secara harfiah Consent artinya persetujuan, atau ‘tajam’ lagi, “izin” Jadi Informed consent Adalah persetujuan atau izin oleh pasien atau keluarga yang berhak kepada dokter untuk melakukan tindakan medis pada pasien, seperti pemeriksaan

fisik

dan

pemeriksaan

lain-lain

untuk

menegakkan

diagnose,memberikan obat,melakukan suntikan,menolong bersalin,melakukan pembiusan,melakukan

pembedahan,melakukan

tindak-lanjut

jika

terjadi

kesulitan,dan sebagainya. Selanjutnya kata Informed terkait dengan informasi atau penjelasan (Amri,2010). 2.5.2 Pengaturan Informed Consent di Indonesia terdapat ketentuan informed consent yang diatur dalam : a.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 tahun 1992 tentang Kesehatan.

b.

Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 tahun 2004 tetaang praktik Kedokteran dan Penjelasannya.

c.

Kode Etika Rumah Sakit Indonesia (KODERSI )

d.

Peraturan

Menteri

Kesehatan

Republik

Indonesia

85/Men.Kes/Per/IX/1989 tentang Persetujuan Tindakan Medis

Nomor

e.

Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 1419/Men.Kes/Per/X/2005 tentang penyelenggaraan Praktik Kedokteran.

f.

Peraturan Pemerintah Nomor 32 Tahun 1996 Tentang Tenaga Kesehatan

g.

Surat Keputusan PB IDI No 319/PB/A4/88.

2.5.3 Bentuk Informed Consent Ada 2 Bentuk Persetujuan Tindakan Medis, yaitu : 1. Implied Consent (dianggap diberikan) umumnya implied consent diberikan dalam keadaan normal, artinya bidan dapat menangkap persetujuan tindakan medis tersebut dari isyarat yang diberikan/dilakukan pasien.Demikian pula pada kasus emergency sedangkan bidan memerlukan tindakan segera sementara pasien dalam keadaan tidak bisa memberikan persetujuan dan keluarganya tidak ada ditempat, maka dapat melakukan tindakan medis terbaik menurut bidan. 2. Expressed Consent (dinyatakan) dapat dinyatakan secara lisan maupun tertulis. Dalam tindakan medis yang bersifat invasive dan mengandung resiko,tenaga

kesehatan

sebaiknya

mendapatkan

persetujuan

secara

tertulis,atau yang secara umum dikenal di rumah sakit sebagai surat izin operasi (Amri, 2010).

BAB III METADOLOGI

3.1 Jenis Studi Kasus Dalam penyusunan studi kasus ini penulus menggunakan metode penulisan penelitian deskriptif.Metode penelitian deskriptif adalah suatu metode penelitian yang dilakukan dengan tujuan utama untuk membuat gambaran atau deskripsi tentang suatu keadaan secara obyektif.Metode penelitian deskriptif digunakan untuk memecahkan atau menjawab permasalahan yang sedang dihadapi pada situasi sekarang.penelitian ini dilakukan dengan menempuh langkah-langkah pengumpulan data,klasifikasi,pengolahan/analisis data,membuat kesimpulan,dan laporan (Notoatmodjo,2010). 3.2 Lokasi Studi Kasus Studi kasus ini lakukan di BPM FITRIA AM,keb Rawas ulu MURATARA 3.3 Subjek Studi Kasus Subjek yang diambil dalam studi kasus ini ialah satu orang ibu nifas yaitu A 22 P1A0 dengan bendungan ASI di FITRIA AM, keb. 3.4 Waktu Pelaksanaan Pelaksanaan Asuhan kebidanan dalam studi kasus dilaksanakan dari tanggal 6 juni-24 september 2016.

3.5 Instrumen studi kasus Instrumen yang digunakan adalah Lembar Asuhan Kebidanan(ASKEB) dan Lembar Observasi pada ibu nifas sebagai panduan mengambil data dari BPM FITRIA ,AM. Keb Rawas ulu kota MURATARA tahun 2016. 3.6 Teknik pengumpulan Data 3.6.1 Data Primer Data primer yaitu data yang diperoleh melalui wawancara dan lembar jawaban (Notoatmodjo,2012).Dalam teknik mengumpulan data peneliti memperoleh melalui: 1. Wawancara langsung dengan menggunakan lembar pertanyaan atau kuesioner yang diberikan kepada responden. 2. Observasi untuk menyadari adanya rangsangan.mula-mula rangsangan dari luar mengenai indra,dan terjadilah penginderaan,kemudian apabila rangsangan tersebut menarik perhatian akan dilanjutkan dengan adanya pengamatan. 3. Pemeriksaan fisik sebagai bagian tahap pengkajian pada proses keperawatan atau tahap pengkajian atau pemeriksaan klinis dari system pelayanan terintegrasi,yang prisipnya menggunakan cara-cara yang sama dengan pengkajian fisik kedokteran,yaitu inspeksi,palpasi,perkusi,dan auskultasi. 3.6.2

