DESKRIPSI PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA LOMPO TENGAH TENTANG PENYAKIT REMATIK PADA USIA LANJUT DI KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU
SYAHRIANI PO.71.3.202.16.1.099 III B
KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MAKASSAR PROGRAM STUDI KEPERAWATAN PAREPRE TAHUN AJARAN 2018/2019
i
KATA PENGANTAR Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat taufiq dan hidayah-Nya, sehingga kami dapat menyelesaikan Proposal penelitian berjudul “DESKRIPSI PENGETAHUAN MASYARAKAT DESA LOMPO TENGAH TENTANG PENYAKIT REMATIK PADA USIA LANJUT DI KECAMATAN TANETE RIAJA KABUPATEN BARRU”. Tak lupa sholawat serta salam tetap tercurahkan kepada junjungan kita Nabi Muhammad SAW yang telah membawa kita kejalan yang benar yakni Agama Islam. Sebagai rasa hormat atas bantuan dan bimbingan serta dorongan dari semua pihak, saya mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada ; 1. Bapak Prof.Dr.H.Muhammad Siri Dangnga,MS selaku dosen pembimbing yang telah meluangkan waktu untuk memberi petunjuk dan bimbingan kepada penulis. 2. Bapak Asrinan,S.Pd.,M.Pd selaku asisten dosen Mata Kuliah Riset yang telah memberikan petunjukdan bimbingan kepada penulis. Semoga Allah SWT senantiasa membalas segala budi kebaikan mereka dan selalu memberikan berkah-Nya. Semoga karya ini bermanfaat bagi pembaca dan bagi para akademis untuk mengembangkan suatu konsep keilmuwan. Jika ada salah kata saya mohon maaf. Kritik dan sarannya Parepare, 13 Oktober 2018
Penulis
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL ..................................................................................................................
i
KATA PENGANTAR ................................................................................................................
ii
DAFTAR ISI...............................................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN A. B. C. D.
LATAR BELAKANG ............................................................................................... RUMUSAN MASALAH ........................................................................................... TUJUAN PENELITIAN ............................................................................................ DEFENISI OPERASIONAL VARIABEL ................................................................
1 6 6 6
BAB II KAJIAN PUSTAKA A. POKOK-POKOK PENGERTIAN 1. TEORI PENGETAHUAN .............................................................................. a. Defenisi Pengetahuan.............................................................................. b. Tingkat Pengetahuan ............................................................................... c. Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan .............................................. d. Pengukuran Tingkat Pengetahuan ........................................................... 2. TEORI Lansia a. Defenisi Lansia ...................................................................................... b. Batasan Lansia ....................................................................................... c. Pengetahuan Terhadap Kesehatan ......................................................... 3. TEORI REMATIK a. Defenisi Rematik ................................................................................... b. Etiologi Rematik ................................................................................... c. Patofisiologi Rematik ............................................................................ d. Tanda dan Gejala ................................................................................... e. Pemeriksaan Penunjang ......................................................................... f. Penatalaksanaan Medik ......................................................................... B. KERANGKA FIKIR ..................................................................................................
8 8 9 10 10 12 12 14 19 19 20 20 22 23 24
BAB III METODE PENELITIAN A. B. C. D. E.
TIPE PENELITIAN ................................................................................................... LOKASI DAN WAKTU PENELITIAN ................................................................... POPULASI DAN SAMPEL ...................................................................................... TEKNIK PENGUMPULAN DATA.......................................................................... TEKNIK ANALISA DATA ......................................................................................
25 25 25 26 27
DAFTAR PUSTAKA .................................................................................................................
29
BAB I PENDAHULUAN
A. LATAR BELAKANG Menurut Un-Population Division, Department of Economic and Sosial Affairs (1999) jumlah lanjut usia (lansia) ≥ 60 tahun memperkirakan hampir mencapai 600 juta orang dan diproyeksikan menjadi 2 milyar pada tahun 2050. Saat ini lansia akan melebihi jumlah populasi anak (0-14 tahun), pertama kali dalam sejarah umat manusia (Darmojo dan Martono, 2009) Berdasarkan data World Healt Organization (WHO) dalam Depkes RI (2013) di kawasan Asia Tenggara populasi lansia sebesar (8%) atau sekitar 14,2 juta jiwa. pada tahun 2000 jumlah lansia sekitar 15,3, sedangkan pada tahun 2005-2010 jumlah lansia akan sama dengan jumlah anak balita, yaitu sekitar 19,3 (±9%)
