Dadang
[email protected] [email protected] Departemen Proteksi Tanaman Fakultas Pertanian - IPB
Hama sebagai salah satu faktor pembatas: Persen kerusakan -hama 12,3% -patogen 11,9% -gulma 9,8%
Penurunan mutu dan jumlah
Tindakan pengendalian
Aspek legal: UU No. 12/1992 (Sistem Budidaya Tanaman) Peraturan Pemerintah No. 6/1995 (Perlindungan Tanaman)
IPM
Pestisida sbg alat utama Penggunaan kurang tepat
- Intensitas penggunaan - Penggunaan berlebih - Teknik aplikasi - Waktu aplikasi
Isu sekarang: R E S I D U
- Pasar bebas - Peningkatan pada kesehatan - Peningkatan pada lingkungan
akibat: - Penyakit akut dan kronis - Penurunan biodiversitas
PHT: Keamanan lingkungan Ekonomi efisien Penerimaan masyarakat Teknologi praktis dan berkelanjutan
Apa itu pestisida botani? Apakah pestisida botani merupakan penemuan baru?
Apa Pestisida Botani/Nabati? Pertanyaan awal: Apa itu Pestisida? Definisi Pestisida Penggolongan Pestisida ……. Formulasi ……. Bahan aktif Penggunaan Pestisida Kelebihan dan kekurangan Perbaikan yang harus dilakukan
Bahan Aktif Pestisida Pestisida sintetik (organofosfat, karbamat, organoklorin, piretroid, dll) Pestisida alami (natural pesticide) -Pestisida anorganik (sulfur) -Pestisida biologi (bt) -Pestisida metabolit -Tumbuhan -Mikroorganisme
Apa itu pestisida botani ? Setiap bahan kimia (metabolit) tumbuhan yang mampu memberikan satu atau lebih aktivitas biologi, baik fisiologis (kematian) maupun tingkah laku (penghambatan makan) pada OPT dan memenuhi syarat untuk digunakan dalam pengendalian OPT
Sejarah pestisida botani Zaman Yunani dan Romawi klasik: Ampas zaitun (Olea europea), bawang putih (Allium sativum), mentimun liar (Citrullus colocynthis) untuk mengendalikan ulat dan belalang 1690: ekstrak tembakau untuk mengendalikan kepik jala (Tingidae) pada pohon pir di Perancis --- imidakloprid 1848: akar tuba untuk mengendalikan hama pala di Malaysia Hingga sekarang digunakan utk ikan 1800: tepung bunga piretrum sebagai insektisida di daerah Kaukasus-Iran Model untuk piretroid 1960: azadirakhtin berhasil diisolasi Indigenous knowledge harus dieksplor
Mengapa kembali ke insektisida botani • Efek samping penggunaan insektisida sintetik pada berbagai aspek • Aplikasi PHT secara luas telah dimulai • Permintaan produk organik semakin meningkat sejalan dengan peningkatan pada aspek kesehatan • Meningkatnya perhatian thd kesehatan lingkungan • Isu-isu internasional (Sanitary & Phytosanitary Measures) yang membatasi kadar residu pestisida pada produk ekspor/ impor
Hal positip dari insektisida botani -Mudah terurai di alam -Relatif aman terhadap organisme bukan sasaran termasuk musuh alami hama (selektivitas) -Bisa dipadukan dg komponen lain PHT (kesesuaian) -Dapat memperlambat laju resistensi -Komponen ekstrak bisa bersifat sinergis -Petani dapat menyiapkan sendiri untuk beberapa jenis sendiri (kesinambungan) -Dapat menjamin ketahanan dalam berusaha tani
