Mulai kemarin (9/7), Dinas Kesehatan (Dinkes) KKU memulai intensifikasi kusta, Tb paru, dan frambusia (penyakit kulit bahaya) tahun 2012 di sepuluh desa dari lima kecamatan. Ini bagian dari program pemberantasan penyakit menular. Untuk Kecamatan Sukadana di Desa Riam Berasap Jaya, Pangkalan Buton, Pampang Harapan. Di Kecamatan Teluk Batang, intensifikasi dilaksanakan di Desa Teluk Batang Selatan, Teluk Batang Utara, Banyu Abang, Padu Banjar. Di Kecamatan Seponti, dilaksanakan di Desa Sungai Sepeti. Kecamatan Pulau Maya di Desa Dusun Besar dan Dusun Kecil. Program pemberantasan penyakit (P2) kusta di Dinkes KKU dari tahun 2009-2011 sudah banyak melakukan kegiatan. Seperti penemuan penderita kusta antara lain penemuan penderita kusta secara aktif maupun pasif. Pembinaan dan pengobatan penderita kusta selama 6-12 bulan. Pemeriksaan laboratorim (skinmaer). Pemeriksaan rutin dalam pencegahan reaksi kusta dan obat kusta. Konfirmasi diagnosis kusta oleh Wakil Supervisor (Wasor) Kusta KKU. Monitoring pencegahan cacat prevention of disability (POD), pencegahan cacat, dan pemeriksaan fisik secara rutin. Survei kontak anak sekolah. Penyuluhan terhadap masyarakat dan peran serta masyarakat tentang penyakit kusta dengan leprosy elimination champagne (LEC). Pemeriksaan rutin secara pasif ke penderita kusta yang telah menyelesaikan pengobatan selama 2-5 tahun. Pelatihan dokter dan pengelola kusta puskesmas. Pelatihan Wasor kusta kabupaten. Pencatatan, pelaporan, dan manajemen logistik. Pada umumnya penderita kusta merasa rendah diri. Merasa tekanan batin. Takut terhadap penyakitnya dan terjadinya kecacatan. Takut menghadapi keluarga dan masyarakat karena sikap penerimaan mereka kurang wajar. Segan berobat karena malu, apatis, karena kecacatan tidak dapat mandiri sehingga beban bagi orang lain, seperti jadi pengemis, gelandangan. Masalah terhadap keluarga seperti menjadi panik. Berubah mencari pertolongan termasuk dukun dan pengobatan tradisional. Keluarga merasa takut diasingkan oleh masyarakat di sekitarnya. Berusaha menyembunyikan penderita agar tidak diketahui masyarakat di sekitarnya. Mengasingkan penderita dari keluarga karena takut ketularan. Pada umumnya masyarakat mengenal kusta dari tradisi kebudayaan dan agama. Sehingga pendapat tentang kusta merupakan penyakit sangat menular, tidak dapat diobati, penyakit keturunan, kutukan Tuhan, nasjid, dan menyebabkan kecacatan. Masyarakat mendorong agar penderita dan keluarganya diasingkan. Penanggulangan penyakit kusta telah banyak didengar di mana-mana. Maksudnya mengembalikan penderita kusta menjadi manusia yang berguna, mandiri, produktif, dan percaya diri.
Metode penanggulangan ini terdiri dari metode pemberantasan dan pengobatan, rehabilitasi. Terdiri dari rehabilitasi medis, sosial, karya, dan pemasyarakatan yang merupakan tujuan akhir dari rehabilitasi. Di mana penderita dan masyarakat membaur sehingga tidak ada kelompok sendiri. Ketiga metode itu merupakan suatu sistem saling berkaitan dan tidak dapat dipisahkan.