juta jiwa dari total populasi. Dan pada tahun 2020
diperkirakan jumlah lansia mencapai 28,8 juta jiwa (11,34%) dari total populasi. Di Indonesia akan menduduki peringkat Negara dengan struktur dan jumlah penduduk lanjut usia setelah RRC, India dan Amerika serikat dengan harapan hidup di atas 70 tahun (Nugroho, 2008, bab 1 pdf, diperoleh 18 Juni 2016) Dari sensus penduduk dunia, Indonesia mengalami peningkatan jumlah lansia (60 tahun ke atas) dari 3,7% pada tahun 1960 hingga 9,7% pada tahun 2011. Diperkirakan akan meningkat menjadi 11,34% pada tahun 2020 dan 25% pada tahun 2050. Jumlah orang tua di Indonesia berada di peringkat
keempat terbesar di dunia setelah China, India, dan Amerika. Propinsi Jawa tengah adalah salah satu propinsi yang mempunyai penduduk usia lanjut diatas jumlah lansia nasional yang hanya 7,6% pada tahun 2000 dan dengan usia harapan hidup mencapai 64,9 tahun. Secara kuantitatif kedua parameter tersebut lebih tinggi dari ukuran nasional (Kadar, Francis, dan Sellick, 2012; Departemen Kesehatan, 2013) Pertambahan jumlah lansia dibeberapa Negara, salah satunya Indonesia telah mengubah profil kependudukan baik nasional maupun dunia. Hasil sensus penduduk tahun 2010 menunjukan bahwa jumlah penduduk lansia di Indonesia berjumlah 18,57 juta jiwa, meningkat sekitar 7,93% dari tahun 2000 yang sebanyak 14,44 juta jiwa. Diperkirakan jumlah penduduk lansia di Indonesia akan terus bertambah sekitar 450.000
jiwa pertahun. Dengan
demikian, pada tahun 2025 jumlah penduduk lansia di Indonesia akan sekitar 34,22 juta jiwa. (Badan Pusat Statistik 2010) Jumlah lansia di seluruh dunia mencapai 901 juta jiwa (Depertemen Sosial, 2015). Indonesia mengalami peningkatan dari tahun 2010 sebanyak 8,48% menjadi 9,77%. Pada tahun 2015 (Muhith & Siyoto 2016). Memperkirakan jumlah lansia akan mencapai 11,34% dari seluruh penduduk Indonesia di tahun 2020.Peningkatan lansia di Sulawesi Selatan mencapai dua kali lipat dari tahun sebelumnya yaitu menjadi 9,9 juta jiwa. Pertambahan jumlah lanjut usia (lansia) di Indonesia dalam kurun waktu 1990 sampai 2025diperkirakan sebagai pertumbuhan lansia yang tercepat di dunia. Jumlah lansia di Indonesia mencapai16 juta jiwa pada tahun 2002. Data
sensus badan pusat statistik pada tahun 2000 menunjukkan bahwajumlah penduduk lansia sebanyak 15.054.877 jiwa dengan jumlah lansia wanita 52,42% dan pria47,58%. Tahun 2007 menunjukkan bahwa jumlah lansia di Indonesia mencapai 18,96 juta jiwa(Statistik Indonesia, 2010). Di Sulawesi Selatan jumlah penduduk lanjut usia terus menerus meningkat. Pada tahun 2009 jumlah penduduk yang mencapai umur 60 tahun ke atas (lansia) berjumlah sekitar 5,31 juta orang atau 4,48% dari total penduduk. Pada tahun 2010 jumlah tersebut meningkat hampir dua kali lipat yaitu menjadi 9,9 juta jiwa. Pada tahun 2011 jumlah lansia meningkat sekitar tiga kali lipat dari jumlah lansia pada tahun sebelumnya(Statistik Indonesia, 2010). Sementara itu, diKabupaten BARRU pada tahun 2011 penduduk lanjut usia sebanyak 27 ribu jiwadan yang mengalami depresi sekitar 42%dan pada tahun 2011 mencapai 48 ribu jiwadan yang mengalami depresi sekitar 30% (Depsos, 2010). Menurut studi pendahuluan yang dilakukan oleh peneliti di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja terdapat 216 jumlah lansia di desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru pada tahun 2016. Jumlah penduduk usia lanjut semakin meningkat seiring dengan meningkatnya angka harapan hidup. Pada tahun 2015 angka haraapan hidup di Makassar mencapai 74,38 jiwa sedangkan di Kabuapten Barru angka harapan hidup mencapai 66,73 jiwa Badan Pusat Statistik (BPS, 2015). Peningkatan usia harapan hidup terjadi karena beberapa aspek seperti perbaikan pelayanan kesehatan dan
pengaruh kemajuan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, terutama di bidang kedokteran. Lansia merupakan proses yang terjadi secara alami pada setiap individu dimana dalam setiap proses ini terjadi perubahan fisik maupun mental yang akan berpengaruh pada berbagai fungsi dan kemampuan tubuh yang pernah dimilikinya. Kecepatan proses menua setiap individu pada organ tubuhnya berbeda-beda, hal itu benar diketahui, tetapi ada yang menyatakan itu disebabkan oleh hormone setiap individu. Orang beranggapan lansia sebagai semacam penyakit hal itu tidak benar karena menua bukanlah suatu penyakit tetapi merupakan proses berkurangnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari luar maupun dari dalam tubuh. Pada proses menua lansia mengalami perubahan-perubahan baik perubahan fisik pada sistem-sistem tubuh dan juga pada mental maupun psikologis (Nugroho, 2010). Lansia merupakan tahap akhir siklus perkembangan manusia, dan semua orang berharap akan menjalani hidup masa tuanya dengan tenang, damai, serta menikmati
masa
pensiun
bersama
keluarga
dengan
penuh
kasih
sayang(Syamsudin, 2006). Masalah yang terjadi pada lansia diantara lain sakit gigi 2,48%, diare 3,05%, asma 11,09%, panas 17,83%, sakit kepala 19,52%, pilek 21,52%, batuk 33,89% dan lainnya 63,68% (Infodatin, 2013). Sedangkan menurut (Kemenkes, 2013) keluhan kesehatan lansia yang paling tinggi adalah keluhan yang merupakan efek dari penyakit kronis seperti Rematik, darah tinggi, rematik, darah rendah dan diabetes.
