BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
1 dari 12
LAPORAN RESMI ACARA H dan I
PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI DAN PENGARUH FAKTOR LUAR TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI
Nama
: RETNO WULANDARI
NIM
: 07/252108/BI/7961
Gol.
: VIII
Asisten
: NATALIA TRI ASTUTI
LABORATORIUM MOKROBIOLOGI FAKULTAS BIOLOGI UNIVERSITAS GADJAH MADA YOGYAKARTA
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
2 dari 12
TAHUN 2009
PERHITUNGAN JUMLAH BAKTERI DAN PENGARUH FAKTOR LUAR TERHADAP PERTUMBUHAN BAKTERI I. PENDAHULUAN Latar Belakang Di dalam suatu populasi bakteri tidak semua sel mampu hidup terus menerus. Sel hidup ialah sel yang mampu membentuk koloni di dalam agar biak atau membentuk suspensi dalam larutan biak. Sel hidup inilah yang dihitung dengan berbagai metode untuk menetapkan jumlah sel hidup (Schlegel, 1976). Metode yang digunakan tergantung pada bahan dan jenis mikrobia yang ditentukan. Jumlah perhitungan juga dapat diestimasi dari jumlah bakteri yang terdapat dalam medium biakan murni suatu bakteri (Wistreich and Lechtman, 1988). Ada 2 cara untuk menghitung jumlah bakteri dalam suatu bahan yaitu secara langsung dan tidak langsung (Prescott et al., 1999). 1. Perhitungan secara langsung Perhitungan secara langsung dipakai untuk menentukan jumlah mikrobia keseluruhan baik bakteri yang mati maupun yang hidup. Mikrobia dapat diamati langsung dengan menggunakan mikroskop. Keuntungannya adalah kita dapat menentukan dan menghitung langsung jumlah bakteri yang terdapat pada kaca preparat (Atlas and Bartha, 1998). Pengamatan secara langsung dengan mikroskop membutuhkan pengecatan. Preparat dicat dengan cat yang sesuai lalu dihitung jumlah rata-rata sel mikrobia tiap bidang pandang pada mikrioskop dan menggunakan hand counter untuk membantu perhitungan mikrobia (Pelczar, 1957). 2. Perhitungan secara tidak langsung Perhitungan ini dipakai untuk menentukan jumlah bakteri keseluruhan baik yang hidup maupun yang mati atau hanya untuk menentukan jumlah bakteri yang hidup saja tergantung pada cara yang digunakan. Untuk menentukan jumlah mikrobia yang hidup dapat dilakukan setelah suspensi bahan atau biakan diencerkan beberapa kali dan ditumbuhkan pada medium dengan cara tertentu tergantung macam bahan dan sifat mikrobia (Atlas, 1988). Perhitungan jumlah mikrobia secara tidak langsung dapat dilakukan dengan sentrifugasi, berdasarkan kekeruhan, dengan electronic counter, berdasarkan analisis kimia, berdasarkan berat kering, berdasarkan jumlah koloni dan Most Probable Number (MPN) (Carpenters, 1977).
