Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru

  • Uploaded by: SUDARMAN,M.KPd
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru as PDF for free.

More details

  • Words: 19,084
  • Pages: 108
i

PERSEPSI GURU SEKOLAH DASAR TERHADAP PROGRAM SERTIFIKASI GURU DI KECAMATAN JIWAN KABUPATEN MADIUN SEBAGAI DASAR PENGUATAN KEBIJAKAN PEMERINTAH TENTANG SERTIFIKASI GURU

TESIS Untuk memenuhi sebagian persyaratan Untuk mencapai derajad Sarjana S-2 Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan

Oleh

SUDARMAN NIM 05370056

PROGRAM PASCA SARJANA UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH MALANG 2007

ii

HALAMAN PERSETUJUAN

Judul

:

Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru.

Nama Mahasiswa :

SUDARMAN

NIM

05370056

:

Telah disetujui Oleh : Pembimbing Utama

Dr. Arif Budi Wurianto, Drs,M.Si. Pembimbing Pendamping

Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd.

ii

iii

TESIS Dipersiapkan dan disusun oleh

SUDARMAN NIM : 05370056 Telah dipertahankan di depan Dewan Penguji Pada tanggal 30 September 2007

SUSUNAN DEWAN PENGUJI Pembimbing Utama

Anggota Dewan Penguji,

Dr. ARIF BUDI WURIANTO, M.Si.

Dr. DWI PRIYO UTOMO, M.Pd.

Pembimbing Pendamping,

Dra. SITI FATIMAH SUNARYO, M.Pd.

Drs. HARTONO, M.Pd.

Tesis ini telah diterima sebagai salah satu persyaratan untuk mencapai derajat gelar Magister Pendidikan Tanggal 30 September 2007

Dr. H. ACHMAD HABIB, MA Direktur Program Pasca Sarjana iii

iv

PERNYATAAN

Dengan ini saya menyatakan bahwa Tesis ini tidak terdapat karya yang pernah diajukan untuk memperoleh gelar kesarjanaan di suatu Perguruan Tinggi, dan sepanjang pengetahuan saya juga tidak terdapat karya atau pendapat yang pernah ditulis atau diterbitkan oleh orang lain, kecuali yang secara tertulis diacu dalam naskah ini dan disebutkan dalam daftar pustaka.

Malang, 30 September 2007

SUDARMAN NIM. 05370056

iv

v

MOTTO

” Bacalah atas nama Tuhanmu, gunakan hidupmu untuk terus membaca, karena membaca adalah kunci dari segala kesuksesan hidup”

v

vi HALAMAN PERSEMBAHAN

Tesis ini kupersembahkan untuk : 1. Istriku tercinta TIK SOEHINDRARTI EH, yang telah memberikan dukungan untuk menyelesaikan Program Pasca Sarjanaku. 2. Anakku tercinta TYAR JATU ALMIRA dan ABHITAH NOVIAR JANITRA yang telah ikut memberikan inspirasi dalam menyelesaikan kuliah.

vi

vii KATA PENGANTAR

Dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat, taufiq serta hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Tesis yang berjudul ”Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Program Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru” dengan lancar. Dalam menyelesaikan tesis ini penulis banyak mendapatkan bantuan baik secara moral maupun secara material yang tidak mungkin penulis sebutkan satu persatu. Untuk itu sebagai ungkapan rasa terima kasih yang setinggi-tingginya penulis sampaikan kepada yang terhormat Bapak/Ibu : 1. Drs. H. Muhadjir Effendy, M.AP, selaku rektor Universitas Muhammadiyah Malang 2. Dr. H. Achmad Habib, MA, sebagai Direktur Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang 3. Dr. Dwi Priyo Utomo, M.Pd, selaku Ketua Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan Program Pasca Sarjana UMM Malang 4. Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, sebagai dosen pembimbing Utama 5. Dra. Siti Fatimah Sunaryo, M.Pd, sebagai pembimbing pendamping 6. Drs. Suwito, sebagai Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan 7. Seluruh Kepala Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan vii

viii 8. Semua pihak yang telah membantu dalam penyelesaian tesis ini yang tidak dapat disebutkan satu persatu. Penulis menyadari dengan sepenuh hati, bahwa tesis ini masih jauh dari kesempurnaan dan sudah barang tentu masih

terdapat banyak kekurangan dan

kelemahan yang disebabkan oleh dangkalnya pengetahuan penulis dan keterbatasan waktu. Untuk itu segala kritik dan saran yang bersifat membangun sangat penulis harapkan. Mudah-mudahan tesis ini dapat bermanfaat bagi pembaca, terutama para pemerhati di bidang kebijakan dan pengembangan pendidikan.

