PERTOBATAN DAN PERJALANAN IMAN Ayat Bersahut-sahutan: Mazmur 11 :1-7 Untuk pemimpin biduan. Dari Daud. Pada TUHAN aku berlindung, bagaimana kamu berani berkata kepadaku: “Terbanglah ke gunung seperti burung!” 2 Sebab, lihat orang fasik melentur busurnya, mereka memasang anak panahnya pada tali busur, untuk memanah orang yang tulus hati di tempat gelap. 3 Apabila dasar-dasar dihancurkan, apakah yang dapat dibuat oleh orang benar itu? 4
TUHAN ada di dalam bait-Nya yang kudus; TUHAN, tahta-Nya di disorga; mata-Nya mengamat-amati, sorot mata-Nya menguji anak-anak manusia. 5 TUHAN menguji orang benar dan orang fasik, dan ia membenci orang yang mencintai kekerasan. 6 Ia menghujani orang-orang fasik dengan arang berapi dan belerang; angin yang menghanguskan, itulah isi piala mereka. 7 Sebab TUHAN adalah adil dan Ia mengasihi keadilan; orang yang tulus akan memandang wajah-Nya.
Ayat Inti: Markus 1 : 15 : kata-Nya: "Waktunya telah genap; Kerajaan Allah sudah dekat. Bertobatlah dan percayalah kepada Injil!" Dalam injil markus Yesus memulai pewartaanNya yaitu amanat tentang keselamatanNya, “waktunya telah genap; kerjaan Allah sudah dekat dan percayalah kepada injil” Kedatangan Yesus memulai suatu era, yaitu masa penuh kasih karunia dan keselamatan. Kata-kata Yesus yang pertama, menjadi ajakan untuk menyambut realita ini, menyambut kasih Allah yaitu kerajaan Allah yang telah Yesus dekatkan kepada seluruh umat manusia. Kerajaan yang dapat dijangkau semua orang. Pertobatan dan iman berjalan bersama; yang satu tidak akan ada tanpa yang lain, namun keduanya bersumber dari sabda yang hidup dan kehadiran Yesus dalam kehidupan kita.
Apakah pertobatan itu? Apakah orang-orang Kristen perlu bertobat? Pertobatan membutuhkan prubahan Perubahan : Reformasi : Transformasi : menjadi orang bertobat : perlu perubahan Pertanyaanya : Bagaimana saya bertobat sebagai orang Kristen? Apakah pertobatan sejati itu? Seorang kepala penjara Filipi menanyakan pertanyaan yang sama kepada Paulus dan Silas. Kita tahu paling sedikit tiga hal mengenai orang ini: dia adalah seorang kepala sipir; penyembah berhala; putus asa. Dia sudah hampir bunuh diri ketika Paulus mencegah dia melakukan itu. Ia bertanya, “Apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?" (Kisah Para Rasul16:30)
Fakta bahwa ia menanyakan ini menunjukkan bahwa dirinya menyadari kebutuhannya akan keselamatan - menyadari cuma kematian yang menantinya, dan karenanya dia tahu bahwa dirinya membutuhkan pertolongan. Fakta bahwa dia bertanya kepada Paulus dan Silas menunjukkan bahwa ia percaya bahwa mereka memiliki jawaban atas pertanyaannya itu. Jawabannya datang dengan cepat dan sederhana: “Percayalah kepada Allah Yesus Kristus dan engkau akan selamat, engkau dan seisi rumahmu." (Kisah 16:31) Cerita selanjutnya memperlihatkan bagaimana orang itu percaya dan bertobat. Sejak hari itu hidupnya mulai berubah. Dan kalau kita Perhatikan, pertobatan orang ini hanyalah berdasarkan iman (“percaya”). Hanya karena dia percaya kepada Yesus saja. Orang ini percaya bahwa Yesus adalah Anak Allah (“Allah”) dan Mesias yang menggenapi Kitab Suci (“Kristus”). Imannya