Keterbatasan insektisida botani • Persistensi singkat perlu aplikasi berulang --- timing • Spektrum aktivitas terbatas • Ekstrak dg pelarut air tidak tahan lama --- segera digunakan • Beberapa ekstrak bekerja lambat ----- prilaku users • Untuk produksi komersial: - sediaan bahan baku terbatas ----- upayakan kons. rendah - biaya produksi relatif mahal ---- swa produksi - standardisasi tidak selalu mudah karena kandungan bahan aktif dlm tumbuhan beragam ------ regulasi perlu disempurnakan
Pendekatan dalam eksplorasi 2. Pernah digunakan sebagai obat tradisional 3. Pernah digunakan dalam pengendalian tradisional 4. Tanaman sekerabat yang aktif 5. Secara ekologi 6. Acak
Azadirachta indica (Meliaceae) ------------ Efektif thd beberapa hama ------------ sudah dipasarkan Melia azedarach (Meliaceae) Aglaia odorata (Meliaceae)
------------ Efektif thd beberapa hama ------------ sudah dipasarkan ------------ Efektif thd beberapa hama kubis
Swietenia mahogani (Meliaceae) ---------- Efektif thd beberapa Lepidoptera Alpinia galanga (Zingiberaceae) ---------- Efektif thd beberapa Lep dan Col Annona squamosa (Annonaceae) ---------- Efektif thd beberapa hama Piper betle (Piperaceae)
------------ Efektif thd beberapa Lep dan Col
Piper retrofractum (Piperaceae) ----------- Efektif thd beberapa Lep dan Col
-campuran ekstrak -formulasi
O
4,11-selinadien-3-one Cyperus rotundus L. (Cyperaceae)
CHCH2 CHOCOCH3
OCOCH3 1`-acetoxychavicol acetate rimpang Alpinia galanga
CH3
HO
CH CH3 CH3
C10H18O Bahan aktif dari Amomum cardamomum
Pe ng uj ian Ko mb in asi
Analisis data Data kematian POLO PC Program
Interaksi antar ekstrak : IC =
LCXa(mj) LC
a X
+
LCXb(mj) LC
b X
+
LCXa(mj) LC
a X
x
LCXb(mj) LCXb
LCXa(mj) and LCXb(mj) = LCx campuran ekstrak x proporsi concentrasi dalam campuran LCXa and LXb = LCx nilai ekstrak tunggal IC<1 : sinergis IC=1 : aditif IC>1 : antagonis
Source: Chou & Talalay 1984 in Prijono 2005
Tes tunggal: LC50, LC90, and LC95 values and regression at 72 HAT Extract
y = a + bx
Konsentrasi (%) LC50
LC90
LC95
a
b
A. squamosa
0.055
0.202
0.292
2.86
2.27
A. muricata
0.221
0.497
0.625
2.39
3.64
A. indica A. odorata
0.048
0.630
1.304
0.28
0.20
0.199
1.059
1.701
1.24
1.77
a: Intersep dan b: sudut kemiringan
LC50, LC90, and LC95 values and regression of A. indica and A. squamosa (IS) extract mixture on various comparisons
Extract mixture
a
Concentration (%)
b
LC50
LC90
LC95
(IS) 2:1
0.043
0.049
0.050
30.31
22.10
(IS) 1:1
0.021
0.049
0.062
5.76
3.42
(IS) 1:2
0.018
0.057
0.079
4.44
2.54
y = a + bx
a: Intercep, b: slope of regression Interaction of extract mixture of A. indica and A. squamosa (IS) at 72 HAT Comparison
Interaction
LC50
LC90
LC95
(IS) 2:1
1.08
0.134
0.092
Antagonistic Synergistic Synergistic
(IS) 1:1
0.452
0.165
0.07
Synergistic Synergistic Synergistic
(IS) 1:2
0.370
0.225
0.205
Synergistic Synergistic Synergistic
LC50
LC90
LC95
LC50, LC90, and LC95 values and regression of A. odorata and A. muricata (OM) extract mixture on various comparisons Comparison
Concentration (%) LC50
LC90
Y = a + bx LC95
a
b
(OM) 2:1
0.167
0.373
0.468
2.86
3.67
(OM) 1:1
0.042
0.243
0.402
2.31
1.67
(OM) 1:2
0.310
0.608
0.736
2.23
4.37
a: Intercep and b: slope of regression Interaction of extract mixture of A. odorata and A. muricata (OM) at 72 HAT Comparison
LC95