Malang,

September 2007

Penulis

viii

ix DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ..................................................................................

Hal. i

HALAMAN PERSETUJUAN ....................................................................

ii

HALAMAN PENGESAHAN ....................................................................

iii

HALAMAN PERNYATAAN ....................................................................

iv

HALAMAN MOTTO .................................................................................

v

HALAMAN PERSEMBAHAN .................................................................

vi

KATA PENGANTAR ................................................................................

vii

DAFTAR ISI ...............................................................................................

ix

DAFTAR TABEL .......................................................................................

xii

ABSTRAK ..................................................................................................

xiii

BAB I.

PENDAHULUAN A. Latar Belakang …………………………………………...

1

B. Fokus Penelitian …………………………………………

8

C. Tujuan Penelitian ………………………………………..

9

D. Manfaat Penelitian ………………………………………

9

1. Manfaat Teoritis …………………………………….

9

2. Manfaat Praktis ……………………………………..

10

E. Penegasan Istilah ………………………………………...

10

ix

x BAB II.

BAB III.

BAB IV.

KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI A. Kajian Pustaka ………………………………………….

11

1. Penelitian Terdahulu ………………………………..

11

2. Kebijakan Pemerintah ………………………………

11

B. Landasan Teori ………………………………………….

13

1. Konsep Persepsi ……………………………………

13

2. Konsep Guru dan Peranannya ……………………..

19

3. Profesi Guru........................ ………………………..

23

4. Sertifikasi Guru ……………………………………..

28

METODE PENELITIAN A. Rangcangan Penelitian …………………………………..

41

B. Lokasi Penelitian dan Informan Penelitian ......................

41

C. Teknik Penelitian ………………………………………..

42

1. Teknik Pengumpulan Data ………………………….

42

2. Teknik Pengolahan Data ……………………………

43

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan …….

47

B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ………….................

50

C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi ........………………..

64

D. Temuan-Temuan Penelitian................................................

69

x

xi BAB V.

PENUTUP A. Kesimpulan .......................................................................

72

B. Saran .................................................................................

73

DAFTAR PUSTAKA ……………………………………………………

75

LAMPIRAN………………………………………………………………

77

xi

xii DAFTAR TABEL

Hal. Tabel 1. Daftar Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia..............

7

Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan …………………………..

47

Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan ............

48

Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga.................................

49

xii

xiii ABSTRACT

Sudarman. 2007. The Elementary Teacher Perception on Teacher’s Certification in Jiwan Sub district Madiun Regency the Strengthen Base of Government Policy on Teacher’s Certification. The Education Development and Policy Study Program. Post Graduate Program UMM Malang. Advisor (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M,Pd. This study aims at sharing informations both positive and negative opinions of the Elementary Teacher in Jiwan Sub district on teacher’s certification program and to get some findings which can explain the Elementary teacher’s perception in Jiwan Sub district about teacher’s certification. This study is designed and analyzed with qualitative method or pospositivistic based on pospositivism philosophy. There are three kinds of data collection held to support to each other, those are observation, questionnaire and further interview of some respondents. The data analyzing of the study uses Interactive Model of Miles and Huberman started by collecting, reducing, presenting and verifying data. Positive respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 as a basic of law to increase teachers quality, (2) Undergraduate Degree? Four – year diploma prgram as the academic qualification is appropriate with nowadays period and the progress of knowledge and technology, (3) Four of basic competence has to be owned by teacher, (4) Portfolio model certification is good for teacher, (5) Teachers conviction of professions subsidy. Negative respond from the teachers of Elementary School in Jiwan subdistrict to the program of teachers certification are (1) Fourteenth law, 2005 seems hard to be realized, (2) Teacher should not has an academic qualification of Undergraduate Degree / Four – year diploma, (3) Lack of socialization on portfolio model certification, (4) Hard to get subsidy for profession. Result of the research which are connect to the teachers certificaton are (1) It needs much effort to get minimal score of governments requirement, (2) Deceit on collecting documents, (3) Innappropriate in choosing participants of portfolio certification.