Perubahan-perubahan akan terjadi pada tubuh manusia sejalan dengan makin meningkatnya usia. Perubahan tubuh terjadi sejak awal kehidupan hingga usia lanjut pada semua organ dan jaringan tubuh. Keadaan demikian itu tampak pula pada semua sistem muskuloskeletal dan jaringan lain yang ada kaitannya dengan kemungkinana timbulnya beberapa Reumatik. Salah satu golongan penyakit Reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan musculoskeletal terutama adalah osteoarthritis. Kejadian penyakit tersebut akan semakin meningkat sejalan dengan meningkatnya uisa manusia. Reumatik dapat mengakibatkan perubahan perubahan otot, hingga fungsinya dapat menurun bila otot pada bagian yang menderita tidak dilatih guna mengaktifkan fungsi otot. Dengan meningkatnya usia menjadi tua (menua) fungsi otot dapat dilatih dengan baik. Namun usia lanjut tidak selalu mengalami atau menderita Reumatik. Bagaimana timbulnya kejadian Reumatik ini, sampai sekarang belum sepenuhnya dapat dimengerti ( Darmojo dan Martono, 2009, h. 432) Sedangkan menurut hasil wawancara dari petugas kesehatan di desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja keluhan kesehatan yang sering terjadi pada lansia diantaranyadiare, kulit dan gatal-gatal, thypoid, kebiasaan merokok, batuk dan pilek, asma, DM, hipertensi, nyeri sendi, pusing, letih dan lesu. Fenomena yang didapatkan oleh peneliti dari hasil wawancara dengan petugas kesehatan di Desa Lompo Tengah, bahwa pengetahuan, sikap, perilaku lansia 3 terhadap kesehatan masih rendah dikerenakan lansia yang
terdapat pada desa tersebut jarang mendapatkan informasi tentang masalah kesehatan. Banyak penyakit yang terjadi pada lansia dipengaruhi oleh proses penuaan, usia, status pekerjaan, makanan dan aktivitas fisik adalah penyakit hifertensi, diabetes mellitus, kardivaskuler dan penyakit Rematik. Salah satu golongan penyakit reumatik yang sering menyertai usia lanjut yang menimbulkan gangguan muskuloskeletal terutama adalah osteoartritis. Kejadian
penyakit
tersebut
akan
makin
meningkat
sejalan
dengan
meningkatnya usia manusia. Salah satu penyakit yang berhubungan dengan nyeri pada persendian dan tulang yang biasa dikeluhkan lansia akibat nyeri yang dirasakan sangat mengganggu aktivitas adalah Rematik. Berdasarkan Latar Belakang diatas penulis bertujuan membuat penelitian yang berjudul “Deskripsi Pengetahuan Masyarakat Desa Lompo Tengah Tentang Penyakit Rematik Pada Usia Lanjut Di Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru” B. RUMUSAN MASALAH Bagaimana Deskripsi Pengetahuan Masyarakat Desa Lompo Tengah Tentang Penyakit Rematik Pada Usia Lanjut Di kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru ? C. TUJUAN PEELITIAN Tujuan Umum penelitian ini adalah untuk mengetahui Deskripsi Pengetahuan Lansia Terhadap Penyakit Rematik Di Desa Lompo Tengah Kecamatan Tanete Riaja Kabupaten Barru.
D. DEFINISI OPRASIONAL VARIABEL 1. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan (kognitif) merupakan domain yang sangat penting untuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. 2. Lanjut Usia Lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60-74 tahun. 3. Rematik Rematik atau Arthritis Rheumatoid adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti, bakteri , virus dan jamur, keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri.
BAB II KAJIAN PUSTAKA
2.1 POKOK POKOK PENGERTIAN 1. TEORI PENGETAHUAN a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan (knowledge ) merupakan hasil dari tahu, dan ini terjadisetelah orang
melakukan penginderaan terhadap objek tertentu, yakni
indera penglihatan,pendengaran, penciuman, rasa dan raba, dimana sebagian besarpengetahuan manusia diperoleh melalui mata dan telinga (Notoatmodjo, dikutip Wawan 2010). Pengetahuan seseorana biasanya diperoleh dari pengalaman dan informasi yang berasal dari berbagai macam sumber, misalnya media massa, media elektronik, buku petunjuk petugas kesehatan, media poster, kerabat dekat dan sebagainya. Menurut toeri WHO (World Health Organization) yang di kutip oleh Notoatmodjo (2007), salah satu bentuk objek kesehatan dapat dijabarkan oleh pengetahuan yang diperoleh dari pengalaman sendiri. Berdasarkan pengertian diatas, peneliti menyimpulkan pengetahuan adalah hasil dari informasi yang kita terima dari berbagai macam sumber yang ada disekitar lingkungan kita.
b. Tingkat Pengetahuan Pengetahuan
(kognitif)
merupakan
domain
yang
sangat
pentinguntuk dibentuknya suatu tindakan seseorang. Menurut Notoatmodjo, dikutip (Wawan 2010), dimana tingkat pengetahuan di dalam domain kognitif, meliputi : a. Tahu (know) Pengetahuan (tahu) yaitu mengingat kembali materi yang dipelajari sebelumnya. Termasuk didalam pengetahuan yang paling rendah dengan cara menyebutkan, mendefinisikan dan menyatukan sesuatu. b. Memahami (comprehension ) Memahami yaitu sesuatu untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterprestasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek untuk materi, harus dapat menjelaskan, contohnya keluaga
dapat memahami dan mengetahui tentang penyakit
Demam Berdarah Dengue. c. Aplikasi (application ) Aplikasi yaitu kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi yang sebenarnya. Aplikasi disini dapat diartikan penggunan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam kondisi yang lain. d. Analisis (analysis ) Analisis yaitu kemampuan untuk materi atau suatu objek ke dalam komponenkomponen, tetapi di dalam struktur organisasi tersebut, dan masih ada
kaitanya dengan yang lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan dari kata-kata kerja yang dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, serta mengelompokkan pengetahuan keluarga tentang Demam Berdarah Dengue pada anak. e. Sintesis (synthesis ) Sintesis yaitu kemampuan untuk menghubungkan bagian-bagian dalam suatu keseluruhan yang baru. Dengan kata lain sintesis itu suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dari formulasi-formulasi yang ada, misalnya dapat menyusun, merencanakan, menyesuaikan. f. Evaluasi (evaluation) Evaluasi adalah kemampuan melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian ini berdasarkan suatu kriteria-kriteria yang telah ada. Pengaruh pengetahuan terhadap seseorang sangat penting sebab mempunyai cukup pengetahuan dan pendidikan yang tinggi akan lebih memperhatikan pertumbuhan dan perkembangan serta kesehatan setiap anggota keluarganya (Notoatmodjo, dikutip Wawan 2010).
c. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pengetahuan Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan menurutNotoatmodjo dikutip oleh (Wawan 2010), yaitu : a.Tingkat Pendidikan Semakin tinggi pendidikan seseorang maka akan lebih mudah menerima dan menyesuaikan hal-hal yang baru.
b.Informasi Seseorang yang mempunyai sumber informasi banyak akan memberikan pengetahuan yang lebih jelas. c.Kultur Budaya Budaya sangat berpengaruh terhadap tingkat pengetahuan seseorang karena informasi yang baru akan disaring sesuai dengan budaya dan agama yang dianut. d.Pengalaman Pengalaman disini berkaitan dengan umur dan pendidikan, dimana pada remaja dengan umur yang bertambah dan pendidikan yang lebih baik akan memudahkan dalam menyerap informasi yang diberikan serta bersikap lebih bijak.
d. Pengukuran Tingkat Pengetahuan Pengukuran tingkat pengetahuan dapat dilakukan dengan wawancara atau kuesioner, untuk menyatakan tentang isi materi yang akandiukur dari responden yang dapat disesuaikan dengan tingkat respondenyang ada (Notoatmodjo, dikutip Wawan 2010).
2. TEORI LANSIA a. DEFINISI LANSIA Definisi Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia bab I pasal I ayat 2, lanjut usia adalah seseorang yang telah mencapai usia 60 tahun ke atas (Azizah, 2011). Penuaan merupakan proses fisologis dalam kehidupan, dengan Deskripsi sebagai kondisi yang mengalami penurunan daya tahan tubuh sehingga beresiko terserang penyakit dan infeksi. Secara individu, pengaruh proses menua dapat menimbulkan berbagai masalah baik secara fisikbiologik, mental maupun sosial ekonomis (Stanley & Beare, 2006). Menurut WHO dan Undang-Undang No.13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan lanjut usia pada pasal 1 ayat 2 yang menyebutkan bahwa umur 60 tahun adalah usia permulaan tua. Menua bukanlah suatu penyakit, akan tetapi merupakan proses yang berangsur-angsur mengakibatkan perubahan yang kumulatif, merupakan proses menurunnya daya tahan tubuh dalam menghadapi rangsangan dari dalam dan luar tubuhyang berakhir dengan kematian (Padila, 2013). b. Batasan Lansia Menurut World Health Organization (WHO, 2013). a) Usia pertengahan (middle age) usia 45-59 tahun b) Lanjut usia (elderly) usia 60-74 tahun c) Lanjut usia tua (old) usia 75-90 tahun d) Usia sangat tua (very old) usia > 90 tahun .
Tanda-Tanda Adanya Proses Penuaan Pada dasarnya proses menua ditandai dengan berbagai perubahan(Nugroho W. , 2009): a. Perubahan perilaku dan masalah psikologis karena kehilangan pasangan hidup, ditinggal anak yang telah menikah, penurunan fungsi penglihatan dan pendengaran, adanya penyakit kronis atau degeneratif, mobilitas terbatas, kesepian, dan penghasilan berkuran. b. Perubahan pada organ tubuh. Dimana pada sistem organ pada lansia rawan terkena penyakit diantaranya Diabetes Mellitus, stroke, gagal ginjal, kanker, hipertensi, dan jantung. Masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada lansia Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia akibat perubahan sistem, antara lain (Azizah, 2011): a. Lansia dengan masalah kesehatan pada system pernafasan, antara lain penyakit paru obstruksi kronik, tuberkulosis, influenza dan pneumonia. b. Lansia dengan masalah kesehatan pada system kardiovaskuler, antara lain Hipertensi. Penyakit jantung koroner. c. Lansia dengan masalah kesehatan pada system neurologi, seperti cerebro vaskuler accident. d. Lansia dengan masalah kesehatan pada system musculoskeletal, antara lain: faktur, osteoarthritis, rheumatoid arthritis, gout artritis, osteporosis. e. Lansia dengan masalah kesehatan pada system endokrin, seperti DM. f. Lansia dengan masalah kesehatan pada system sensori, antara lain: katarak, glaukoma, presbikusis.
g. Lansia dengan masalah kesehatan pada system pencernaan, antara lain: ginggivitis/ periodontis, gastritis, hemoroid, konstipasi. h. Lansia dengan masalah kesehatan pada sistem reproduksi dan perkemihan, antara lain: menoupause, inkontinensia. i. Lansia dengan masalah kesehatan pada system integument, antara lain: dermatitis seborik, pruitis, candidiasis, herpes zoster, ulkus ekstremitas bawah, pressure ulcers. c. Pengetahuan terhadap kesehatan a. Definisi Pengetahuan Pengetahuan adalah hasil pengindraan manusia, atau hasil tahu seseorang terhadap objek melalui indra yang dimilikinya (mata, hidung, telinga dan sebagainya).
