Ppt Ruptur Uteri Imminens (kelompok 4) 3.ppt

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Ppt Ruptur Uteri Imminens (kelompok 4) 3.ppt as PDF for free.

More details

  • Words: 1,337
  • Pages: 26
RUPTUR UTERI IMMINENS KELOMPOK 4 : 1.Emmy Asfara 2.Gumbreg Sunu Baroto

Definisi Ruptur adalah robek atau koyaknya jaringan secara paksa Uteri adalah uterus/dinding rahim Ruptur uteri atau robekan uterus merupakan peristiwa yang sangat berbahaya, yang umumnya terjadi pada persalinan,

Faktor Penyebab Ruptur Uteri 1) parut uterus (seksio sesaria, miomektomi, abortus sebelumnya) 2) Trauma (kelahiran operatif: versi, ekstraksi bokong, forceps perangsangan oksitosin yang berlebihan, kecelakaan, pemasangan misoprostol yang berlebihan) 3) Rruptura uteri spontan yang tidak berparut (disproporsi kepala panggul, malpresentasi janin, anomali janin, leiomioma uteri dan distosia bahu) 4) Faktor-faktor lain (plasenta akreta, inkreta,panyakit trofoblas invasif).

Etiologi 1. Riwayat pembedahan terhadap fundus atau korpus uterus 2. Induksi dengan oksitosin yang sembarangan atau persalinan yang lama 3. Presentasi abnormal ( terutama terjadi penipisan pada segmen bawah uterus ).

Manifestasi klinis Pernafasan jadi dangkal dan cepat, kelihatan haus. Muntah-muntah karena rangsangan peritoneum Syok nadi kecil dan cepat, tekanan darah turun bahkan tidak teratur Keluar perdarahan pervaginam yang biasanya tidak begitu banyak, lebih-lebih kalau bagian terdepan atau kepala sudah jauh turun dan menyumbat jalan lahir. kadang-kadang ada perasaan nyeri yang menjalar ketungkai bawah dan dibahu. Kontraksi uterus biasanya hilang.

Menurut lokasinya Menurut etiologinya Ruptur uteri spontanea Ruptur uteri violenta

Lanjutan ...

Klasifikasi Menurut keadaan robek Ruptur uteri inkomplit (subperitoneal) Ruptur uteri komplit (transperitoneal)

Menurut kapan terjadinya Ruptur uteri pada waktu kehamilan (ruptur uteri gravidarum) Ruptur uteri pada waktu persalinan (ruptur uteri intrapartum)

Ruptur uteri spontan : Ruptur uteri ini terjadi secara spontan pada uterus yang utuh (tanpa parut). Faktor predisposisi yang menyebabkan terjadinya ruptur uteri adalah multiparitas, stimulus oksitosin, dll Pada persalinan yang kurang lancar, dukun-dukun biasanya melakukan tekanan keras kebawah terusmenerus pada fundus uterus, hal ini dapat menambah tekanan pada segmen bawah uterus yang sudah regang dan mengakibatkan terjadinya ruptur uteri.

Patofisiologi

Pemberian oksitosin dalam dosis yang terlalu tinggi / indikasi yang tidak tepat bisa menyebabkab ruptur uteri. Ruptur uteri traumatic. Ruptur uteri yang disebabkan oleh trauma dapat terjadi karena jatuh, kecelakaan. Robekan ini yang bisa terjadi pada setiap saat dalam kehamilan Ruptur uteri pada luka bekas parut.

Lanjutan ...