Data Sekunder Data

sekunder

adalah

data

yang

diperoleh

atau

dikumpulkan

peneliti dari berbagai sumber yang telah ada (peneliti sebagai tangan kedua

).Data

sekunder

dapat

diperoleh

dari

berbagai

sumber

Biro

pusat

statistic(BPS),buku laporan, jurnal,dan lain-lain: 1.studi pusaka Adalah metode pengumpulan data dengan mempelajari catatan tentang pasien yang ada (Notoatmodjo,2010). 2.Studi Dokumentasi Adalah semua bentuk dokumen baik yang diterbitkan maupun yang tidak diterbitkan,yang ada dibawah tanggung jawab instansi resmi,misalnya laporan,statistic,catatan-catatan didalam kartu klinik (Notoatmodjo,2010).

3.7 Alat-alat yang dibutuhkan Dalam melaksanakan study kasus dengan judul Asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan ASI, penulis menggunakan alat-alat sebagai berikut : 3.7.1 Wawancara Alat yang digunakan yaitu formulir pengkajian nifas dan alat tulis 3.7.2 Observasi 1.

lembar panduan observasi

2.

tensimeter,stetoskop dan thermometer

3.

Breast care: a.Handuk besar bersih 2 buah b.Waslap 2 buah c.cawan

d.Baskom e.Phantom payudara f.Kapas bersih g.Minyak kelapa/ baby oil h.Air hangat,Air dingin/suhu biasa

3.7.3 Dokumentasi 1. Status catatan pada ibu nifas 2. Dokumentasi di catatan medis yang ada di BPM FITRIA,AM.keb. alat tulis.

BAB IV TINJAUAN KASUS DAN PEMBAHASAN ASUHAN KEBIDANAN IBU NIFAS PADA NY “A” UMUR 22 TAHUN P1A0 DENGAN KEJADIAN BENDUNGAN ASI DI BIDAN PRAKTIK MANDIRI (BPM) FITRIA,AM. keb. KEC.RAWAS ULU TAHUN 2016

4.1 Tinjauan kasus Oleh:SALWENDA Waktu:6 juni 2016 Tempat:BPM FITRIA,AM.keb. 4.1.1 Data subjektif (S) Istri

suami

Nama

: Ny.A

Nama

:Tn.T

Umur

: 22 tahun

umur

:25 tahun

Suku

: jawa

suku

:jawa

Agama

: islam

Agama

:islam

Pendidikan

: SMA

pendidikan :SMA

Pekerjaan

: IRT

Pekerjaan

Alamat

: Desa surulangun

Alamat

:TANI :Desa surulangun

Keluhan utama Ibu mengatakan terasa bengkak dan nyeri pada payudaranya,ibu melahirkan dua hari yang lalu. a.Riwayat kehamilan ini 1) Riwayat menstruasi Menarche

: 12 tahun

Siklus

: 28 hari

Lama

:7 hari

Dismenorhea

: tidak ada

Sifat darah

: encer,sedikit menggumpal

Banyaknya

: 3 kali ganti pembalut

HPHT

: 20 – 2 -2016

HPL

: 27 -11 -2016

Partus .Abortus

:P1A0

2)Riwayat perkawinan Kawin 1 kali pada umur 20 tahun,dengan suami pertamanya umur 23 tahun,lama perkawinan 2 tahun. 3)Riwayat KB Ibu mengatakan dia belum pernah menggunakan alat kontrasepsi.

4.1.2 Data objektif (O)

a. Riwayat persalinan 1) IBU Tempat persalinan

: BPM FITRIA,AM.keb.