juga meliputi kepercayaan bahwa Yesus mati bagi dosa dan bangkit kembali karena itulah berita yang dikhotbahkan oleh Paulus dan Silas Secara harafiah “bertobat” artinya “berbalik.” Ketika kita berbalik kepada sesuatu, meninggalkan perbuatan lama yang jahat dan hidup menurut perintah Yesus. Ketika kita berbalik kepada Yesus, kita juga berbalik dari dosa. Alkitab menyebut berbalik dari dosa sebagai “penyesalan” dan berbalik kepada Kristus sebagai “iman.” Karena itu, penyesalan dan iman adalah seperti dua sisi mata uang yang tidak bisa terpisahkan, saling melengkapi. Pertobatan memerlukan baik penyesalan maupun iman diindikasikan dalam 1 Tesalonika 1:9 - “bagaimana kamu berbalik dari berhala-berhala kepada Allah” (1 Tesalonika 1:9). Hasil pertobatan sejati sebagai orang Kristen: ia akan meninggalkan jalan hidupnya yang dulu dan segala sesuatu yang berkaitan dengan pikiran yang jahat. Secara sederhana, ada orang berkata –SAYA SUDAH BERTOBAT---- tetapi----1. Saya mau bertobat --- Tetapi pacaran dengan orang yang tidak seiman (orang muda) 2. Saya mau bertobat --- tetapi masih gampang marah, tersinggung, egois (harusnya saling mengerti) 3. Saya mau bertobat --- tetapi tidak sudak melihat orang lain lebih sukses, gak boleh ada yang melebihinya 4. hidupnya tidak ada perobahan, tidak ada penyesalan 5. Saya mau bertobat --- tetapi belum mau mengembalikan perpuluhan milik Tuhan 6. masih melakukan pembenaran terhadap kesalahan 7. mengulangi kesalahan yang sama 8. menyalahkan orang yang kita sakiti 9. tidak mau atau sungkan meminta maaf 10. tidak mengasihi musuh, dan lain-lain
Atau Apakah bertobat hanya sebatas orang berhenti berbuat kesalahan, orang perokok jadi tidak merokok..... tadinya tidak ke gereja---jadi kegereja... yang pemarah menjadi lemah lembut atau tidak pemarah, berhenti berbuat satu kesalahan. Berbalik dari dosa bukanlah
definisi dari pertobatan, melainkan salah satu hasil pertobatan yang sejati, yang berlandaskan iman yang menuntun kepada Tuhan Yesus Kristus. Bertobat : pelajaran kita sabat ini mengajak kita bukan hanya berhenti tetapi kita harus berbalik mengandalkan Tuhan dalam segala aspek kehidupan kita. Dalam setiap tindakan. Karna kalau mengandalkan diri, yakinlah saudara/i, bapak/ ibu kita tidak akan mampu memiliki pertobatan yang sejati Banyak orang mau bertobat, tetapi tidak jelas arah pertobatannya? Belum bisa sepenuhnya meninggalkan kejahatan, hal-hal yang tidak disukai Tuhan. Hidup yang aman adalah hidup didalam Tuhan. Menaati hukum Tuhan, perintah Tuhan, titah Tuhan, ketatapan Tuhan dan semuanya ini sama seperti payung bagi kita untuk melindungi kita bila mana turun hujan dan sebagai bukti penurutan kita kepada Tuhan. Orang yang melanggar perintah Tuhan ada saja penderitaan yang akan dialami.
Apa makna pertobatan yang sesungguhnya?? 3 hal yang terjadi dalam pertobatan: 1. Mengakui dosa kita, 2. menolak dosa kita, 3. dan berbalik kepada Allah. Semakin kita mengerti makna pertobatan yang sesungguhnya, kita akan semakin menyadari bahwa sesungguhnya pertobatan adalah sebuah hadiah yang indah dari Allah untuk kita. Mengapa? Karna kita bagian dari Sorga.