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
3 dari 12
Banyaknya jumlah koloni menunjukkan banyak sedikitnya bakteri yang tumbuh pada media. Perubahan faktor-faktor lingkungan dapat mempengaruhi pertumbuhan mikrobia. Namun demikian ada beberapa jenis mikrobia yang mampu menyesuaikan diri dengan lingkungan baru. Mikrobia yang demikian biasanya mempunyai sifat toleran dan sangat resisten terhadap lingkungan baru. Faktor-faktor lingkungan yang mempengaruhi aktivitas mikrobia meliputi faktor abiotik dan biotik. Faktor abiotik meliputi faktor fisik dan kimia lingkungan. Beberapa faktor abiotik yang perlu mendapat perhatian ialah temperatur, pH, kelembaban, tekanan osmose, pengeringan, sinar gelombang pendek, tegangan muka, dan daya oligodinamik (daya logam berat). Faktor biotik meliputi faktor-faktor yang mencakup asosiasi atau kehidupan bersama antara mikrobia. Asosiasi atau kehidupan bersama antara mikrobia biasanya dalan bentuk simbiose sinergisme, antibose, dan sinotropisme. pH adalah suatu angka yang menunjukkan tingkat keasaman suatu zat. pH merupakan logaritma negatif dari konsentrasi ion H+ dalam suatu zat (Soetarto et al.,2009). Semua mikrobia memiliki pH optimum agar dapat tumbuh dengan baik. pH minimum merupakan kondisi paling asam di mana mikrobia dapat tumbuh dan ph maksimum adalah kondisi paling basa di mana mikrobia dapat tumbuh ( Sarles et al.,1958). ℘ Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan mikrobia Gas dapat dihasilkan jika suhu antara 4 - 60°C dan suhu dijaga konstan. Bakteri akan menghasilkan enzim yang lebih banyak pada temperatur optimum. Semakin tinggi temperatur reaksi juga akan semakin cepat tetapi bakteri akan semakin berkurang. Berdasarkan suhu pertumbuhannya, mikrobia dibedakan menjadi : Nama Bakteri Psikrofilik Mesofilik Thermofilik (Soetarto et al.,2009)
Minimun (0 C) 0 5 – 25 25 - 45
Optimum (0 C) 15 18 – 45 55
Maksimum (0 C) 30 30 – 50 60 – 90
Proses pembentukan metana bekerja pada rentang temperatur 30-40°C, tapi dapat juga terjadi pada temperatur rendah, 4°C. Laju produksi gas akan naik 100-400% untuk setiap kenaikan temperatur 12°C pada rentang temperatur 4-65°C.Mikroorganisme yang berjenis thermofilik lebih sensitif terhadap perubahan temparatur daripada jenis mesofilik. Pada temperatur 38°C, jenis mesofilik dapat bertahan pada perubahan temperatur ± 2,8°C.Untuk jenis thermofilik pada suhu 49°C, perubahan suhu yang dizinkan ± 0,8°C dan pada temperatur 52°C perubahan temperatur yang dizinkan ± O,3°C (Manurung, 2009). ℘ Pengaruh daya disenfektan zat-zat kimia menghambat pertumbuhan bakteri
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
4 dari 12
Hampir semua senyawa kimia menghambat pertumbuhan mikrobia. Senyawa kimia mampu merusak sel dan spora, senyawa tersebut disebut disinfektan. Desinfektan merupakan bahan kimia yang digunakan untuk merusak mikrobia. Disinfektan dapat mengakibatkan presipitasi atau koagulasi protein sel atau mengoksidasi senyawa-senyawa penyusun protoplasma dan beberapa zat misalnya sulfonamida, menyebabkan enzim tidak aktif (Soetarto et al..,2008 ; Clifton, 1958). ℘ Pengaruh logam berat terhadap pertumbuhan bakteri Banyak logam berat yang bersifat toksik terhadap mikrobia, karena ion-ion logam dapat bereaksi dengan bagian penting dalam sel. Adapun ion-ion tersebut di antaranya ion Hg++, Cu++, Ag+, dan Pb+. Daya bunuh logam-logam pada kadar yang sangat rendah disebut daya oligodinamik (Soetarto et al..,2008). ℘ Pengaruh sinar ultraviolet terhadap pertumbuhan bakteri Beberapa macam panjang gelombang dari sinar matahari yang visibel (sinar yang terlihat oleh mata) menguntungkan dan bahkan sangat diperlukan oleh beberapa bakteri, misalnya bakteri yang dapat berfotosintesis, namun pada umumnya sinar matahari dapat menyebabkan kematian pada mikrobia. Hal ini disebabkan oleh bagian spektrum sinar UV (Muchtadi dan Laksmi, 1981). Sinar ultraviolet mempunyai panjang gelombang anatara 400-4000 X dan bersifat