Ditolong oleh

: Bidan

Jenis persalinan

: Spontan

Lama persalinan

: 10 jam 35 menit

Catatan Waktu Kala

I

: 10 Jam

Kala II

: 30 menit

Kala III

: 10 menit

Kala IV

: 2 jam

Ketuban pecah

: spontan

Placenta

: Lahir lengkap

Berat

: 500 gram

Tali pusat panjang

: 50 cm

2)Bayi Lahir tanggal/pukul

: 02-12-2016.10 wib

Berat badan

: 3000 gram

Panjang badan

: 50 cm

Jenis kelamin

: perempuan

Cacat bawaan

: tidak ada

b.Riwayat post partum Keadaan umum

: Baik

Keadaan emosional

: Cemas

Kesadaran

: Composmetis

TB

: 160 cm

BB selama hamil

: 81

BB sebelum hamil

:68

LILA

:27

Tanda-tanda vital Tekanan darah

:120/80 mmHg

Nadi

:84x/mnt

Respirasi

:24x/mnt

Tekanan Suhu

:37,5oC

c.pemeriksaan fisik Inspeksi 1).Kepala Rambut

:Bersih, tidak berketombe

Warna

:Hitam

Kekuatan

:Kuat ,tidak rontok

2).Mata Konjungtiva

: Merah mudah

Sclera

: putih,tidak ikhterik

3).Hidung

: Bersih

4).Telinga

: Bersih

Tidak ada pengeluaran 5).Mulut dan gigi Bibir

: Normal

Lidah

: Bersih

Gigi

: Tidak ada caries

6).Leher Kelenjar Thyroid

:Tidak ada pembengkakan

Kelenjar Limfe

: Tidak ada pembengkakan

7).Dada Pembesaran

: Ada

Putting susu

:Datar

Pengeluaran ASI

: H+1 sudah ada berupa colostrums

Simetris

:Ya

Benjolan

:Ada

Rasa nyeri

:Ada

8).Uterus

Tinggi fundus uterus

: 3 Jari dibawah pusat

Kontraksi Uterus

: Baik

9).Genetalia

: Tidak ada oedema dan varices pada vulva,ada pengeluaran Darah nifas warna merah .

10).pengeluaran Lochea Warna

: Lochea Sanguilenta

Jumlah

: Normal

Bau

: Amis

11).Ekstermitas bawah

: tungkai tidak ada oedema, fungsi pengeluaran baik,tidak ada cacat,tidak ada varises, jari-jari lengkap kanan kiri,refrek patella baik.

4.1.3 Analisa/Interprestasi Data(A) 3. Diagnosa : Ny.A umur 22 tahun p1A0 post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI. 4. Masalah

: Ibu mengatakan payudara terasa nyeri dan pans,bengkak

,teraba keras, dan ibu masih merasakan mules. 5. Kebutuhan

: penanganan bendungan ASI ,KIE tentang menyusui

4.1.4 Antisipasi Masalah Potensial Terjadinya mastitis. 4.1.5 Tindakan Segera Tidak ada Penatalaksaan (P) Tanggal/pukul : 6 Juni 2016, 16:00 wib. 1. Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu mengalami bendungan ASI Evaluasi : ibu mengerti tentang kondisi yang dialaminya 2. Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami yaitu ASI yang tidak keluar karena adanya sumbatan saluran ASI sehingga kelenjar ASI membesar/membengkak dan menyebabkan rasa nyeri serta ASI tidak keluar Evaluasi : ibu menrti tentang bendungan ASI dan penyebabnya 3. Memberitau ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini adalah pengaruh dari sumbatan ASI tersebut dan ibu akan diberikan pengobatan untuk mengurangi keluhan yang ibu rasakan Evaluasi : ibu paham akan keluhan yang dirasakannya 4. Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan,yaitu : sebelum menyusui,pijat payudara dengan lembut,mulailah dari luar kemudian perlahanlahan bergerak kearah putting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras Evaluasi : ibu mengerti bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini

5. Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin,susui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahannya,karena bayi akan menyusui dengan penuh semangat pada awal sesi menyusui,sehingga bisa mengeringkannya dengan efektif a.

Lanjutkan dengan meneluarkan ASI dari payudara itu setiap kali selesai menyusui jika bayi belum benar-benar menghabiskan isi payudara yang sakit tersebut

b.

Tempelkan handuk halus yang sudah dibasahi dengan air hangat pada payudara yang sakit beberapa kali dalam sehari (atau mandi dengan air hangat beberapa kali),lakukan pemijatan dengan lembut disekita area yang mengalami penyumbatan kelenjar susu dan secara perlahan-lahan kearah putting susu

c.