Manfaat pertobatan 1. Pertobatan memungkinkan Tuhan memulihkan, mengampuni, dan menyucikan kita Sering kali saya merasa tidak layak untuk mendapatkan pengampunan Allah ketika saya jatuh dalam dosa. saya pikir, “saya sudah menjadi orang Kristen dan sekarang saya masih mengecewakan Allah seperti ini. Bagaimana mungkin saya bisa berharap Dia mengampuniku?” (1 Yohanes 1:9). “Jika kita mengaku dosa kita, maka Ia adalah setia dan adil, sehingga Ia akan mengampuni segala dosa kita dan menyucikan kita dari segala kejahatan” 2. Pertobatan membantu kita untuk menjadi rendah hati Menyadari bahwa ketika mengalami kesulitan untuk bertobat, seringkali itu karena ada masalah kesombongan dalam diri kita, atau mengandalkan diri sendiri. Lawan dari kesombongan adalah kerendahan hati. Ada sebuah definisi kerendahan hati yang sangat aku sukai, “Rendah hati berarti setuju dengan kebenaran.” Mungkin itulah mengapa Paulus mengatakan bahwa pertobatan membuat kita mengenal kebenaran sehingga kita dapat menjadi sadar (2 Timotius 2:25-26). Allah menghargai kerendahan hati: Dia mengasihani orang yang rendah hati, dan menentang orang yang congkak (Amsal 3:34; Yakobus 4:6). Jadi lekaslah bertobat agar kita dapat bertumbuh dalam kerendahan hati dan menerima serta menikmati belas kasihan Allah. 3. Pertobatan menjauhkan Iblis dari kita Alkitab mengatakan kepada kita, “Tunduklah kepada Allah, dan lawanlah Iblis, maka ia akan lari dari padamu!” (Yakobus 4:7). Dalam ayat ini, tunduk kepada Allah berarti membersihkan tangan kita dan menyucikan hati kita dari dosa dan hati yang mendua (Yakobus 4:8). Ketika kita berdosa, sesungguhnya kita sedang memberikan izin kepada Iblis untuk mendekat kepada kita, sebab “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis,
sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya” (1 Yohanes 3:8). Iblis itu dekat dengan mereka yang melakukan apa yang Iblis lakukan (Yohanes 8:44). Dan ketika Iblis dekat dengan kita, dia “datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan” (Yohanes 10:10). 4. Pertobatan membebaskan kita dari kuasa dosa Alkitab memberi kita janji ini: “Karena itu sadarlah dan bertobatlah, supaya dosamu dihapuskan” (Kisah Para Rasul 3:19). Galatia 2:20 Karena Aku sudah disalibkan dengan Kristus. Bukan lagi aku yang hidup, melainkan Kristus yang hidup dalam aku. Hidup yang sekarang ini kuhidupi dalam daging adalah hidup oleh iman dalam Anak Allah, yang mengasihi aku dan telah memberikan diriNya untuk aku. 5. Pertobatan membawa kita kepada kepenuhan hidup bersama Yesus Dosa akan membawa kita kepada kematian rohani. Firman Tuhan memberitahu kita bahwa “upah dosa ialah maut” (Roma 6:23) dan Yesus berkata, “jikalau kamu tidak bertobat, kamu semua akan binasa” (Lukas 13:3). Sebaliknya, pertobatan membawa kita kepada hidup (Kisah Para Rasul 11:18) dan keselamatan (2 Korintus 7:10). Sesungguhnya, ketika kita bertobat, kita mengundang Yesus untuk bersekutu dengan kita. Setelah mengingatkan orang-orang Kristen untuk “merelakan hati kita dan bertobat”, Yesus berkata, “Lihat, Aku berdiri di muka pintu dan mengetok; jikalau ada orang yang mendengar suara-Ku dan membukakan pintu, Aku akan masuk mendapatkannya dan Aku makan bersama-sama dengan dia, dan ia bersama-sama dengan Aku” (Wahyu 3:19-20). Sukacita yang tidak terukur dari memiliki hubungan yang erat dengan Allah adalah apa yang telah Yesus berikan kepada kita melalui kematian dan kebangkitan-Nya, sehingga kita “mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan” (Yohanes 10:10). Itu akan mengalahkan segala tipuan dan “sukacita palsu” yang ditawarkan oleh dosa apapun! Kekekalan tidaklah dimulai ketika kita sudah ada di surga. Kekekalan itu telah dimulai sekarang dengan mengalami kepenuhan hidup bersama Allah, dan pertobatan memampukan kita untuk mendapatkannya. Alkitab bukan hanya berbicara tentang keselamatan namun alkitab juga mengajarkan bagaimana kita bisa merebut kemenangan keselamatan itu. Mari kita belajar dari beberapa tokoh alkitab bagaimana perjalanan hidup mereka.