Sifat interaksi LC90 LC95
LC50
LC90
(OM) 2:1
0.950
0.409
0.476 Synergistic Synergistic Synergistic
(OM) 1:1
0.221
0.387
0.478 Synergistic Synergistic Synergistic
(OM) 1:2
1.937
1.164
1.045 Antagonistic Antagonistic Antagonistic
LC50
Pembuatan larutan semprot
alkil gliserol flatat
ekstrak tanaman
metanol
+ air
Populasi larva P. xylostella pada tanaman kubis
No. of larvae/plant
10
Gg0. 5
8
Gg0. 25
6
Ac0. 25
4
Ag0. 25
2
Cr 0. 25
0
Ct r
Ac0. 5
Ag0. 5
Cr 0. 5
Dec
I
II
Observation
III
IV
D2G
Larva/tanaman
Efikasi lapangan insektisida sintetik, mikroba, dan botani terhadap P. xylostella pada tanaman kubis 6 4 2 0 I
II
III
IV
V
VI
Pengam atan B t (0.5) Tc (1.0)
B t (4.0) Tc (2.0)
Pr (0.5) C ontrol
Pr (2.0)
4
0,50%
0,30%
0,10%
Curacron 500 EC
Populasi (larva/tanaman)
Kontrol 3
2
1
0 I
II
III
IV
V
VI
Pengamatan
Gambar 1 Perkembangan tingkat populasi larva P. xylostella yang diberi perlakuan ekstrak biji S. mahogani dan Curacron 500 (profenofos)
Metode Uji 10 larva P. xylostella
0,1,2,3,5, dan 7 hari Dijemur Daun kubis 2 x 2 cm
Mortalitas
Change the treated leaf With free insecticide leaf
100
0 day under sunlight 1 day under sunlight 2 days under sunlight 3 days under sunlight 5 days under sunlight 7 days under sunlight
a
80 60 40 20
Larval mortality (%)
0 1
2
100
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
8
9
3
4
5
6
7
b
80 60 40 20 0 1
2
c
100 80 60 40 20 0 1
2
8
9
Day after treatment) Fig. Larval mortality of P. xylostella treated with (a) OM 7:3 0.5 %, (b) OM 1:1 0.5%, (c) OM 3:7 0.5% extract mixtures
Gejala fitotoksisitas
kontrol
•
odorata : S. mahogani 7:3 0,5%
A. odorata : S. mahogani 1:1, 0,5%
A. odorata : S. mahogani 3:7, 0,5%
S. mahogani : T. tuberculata 7:3, 1%
Tingkat parasitisasi larva P. xylostella pada tanaman kubis yang diberi perlakuan ekstrak S. mahogani dan Curacron 500 EC Perlakuan
Pengamatan (%) I
II
III
IV
S. mahogani 0,5%
35
20
15
25
S. mahogani 0,3%
25
15
10
15
S. mahogani 0,1%
15
10
20
20
Curacron 500 EC
10
10
10
15
Kontrol
20
30
15
25
Populasi arthropoda tanah Treatment
No. Individuals (N)
No. species (S)
N/S
B. Thuringiensis (1.0 g/l)
837
37
23.25
B. Thuringiensis (4.0 g/l)
617
47
13.13
Profenofos (0.5 ml/l)
430
39
11.03
Profenofos (2.0 ml/l)
415
41
10.12
T. Crispa (1.0 g/l)
776
43
18.05
T. Crispa (2.0 g/l)
637
39
16.30
Control
578
41
14.10
Hama gudang
Hama pertanian
Ekstrak tumbuhan
Hama rumah tangga
Aktivitas Biologi Ekstrak Tunggal terhadap Serangga Uji Spesies P. cablin
Pelarut
MeOH Eter Heksana F. vulgare MeOH Eter Heksana P. betle MeOH Eter Heksana R. communis MeOH Eter Heksana V. zizanioides MeOH Eter Heksana A. squomosa MeOH Eter Heksana A. glabra MeOH Eter Heksana
Ovisida X X X X X X X X X O X X X X X X OX X X X X X X X X X X X X X O O X X O O O X O O X
X=tidak/kurang efektif, O=efektif;
Penolakan Peneluran OX X X X X X X OX X X X O X X X X X X X X X X X X X O O X X O O X O O O O O O O O
Mortalitas X X X X X X X X OX X X X X X X O X O X O O X O X X X X O X X O O O O X O X O O O O
Aktivitas Penghambatan Peneluran Campuran Ekstrak terhadap Callosobruchus sp. dan S. zeamais Jenis campuran
7:3
1:1
3:7
Callosobruchus sp.