Kompres dingin pada payudara diantara waktu menyusui.pakai bra yang dapat menyangga payudara.

6. Mengajarkan kepada ibu cara perawatan/masase payudara,yaitu : dengan tangan yang sudah dilicinkan dengan minyak lakukan pengurutan 3 macam cara : a. Tempatkan kedua telapak tangan diantara kedua payudara kemudian urut keatas,terus kesamping,kebawah dan melintang hingga tangan menyangga payudara,kemudian lepaskan tangan dari payudara

b.

Telapak tangan kiri menopang payudara kiri dan jari-jari tangan saling dirapatkan,kemudian sisi kelingking tangan kanan mengurut payudara dari pangkal kearah putting,demikian pulak payudara kanan

c.

Telapak tangan menopang payudara pada cara kedua kemudian jari tangan kanan dikepalkan kemudian buku-buku jari tangan kanan mengurut dari pangkal kearah putting. Evaluasi : ibu mengerti dan mau mempraktikan cara melakukan perawatan payudara/mamasage payudaranya

7. Mengajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik,yaitu : a.

Usahakan pada saat menyusui ibu dalam keadaan tenang. Hindari menyusui pada saat keadaan haus dan lapar oleh karena itu dianjurkan untuk minum segelas air/secukupnya sebelum menyusui. Memasukan semua areola mamae kedalam mulut bayi

b.

Ibu dapat menyusui dengan cara duduk atau berbaring dengan santai dan dapat mengunakan sandaran pada punggung

c.

Sebelum menyusui usahakan tangan dan payudara dalam keadaan bersih

d.

Payudara dipegang dengan ibu jari diatas,jari yang lain menopang dibawah(bentuk C)atau dengan menjepit payudara dengan jari telunjuk dan jari tengah(bentuk gunting)dibelakang areola

e.

Berikan ASI pada bayi secara teratur dengan selang waktu 2-3 jam atau tanpa jadwal (on demand) selama 15 menit. Setelah salah satu payudara

mulai terasa kosong,sebaiknya ganti menyusui pada payudara yang satunya f.

Setelah selesai menyusui oleskan ASI ke payudara , biarkan kering sebelum kembali memakai bra, langka ini berguna untuk mencegah lecet pada putting

g.

Sendawakan bayi tiap kali habis menyusui untuk mengeluarkan udara dari lambung bayi supaya bayi tidak kembung dan muntah Evaluasi : ibu mengerti dan dapat mempraktikkan teknik dan posisi menyusui yang baik

8. Mengajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, yaitu: a. Ibu mencuci tangan hingga bersih b. Duduk atau berdiri dengan nyaman dan pegang cangkir atau mangkok bersh dan dekatkan pada payudara c. Letakan ibu jari diatas putting dan areola dan jari telunjuk pada bagian bawah putting dan areola bersamaan dengan ibu jari dan jari lain menopang payudara d. Tekan ibu jari dan telunjuk sedikit kea rah dda, jangan terlalu kuat agar tidak menyumbat aliran susu d. Kemudian tekan sampai berada di sinus laktiferus yaitu tempat tampungan ASI dibawah areola

e. Tekan dan lepas ,kemudian tekan dan lepas kembali .kalau teraba sakit bearti tekniknya salah.ASI akan mengalir terutama bila reflex oksitosinya aktip . Evaluasi : ibu mengerti dan dapat memeras ASI untuk mengosongkan payudara 9.

Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan makanan yang bergizi untuk memperbnyak dan memperlancarkan ASI , misalnya daun katuk, bayam dan lain-lain Evaluasi : ibu mau mengkonsumsi sayuran hijau dan makan makanan yang bergizi.

10.

Menganjurlkan ibu banyak beristirahat , ibu dapat beristirahat dan tidur pada saat bayi tidur.Selain itu ibu juga jangan terlalu bekerja berat. Serta , mengingatkan ibu untuk selalu menjaga kebersihan diri, terutama di daerah payudara.Evaluasi : ibu bersedia untuk beristirahat

Data perkembangan pasien 1 Tanggal 05 juni 2016

pukul : 09.25 wib

S :subjektif 1.

Ibu menggatakan payudaranya masih bengkak,nyeri dan panas

2.

Ibu menggatakan bayinya tidak mai menyusu

3.

Ibu menggatakan merasa cemas dengan keadaannya

4.