1. Saul—Raja Israel yang Pertama Samuel menuang minyak di atas kepala orang itu. Ini adalah kebiasaan mereka pada zaman dulu untuk menunjukkan siapa yang telah diangkat menjadi raja. Yehuwa menyuruh Samuel untuk menuang minyak di atas kepala Saul. Minyak itu istimewa dan harum baunya. Saul tidak mengira bahwa ia cukup baik untuk menjadi raja Israel. ’Saul dari suku Benyamin, suku yang paling kecil di Israel,’ katanya kepada Samuel. ’Mengapa kau berkata bahwa aku akan menjadi raja?’ Yehuwa suka kepada Saul karena dia tidak berlagak sebagai orang besar dan penting. Itu sebabnya Ia memilih Saul menjadi raja. Saul bukan orang miskin dan badannya bukan kecil. Ia berasal dari keluarga kaya, dan ia seorang yang tampan, tinggi besar. Ia lebih tinggi kira-kira 30 cm daripada siapa saja di Israel! Saul juga pelari yang cepat, orangnya sangat kuat pula. Orang-orang merasa senang
bahwa Yehuwa telah memilih Saul sebagai raja. Mereka semuanya berseru, ’Panjang umur raja kita!’ 1. Kemampuan strategi perang Saul Kemampuanmemimpinperangdansemangatmembelabangsanya, tidakperludiragukanpadadiri Saul. Hal initerlihatdalamkisahsebelumnyaketikaiaberhasilmengalahkanbangsa Amon yang mengancamkitaYabets-Gilead (lihatpasal 11:1-11). Bahkan raja Saul dalamkemenanganitutidakmenjadikaniasebagai raja yang arogan, melainkanjustrumurahhati. Hal initerlihatketikaiatidakmeluluskankeinginanpengikutnyauntukmembunuhmereka yang menentang Saul sebagai raja (11:12-13).
2. Kesalahan Saul yang pertama ialah mempersembahkan korban tanpa memedulikan perintah Tuhan untuk menunggu Samuel selama tujuh hari. Saul memang menunggu Samuel, tetapi tujuh hari itu belum sepenuhnya berlalu ketika prajurit-prajuritnya mulai berpencar. Saul panik dan lebih memikirkan bagaimana menyenangkan manusia ketimbang Tuhan. Lebih mengandalkan diri sendiri daripada Tuhan, ia mempersembahkan korban menuruti kata hatinya. Samuel datang tidak lama kemudian dan menegur Saul. Ia memberitahu Saul bahwa kerajaannya tidak akan tetap sebagai akibat dari ketidaktaatannya (1Sam. 13:13-14). 3. Saul cemburu dan dengki kepada Daud Tetapi pada waktu mereka pulang, ketika Daud kembali sesudah mengalahkan orang Filistin itu, keluarlah orang-orang perempuan dari segala kota Israel menyongsong raja Saul sambil menyanyi dan menari-nari dengan memukul rebana, dengan bersukaria dan dengan membunyikan geringcing; dan perempuan yang menari-nari itu menyanyi berbalas-balasan, katanya: “Saul mengalahkan beribu-ribu musuh, tetapi Daud berlaksa-laksa.” Lalu bangkitlah amarah Saul dengan sangat; dan perkataan itu menyebalkan hatinya, sebab pikirnya: “Kepada Daud diperhitungkan mereka berlaksa-laksa, tetapi kepadaku diperhitungkannya beribu-ribu; akhir-akhirnya jabatan raja itu pun jatuh kepadanya.” Sejak hari itu maka Saul selalu mendengki Daud. 4.Saul tidak pernah tahu bagaimana caranya benar-benar bertobat. Perbuatannya tidak mencerminkan perkataannya. Saul bertobat kepada Daud setelah Daud menyelamatkan nyawanya, “Engkau lebih benar daripada aku, sebab engkau telah melakukan yang baik kepadaku, padahal aku melakukan yang jahat kepadamu“ (1Sam. 24:16-21). Meskipun ia telah mengakui bahwa dirinya bersalah, setelah itu ia masih terus berusaha mencabut nyawa Daud. Itu bukan pertobatan yang sejati. Hasilnya, Roh Tuhan mundur darinya, dan roh jahat mengambil alih memenuhi hatinya (1Sam. 16:14).
2. DAUD—Raja Israel pengganti Saul Setelah kematian Saul, Daud pergi ke Hebron. Di sana, ia diurapi menjadi Raja Yehuda, menurut perintah Tuhan. Saat itu, usianya kira-kira 30 tahun. Pada saat Daud akan dilantik menjadi raja, terjadilah perang sipil antara pasukan yang mendukung Daud dan orang-orang yang mendukung Isyboset, anak laki-laki Saul, untuk mendapatkan kekuasaan kerajaan atas Israel selama tujuh setengah tahun. Seiring berjalannya waktu, banyak pihak memihak
Daud. Dan, ketika Isyboset dibunuh, Daud diurapi menjadi raja atas Israel. Saat menjadi raja, Daud memindahkan pusat kerajaannya dari Hebron ke Yerusalem. Tiga bulan kemudian, Daud membawa Tabut Perjanjian ke Yerusalem. Di sana, Tabut Perjanjian diletakkan di sebuah peti baru. Selama kurun waktu yang singkat, Daud memerintah dari Sungai Nil di Mesir hingga ke Sungai Efrat di Lembah Tigris dan Efrat. Seperti yang sering kali terjadi pada orang-orang besar, Daud pun tersandung dalam dosa. Raja Daud melakukan perzinaan dengan Batsyeba, istri Uria, orang Het. Kemudian, ia berusaha menutupi kehamilan Batsyeba, dan ketika ia gagal melakukannya, ia memerintahkan prajuritnya untuk menempatkan Uria di barisan terdepan di medan perang. Syukurlah, ketika Nabi Natan mengungkapkan tentang dosanya itu, Daud benar-benar menyesalinya dan Allah mengampuninya. Namun, sebagai konsekuensi dosanya itu, anak yang dikandung Batsyeba mati.