germisida terhadap mikrobia. Aktivitas germisida maksimum sinar ultraviolet terhadap bakteri dicapai pada panjang gelombang 2650x. Di samping itu sinar uv dapat menyebabkan kerusakan pada senyawa yang dihasilkan oleh bakteri, sehingga, dapat menyebabkan pertumbuhan bakteri kurang baik. Sinar uv mempunyai daya ionisasi tinggi terhadap semua senyawa kimia , dengan demikian sinar tersebut dapat menyebabkan perubahan genetik atau mutasi pada pada bakteri (Soetarto et al.,2008). Tujuan Tujuan praktikum ini adalah untuk mempelajari bagaimana cara menghitung bakteri menggunakan metode plate count dan mempelajari bagaimana pengaruh temperatur, disinfektan, logam berat, dan sinar UV terhadap pertumbuhan E.coli dan B.subtilis . II. METODE 1. Perhitungan jumlah koloni
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
5 dari 12
A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang dibutuhkan adalah biakan murni bakteri pada medium agar dengan pengenceran 10-5, 10-6, 10-7, 10-8 ,dan 10-9.Spidol digunakan untuk membantu perhitungan koloni. B. Cara kerja Jumlah koloni pada tiap pengenceran dihitung. Spidol dapat digunakan untuk membantu perhitungan ( diberi titik pada koloni yang sudah dihitung ). Hasil perhitungan dicatat dan dipilih jumlah koloni yang memenuhi persyaratan untuk perhitungan secara plate count. 2. Pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan bakteri A. Alat dan Bahan Alat dan bahan yang digunakan meliputi cawan Petri, medium nutrien agar tegak, ose, dan biakan murni B. Subtillis dan E.coli , alkohol 60%, HgCl2 0,1%, merkurokrom 3%, larutan yodium 10%, phenol 10% , uang logam 100 rupiah , aluminium foil , kertas saring. B.Cara kerja 1.Pengaruh temperatur terhadap pertumbuhan bakteri Pada bagian luar cawan Petri yang akan digunakan untuk menumbuhkan bakteri dilabel dan diberi keterangan singkat tentang temperatur, jenis bakteri yang digunakan dan tanggal penanamannya. Kemudian media agar yang telah dicairkan dan didinginkan dituangkan ke dalam cawan Petri, diratakan, dibiarkan sampai memadat. Medium diinokulasi dengan 1 ose biakan murni B. Subtillis dan E.coli. Kemudian diinkubasi pada suhu 0 0C, 27 0C, dan 55 0C selama 5 hari. Kemudian diamati pertumbuhannya. 2.Pengaruh daya disinfektan terhadap bakteri Biakan murni B. Subtillis dan E.coli diinokulasikan dengan cara spread plate. Lima kertas filter yang masing-masing telah dicelup ke dalam alkohol 60%, HgCl2 0,1 % , larutan merkurokrom 3 %,larutan yodium 10 %, dan larutan phenol 10 %, kertas tersebut diletakkan secara aseptik pada medium. Diinkubasikan pada 37 0C, selama 5 hari. Masingmasing hasil perlakuan diamati dan dicatat. 3.Pengaruh logam berat terhadap pertumbuhan bakteri
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
6 dari 12
Uang logam perunggu (Cu) direndam dengan asam nitrat 10% selama 10 menit untuk menghilangkan oksida-oksida pada logam. Kemudian dicuci dengan akuades untuk menghilangkan asam nitrat yang masih menempel. Selanjutnya media nutrien agar tegak dicairkan dalam penangas air. Kemudian media didinginkan sampai sekitar 50 0C. Pada media nutrien diinokulasikan dengan 1 ose biakan murni B. Subtillis dan E.coli, kemudian didinginkan sampai memadat. Logam Cu diletakkan tepat di tengah pada permukaan media nutrien agar tersebut, semua cawan petri diinkubasikan pada temperatur kamar selama 5 hari. 4.Pengaruh sinar ultraviolet terhadap pertumbuhan bakteri Media nutrien agar tegak dicairkan dalam penangas air . Kemudian medium didinginkan sampai temperatur sekitar 50 0C. Media nutrien diinokulasikan dengan 1 ose biakan murni B. Subtillis dan E.coli, kemudian didinginkan sampai memadat. Alumunium bentuk E dan B disiapkan untuk kedua bakteri B. subtillis (huruf B) dan E.coli (huruf E). Alumunium foil diletakkan di atas permukaan media nutrien agar. Tiap cawan Petri dibuka kemudian disinari dengan lampu UV secara langsung selama 30-60 menit. Kemudian kertas alumunium foil diambil secara aseptis dan diinkubasikan pada 37 0C, selama 5 hari. Masing-masing hasil perlakuan diamati dan dicatat. III. HASIL 1. Perhitungan jumlah koloni Dari hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut : Pengenceran 10-5 10-6 10-7 10-8 10-9
