PROPOSAL RENOVASI GEDUNG TPA AL-MUTHMAINNAH KLITREN LOR GK III/364 RT 09 RW 03 YOGYAKARTA BISMILLAHIRRAKHMAANIRRAKHIEM I.
PENGANTAR. Mengembalikan fungsi Gedung TPA sebagai sentral aktifitas umat sebagaimana telah diteladankan Rasulullah Muhammad SAW, jelas-jelas merupakan amar sekaligus mandat yang tidak bisa
kita elakkan. Dan untuk memiliki daya
mampu sebagai pemegang mandat tersebut, diperlukan kerja keras dengan ketulusan hati, menghimpun beragam potensi keumatan. Lebih tegas lagi, kemampuan kita untuk mensinergikan beragam potensi umat merupakan sesuatu yang niscaya. Karena, pada tataran praksis, semua itu membutuhkan ketersediaan sarana dan prasarana yang layak dan memadai. Ketersediaan perangkat keras itu menjadi keharusan
yang tidak bisa ditawar-tawar lagi. Dinamika gerak dan
aktifitas
keumatan secara riil akan terpusat ketika ajang aktifitasnya tersedia secara memadai. Sebagai sentral aktifitas keumatan dan anak-anak usia dini, keberadaan Gedung TPA Gedung TPA Al-Muthmainnah, kini menjadi kurang memadai lagi. Mengingat Gedung TPA yang dibangun atas swadaya warga Klitren Lor pada Tahun 1996 itu, sampai saat ini
belum pernah
mendapatkan sentuhan perbaikan atau
renovasi secara serius. Padahal, Gedung tpa itu dibangun dengan menggunakan 40 % (persen) bahan bangunan yang kurang memenuhi standard keselamatan. Sementara, pertumbuhan dan perubahan sosial yang melingkupinya terus bergerak dan melaju seperti deret hitung. Namun, secara faktual, strata sosial ekonomi umat di sekitar Gedung TPA Al-Muthmainnah hanya bisa merambat seperti deret ukur. Akibat lanjutnya, Gedung TPA yang berdiri di atas tanah seluas lk. 250 meter persegi dengan luas bangunan 4 x 6 meter itu, tidak atau belum bisa di posisikan sejajar dengan pertumbuhan lingkungannya. Apalagi kalau harus diperbandingkan dengan laju aktifitas missi agama lain di wilayah di wilayah itu. Tidak bisa dipungkiri, bahwa keberadaan umat di sekitar Gedung TPA AlMuthmainnah secara geografis memang berposisi di tengah kota. Tetapi jika di lihat dari segi edukasi, sosial maupun ekonomi, mereka
berposisi sangat veriverial
bahkan marginal. Karena itulah, dengan rendah hati kami bermohon kepada kaum Muslimin semua, agar berkenan membantu kami dalam merenovasi Gedung TPA Al-Muthmainnah. Semoga dengan renovasi itu, Gedung TPA Al-Muthmainnah lebih representatif sebagai sentral aktifitas keumatan. Dengan begitu dinamika gerak dan
1
laju pertumbuhan anak-anak di sector pengetahuan agama, juga bisa seimbang dengan laju pertumbuhan lingkungannya. II. PROFIL TPA a. Dasar Pemikiran Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) merupakan lembaga non formal yang fungsinya sebagai proses pembelajaran dasar agama Islam bagi anak. Selain itu, TPA sebagai sarana untuk menanamkan dan menciptakan nilai-nilai dan ilmu pengetahuan kepada anak-anak. Hal ini membutuhkan kesabaran, keuletan dan kesinambungan yang tidak pernah berhenti. Pengelolaan terhadap TPA dilakukan oleh para ustadz/ah dengan memberikan materi agama sesuai kurikulum yang dibuat. Dalam pengelolaan tersebut, para ustadz/ah mengalami berbagai permasalahan seperti kurikulum, metode