Dengan
sendirinya
pada
waktu
pengindraan
sehingga
menghasilkan pengetaahuan tersebut sangat di pengaruhi oleh intensitas perhatian dan persepsi terhadap objek (Notoatmodjo , 2014). Notoatmodjo (2014), mengemukakan terdapat 6 tingkat pengetahuan, diantantaranya: 1) Tahu (Know) Tahu diartikan hanya sebagai recall (memanggil) memori yang telah ada sebelumnya setelah mengamati sesuatu. Misalnya tahu bahwa buat tomat banyak mengandung vitamin C, jamban adalah tempat membuang air besar, penyakit deman berdarah ditularkan oleh gigitan
nyamuk
Aedes
Agepti,
dan
sebagainya.
2)
Memahami
(comprehension) Memahami suatu objek bukan sekedar tahu terhadap objek tersebut, tidak sekedar dapat menyebutkan, tetapi orang tersebut harus dapat mengintrepretasikan secara benar tentang objek yang diketahui tersebut.
Misalnya orang memahami cara pemberantasan penyakit deman berdarah, bukan hanya sekedar menyebutkan 3M (mengubur, menutup,dan menguras), tetapi harus dapat menjelaskan mengapa harus 11 menutup, menguras, dan sebagainya,
tempat-tempat
penampungan
air
tersebut.
3)
Aplikasi
(application) Aplikasi diartikan apabila orang yang telah memahami objek yang dimaksud dapat menggunakan atau mengaplikasikan prinsip yang diketahui tersebut pada situasi yang lain. Misalnya seseorang yang telah paham tentang proses perencanaan program kesehatan di tempat ia bekerja atau dimana saja. 4) Analisis (analysis) Analisis adalah kemampuan seseorang untuk menjabarkan dan atau memisahkan, kemudian mencari hubungan antara komponen-komponen yang terdapat dalam suatu masalah atau objek yang diketahui. Misalnya dapat membedakan anatar nyamuk Aedes Agepty dengan nyamuk biasa. 5) Sintesis (synthesis) Sintesis menunjuk suatu kemampuan seseorang untuk merangkum atau meletakkan dalam suatu hubungan yang logis dari komponen-komponen pengetahuan yang dimiliki. Misalnya dapat membuat atau meringkas dengan kata-kata atau kalimat sendiri tentang hal-hal yang telah dibaca atau didengar dan dapat membuat kesimpulan tentang artikel yang telah dibaca. 6) Evaluasi (evaluation) Evaluasi berkaitan dengan kemampuan seseorang untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu objek tertentu. Penilaian ini dengan sendirinya didasarkan pada suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau norma-norma yang berlaku dimasyarakat. Misalnya seorang ibu dapat menilai atau menentukan seorang anak menderita malnutrisi atau tidak.
Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan pengetahuan adalah hasil tahu seseorang terhadap objek yang diamati kemudia diolah menjadi sumber informasi. b. Faktor-faktor yang mempengaruhi pengetahuan Menurut Wawan & Dewi (2010) ada beberapa faktor yang mempengaruhi pengetahuan dalam diri seseorang antara lain: 1) Faktor Internal a) Pendidikan Pendidikan berarti bimbangan yang diberikan seseorang terhadap perkembangan orang lain menuju kearah cita-cita tertentu yang menentukan manusia untuk berbuat dan mengisi kehidupan untuk mencapai keselamatan dan kebahagiaan. b) Pekerjaan Pekerjaan adalah keburukan yang harus dilakukan terutama untuk menunjang kehidupannya dan kehidupan keluarga. c) Umur 13 Usia adalah umur individu yang terhitung mulai saat dilahirkan sampai berulang tahun. Usia mempengaruhi terhadap daya tangkap dan pola pikir seseorang. 2) Faktor Eksternal a) Faktor Lingkungan Lingkungan merupakan seluruh kondisi yang ada disekitar manusia dan pengaruhnya yang dapat mempengaruhi perkembangan dan perilaku orang atau kelompok. b) Sosial Budaya Sistem sosial budaya yang ada pada masyarakat dapat mempengaruhi dari sikap dalam menerima informasi. c. Pengatahuan lansia tentang kesehatan Pengetahuan kesehatan mencakup apa yang diketahui oleh seseorang lansia terhadap cara-cara memelihara kesehatan, pada dasarnya pengetahuan lansia
tentang kesehatan lebih mengutamakan pelayanan kesehatan seperti dukun dibandingkan pelayanan di puskesmas atau rumah sakit. Pengukuran pengetahuan lansia adalah hal apa yang diketahui lansia atau responden terkait dengan sehat dan sakit atau kesehatan. Misalnya latihan/ olaraga, diet, sleep/rest, jadwal kunjungan medical check up, perilaku beresiko tinggi, spiritual dan psikososial. Hasil penelitian (Trihandini, 2007) Lansia yang medical check-up yang teratur dapat mempertahankan lansia untuk dapat aktif berdasarkan pengukuran aktifitas fisik dasar dan dibandingkan lansia yang tidak melakukan medical check-up. Dan setelah dikontrol dengan tingkat pendidikan formal, menderita penyakit kronis, merokok dan depresi. g. Perilaku berisiko tinggi lansia terhadap kesehatan Hasil penelitian (Dewi, 2013) bahwa pengetahuan dan sikap yang baik belum cukup untuk dapat merubah perilaku pasien DM, sehingga diperlukan intervensi lain seperti pemberian motivasi dengan membentuk tim motivator yang rutin memberikan motivasi kepada pasien. Sedangkan penelitian lain tentang risiko pada lansia (Rawasiah, Wahiduddin, & Rismayanti, 2014) faktor risiko yang tidak dapat dikontrol seperti genetik, usia jenis kelamin, dan ras. Sedangkan faktor risiko yang dapat dikontrol berhubungan dengan faktor lingkungan berupa perilaku atau gaya hidup seperti obisitas, kurang aktivitas, stress dan komsumsi makanan asin, 23 komsumsi makanan manis, komsumsi makanan berlemak dan komsumsi minuman berkafein yaitu kopi atau teh. h. Spiritual lansia.