A. glabra (M) : P. cablin (M)
X
O
X
A. glabra (H) : V. zizanioides (H)
O
X
O
A. glabra (E) : A. squomosa (E)
X
O
O
A. glabra (M) : A. squomosa (E)
X
X
X
A. glabra (H) : A. squomosa (H)
O
O
O
A. squomosa (M) : P. betle (M)
X
O
X
A. glabra (M) : A. squomosa (M)
O
O
O
A. glabra (M) : P. betle (M)
O
O
O
A. glabra (E) : V. zizanioides (E)
O
O
O
S. zeamais
X=tidak/kurang efektif, O=efektif; M=metanol, E=eter, dan H=heksana
Aktivitas Insektisida Campuran Ekstrak terhadap Callosobruchus sp. dan S. zeamais Jenis campuran
7:3
1:1
3:7
A. glabra (H) : A. squomosa (H)
X
X
X
A. glabra (E) : A. squomosa (E)
X
O
O
A. glabra (E) : F. vulgare (E)
X
X
X
A. glabra (E) : A. squomosa (E)
X
X
X
A. squomosa (E) : F. vulgare (E)
X
X
X
A. squomosa (E) : P. cablin (E)
X
X
X
A. glabra (E) : P. cablin (E)
O
O
X
Callosobruchus sp.
S. zeamais
X=tidak/kurang efektif, O=efektif; M=metanol, E=eter, dan H=heksana O = Untuk formulasi cair
Efektivitas bahan pembawa dalam formulasi Bahan pembawa A. glabra (H) : V. zizanioides (H) 3:7
A. glabra (M) : P. cablin (M) 1:1
A. glabra (E) : A. squomosa (E) 1:1
1:10
1:20
1:30
Zeolit
X
X
X
Kaolin
O
X
X
Gel silika
X
X
X
Zeolit
X
X
X
Kaolin
O
X
X
Gel silika
X
X
X
Zeolit
X
X
X
Kaolin
O
X
X
Gel silika
X
X
X
X=tidak/kurang efektif, O=efektif; M=metanol, E=eter, dan H=heksana O = Untuk formulasi repelen
Efektivitas Beberapa Perlakuan pada Pengujian Lapangan/Gudang 14
Persen kerusakan
12 10 8 6 4 2 0
I
II
II
IV
Minggu Penyemprotan dan Repelensi Penyemprotan Kontrol
Repelensi Fumigasi
Famili penting sebagai sumber insektisida botani Acanthaceae
Fabaceae (Leguminosae)
Annonaceae
Lamiaceae
Arecaceae
Meliaceae
Asteraceae
Piperaceae
Clusiaceae
Simaroubaceae
Euphorbiaceae Solanaceae Zingiberaceae
Acanthaceae: Andrographis paniculata Andrografolida (Antifidan) Arecaceae: Acorus calamus (jeringau) β-asaron (pemandul) Eugenol (pemikat) Annonaceae: Annona squamosa, A. muricata, A. glabra, Polyalthia littoralis, P. lateriflora Asteraceae: Tanacetum cinerariaefolium: Efektif thd bbg serangga Ageratum sp. (antijuvenil hormon) Fabaceae/Leguminosae: Tephrosia vogelii, Derris eliptica Meliaceae: A. indica, A. odorata, S. mahogani Zingiberaceae: lengkuas, temu hitam Piperaceae: Piper betle, P. terofractum, P. longum
Beberapa cara kerja insektisida botani - Racun syaraf: piretrin (piretrum) nikotin (tembakau) pipersida (Piper spp.) kavikol (lengkuas) - Racun respirasi: rotenon (akar tuba) skuamosin (srikaya) - Penghambat fungsi hormon serangga (IGR): azadirahtin (mimba) - Penghambat makan: Triterpenoid (mahoni) Suren