Ibu menggatakan bayinya minum susu formula

O :Objektif Kesadaraan

: Compos mentis

Tanda-tanda vital a.

Tekanan darah

: 110/80 mmHg

b. Suhu

: 37,50c

c.

Nadi

: 80x/menit

d. Respirasi

: 24x/menit

TFU

: Pertengahan antara pusat

Symphisis Kontraksi

:Baik

Palpasi a. Mamae

: payudara bengkak,putting susu

Mendatar ASI sedikit keluar Pengeluaran pervaginam

: Lochea sanguilenta berwarna

Merah kekuningan bercampur Darah dan lender.

A : Assesment Ny.A P1A0 umur 22 tahun post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI

P : penatalaksanaan Tanggal 05 juni 2016

pukul 09.30 wib

1.

pukul 09 .30,mengajarkan pada ibu untuk tetap menyusui bayinya sesering mungkin dengan kedua payudaranya secara bergantian Evaluasi: ibu sudah mulai menyusui dengan kedua payudaranya secara bergantian

2.

pukul 09.45, melihat ibu dengan mempraktikkan teknik menyusui dengan benar Evaluasi: payudara ibu masih bengkak, putting susu mendatar,ASI sedikit keluar pukul 10.05, melanjutkan terapi antalgin mg per oral 3x1 Evaluasi: ibu bersedia untuk minum obat yang sudah diberikan secara teratur

Data perkembagan pasien II Tanggal 06 juni 2016

pukul :10.30 wib

S : Subjektif 1. ibu menggatakan payudaranya masih sedikit bengkak, nyeri dan panasnya berkurang 2. ibu menggatakan bayinya belum menyusu 3. ibu menggatakan masih merasa cemas dengan keadaannya

O:Objektif Kesadaran

: Compos mentis

Tanda-tanda vital a. Tekanan darah

:110/80 mmHg

b. Suhu

: 37,50c

c. Nadi

:80x/menit

d. Respirasi

:24x/menit

TFU

:pertengahan antara pusat symphisis

Kontraksi

: keras

Palpasi a.

Mamae

Pengeluaran pervaginam

: payudara bengkak,ASI keluar : Lochea Sanguilenta berwarana

Merah kekuningan bercampur darah dan lendir.

A.Assesment Ny.A P1A0 UMUR 23 tahun post partum hari ke 4 dengan bendungan ASI

P : Penatalaksanaan Tanggal 06 juni 2016

pukul 10.30 wib

1. Pukul 10.30, mengajurkan ibu untuk tetap melakukan perawatan payudara secara rutin Evaluasi : ibu akan melakukan perawatan payudara setiap harinya.

2. Pukul 10.45,melanjutkan terapi paracetamol 500 mg per Oral 3x1 Evaluasi : ibu bersedia minum obatnya.

Data perkembangan pasien III Tanggal 07 juni 2016

pukul :11.20 wib

S : Subjektif 1.

Ibu menggatakan payudaranya tidak lagi bengkak,tidak merasakan nyeri lagi dan juga sudah tidak panas

2.

Ibu menggatakan bayinya sudah mau menyusu

3.

Ibu menggtakan tidak cemas dengan keadaanya

O : Objektif Kesadaran

: Compos mentis

Tanda- Tanda vital a.

Tekanan Darah

:120/80 mmHg

b. Suhu

: 36,5oC

c.

Nadi

:82x/menit

d. Respirasi

: 20x/menit

TFU

: pertengahan antara pusat symphisis

Kontraksi

: Keras

Palpasi

a. Mamae

: payudara bengkak, putting susu

Mendatar ASI sedikit keluar Pengeluaran pervagina

: Lochea Sanguilenta berwarna

Merah kekuningan bercampur darah dan lendir

A:Assesment Ny. R p1Ao umur 23 tahun post partum hari ke 5 dengan bendungan ASI

P: Penatalaksanaan Tanggal 07 juni 2016

pukul 11.30 wib

1. Pukul 11.30,mengajurkan ibu untuk memberikan ASI Ekslusif pada bayinyasampai umur 6 bulan Evaluasi : ibu bersedia memberikan ASI Ekslusif kepada bayinya 2. pukul 11.33 wib,mengajurkan ibu untuk tetap melakkukan perawatan payudara secara rutin Evaluasi : ibu bersedia tetap melakukan perawatan payudara secara rutin 3. pukul 11.35, mengajurkan ibu untuk tatap menyusui bayinya sesering mungkin sesuai keinginan bayi Evaluasi : ibu akan menyusui bayinya sesering mungkin 4. pukul 11.38,mengajurkan ibu untuk tetap mengkomsumsi makanan bergizi Baik untuk ibu menyusui Evaluasi :ibu mau mengkonsumsi makanan bergizi.