Hasil penelitian (Gultom, Bidjuni, & Kallo, 2016) bahwa lansia dengan tingkat depresi berat dikerenakan aktivitas spiritual dan sosial dari lansia yaitu rendah. Dan berharap agar para lansia dapat beraktivitas secara aktif agar memperoleh masa tua yang lebih baik, dengan bertambahnya aktivitas spiritual. Sedangakan hasil penelitian (Ramdani, 2015) bahwa kecerdasan spiritual Lansia berada dalam kategori tinggi. Secara umum lansia sudah memiliki tingkat kecerdasan spiritual yang tinggi. Kecerdasan spiritual yang dimiliki oleh lansia mengarah lansia dapat menghayati dan memaknai secara penuh kesadaran dan mendalam mengenai setiap pengalaman dalam hidupnya. i. Psikososial lansia. Hasil penelitian (Rusilanti, Kusharto, & Wahyuni, 2006) tidak ada perbedaan yang bermakna pada kondisi psikososial (mencakup kepuasan dan depresi). Namun ditemukan perbedaan yang bermakna pda aktivitas fisik dan perilaku kesehatan antar lansia. perbedaanlokasi pemukiman lansia berdasarkan kondisi social ekonomi dapat menyebabkan adanya perbedaan aktifitas fisik dan perilaku kesehatan pada lansia yang ada di masyarakat. Namun adanya dukungan keluarga, masyarakat, dan 24 pemerintah dapat menciptakan kondisi lanjut usia yang tidak terganggu aspek psikososialnya (hidup puas dan tidak depresi).
3. TEORI REMATIK a. DEFINISI REMATIK Rematik atau Arthritis Rheumatoid adalah peradangan sendi kronis yang disebabkan oleh gangguan autoimun. Gangguan autoimun terjadi ketika sistem kekebalan tubuh yang berfungsi sebagai pertahanan terhadap penyusup seperti, bakteri , virus dan jamur, keliru menyerang sel dan jaringan tubuh sendiri. Pada penyakit Rematik, sistem imun gagal membedakan jaringan sendiri dengan benda asing, sehingga menyerang jaringan tubuh sendiri, khususnya jaringan sinovium yaitu selaput tipis yang melapisi sendi. Hasilnya dapat mengakibatkan sendi bengkak, rusak, nyeri, meradang, kehilangan fungsi bahkan cacat (Haryono, Setiyaningsih, 2013, h . 7-8) Rematik atau Arthritis Rheumatoid adalah suatu penyakit inflamasi kronis yang menyebabkan degenerasi jaringan penyambung. Jaringan penyambung yang biasanya mengalami kerusakan pertama kali adalah membrane synovial, yang melapisi sendi. Pada arthritis rheumatoid, inflamasi tidak berkurang dan menyebar ke struktur sendi di sekitarnya, kartilago artikular dan kapsul sendi fibrosa. Akhirnya, ligament dan tendon mengalami inflamasi. Inflamasi ditandai dengan akumulasi sel darah putih, aktivitas komplemen, fagositosis ekstensif dan pembentukan jaringan parut. Pada inflamasi kronis, mebran sinovil mengalami hipertrofi dan menebal sehinnga menyumbat aliran darah dan lebih lanjut menstimulasi nekrosis sel dan respon inflamasi. Sinovium yang menebal ditutup oleh jaringan granula
inflamasiyang disebut panus. Panus dapat menyebar ke seluruh sendi sehinnga menyebabkan inflamasi dan pembentukan jaringan parut lebih lanjut. Proses ini secara lambat merusak tulang dan menimbulkan nyeri hebat serta deformitas (Elizabeth J. Corwin , 2009, h. 347) Berdasarkan pengertian diatas penulis menyimpulkan penyakit Rematik adalah penyakit auto imun dengan peradangan yang tersebar diseluruh tubuh, mencakup keterlibatan sendi dan berbagai berbagai organ di luar persendian. Peradangan kronis di persendian mengakibatkan kerusakan struktur sendi yang terkena. Peradangan sendi biasanya mengenai beberapa persendian sekaligus. Peradangan sendi terjadi akibat sinovitis (radang selaput sendi) serta pembentukan panus yang mengakibatkan kerusakan pada sendi dan tulang disekitarnya. b. Etiologi Rematik Menurut Khalid Mujahidullah (2012) Rematik merupakan sindrom yang hingga saat ini terdapat lebih dari 100 macam penyakit yangdi klasifiikasikan dalam golongan Rematik. Sebagian besar belum dapat dijelaskan penyebabnya. c. Patofisiologi Inflamasi mula-mula terjadi pada sendi-sendi synovial seperti edema, kongesti vaskuler, eksudat fibrin dan infiltrasi selular. Peradangan yang berkelanjutan, synovial menjadi menbal, terutama pada sendi artiluar kartilago dari sendi. Pada persendian ini granulasi membentuk panus atau penut yang menutupi kartilago. Panus masuk ke tulang subchondria.