xiii

xiv ABSTRAKSI

Sudarman, 2007. Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru. Program Studi Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan, Program Pasca Sarjana UMM Malang. Pembimbing (I) Dr. Arif Budi Wurianto, Drs. M.Si, (II) Dra. Siti Fatimah, M.Pd. Penelitian ini bertujuan untuk memberikan penjelasan tentang tanggapan positif dan tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru dan memperoleh temuan-temuan yang dapat menjelaskan persepsi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi guru. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif atau postpositivistik yang berlandaskan pada filsafat postpositivisme. Pengumpulan data dilakukan dengan tiga cara yang saling mendukung yaitu observasi, kuisioner dan wawancara yang mendalam dengan sejumlah informan. Pengolahan data pada penelitian ini menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman dimulai dari pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No.14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum dalam meningkatkan kualitas guru, (2) kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, (3) Guru wajib memiliki empat kompetensi dasar, (4) sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan bagi guru, (5) tunjangan profesi diyakini guru akan dapat terealisasi. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah (1) UU No. 14 Tahun 2005 hanya merupakan janji yang sulit untuk terealisasi, (2) guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/ D IV, (3) sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi, (4) tunjangan profesi guru tidak akan dapat terealisasi. Temuan-temuan dalam penelitian yang terkait dengan sertifikasi guru adalah (1) Guru kurang yakin dapat mencapai skor minimal yang ditetapkan oleh pemerintah, (2) masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi dokumen, (3) penentuan peserta sertifikasi portofolio masih belum sesuai dengan aturan yang berlaku. . xiv

1 BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Pendidikan mempunyai peranan

yang sangat strategis dalam

pembangunan suatu bangsa. Berbagai kajian di banyak negara menunjukkan kuatnya hubungan antara pendidikan dengan tingkat perkembangan bangsabangsa tersebut yang ditunjukkan oleh berbagai indikator ekonomi dan sosial budaya. Pendidikan yang mampu memfasilitasi perubahan adalah pendidikan yang merata, bermutu, dan relevan dengan kebutuhan masyarakat. Menyadari peran strategis pendidikan tersebut, pemerintah Indonesia senantiasa mendukung ide yang menempatkan sektor pendidikan, khususnya pendidikan dasar, sebagai prioritas dalam pembangunan nasional. Bahkan dalam masa krisis ekonomi sekalipun, pendidikan tetap mendapatkan perhatian meskipun fokusnya dibatasi pada upaya penanggulangan dampak krisis ekonomi terhadap pendidikan. Agar pembangunan pendidikan dapat berkontribusi terhadap peningkatan kualitas sumber daya manusia, terdapat tiga syarat utama yang harus diperhatikan yaitu : (1) sarana gedung, (2) buku yang memadai dan berkualitas serta (3) guru dan tenaga kependidikan yang profesional (Mulyasa, 2005 : 3). Pengaruh pendidikan dapat dilihat dan dirasakan secara langsung dalam perkembangan serta kehidupan masyarakat, kehidupan kelompok dan 1

2 kehidupan setiap individu.

Jika di bidang-bidang lain seperti ekonomi,

pertanian dan perindustrian berperan menciptakan sarana dan prasarana bagi kepentingan

manusia,

maka

pendidikan

berurusan

langsung

dengan

pembentukan manusia. Pendidikan menentukan model manusia yang akan dihasilkannya. Pendidikan juga memberikan kontribusi yang sangat besar terhadap

kemajuan

suatu

bangsa

dan

merupakan

wahana

dalam

menterjemahkan pesan-pesan konstitusi serta sarana dalam membangun watak bangsa. Masyarakat yang cerdas akan memberikan nuansa kehidupan suatu bangsa yang cerdas pula dan secara progresif akan membentuk kemandirian dan kreatifitas. Untuk mewujudkan masyarakat madani dalam Negara Kesatuan Republik Indonesia yang lebih demokratis, transparan dan menjujung tinggi hak azasi manusia hanya dapat dilakukan melalui pendidikan. Hanya melalui pendidikan yang benar bangsa ini dapat membebaskan diri dari krisis multidimensi yang berkepanjangan. Pendidikan yang berkualitas juga dapat membebaskan masyarakat dari belenggu kemiskinan dan keterpurukan hidup. Pendidikan yang benar dan berkualitas adalah pendidikan yang dapat mengembangkan potensi masyarakat, mampu menumbuhkan kemauan, dapat membangkitkan

generasi

muda

untuk

menggali

potensi

dan

mengembangkannya secara optimal bagi kepentingan pembangunan bangsa (Mulyasa : 2005). Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional mengemukakan bahwa pendidikan nasional