mengajar, tingkat pemahaman santri, fasilitas yang kurang mendukung,dan keterbatasan dana. Pengelolaan TPA masih bersifat tradisional dan cenderung menyesuaikan kultur masyarakat sekitar. Di samping itu, managemen pengelolaan yang belum optimal, keterbatasan dana, kurangnya partisipasi lingkungan dan masyarakat adalah fakta yang sangat memprihatikan dan itu semua dapat mengurangi keberadaan TPA. Memandang realita yang ada, maka lembaga TPA perlu adanya konsep awal dalam pembenahan dan pengelolaan, agar dapat diterapkan sesuai dengan kondisi masa sekarang ini. Sehingga target yang diharapkan dapat terwujud yaitu membentuk generasi Qur’ani yang berakhlaqul karimah. Permasalahan di atas juga dialami oleh TPA Masjid Al-Muthmainnah yang selama ini masih berjalan dengan apa adanya. Dari kondisi semacam inilah, lembaga Taman Pendidikan Al-Qur’an Masjid AL-Muthmainnah perlu menerapkan metode-metode yang propesional. Perlunya potensi yang harus dikembangkan yang selama ini mengalami penurunan. Misalnya, pertama, meningkatkan kualitas ustadz/ah dengan terlebih dahulu memperbaiki kurikulum TPA. Kedua, metode mengajar yang masih tradisional perlu diperbaiki dengan cara meningkatkan kreatifitas ustadz/ah. Ketiga, mengklasifikasikan kelas berdasarkan tingkat potensi santri. Melihat kenyataan di atas, TPA Masjid Al-Muthmainnah terletak di tengah-tengah kota Yogyakarta yang berada di wilayah Klitren. Sebagian besar masyarakatnya masih memiliki tingkat sosial, ekonomi, menengah ke bawah. Berbagai macam keanekaragaman tersebut memiliki dampak terhadap Taman Pendidikan Al-Qur’an Masjid Al-Muthaminnah. Misalklan latar belakang santri, wali santri dan lingkungan, merupakan faktor yang sangat penting bagi kemajuan TPA. Walaupun masyarakat Klitren memiliki perbedaan ekonomi, sosial,
2
pendidikan wali santri, namun TPA Masjid Al-Muthmainnah masih bisa berjalan meskipun dengan kondisi apa adanya. Oleh karena itu dengan sedikit gambaran diatas, kami memandang perlu dengan hadirnya lembaga TPA Al-Muthmainnah. Harapan kami, para santri dapat mengembangkan profesionalisme khususnya di bidang agama, dalam hal membaca, menulis, memahami dan mengamalkan isi kandungan Al-Qur’an serta memiliki jiwa yang berakhlaqul karimah. Ini semua tidak akan berjalan tanpa adanya dukungan dan partisipasi dari wali santri. Mudah-mudahan niat baik ini dicatat dan mendapat ridho dari Allah Swt, Amin Allohuma amin. b. Nama Kegiatan Kegiatan ini bernama “Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an (TKA)-Taman Pendidikan Al-Qur’an (TPA) Al-Muthmainnah “ Klitren Lor Yogyakarta. c. Target dan Tujuan Kegiatan ini bertujuan: 1
Membentuk dan menciptakan Akhlaqul Karimah santri
2
Menumbuhkan peran kritis santri dalam upaya menciptakan pendidikan keagamaan
3
Membentuk dan menciptakan generasi yang handal dibidang keagamaan terutama dalam hal membaca dan memahami isi kandungan Al-Qur’an. Target Kegiatan: 1.
Menciptakan lingkungan kehidupan yang religius
2.
Santri diharapkan mampu membaca dan menulis Al-Qur’an
3.
Menguasai dasar-dasar Tajwid
4.
Mampu mengamalkan isi dan kandungan Al-Qur’an
5.
Mampu menghafal dan menguasai surat-surat pendek d.