• Penghambat peneluran: akar wangi, nilam, limonin dari kulit jeruk • Zat pengusir: senyawa terpenoid dari Asteraceae, zodia, sereh wangi • Zat pemikat: metil eugenol dari selasih dan cengkeh • Zat pemandul: β-asaron dari jeringau • Mematikan telur: Polyalthia littoralis
Syarat untuk aplikasi -Sebaiknya konsentrasi efektif cukup rendah yaitu ≤ 0,5 % utk ekstrak dg pelarut organik atau ≤ 5-10% utk ekstrak air) -Tidak fitotoksik (merusak tanaman) -Aman thd musuh alami hama & organisme bukan sasaran lainnya -Tumbuhan sumber insektisida botani mudah ditemukan/dibudidayakan utk kesinambungan -Untuk produksi komersial, mutu harus terjamin
Contoh Penyiapan insektisida botani • Serbuk tumbuhan + air, tanpa pemanasan • Serbuk tumbuhan + air, dgn pemanasan/ perebusan • Serbuk tumbuhan + lerak/sabun + air (tanpa atau dgn pemanasan/perebusan) Catatan: Air dlm tong di luar ruangan sumber air panas
Contoh penyiapan insektisida botani Modifikasi ekstrak sederhana utk meningkatkan keefektifan: • Serbuk tumbuhan + diterjen* + air (tanpa atau dgn pemanasan/perebusan) • Serbuk tumbuhan + biosurfaktan + air • Serbuk tumbuhan + sedikit alkohol/metanol* + biosurfaktan + air * Perlu dicek SNI ttg pertanian organik
Peggunaan insektisida botani dlm PHT: • Harus tetap mengacu pada asas-asas PHT (PP No 6/1995 dan empat pilar PHT) • Ekstrak kasar lebih baik drpd senyawa murni sinergisme & menekan resistensi • Insektisida botani dlm bentuk campuran menekan resistensi, sinergisme, & mengatasi keterbatasan bahan baku. • Penggunaan insektisida botani secara berselang-seling menekan resistensi, mengatasi keterbatasan bahan baku.
Insektisida botani dlm PHT (lanjutan): • Menganjurkan petani utk menanam tumbuhan sumber insektisida & menggunakannya secara langsung • Dukungan kebijakan pemerintah • Penyuluhan pertanian partisipatif
APLIKASI SEDERHANA (sumber: Kardinan, 2001)
Ramuan 1 Daun mimba (8kg), lengkuas (6kg), serai (6 kg), deterjen (20 g) ddan air (20 l) Untuk belalang, wereng coklat, walang sangit, kutu, ulat, aphid, thrips
Ramuan 2 Daun sirsak (satu genggam, rimpang jeringau (satu genggam), bawang putih (10 siung), deterjen (20 g), air 20 l) Untuk wereng coklat
Penutup ● Insektisida botani memiliki peluang yg besar utk dpt diterapkan dlm pertanian berbasis PHT khususnya pd pertanian organik tetapi akan mendapat persaingan yg keras dari insektisida sintetik generasi baru yg lebih aman & insektisida alami lain dlm penerapannya utk PHT pd pertanian konvensional. ● Perlu dikembangkan sistem pemasyarakatan yg memperhatikan segi pengetahuan, sikap, dan tindakan petani dalam meningkatkan peranan insektisida botani dalam PHT.