4.2 Pembahasan Pada pembahasan ini penulis akan membahas antara teori dan praktek di lapangan pada asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A dengan bendungan ASI di BPM FITRIA,Am.keb dengan mengunakan 7 langkah varney yang meliputi :

4.2.1 pengkajian Menurut Rukiyah dan yulianti (2010), bendungan ASI adalah terjadinya pembengkakan pada payudara karena peningkatan aliran vena dan limfe sehingga menyebabkan bendungan ASI dan nyeri yang disertai kenaikan suhu tubuh 39,5oC , respirasi 30x/menit, tekanan darah 120/80 mmHg dan nadi 100x/menit. Pengkajian merupakan langkah awal untuk menilai keadaan pasien Ny. A P1AO umur 22 tahunmasa nifas dengan bendungan ASI. Data subjektif ibu bersalin pada tanggal 06 juni 2016 jam 08.10 wib, ibu mengatakan payudaranya terasa sakit , bengkak dan panas. Data objektif yang diperoleh suhu tubuh 37,5 oC .respirasi 24x/menit,tekanan darah 120/80 mmHg dan nadi 84x/menit.sehingga langkah pengkajian ada kesenjangan antara teori dan praktek yaitu menurut teori ada peningkatan respirasi 30x/menit, suhu 39,5oC,nadi 100x/menit sedangkan, pada kasus respirasi 24x/menit,suhu 37,5oC,nadi 84x/menit

4.2.2 Interprestasi Data Menurut varney (2007) hal-hal yang berkaitan dari sudut pandang klien dengan keadaan yang diamati adakah menimbulkan masalah atau tidak . Masalah bagi ibu nifas dengan bendungan ASI adalah ibu merasa cemas , sulit tidur , merasa bersalah ,mudah tersinggung dan pikiran negatif terhadap bayinya . kebutuhan memberikan dukungan, informasi dan support mental (varney,2007). Interpretasi data didapatkan bahwa Ny.A p 1AO umur 23 tahun post partum hari ke 2 (dua) dengan bendungan ASI didapatkan pada palpasi ibu mengatakan payudara ibu terasa sakit, bengkaj , panas dan merasa cemas. Kecemasan yang ibu alami karena ibu khawatir tidak bisa menyusui bayinya. Kebutuhan beri informasi tentang penyebab dari nyeri pada payudara . pada langkah ini , tidak terdapat kesenjangan antara diagnose yang dibuat dengan teori yang sudah ada.

4.2.3 Diagnosa Potensial Menurut varney (2007), diagnosa potensial yang sering terjadi pada ibu nifas dengan bendungan ASI adalah Mastitis.pada kasus ini tidak ditemukan diagnosa potensial yaitu mastitis.berdasarkan teori tersebut diatas maka tidak terdapat kesenjangan antara diagnosa dengan teori yang sudah ada.

4.2.4 Antisipasi Tindakan Segera Pada langkah ini bidan diharapkan melakukan tindakan segera berdasarkan data yang telah diidentifikasi,menetapkan kebutuhan terhadap masalah.pada tahap ini,perluh menjelaskan tetang antisipasi tindakan terhadap diagnose potensial. Kerja sama antar ibu dan bidan melalui pendekatan dan perhatian serta simpati semuanya berjalan dengan lancar melalui penerapan konseling yang diberikan Berdasarkan teori tersebut diatas maka tindakan yang telah dilakukan penulis tidak mempunyai kesenjangan dengan teori.

4.2.5 Perencanaan Tujuan perencanan untuk mengurangi dan mencega masalah pada ibu nifas dengan bendungan ASI.Masalah dalam kasus ini adalah gangguan aktivitas sehubungan dengan nyeri pada luka jahitan yang dialaminya.rencana tindakan yang dilakukan oleh bidan adalah memberikan konseling mengenai keadaan yang dialami oleh diri ibu sesui dengan keluhan yang disampaikan oleh ibu,disamping itu juga memberikan motivasi dan dorongan. Adapun rencana asuhan yang akan diberikan adalah sebagai berikut : jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdsarkan pemeriksaan yang telah dilakukan,jelaskan tetang bendungan ASI yang ibu alami,beritahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini , beritahy ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan , ajarkan kepada ibu cara perawatan / masase payudara, ajarkan ibu teknik dan posisi

menyusui yang baik , ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau dan anjurkan ibu banyak beristirahat . sehingga dapat disimpulkan pada evaluasi antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan .

4.2.6 pelaksanaan pelaksanaan merupakan rangkain perencanaan yang telah diuraikan pada langkah sebelumnya secara efisien. Perencanaan ini dilakukan oleh penulis dan bidan jaga . untuk mengatasi rasa cemas yaitu penulis memberikan penjelasan tentang letidaknyamanan yang dialaminya , melalui konseling, sehingga ibu dapat memahami serta melaksanakannyan secara kooperatif . penulis melakukan kegiatan sesuai dengan rencana yang sudah dibuat . Dalam kasus ini pelaksanaanyang dilakukan oleh penulis telah sesuai dengan perencanaan seperti :Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan bahwa ibu mengalami bendungan ASI , menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami , memberitahu ibu keluhan yang ibu rasakan sekarang ini, memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan ,yaitu :Sebelummenyusui , pijat payudara dengan lembut, mulailah dari luar kemudian perlahan-lahan bergerak kea rah putting susu dan lebih berhati-hati pada area yang mengeras, menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin, menyusui bayi dengan payudara yang sakit jika ibu kuat menahanya , mengajarkan kepada ibu cara

perawatan /masase payudara, menganjurkan ibu bnanyak beristirahat . sehingga dapat disimpulkan pada evaluasi antara teori dan kasus tidak terdapat kesenjangan .

4.2.7 Evaluasi Asuhan kebidanan yang diberikan pada ibu nifas Ny.A P1A0 umur 22 tahun dengan bendungan ASI dapat sembuh dan pulih dalam waktu 4 hari , yaitu KU ibu menjadi baik. Ibu mau menyusui bayinya, ibu merasasenang dan nyaman dengan keadaanya, tidak terjadi mastitis. Sehingga dapat disimpulkan pada evaluasi antara teori dan kasus trdapat kesenjangan .

BAB V PENUTUP 5.1 k esimpulan Setelah melakukan Asuhan kebidanan ibu nifas dengan bendungan ASI pada Ny. A di BPM FITRIA, AM. Keb Kec Rawas Ulu Kota Muratara Tahun 2016,maka penulisan dapat mengambil beberapa kesimpulan sebagai berikut : 5.1.1 Mahasiswa telah mampu melaksanakan Asuhan kebidanan Manajemen 7 langkah varney dengan hasil : 1. Dari data subjektif di dapatkan nama Ny” A” umur 22 tahun .Dari data obyektif,keadaan emosional tenang, Keadaan umum cemas,kesadaran composmentis/ Kesadaraan baik,TD: 120/80 mmHg,Nadi : 84x/menit, RR:24X/menit , suhu:36,5oC 2. Diagnosa pasien Ny.A P1A0 umur 22 tahun post partum hari ke 3 dengan bendungan ASI 3. Tidak ada potensial diagnose potensial 4. Tidak dilakukannya Antisipasi tindakan segera 5. perencanaan asuhan kebidanan pada Ny.A adalah sebagai berikut :jelaskan pada ibu tentang kondisinya berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan , jelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami, Beritahu ibu bahwa keluhan

yang ibu rasakan sekarang ini, Beritahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan , Ajarkan kepada ibu cara perawatan / masase payudara ,, Ajarkan ibu teknik dan posisi menyusui yang baik , Ajarkan ibu cara memeras ASI untuk mengosongkan payudara, Anjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau , Anjurkan ibu banyak beristirahat 6. Pelaksanaan yang dilakukan oleh penulis pada Ny.A yang

telah sesuai

dengan perencanaan seperti :Menjelaskan pada ibu tentang kondisinya , Menjelaskan tentang bendungan ASI yang ibu alami , Memberitahu ibu bahwa keluhan yang ibu rasakan sekarang ini , Memberitahu ibu cara mengatasi keluhan yang ibu rasakan , Menyusui sesering mungkin dengan jangka waktu selama mungkin , Mengajarkan kepada ibu cara perawatan / masase payudara , Mengajarkan ibu teknik dan pposisi menyusui yang baik, Menganjurkan ibu untuk mengkonsumsi sayuran hijau , Menganjurkan ibu banyak beristirahat . 7. Evaluasi yang dilakukan oleh penulis pada Ny.A yang telah direncanakan dan dilaksanakan telah teratasi dengan baik . 5.1.2 Adanya kesenjangan antara teori dan kasus nyata dilapangan yaitu angkah pengkajian asuhan kebidanan ibu nifas pada Ny. A umur 22 tahun P1AO didapatkan respirasi 24x/menit dan suhu tubuh 30x/menit . 5.1.3 Dikarenakan respirasi , suhu dan nadi Ny. A termasuk norm,al sehingga idak diperlukan alternatif pemecahan masalah .