Anamnesis Adanya riwayat partus yang lama atau macet Adanya riwayat partus dengan manipulasi oleh penolong. Adanya riwayat multiparitas Adanya riwayat operasi pada uterus

Gambaran Klinis Gambaran klinis ruptur uteri didahului oleh gejala-gejala ruptur uteri yang membakat, yaitu didahului his yang kuat dan terus menerus, rasa nyeri yang hebat di perut bagian bawah, nyeri waktu ditekan, gelisah, nadi dan pernapasan cepat.  Pemeriksaan Luar

Nyeri tekan abdominal Perdarahan per vaginam Kontraksi uterus biasanya akan hilang

Penegakan diagnosa

Tindakan pertama adalah memberantas syok, memperbaiki keadaan umum penderita dengan pemberian infus cairan dan tranfusi darah, kardiotinika, antibiotika, dsb. tindakan selanjutnya adalah melakukan laparatomi dengan tindakan jenis operasi : histerektomi baik total maupun sub total

histerorafia, yaitu luka di eksidir pinggirnya lalu di jahit sebaik-baiknya konserfatif : hanya dengan temponade dan pemberian antibiotika yang cukup.

Penatalaksanaan

Lingkaran retraksi patologis Bandl Hiperventilasi Gelisah – cemas Takikardia bandel Lingkaran Retraksi Patologis ( Lingkaran Bandl )

Gejala

Resiko absolut terjadinya ruptura uteri dalam kehamilan sangat rendah namun sangat bervariasi tergantung pada kelompok tertentu : Kasus uterus utuh Uterus dengan kelainan kongenital Uterus normal pasca miomektomi Uterus normal dengan riwayat sectio caesar satu kali Uterus normal dengan riwayat sectio lebih dari satu kali

Pasien dengan uterus normal dan utuh memiliki resiko mengalami ruptura uteri paling kecil ( 0.013% atau 1 : 7449 kehamilan ) Strategi pencegahan kejadian ruptura uteri langsung adalah dengan memperkecil jumlah pasien dengan resiko .

Pencegahan

kriteria pasien dengan resiko tinggi ruptura uteri adalah : Persalinan dengan SC lebih dari satu kali Riwayat SC classic ( midline uterine incision ) Riwayat SC dengan jenis “low vertical incision “ LSCS dengan jahitan uterus satu lapis SC dilakukan kurang dari 2 tahun LSCS pada uterus dengan kelainan kongenital Riwayat SC tanpa riwayat persalinan spontan per vaginam Induksi atau akselerasi persalinan pada pasien dengan riwayat SC Riwayat SC dengan janin makrosomia Riwayat miomektomi per laparoskop atau laparotomi Ibu hamil dengan 1 kriteria diatas akan memiliki resiko 200 kali lebih besar diband

Lanjutan ...

Asuhan Keperawatan

Identitas Pasien: Nama, Usia, Status, Pendidikan Status Kesehatan: Keluhan utama, Riwayat persalinan lalu, Riwayat ANC.

Pemeriksaan Fisik: Anamnesis dan inspeksi:  pada suatu his yang kuat sekali, pasien merasa kesakitan yang luar biasa, menjerit seolah-olah perutnya sedang dirobek. Pasien kemudian menjadi gelisah, takut, pucat, keringat dingin, bahkan bisa kolaps,  pernafasan menjadi dangkal dan cepat,  haus,  muntah-muntah,  syok, nadi kecil dan cepat, TD menurun bahkan menjadi tidak teratur,  perdarahan pervaginam,  terkadang timbul perasaan nyeri yang menjalar ke tungkai bawah dan bahu,  kontraksi uterus biasanya hilang,  perut kembung dan paralisis usus.

pengkajian

Palpasi teraba krepitasi pada kulit perut, bila janin sudah keluar dari kavum uteri (berada di rongga perut), maka teraba bagian-bagian janin langsung dibawah kulit perut, dan disampingnya terkadang teraba uterus sebagai suatu bola keras dengan ukuran sebesar kelapa, nyeri tekan pada perut, terutama pada bagian yang robek. Auskultasi DJJ tidak terdengar beberapa menit setelah ruptur.

Pemeriksaan dalam Kepala janin yang tadinya sudah jauh turun ke bawah, dengan mudah dapat didorong keatas, dan ini disertai keluarnya darah pervaginam yang agak banyak. Jika rongga rahim sudah kosong dapat diraba robekan pada dinding rahim, bahkan dapat diraba pula usus, omentum, dan bagianbagian janin. Jika jari tangan yang berada di dalam ditemukan dengan jari luar, maka terasa seperti dipisahkan oleh bagian yang tipis sekali dari dinding perut. Fundus uteri juga dapat diraba.