Bentuk Kegiatan Bentuk kegiatan yang diselenggarakan oleh TPA Masjid Al-
Muthmainnah adalah belajar membaca dan menulis Al-Qur’an, disamping materi penunjang seperti fiqih, aqidah. Kegiatan ini dilaksanakan seminggu 3x ( Senin, Rabu dan Jum’at), pukul 16.00 WIB (4 sore), bertempat di Aula Masjid AlMuthmainnah Proses belajar mengajar santri menggunakan metode mengajar secara klasikal (kelas), sehingga harus disesuaikan dengan jenjang pendidikan para santri. Metode
ini
terdapat
kelemahan
karena
masing-masing
santri
memiliki
latarbelakang yang berbeda-beda. Hal ini dipengaruhi oleh lingkungan keluarga
3
atau masyarakat, pendidikan wali santri dan lokasi dimana santri tinggal. Ketiga hal ini sangat mempengaruhi kepribadian dan cara berfikir santri dalam menangkap materi yang disampaikan oleh ustadz/ah. Namun demikian, metode tersebut juga terdapat keunggulannya.yakni diketahui sejauhmana santri dapat menangkap dan memahami materi. Kegiatan Belajar mengajar di TPA Al-Muthmainnah akan dibagi menjadi dua kelas yaitu: I.
Kelas Iqro’, yang dibagi menjadi 2 yakni - Iqro’ Pemula (Jilid 1-3) - Iqro’ Menengah (Jilid 4-6)
II.
Kelas Al-Qur’an, - Al-Qur’an dan Tajwid - Al-Qur’an dan Tajwid plus muatan materi lainnya seperti fiqih, aqidah, tarikh. e. Prestasi Taman Kanak-Kanak Al-Qur’an – Taman Pendidikan Al-Qur’an (TKATPA) Al-Muthmainnah pernah memperoleh beberapa prestasi baik tingkat rayon (kecamatan) maupun tingkat kota. Dari beberapa prestasi tersebut antara lain :
1.
Juara II Melukis FASI rayon Gondokusuman tahun 2003
2.
Juara II Peragaan Sholat FASI rayon Gondokusuman tahun 2003
3.
Juara I Sepak Bola antar TPA Se-kelurahan Klitren tahun 2004
4.
Juara umum Jamboree TPA Se-kelurahan Kotabaru tahun 2005
5.
Juara I Melukis Se-kecamatan Gondokusuman tahun 2007
6.
Peringkat 3 (tiga) besar Munaqosah santri Se-kota Yogyakarta tahun 2007
7.
Juara II Peragaan Sholat FASI rayon Gondokusuman tahun 2007
8.
Juara III CCA FASI rayon Gondokusuman tahun 2007
Sejak berdiri tahun 1996 – 2007, TKA-TPA Al-Muthmainnah telah meluluskan lebih dari 500 alumnus. III. POSISI GEOGRAFIS. Gedung TPA Al-Muthmainnah, secara geografis
memiliki posisi
sangat
strategis. Gedung TPA yang dibangun atas swadaya warga setempat pada Tahun 1996 itu, masuk wilayah Klitren Lor RT.09. RW.03. Gondokusuman. Gedung TPA tersebut persisnya berposisi di ujung bagian utara wilayah RT 09.
4
Di sebelah utaranya berbatasan dengan RW 04 dan CD Bethesda. Sebelah selatan merupakan areal pemukiman warga RT 09. Di sebelah barat dipisahkan dengan jalan desa yang sekaligus menjadi pembatas wilayah RT. 10. Sedangkan di sebelah timur atau di depan Gedung TPA
berhadapan dengan Kali Mambu yang
sekaligus menjadi pembatas wilayah RT 09 (tempat Gedung TPA dan Gedung itu berdiri) dengan RT 11. Selanjutnya di sebelah selatan dari arah barat ke timur terdapat selokan yang sekaligus menjadi pembatas RT.09 dengan RT 8 A. Kemudian dari arah timur, keberadaan Gedung TPA dan Gedung TPA itu dikelilingi kampus secara berurutan ke arah Utara, terus ke Barat AMP YKPN, AA YKPN. ATA YKPN terus ke barat lagi, berdiri kokoh bangunan kampus UKDW (Universitas Kristen Duta Wacana ). Menurut data kependudukan warga yang dikutip dari RT 09. jumlah penduduk di wilayah ini terdiri dari 51 Kepala Keluarga (KK) dengan 316 jiwa. Adapun warga yang sempat mengenyam bangku Pendidikan Tinggi setara S2 berjumlah: 1 orang dan S1: 5 orang. Tamatan Diploma: 7 orang. Selebihnya, tamatan SLTA: 53 orang, SLTP: 89 orang