3. YUSUF—ORANG YANG TAAT DAN SETIA Ketekunan atau kesabaran adalah sesuatu yang kita butuhkan, terutama ketika kita berada dalam kesesakan. Firman Allah berkata, “Sabarlah dalam kesesakan” (Roma 12:12). Hari ini, saya akan membahas topik tentang ketekunan, dengan mengambil contoh dari kehidupan Yusuf, anak Yakub. 1. 2. 3. 4.
Yusuf menjadi anak kesayangan Yusuf menjadi Budak kesayangan Yusuf menjadi Narapidana kesayangan Yusuf menjadi Raja yang bijaksana Apa rahasianya? Kejadian 49:22-24 (contoh orang benar) Sesudah Yusuf menjadi raja di Mesir dia memiliki 2 anak: Mansye anak pertama melupakan (forgetful) Efraim berbuah
1. Melupakan kepahitan masa lalu Yusuf melupakan hal-hal buruk dalam hidupnya: lahir dari keluarga disharmoni, dia dijual karena tidak disukai kakak-kakaknya, jadi budak, difitnah lalu masuk penjara Kepahitan – tidak menghambat dia untuk tetap setia, taat, ataupun berbuah Kepahitan – dia melupalan kepahitan masa lalu. Dan menganggap atas seijin Tuhan itu semua terjadi kepadanya
Manasye dulu baru Efraim. Awalnya kepahitan yang di alami kemudian baru keberhasilan (berbuah) 10 hari berdoa yang telah kita lewati, waktu saya kebagian membagikan firman dengan topik anugerah pertobatan, ada kutipan menarik dari Ellen G White; Bahwa Setan sangat senang jika kita selalu mengingat dosa-dosa masa lalu, selalu merasa bersaalah. Dan firman Tuhan saat ini mengajak kita agar segera melupakan,
menyesali dan gantinya kita menyambut kasih Tuhan dalam kehidupan kita melalui pengampunan kita. Jadi gak salah kaca spion lebih kecil dari kaca mobil depan. Kita pun harus maju dan mulai berbuah. 2. Yusuf selalu meminta kehadiran Tuhan di masa kini Kunci berbuah : penyertaan Tuhan dan kehadiran Tuhan dalam kehidupannya, banyak perkara-perkara yang dihadapinya. Namun dia selalu menang, yang awalnya pahit kehidupannya namun pada akhirnya kehidupannya berbuah dan menyelamatkan keluarganya dari kelaparan. Waktu dirumah keluarganya: anak teladan Waktu di tempat kerja : jadi teladan Waktu jadi narapidana menjadi napi teladan Waktu jadi raja muda mesir menyelamatkan bangsa bahkan keluarganya
3. Mengingat janji Tuhan untuk masa yang akan datang. Kejadian 41:52 Allah membuat aku mendapatkan anak dalam negeri kesengsaraanku karena Allah, Allah---bukan kamu yang utus aku kemesir (kej 50:20) mengenai Yusuf, terutama selama masa kesengsaraannya, bukan hanya berlangsung selama satu atau dua bulan saja. Sesungguhnya, masa itu berlangsung selama kirakira 13 tahun dari pertama kali ia dijual ke Mesir hingga ia berdiri di hadapan Firaun Yeremia 29 : 11 masa depan yang cerah – imani Janji-Nya teguh 4. Selanjutnya kita meriview kondisi iman kita, perjalanan kerohanian kita. Bagaimana dengan perjalanan iman kita? Perjalanan kita? Apakah kita selalu mengandalkan kekuatan kita? Seakan-akan Tuhan tidak ada?