Jaringan granulasi menguat karena radang menimbulkan gangguan pada nutrisi kartilago artikuler. Kartilago menjadi nekrosis, tingkat erosi dari kartilago menetukan tingkat ketidak mampuan sendi. Bila kerusakan kartilago sangat luas maka menjadi adhesi di antara permukaan sendi, karena jaringan fibrosa atau tulang bersatu (ankilosis). Kerusakan kartilago dan tulang menyebabkan tendon dan ligament menjadi lemah dan bisa menimbulkan subluksasi atau dislokasi dari persendiaan. Invasi dari tulang subchondrial bisa menyebabkan osteoporosis setempat. Lamanya athrtitis rheumatoid berbeda dari tiap orang. Di tandai dengan masa adanya serangan dan tidak adanya serangan. Sementara ada orang yang sembuh dari serangan pertama dan selanjutnya tidak terserang lagi. Dan ada juga klien terutama yang mempunyai faktor rheumatoid (seropositif gangguan rheumatoid) gangguan akan menjadi kronis yang progresif (Mujahidullah, 2012, h. 81-82) d. Tanda gejala Pada setiap orang gejala Rematik yang dirasakan berbeda-beda, berikut adalah beberpa tanda dan gejala umum yang dirasakan dari penyakit Rematik: a. Kekauan pada dan seputar sendi yang berlangsung sekitar 30-60 menit di pagi hari. b. Bengkak pada beberapa sendi pada saat yang bersamaan. c. Bengkak dari nyeri pada umunya terjadi pada sendi-sendi tangan.
d. Bengkak dan nyeri umunya terjadi dengan pola yang simetris (nyeri pada sendi yang sama di kedua sisi tubuh) dan umumya menyerang sendi pergelangan tangan. e. Sakit atau radang dan terkadang bengkak dibagian persendiaan pergelangan jari, tangan, kaki, bahu, lutut, pinggang, punggung dan sekitar leher. f. Sakit Rematik dapat berpindah-pindah tempat dan bergantian bahkan sekaligus diberbagai persendian. g. Sakit Rematik kambuh biasanya pada saat cuaca mendung saat mau hujan setelah mengkonsumsi makanan pantangan seperti; sayur bayam, kangkung, kelapa, santan, dan lain-lain (Haryono dan Setianingsih, 2013, h. 10) e. Pemeriksaan penunjang a. Tes seroligi 1.) BSE positif 2.) Darah, bisa terjadi anemia dan leukositis 3.) Rheumatoid faktor terjadi 50-90% penderita b. Pemeriksaan radiologi 1.) Periarticular osteoporosis, permulaan sendi-sendi erosis 2.) Kelanjutan penyakit: ruang sendi menyempit, subluksasi dan ankilosis c. Aspirasi sendi
1.) Cairan synovial menunjukan adanya proses radang
aseptic,
cairan dari sendi di kultur dan bisa diperiksa secara makrosop (Mujahidullah ,2012, h. 83) f. Penatalaksanaa Medik a. Medikamentosa Tidak ada pengobatan medikamentosa yang spesifik, hanya bersifat simtomatik. Obat anti inflamasi nonsteroid (OAINS) bekerja hanya sebagai analgentik dan mengurangi peradangtan, tidak mampu menghentikan proses patologis. 1) Analgetik yang daapt dipakai adalah asetaminofen dosis2,6-4 g/hr atau propeksifen HCL. Asam salisilat juga cukup efektif namun perhatikan efek samping pada saluran cerna dan ginjal. 2) Jika tidak berpengaruh atau jika terdapat tanda peradangan, maka OAINS seprti fenoprofin, piroksikam, ibuprofen, dan sebagianya dapt digunakan. Dosis untuk osteoarthritis biasanya ½-1/3 dosis penuh untuk arthritis rheumatoid. Oleh karena itu pemakaian biasanya untuk jangka panjang, efek samping utama adalah ganguan mukosa lambung dan gangguan faal ginjal b. Perlindungan sendi dengan koreksi postur tubuh yang buruk, penyangga utuk lordosis lumbal, menghindari aktivitas yang berlebihan pada sendi yang sakit, dan pemakaian alat-alat untuk meringankan kerja sendi.
c. Diet untuk menurunkan berat badan dapat mengurangi timbulnya keluhan. d. Dukungan psikososial. e. Persoalan seksual, terutama pada pasien dengan osteartritis di tulang belakang. f. Fisioterapi dengan pemakaian panas dan dingin, serta program latihan yang tepat. g. Operasi dipertimbangkan pada pasien dengan kerusakan sendi yang nyata, dengan nyeri yang menetap, dan kelemahan fungsi (Mujahidullah, 2012, h. 83-84)
B. KERANGKA PIKIR Pengetahuan Masyarakat
Penyakit Rematik pada Usia Lanjut
Keterangan: : Variabel Dependen : Variabel Independen
BAB III METODE PENELITIAN
Tipe penelitian Penelitian
ini
bersifat
deskriptif
untuk
mendapatkan
Deskripsi
Pengetahuan Masyarakat Desa Lompo Tengah Tentang Penyakit Rematik Pada Usia Lanjut Di kecamatan Tanete Riaja kabupaten Barru.