Jumlah koloni Ulangan I Ulangan II > 300 > 300 > 300 > 300 134 235 23 30 4 1 Jumlah bakteri = 185 x 107
( Perhitungan di lampiran )
Keterangan Tidak dipakai Tidak dipakai Rata rata = 185 Tidak dipakai Dipakai Tidak dipakai
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
7 dari 12
2. Pengaruh faktor luar terhadap pertumbuhan bakteri Dari hasil praktikum diperoleh hasil sebagai berikut : Faktor luar Temperatur
E.coli +
B.subtilis +
300C
++
+++
550C
+++
++
40C
Disinfektan
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
Logam berat
Tidak ada penghambatan
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
8 dari 12
Tidak ada penghambatan
Sinar UV
Keterangan : +++ tumbuh sangat lebat ++ tumbuh sedang +
tumbuh
IV. PEMBAHASAN Cara penentuan jumlah bakteri penting untuk diketahui. Hal ini terkait dengan penerapannya dalam berbagai bidang. Pada praktikum ini pengenceran yang dapat digunakan untuk menghitung jumlah bakteri adalah 10-7. Pada pengenceran 10-5 dan 10-6 tidak dapat dipakai karena jumlah koloni lebih dari 300, sedangkan pada pengenceran 10 -8 dan 10-9 tidak dapat dipakai karena jumlah koloni kurang dari 30. Hasil penghitungan menunjukkan bahwa dalam sampel terdapat 243 x 107. Plate count merupakan salah satu cara penghitungan jumlah bakteri secara tidak langsung. Syarat-syarat yang harus dipenuhi antara lain: 1. jumlah koloni tiap cawan petri 30 - 300 koloni ; 2. tidak ada koloni yang menutup lebih besar dari setengah luas cawan petri ; 3. perbandingan jumlah bakteri dari hasil pengenceran yang berturut-turut antara
pengenceran sebelumnya, jika sama atau lebih kecil dari 2 hasilnya dirata-rata, tetapi jika lebih besar dari 2 yang dipaki jumlah mikrobia dari pengenceran sebelumnya (Soetarto et al., 2009). Penggunaan metode ini dapat memberikan estimasi terbaik dari jumlah bakteri pada substansi tertentu. Namun penggunaan metode ini juga menemui kendala seperti bila koloni tumbuh mengumpul, sulit menganggap koloni mana yang dihitung sebagai single sel. Sehingga sangat mungkin terjadi salah pandang saat perhitungan, koloni kecil tidak terhitung. Jadi ada banyak faktor yang mempengaruhi keakuratan penghitungan dengan metode ini. Tetapi metode
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
9 dari 12
ini merupakan metode yang luas digunakan untuk menentukan jumlah bakteri hidup dalam suatu substansi. Jumlah koloni bakteri dipengaruhi oleh faktor luar. Pada praktikum ini dilakukan pengujian pengaruh suhu terhadap pertumbuhan B. subtilis dan E. coli pada suhu 4 0C, 30 0C, dan 55 0C. Pengamatan bakteri dilakukan pada medium padat dengan metode streak plate. Alasan penggunaan metode streak plate adalah bakteri yang tumbuh benar-benar tumbuh pada zona goresan/streak dan bakteri kontaminan tumbuh terpisah sehingga mudah dalam pengamatan. Pada praktikum ini didapatkan E.coli dan B.subtilis dapat tumbuh pada suhu 40C. Pertumbuhan B.subtilis pada suhu ini lebih lebat daripada E.coli. Pada suhu 300C B.subtilis tumbuh lebat, sedangkan E.coli tidak terlalu lebat. Pertumbuhan E.coli paling lebat pada suhu 550C. Pada suhu tersebut B.subtilis juga masih dapat tumbuh. Menurut Clifton (1958), E. coli mulai bereproduksi pada suhu 10 0C, suhu minimum pertumbuhan adalah 37 0C dan bertambah dengan cepat pada suhu di atas 45 0C, namun mulai menurun pada suhu 50 0C. Hal ini berarti E.coli merupakan bakteri mesofilik dengan suhu optimum pertumbuhan 18 0C – 45 0C. Dari hasil pengamatan, B. subtilis mempunyai pertumbuhan hampir sama dengan E.coli. Oleh karena itu B.subtilis juga termasuk bakteri mesofilik. Peranan suhu terhadap pertumbuhan mikrobia mempengaruhi enzim yang dimiliki mikrobia. Bila suhu rendah atau dibawah optimum, aktifitas