5.2 Saran 5.2.1 Bagi Bidan Praktik Mandiri Dapat dijadikan sebagai masukan dan gambaran informasi untuk meningkatkan Manajemen Asuhan yang diterapkan terhadap klien dalam mengatasi masalah pada payudara ibu nifas serta memberikan perawatan payudara yang baik dan benar .

5.2.2 Bagi Institusi Pendidikan Dapat menambah wawasan dan iptek khususnya bagi Masiswa kebidanan dalam menerapkan cara mengatasi masalah pada payudara Ibu nifas , serta dapat digunakanm sebagai bahan bacaan di perpustakaan dan bahan untuk penelitian selanjutnya.

5.2.3 Bagi Penulis Dapat memberikan Asuhan Kebidanan pada Ibu nifas tentang cara mengatasi masalah payudara dan cara perawatan payudara yang baik dan benar baik pada ibu primipara maupun multipara.

5.2.4 Bagi pasien Hendaknya ibu nifas dapat memberikan ASI Ekslusif dan menyusui bayinya secara rutin.

DAFTAR PUSAKA Abarwati,ER (2009).Asuhan kebidanan nifas.Jokjakarta: Mitra cendika offset Amril,A(2010).Bunga rampai hokum kesehatan,Jakarta : Widya Medika Jannah,N (2011).Asuhan kebidanan ibu nifas.JokjakaRTA : Ar-Ruzz.Media Manuaba,IBG (2010).Ilmu kebidana penyakit kandungan dan keluarga berencana untuk pendidikan bidan.Jakarta:EGC Maryuani (2009).Asuhan pada ibu dalam masa nifas (POSTPARTUM).Jakarta:CV. Trans info Media Mufdillah et.all (2009).Dokumentasi kebidanan.Jakarta :Fitriamaya Nanny,VLW & Sunarsih,T (2011).Asuhan kebidanan pada ibu nifas.Jakarta:Salemba Medika Notoatmodja,S (2010).Metodologi penelitian kesehatan.Jakarta:Rineka Cipta Prawiroharjo,S (2010).Ilmu kebidanan.Jakarta:PT.Bina Putaka Priharjo,R (2010).Pengkajian fisik keperawatan.Jakarta:EGC. Rukiyah,A & Yulianti, L (2010).Asuhan kebidanan patologi.Jakarta:Trans info Medi

(2011).Asuhan kebidanan III (Nifas).Jakarta:Trans info

Media

saleha,S (2009).Asuhan kebidanan pada masa nifas.Jakarta:Salemba Medika Soepardan,S (2008).Konsep kebidanan. Jakarta:EGC

Suheni,S.Pd, APP, M.Kes.et all (2009).perawatan masa nifas.Yogyakarta:Fitramaya Sulistyawati,A (2009).Buku ajar asuhan kebidanan pada ibun nifas.Jakarta:CV Andi Offset Sulistyawati,A & Nugraha,E (2010).Asuhan kebidanan pada ibu bersalin.Jakarta:Salemba Medika Tmbunan,ES & Deswani,K (2011).Panduan pemeriksa fisik bagi mahasiswa keperawatan.Jakarta:Salemba Medika Wiknjosastro,H (2009).Ilmu kandungan.Jakarta: Yayasan Bina pustaka Sarwono prawiraharjo Yanti,D & Sundawati, D (2011).Asuhan kebidanan masa nifas.Bandung: Refika Aditama http://www.google.com/stikes-kusuma-husuda.ac.id.penelitian-bendunganASI.com di Akses tanggal 9 Desember 2014 pukul 09.30 Wib

Related Documents

Proposal
June 2020 38
Proposal
October 2019 60
Proposal
June 2020 41
Proposal
July 2020 34
Proposal
December 2019 58
Proposal
November 2019 62

More Documents from ""