Lokasi Dan Waktu Penelitian Penelitian ini dilaksanakan di Desa Lompo Tengah pada bulan September Minggu kedua smpai minggu terakhir
Populasi Dan Sampel Populasi Populasi adalah keseluruhan objek penelitian yang diteliti (Natoatmodjo, 2010). Populasi dalam penelitian ini adalah 50 orang pada usia lanjut di desa Lompo Tengah. Sampel Sampel yang digunakan dalam penelitian ini adalah “purposive sampling”. Pada sampling ini setiap responden yang memenuhi kritria inklusi dimasukkan dalam penelitian. Untuk menentukan layak tidaknya sampel yang mewakili populasi untuk diteliti, ditentukan berdasarkan kriteria sebagai berikut:
1. Keluarga yang mempunyai keluarga usia lanjut di Desa Lompo Tengah usia 60-74 tahun sebanyak 10 orang . 2. Bisa baca tulis 3. Bersedia menjadi responden a. Kriteria esklusi 1. Keluarga yang mempunyai keluarga lanjut usia 60-74 tahun sebanyak 10 orang. 2. Tidak bisa baca tulis 3. Tidak bersedia menjadi responden
Teknik Pengumpulan Data Data yang di peroleh dengan cara kunjungan ke lokasi dan membagikan kuisioner kepada sampel. Kuisioner berupa pertanyaan tentang hubungan pola makan dengan penyakit gastritis. Sebelum dilakuakn analisa data, maka data yang telah di kumpulkan melewati proses sebagai berikut: 1. Editing Editing merupakan upaya untuk memastikan bahwa data yang telah dikumpulkan lengkap. Dilakukan dengan cara memeberikan kelengkaapn pengisian dari format pengkajian. 2. Coding Merupakan metode pemberian kode dari setiap data yang didapatkan oleh peneliti. Tahap ini memudahkan penelitian dalam memilah-milah data yang didaaptkan. Kode tersebut meliputi kode kelompok dan kode subjek penelitian.
3. .Tabulating Data yang telah masuk dikategorikan menjadi data yang sesuai dengan kategori penelitian. 4. Entry data Pada tahap ini di lakukan kegiatan pemasuakan data ke dalam program computer untuk selanjutnya di lakukan data/
5. Cleaning Merupakan kegiatan untuk memastikan data yang dimasukkan pada saat entry data telah seluruhnya dan tidak ada kesalahan.
Teknik Analisa Data Analisis univariat Analisis univariat yaitu analisis yang digunakan untuk mendeskripsikan masing-masing variabel, baik variable bebas maupun variable terikat (Arikunto 2006). Analisis bivariat Analisa bivariat yaitu analisis yang digunakan terhadap 2 variabel yang diduga berhubungan atau berkolerasi yaitu variabel dependen dan variabel independen dengan menggunakan uji chi-square (x2) pada tingkat kemaknaan 95% (α ≤ 0,05). Analisa data dilakukan dengan bantuan program pengolahan data SPSS.
Data diolah selanjutnya dianalisis dengan menggunakan rumus distribusi frekuensi : P = F/n x 100 Keterangan : P = presentasi yang dicari F = jumlah frekuensi untuk setiap kategori jawaban n = jumlah sampel Kemudian data dijumlahkan, dibandingkan dengan jumlah yang di harapkan dan dipresentasikan dan di masukkan kedalam standar kriteria sesuai dengan defenisi operasional.
DAFTAR PUSTAKA Corwin, Elizabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi, Edisi 3. Jakarta: EGC Depkes RI. 2010. Penderita Artritis reumatoid. http://www.global.com. Akses 2 Maret 2015 Gultom, P., Bidjuni, H., & Kallo, V. (20016). Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Tingkat Depresi Pada Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut Gultom, P., Bidjuni, H., & Kallo, V. (20016). Hubungan Aktivitas Spiritual Dengan Tingkat Hamidi. 2007. Metodelogi Penelitian dan Teori Komunikasi. Malang: UMM Notoadmojo Haryono,Rudi & Sulis Setianingsih, 2013, Musuh-musuh Anda Setelah 40 Tahun. Yogyakarta : Gosyen Publishing. Junaidi. 2006. Pencegahan Reumatik. http://www.google.com Akses 9 April 2015 Mirnawati. 2010. Deskripsi Pengetahuan Penderita Reumatik terhadap Perawatan Mujahidullah, Khalid. 2012. Keperawatan Gerontik. Jogjakarta : Pustaka Pelajar Notoatmojo, Soekidjo. 2002. Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta ; Rineka Cipta Nugroho (2008). Keperawatan Gerontik. Buku Kedokteran EGC: Jakarta. Potter, P.A., & Perry,A.G. (2005). Fundamental of Nursing Concept, Process and Practice. 4th Edition. St Louis: Mosby Company Price, A.dkk. 2006. Patofisiologi. Jakarta : EGC Sahar,
2006. Gambaran pengetahuan Penderita Reumatik Terhadap Penatalaksanaan Kompres Hangat. http://www.google.com. Akses 9 April 2015
Smelzer & Bare. (2004). Buku ajar Keperawatan medikal bedah, Edisi 8. Jakarta, EGC. Soekidjo. 2003. Pendidikan dan Perilaku Kesehatan. Jakarta : Rineka Cipta Depresi Pada Lansia Di Balai Penyantunan Lanjut
Soekidjo. 2007. Promosi Kesehatan dan Perilaku. Jakarta : Rineka CiptaRatu Notoatmodjo. Stanley, M., & Beare, P. G. (2006). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Jakarta: EGC. Sudoyo.S, 2007. Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: FKUI Wahyuni. 2006. Pengetahuan dalam Pangan dan Gizi. Mulia Medika. Yogyakarta. Zeng
et al. 2011. Angka Kejadian Nyeri http://www.google.com. Akses 7 April 2015
Artritis
Reumatoid,