enzim juga rendah, dengan demikian pertumbuhan mikrobia menjadi lambat dan metabolisme di dalam sel terhenti. Selain itu, sel bakteri dapat kehilangan air yang sangat penting untuk pertumbuhan pada suhu yang sangat rendah. Bila suhu dinaikkan sampai di atas suhu optimum, aktifitas metabolisme naik dengan cepat, tetapi pada waktu yang sama kecepatan pemecahan enzim dan protein meningkat akibat denaturasi sehingga sel rusak dan mati. Senyawa kimia dapat menghambat pertumbuhan mikrobia. Senyawa kimia tersebut digolongkan dalam faktor kimia penghambat pertumbuhan bakteri atau mikrobia. Senyawa kimia ini disebut disinfektan. Disinfektan dapat berupa deterjen, alkali, alkohol, aldehid, asam, fenol dan kresol, klorin arsenik, sulfonamide, cat, dan iodin. Pada praktikum ini, disinfektan yang digunakan adalah alkohol 60%, HgCl2 0,1%, merkurokrom 3%, larutan yodium 10%, dan phenol 10%. Hasil praktikum manunjukkan bahwa kelima disinfektan tersebut tidak mempunyai daya hambat pertumbuhan E.coli. Namun, disinfektan tersebut kecuali alkohol dapat menghambat pertumbuhan B.subtilis. Disinfektan yang memberikan daya hambat terbesar adalah merkurokrom dengan luas area penghambatan 3,37 cm2 , sedangkan HgCl2 memberikan zona
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
10 dari 12
penghambatan terkecil, yaitu 0,23 cm2. Hasil tersebut menunjukkan bahwa E.coli lebih resisten terhadap disinfektan. Hal ini terkait sifatnya yang termasuk bakteri gram negatif. Enzim + HgCl2 → enzim (S-Hg-S) + 2 HCl ↓ ↓ ↓ enzim Merkuri enzim aktif kloride in aktif Gambar 1. Reaksi HgCl2 dengan enzim
(Pelezar and Chan, 1988).
HgCl2 terionisasi dalam air menghasilkan Hg++. Ion ini merupakan penghambat pertumbuhan yang sangat baik atau sebagai disinfektan yang baik karena mempunyai sifat racun, iritasi pada jaringan, korosi pada logam, dan menyebabkan presipitasi protein. Zona hambat B. subtilis lebih besar kemungkinan disebabkan karena B. subtilis tidak cukup resisten terhadap logam berat Hg++ daripada E. coli (Sarles, 1956). Daya toksis alkohol relatif rendah. Menurut Sarles (1956), alkohol merupakan zat yang menyebabkan koagulasi protein pada protoplasma. Daya toksisi alkohol menurun pada konsentrasi di bawah 50 %. Alkohol yang biasa digunakan untuk disinfektan adalah etil alkohol. Etil alkohol efektif sebagai antiseptik dan punya kemampuan setara dengan detergen. Daya oligodinamik logam berat merupakan faktor luar bersifat kimia yang mempengaruhi pertumbuhan bakteri. Ion-ion logam berat seperti Hg++, Cu++, Ag+, dan Pb++ pada kadar yang sangat rendah dapat bersifat toksis terhadap mikrobia, karena ion-ion tersebut dapat bereaksi dengan bagian-bagian penting dalam sel mikrobia. Cu termasuk salah satu mikroelemen yang dibutuhkan mikrobia sebagai kofaktor enzim. Namun dalam konsentrasi yang lebih besar, Cu justru akan menjadi inhibitor bagi enzim pada mirobia, sehingga enzim menjadi tidak aktif. Karena enzim tidak aktif maka metabolisme tidak akan berjalan dan mengakibatkan mikrobia tersebut mati. Daya bunuh logam berat ini disebut daya oligodinamik. Pada praktikum ini dilakukan pengujian pengaruh uang logam terhadap pertumbuhan B. subtilis dan E. coli. Hasil praktikum menunjukan tidak adanya zona penghambatan, baik pada E.coli maupun B.subtilis. Mungkin hal ini terjadi karena konsentrasi ion Cu pada uang logam tersebut terlalu rendah sehingga belum mampu menghambat pertumbuhan bekteri tersebut. Sinar UV mempunyai panjang gelombang antara 400 – 4000 A0. Panjang gelombang sinar UV yang mempunyai daya germisida terbesar terhadap mikrobia adalah 2650 A0. Sinar UV dapat menyebabkan kematian, menghambat pertumbuhan mikrobia, dan menyebabkan mutasi gen. Radiasi efektif hanya jika radiasi diabsorbsi oleh organisme. Dalam sel mikroorganisme, sinar tersebut diabsorbsi oleh asam nukleat khususnya oleh DNA. Substansi ini bergabung dengan protein membentuk nukleoprotein dan dijumpai di kromosom dan pada sitoplasma sebagai RNA.