dan tamatan SD: 65 orang. Adapun warga yang tidak tamat SD berjumlah 58 orang. Karena itu, bisa dipahami kalau posisi sosial - ekonomi warga termasuk kelompok ekonomi menengah kebawah. Dan itu bisa dilihat dari jumlah keluarga miskin yang berhak menerima Raskin maupun subsidi kompensasi kenaikan BBM dengan Cash Transfer atau BLT (Bantuan Langsung Tunai) baru-baru ini dari pemerintah. Jumlah keluarga dengan kriteria seperti itu mencapai angka 24 KK. IV. KONDISI LINGKUNGAN. a. Lingkungan sosial. Galibnya kehidupan masyarakat miskin perkotaan (MISKOT) kaum muslimin di wilayah Klitren Lor, Gondokusuman, Yogyakarta, juga nampak kedodoran dalam beradaptasi dengan irama pertumbuhan pada umumnya. Hal itu disebabkan oleh kekurangberdayaannya dari banyak segi. Selain itu, kondisi sosial yang melingkupinya secara dominan, juga kurang mendukung dilestarikannya sistem kegotong-royongan
dalam berekonomi. Para Aghniya’
atau orang-orang kaya dari kalangan muslim, sampai kini juga belum mampu mengimplementasikan keutamaan Jama’ah dalam ibadah mahdlohnya, ke dalam tataran praktis berekonomi. Kehadiran penduduk pendatang yang mayoritas dari kalangan mahasiswa, nyata-nyata tidak membawa perubahan apapun. Kecuali kesibukan artificial. Tak lebih!. Proses pembauran antara penduduk asli dengan pendatang seperti halnya para mahasiswa di tahun 80 an, kini dapat dikatakan hanya 3 % (persen) dan bisa
5
dikatakan tak terjadi lagi. Hubungan antara pendatang dan penduduk asli, tak lebih hanya seperti hubungan antara penjual dan pembeli. Kondisi demikian telah menjadi konstribusi dominan bagi lahirnya kelompok-kelompok preman kelas kampung. Keributan pisik yang memicu lahirnya perkelahian antar sesama anggota warga kebanyakan disebabkan oleh hal-hal yang sepele dan tidak jelas. Meskipun paling sering dipicu oleh minuman keras. Jadi, kalau daerah Klitren telah teridentifikasi oleh Polsek Gondokusuman sebagai daerah komunitasnya para pemabuk, hal itu memang tidak mengada-ada. b. Lingkungan Ekonomi Sebagai sebuah perkampungan padat penduduk yang berposisi
di tengah
kota, maka peluang ekonomi sejatinya sangat banyak dan terbuka luas. Untuk sekedar menopang kehidupan, siapapun bisa melakukan usaha apapun, warga yang berjualan makanan misalnya. Biasanya laris manis. Tetapi kalau sudah bicara ikhwal target kemeningkatan derajat ekonomi, tentu saja sulit (untuk tidak bisa mengatakan tidak bisa). Sebab, mayoritas penduduknya memang tidak memiliki expert yang dibutuhkan untuk menangkap peluang pasar. Tetapi, pusat-pusat pertumbuhan ekonomi di sepanjang Jalan Solo dan Jalan DR. Wahidin Sudirohusodo yang juga masih termasuk wilayah Klitren Lor sampai saat ini tidak memiliki garis relevansi signifikan dengan aktifitas berekonomi warga. Warga Klitren Lor, tak terkecuali juga dengan warga RT.09 masih saja berposisi bagaikan penonton suatu pertunjukan besar para aktor bisnis yang berlaga di halaman rumahnya sendiri. Menurut data yang dikutip dari RT. 09, mata pencaharian penduduk yang terdiri dari 51 KK itu, 30 KK diantaranya bekerja sebagai buruh. 9 KK lainnya bekerja sebagai pedagang asongan. 5 KK sebagai Pegawai Swasta/PNS dan 7 KK lainnya tidak jelas pekerjaannya.
c. Lingkungan Pendidikan Kendati kampung Klitren Lor, Gondokusuman itu dikelilingi
oleh
berbagai lembaga pendidikan tinggi, taman kanak-kanak dan sekolah dasar tetapi semua itu tidak cukup mampu menjadi pemicu dan pemacu bagi warga, untuk memperbaiki dan meningkatkan jenjang pendidikannya.