1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam 2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam 3. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian 4. Resiko infeksi b/d perdarahan 5. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan

Diagnosa Keperawatan

1. Kekurangan volume cairan b/d perdarahan pervaginam

Intervensi: Observasi tanda-tanda vital (TTV) klien; Tidurkan pasien dengan posisi kaki lebih tinggi sedangkan badannya tetap terlentang Monitor intake dan output setiap 5-10 menit Evaluasi kandung kencing Lakukan masage uterus dengan satu tangan serta tangan lainnya diletakan diatas simpisis. Batasi pemeriksaan vagina dan rectum Berikan infus atau cairan intravena Berikan uterotonika ( bila perdarahan karena atonia uteri ) Berikan transfBerikan antibioticusi whole blood ( bila perlu )

Intervensi Keperawatan

2. Gangguan perfusi jaringan b/d perdarahan pervaginam Intervensi:  Monitor tanda vital tiap 5-10 menit

 Catat perubahan warna kuku, mukosa bibir, gusi dan lidah, suhu kulit  Kaji ada / tidak adanya produksi ASI  Tindakan kolaborasi :  Monitor kadar gas darah dan PH ( perubahan kadar gas darah dan PH merupakan tanda hipoksia jaringan )  Berikan terapi oksigen ( Oksigen diperlukan untuk memaksimalkan transportasi sirkulasi jaringan ).

3. Cemas/ketakutan b/d perubahan keadaan atau ancaman kematian Intervensi:

 Kaji respon psikologis klien terhadap perdarahan paska persalinan  Kaji respon fisiologis klien ( takikardia, takipnea, gemetar )  Perlakukan pasien secara kalem, empati, serta sikap mendukung  Berikan informasi tentang perawatan dan pengobatan  Bantu klien mengidentifikasi rasa cemasnya

4. Resiko infeksi b/d perdarahan Intervensi:

 Catat perubahan tanda vital  Catat adanya tanda lemas, kedinginan, anoreksia, kontraksi uterus yang lembek, dan nyeri panggul  Monitor involusi uterus dan pengeluaran lochea  Perhatikan kemungkinan infeksi di tempat lain, misalnya infeksi saluran nafas, mastitis dan saluran kencing  Berikan perawatan perineal,dan pertahankan agar pembalut  Tindakan kolaborasi • Berikan zat besi ( Anemi memperberat keadaan ) • Beri antibiotika ( Pemberian antibiotika yang tepat diperlukan untuk keadaan infeksi ).

5. Resiko shock hipovolemik b/d perdarahan Intervensi:  Anjurkan pasien untuk banyak minum  Observasitanda-tandavital tiap 4 jam.  Observasi terhadap tanda-tanda dehidrasi.  Observasi intake cairan dan output.  Kolaborasi dalam : - Pemberian cairan infus / transfusi  Pemberian koagulantia dan uterotonika.

Ruptur uteri merupakan peristiwa yang gawat bagi ibu dan terutama untuk janin. Apabila ruptur uteri terjadi dirumah sakit dan pertolongan dapat diberikan dengan segera, angka mortalitas ibu dapat ditekan sampai beberapa persen. Akan tetapi di Indonesia, seringkali penderita dibawa ke rumah sakit dalam keadaan syok, dehidrasi, atau sudah adanya infeksi intrapartum sehingga angka kematian ibu menjadi sangat tinggi. Kematian ibu segera setelah terjadinya ruptur uteri umumnya karena perdarahan, sedangkan kematian ibu yang terjadi kemudian umumnya karena infeksi (misalnya peritonitis). Ruptur uteri inkomplit prognosisnya lebih baik daripada ruptur uteri komplit.

Kesimpulan

THANK YOU

Related Documents