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
11 dari 12
Apabila DNA menyerap sinar UV secara terus-menerus, maka akan terjadi perubahan susunan gen pada DNA sehingga terjadi mutasi gen. Dari hasil praktikum terlihat bahwa daerah pada cawan Petri yang ditutupi aluminium foil pertumbuhan bakterinya lebih banyak, sedangkan pada daerah yang tidak tertutupi aluminium foil dan langsung terkena paparan sinar UV pertumbuhan bakteri lebih sedikit. Hal tersebut dikarenakan , alumunium foil dapat menyerap sinar UV yang mematikan sehingga bakteri dibawah alumunium foil dapat bertahan. Pada zone yang tidak tertutup alumunium foil, sinar UV langsung mengenai medium sehingga mengganggu pertumbuhan bakteri. V. KESIMPULAN Dari hasil praktikum dapat diambil kesimpulan bahwa untuk menghitung bakteri menggunakan metode plate count harus memiliki kisaran koloni antara 30 sampai 300. Dilihat dari kisaran suhunya, E.coli dan B.subtilis termasuk bakteri mesofilik. Disinfektan yang mempunyai daya penghambat tertinggi adalah merkurokrom, sedangkan yang terendah adalah HgCl2. Alkohol da ion Cu tidak berpengaruh terhadap pertumbuhan mikrobia uji. Sinar UV dapat mempengaruhi pertumbuhan mekrobia. VI. DAFTAR PUSTAKA Atlas, R. M. 1988. Microbiology Fundamental and Applications. 2nd ed. McMillan Publishing Company. New York pp. 101-103 Atlas, R. M and P. Bartha. 1998. Microbial Ecology: Fundamental and Application. 2nd ed. Benjamin Cummings Publishes Company. California p. 235 Carpenter, P. L. 1977. Microbiolgy. 4th ed. W. B. Saunders Company. Philadephia pp. 217-221 Clifton, C.E. 1958. Intoduction to The Bacteria. 2nd ed. McGraw Hill Book Company.
New
York, p. 268-270, 268-273,283-302. Manurung, Reinita. 2009. Proses Anaerobik Sebagai Alternatif Untuk Mengolah Limbah Sawit http://library.usu.ac.id/download/ft/tkimia-renita.pdf. tanggal akses 10 Mei 2009. Muchtadi, D. dan B. Srilaksmi. 1981. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi Hasil
Pertanian.
Depdikbud. Jakarta, hal. 3, 9, 10 Pelczar, J. R. 1957. Manual of Microbiology Method.McGraw Hill Book Company Inc. New York pp. 245-249 Prescott, L. M., J. P. Harley, D. A. Klein. 1999. Microbiology. McGraw Hill Book Company. USA pp. 117-118, 177
BORANG DATA HASIL PRAKTIKUM UNTUK GOLONGAN/INDIVIDU
LABORATORIUM MIKROBIOLOGI
No. Dokumen Berlaku sejak
FO-UGM-BI-07-09 03 Maret 2008
Revisi
00
Halaman
12 dari 12
Sarles, W.B., W.C. Frazier, J.B. Wilson and S.G. Knight. 1956. Microbiology
General
and
Applied. 2nd ed. Harper and Brother Comp. New York pp. 99-115 Schlegel, Hans G. 1976. Mikrobiologi Umum. Edisi Keenam. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta hal. 219 Soetarto, A.E. S; Suharni, T.T; Nastiti, S.Y; Sembiring L. 2009. Petunjuk Praktikum Mikrobiologi untuk Mahasiswa fakultas Biologi. Laboratorium Mikrobiologi. Yogyakarta hal 55-71 Wistreich, G. A and M. D. Lechtman. 1988. Microbiology. 5th ed. Mac Millan Publishing Company. New York pp. 105-111