6
Mayoritas warga Klitren, sehari-harinya, hanya mampu berposisi sebagai penonton dari sebuah pagelaran besar yang bernama lembaga pendidikan tinggi modern di sekitarnya itu. Dan, sampai saat ini, belum atau tak lebih dari itu. Kecuali SD Muhammadiyah Sapen di Langensari. Berkat
pendekatan
beberapa warga kepada Kepala Sekolah tersebut, sejak Tahun 2000 lalu, khusus untuk warga Klitren yang mau menyekolahkan anaknya ke SD favorit tersebut, dibebaskan dari biaya masuk maupun SPP. Bahkan ada beberapa anak dari keluarga sangat tidak mampu, juga masih diberikan uang transport bulanan. 4.
Lingkungan Keagamaan. Dalam ranah keagamaan, warga Klitren dihadapkan pada
kenyataan-
kenyataan yang terkadang sulit untuk bersikap. Hal itu disebabkan oleh seringnya sebuah peluang itu justru datang dari lembaga usaha non Muslim. Beruntung masih ada beberapa warga yang meskipun tetap loyal dengan ke Islamannya, tetapi juga masih tetap bisa diterima di lingkungan kerjanya yang dimiliki sebuah lembaga non muslim. Meskipun, bagi sebagian warga lainnya hal demikian juga
sangat
mengkhawatirkan. Jadi, kalau Islam di wilayah itu, masih bisa eksis, hal itu disebabkan masih terpeliharanya silaturahmi yang dimoderatori oleh para aktifis masjid melalui beberapa kegiatan. Jadi, nuansa keIslaman pun masih nampak dalam aktifitas keseharian warga. 5.
Lingkungan Kultural. Di kampung Klitren, mayoritas warganya terdiri dari suku Jawa. Jadi, sikap kultural yang terimplementasi melalui pola pikir, pola sikap dan pola tindaknya (mindsetnya), merupakan manifestasi kultural Priyayi Jawa. “Mangan ra mangan nek kumpul” (Makan tidak makan asal berkumpul) sebagai “prinsip” kehidupan manusia Jawa nampak masih subur dan dipedomani banyak warga. Sehingga tak heran, kalau ada satu rumah dihuni oleh 3 sampai 5 keluarga se batih. Mereka beranak–pinak dalam satu rumah warisan orang tua atau nenek– moyangnya. Walaupun, kenyataannya justru banyak terjadi hubungan tidak harmonis diantara para saudara yang tinggal serumah itu. Domain kultural Jawa juga sering memanifest pada pergGedungn sesama warga atau antar warga satu dengan warga lainnya. Sifat sungkan dan ewuh – pekewuh menjadi domain perilaku warga yang justru menjadi sering tidak produktif. Karena itu, tak jarang sebuah amanah social, juga keagamaan yang
7
mestinya menjadi tanggungjawab pihak yang kapable, tetapi malah saling lempar lantaran masih memperturutkan perasaan ewuh-pekewuh tersebut.
V.
