Pontirta (pontang, tirtayasa, tanara) merupakan tiga kecamatan yang berada di wilayah pesisir kabupaten serang provinsi Banten. Tiga kecamatan ini memiliki potensi sumberdaya alam melimpah yaitu pertambakan yang luas, lahan pertanian (sawah) yang luas serta laut yang kaya akan sumber protein (perikanan). Besarnya potensi tersebut mampu memberikan kesejahteraan bagi masyarakat setempat. Bahkan sejak masa kesultanan banten tiga wilayah ini merupak lumbung, baik pertanian maupun perikanan. Sehingga tidak heran jika kebanyakan masyarakat pontirta mampu berangkat haji ketanah suci dua sampai tiga kali. Tetapi itu cerita dulu, hanya sebagai dongeng pengantar tidur. Paling tidak 20 – 30 tahun terakhir potensi sumberdaya alam pontirta mengalami penurunan produktifitas dan tidak lagi berbanding lurus dengan tingkat kesejahteraan masyarakat bahkan banyak yang kehilangan mata pencaharian. Maka tidak heran jika pontirta merupakan salah satu wilayah penghasil Tenaga kerja Indonesia (TKI) terbesar di Provinsi Banten. Indikatornya jelas, ketika suatu wilayah mengalmi penurunan/kehilangan produktifitas sumberdaya alam maka pilihannya adalah mencari penghidupan ketempat lain, salah satunya menjadi TKI diluar negeri dan sebagian lain nya menjadi pengangguran. Tentu saja hal ini menambah permasalahan sosial baru. Penurunan produktifitas sumberdaya alam dan tingkat kesejahteraan masyarakat di pontirta bukan tanpa sebab, Ada beberapa faktor yang melatar belakangi hal tersebut. Diantaranya, 1. ketersediaan air Banyak saluran irigasi yang mati sehingga menyebabkan banyak areal pertanian tidak terkelola. Menurunnya ketersediaan air (sungai) juga menyebabkan pertambakan tidak produktif karena sirkulasi antara air sungai dan air laut jadi terhambat. 2. Limbah Industri Industrialisasi yang masif selain menyebabkan tergerusnya lahan pertanian juga menyebabkan pencemaran. banyak sungai yang tidak bisa dimanfaatkan akibat tercemar limbah industri. Lebih parah lagi limbah industri tersebut mencemari laut dan pertambakan. 3. Kebijakan Pemerintah tidak pro rakyat Banyak kebijakan pemerintah yang pada akhirnya menimbulkan polemik di masyarakat. Misalnya izin penambangan pasir laut dan yang mengakibatkan rusaknya ekosistem laut dan pesisir. padahal pontirta sudah ditetapkan sebagai wilayah minapolitan. 4. Program pemerintah yang tidak terkelola dengan baik Keberhasilan program pemerintah khususnya program pemeberdayaan tidak lebih dari 30%, sedangkan sisanya gagal. Hal ini disebabkan karena, a. Program yang tidak tepat sasaran, misalnya daerah A potensinya rumput laut jenis gracilaria (tambak) tapi program yang turun jenis E.Cottoni (laut). Dalam kasus yang lain penerima program bukan orang2 yang kompeten.
b. Program yang hanya berorientasi proyek, dalam artian banyak program yang dijalankan asal cair, asal angaran terserap dan tersalurkan, asal para pihak untung, tanpa memikirkan bagaimana program tersebut berkelanjutan dan mampu meningkatkan kesejahteraan masyarakat. 5. Inovasi dan teknologi Minimnya inovasi dan teknologi baik dari pemerintah maupun masyarakat menyebabkan kondisi semakin terpuruk, misalnya inovasi untuk menyiasati kekurangan ketersediaan air sawah dengan membuat embung, membuat sumur dengan pompa air tenaga kincir angin, irigasi tetes atau dengan mengganti tanaman pangan lain yang membutuhkan sedikit air pada musim kemarau. Selain itu inovasi juga dibutuhkan ketika mencari alternatif sumber penghasilan baru (pemberdayaan) masyarakat. Misalnya dengan mengolah bahan baku yg secara ekonomis kurang menjadi bahan jadi yang nilai ekonomimya lebih tinggi. Dari sekian banyak permasalahan yang dialami masyarakat pontirta khususnya dan kabupaten serang pada umum nya, maka perlu segera mendapatkan perhatian dan jalan keluar dari berbagai pihak baik itu pemerintah maupun masyarakat agar pontirta tidak semakin terpuruk. Dan kembali menjadi wilayah yang sejahtera. ,