VOLUME SANTRI. Sebagaimana diketahui, bangunan atau fisik Gedung TPA memang berada di wilayah bagian paling Utara RT. 09. Tetapi santri TPA Al-Muthmainnah terdiri dari umat Islam dari berbagai warga yang berasal dari RT. 8 A, RT.8 B. RT. 10. RT. 11, RT 12 dan sebagian santrinya dari RT 17 Klitren Lor. Karena itu, pada momenmomen tertentu daya tampung Gedung TPA menjadi tidak memadai lagi. Sebab, bangunan
Gedung TPA yang berukuran 4 x 6 meter itu hanya efektif untuk
menampung sekitar 50 orang santri. Namun sebetulnya, bukan pada permasalahan cakupan luas areal Gedung TPA itu yang menjadi persoalan. Sebab, yang menjadi persoalan utama adalah keamanan. Sebab, bangunan Gedung TPA itu kini sudah tampak mengkhawatirkan. Pondasi yang sejak 11 Tahun lalu berfungsi sebagai penyangga beban materiil dan bangunan lainnya itu, kini sudah rapuh. Kondisinya, bukan saja mengkhawatirkan, tetapi sudah sampai pada tahap membahayakan. Karena memang sudah condong kearah sungai mambu. Selain itu di bagian dinding-dindingnya retak karena gempa bumi pada tanggal 27 Mei 2006 yang lalu. VI . MAKSUD DAN TUJUAN Maksud. Renovasi Gedung TPA Al-Muthmainnah dimaksudkan sebagai upaya untuk menggugah kegairahan wali santri warga Klitren khusunya dan kaum Muslimin pada umumnya untuk mewujudkan ukhuwah Islamiyah dalam arti sesungguhnya. Tujuan. Mewujudkan Gedung TPA Al-Muthmainnah sebagai sarana pendidikan agama yang lebih representative dan menciptakannya sebagai sentral aktifitas keumatan. VII.
TARGET a.
Phisic. Terakumulasikannya berbagai potensi umat dari beragam elemen yang ada,
dalam sebuah ghirrah atau siprit untuk izzul Islam wal Muslimin, yang antara lain bisa dimanifestasikan dalam bentuknya mewujudkan renovasi Gedung TPA Al-
8
Muthmainnah secara tepat dan cepat, namun masih tetap dalam bingkai keterarahan dan keterukuran.
b. Psychis Membesarkan hati umat Islam di kampung Klitren Lor khususnya dan kaum Muslimin umumnnya, bahwa sebuah rencana besar itu apabila dijalani secara sungguh-sunguh pasti dapat mewujud menjadi kenyataan. VIII. SUSUNAN PENGURUS Untuk dapat melibatkan seluruh elemen Jama’ah Gedung TPA AlMuthmainnah dan warga di sekitar Gedung TPA, maka disusunlah format kepanitiaan sebagai berikut. Format kepengurusanan ini menjadi baku menyusul, beberapa kali forum musyawarah KARISMA dan jama’ah sekitar Gedung TPA sebelumnya.
Susunan Pengurus TPA Al-Muthmainnah Priode 1423 – 1428 H/2003 – 2007 M.
Penasehat
: Takmir Masjid Al-Muthmainnah
Pembina
: Bp. Muryanto, S.E. Suharmiyati, S.Pd.
Direktur
: M.Hadi Rifa’I, Sy., S.Hum.
Wakil
: Ali Farhan
Sekretaris
: Apri Akhmadi Rahmita Indrawati, A. Md.
Bendahara
: Hanifah Zul, S.E. Suryadi, A. Md.
Seksi-Seksi 1.
Sie Pendidikan
a.
2. Sie Kegiatan
3. Sie Humas
Ista
a. Danis
a. Harming
Lilis
b. Merta
b. M. Hafidz Zul
Setiawan a.
9
IX.
RENCANA ANGGARAN. -
X.
Terlampir
GAMBAR BANGUNAN. Terlampir
XI.
PENUTUP. Akhirul kalam, tak pernah ada perkerjaan sukses zonder perencanaan. Semoga rencana Renovasi yang sejak awal diniatkan sebagai ibadah ini selalu dalam bimbingan dan rakhmat Allah SWT. Hanya dengan ridho-Nya jua, denyut nadi dan derap langkah kita semua untuk memuliakan agama-Nya akan mendapatkan banyak jalan dan kemudahan. Amien. Yogyakarta, 11 Desember 2007.
PENGURUS TPA AL-MUTHMAINNAH PRIODE 1423 – 1428 H/2003 – 2007 M.
M. HADI RIFA’I SY. S. Hum. DIREKTUR
APRI AKHMADI SEKRETARIS
SUHARMIYATI, S. Pd. PEMBINA TPA AL-MUTHMAINNAH
10
PROPOSAL RENOVASI GEDUNG TPA AL-MUTHMAINNAH
Oleh :
PENGURUS TKA-TPA AL-MUTHMAINNAH KLITREN LOR YOGYAKARTA 1428 H / 2007 M
11