3 bertujuan mengembangkan potensi peserta didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertaqwa terhadap Tuhan Yang Maha Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga negara yang demokratis serta bertanggungjawab dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Untuk mencapai tujuan tersebut pemerintah telah menetapkan tiga rencana strategis yaitu (1) perluasan dan peningkatan akses, (2) peningkatan mutu, relevansi dan daya saing serta (3) peningkatan tata kelola pendidikan, transparansi dan akuntabilitas pelaksanaan pendidikan. Salah satu komponen pendidikan yang sangat penting dalam rangka pelaksanaan rencana strategis tersebut adalah guru.

Guru merupakan

komponen pendidikan yang sangat menentukan dalam membentuk wajah pendidikan di Indonesia.

Ujung tombak dari semua kebijakan pendidikan

adalah guru. Gurulah yang akan membentuk watak dan jiwa bangsa, sehingga baik dan buruknya bangsa ini sangat tergantung pada guru.

Banyaknya

kejahatan, pencurian, kerusuhan, pengangguran disebabkan oleh guru yang salah dalam menerapkan pendidikan.

Demikian juga bangsa yang malas,

kurang kreatif, kurang berani mengambil resiko, kurang inovatif, culas, berjiwa korup, sering meyalahkan orang lain, semua itu sangat ditentukan oleh peran guru. Karena peran guru yang begitu besar, maka diperlukan guru yang profesional, kreatif, inovatif, mempunyai kemauan yang tinggi untuk terus

4 belajar, melek terhadap teknologi informasi, sehingga mampu mengikuti perkembangan zaman. Tuntutan profesionalisme guru terus didengungkan oleh berbagai kalangan di masyarakat kita, termasuk kalangan guru sendiri melalui berbagai organisasi guru yang ada, di samping tuntutan perbaikan taraf hidup guru. Mereka berharap, untuk meningkatkan mutu dan kualitas pendidikan di Indonesia, diperlukan seorang guru yang profesional dalam mendidik siswasiswinya di sekolah. Sejalan dengan tuntutan profesionalisme guru itulah, maka pemerintah mengeluarkan Undang-Undang Nomor 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen. Dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut guru diposisikan sebagai suatu profesi sebagaimana profesi dokter, hakim, jaksa, akuntan dan profesi-profesi lain yang akan mendapat penghargaan sepadan sesuai dengan profesinya masing-masing. Guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah (UU No. 14/2005 : pasal 1). Guru mempunyai kedudukan sebagai tenaga profesional pada jenjang pendidikan dasar, pendidikan menengah, dan pendidikan anak usia dini pada jalur formal yang diangkat sesuai dengan peraturan perundang-undangan (UU No. 14/2005 : pasal 2).

Pengakuan kedudukan guru sebagai tenaga

5 profesional seperti yang dimaksudkan di atas dibuktikan dengan sertifikasi pendidik (UU No. 14/2005 : pasal 2). Profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang tentunya tidak bisa dilakukan oleh sembarangan orang dan hanya bisa dilaksanakan oleh orang-orang terdidik yang sudah disiapkan untuk menekuni bidang pendidikan. Pekerjaan khusus tersebut dilaksanakan dengan prinsip-prinsip (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan, dan akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugasnya, (4) memiliki kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugasnya, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki kesempatan untuk mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki

jaminan

perlindungan

hukum

dalam

melaksanakan

tugas

keprofesionalan dan (9) memilik organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas profesi guru. Sebagai

profesi

guru

wajib

memiliki

kualifikasi

akademik,

kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional.

Kualifikasi

akademik yang disyaratkan bagi guru adalah guru harus mempunyai pendidikan sarjana atau diploma empat. Sedangkan kompetensi guru yang dipersyaratkan adalah kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian,

6 kompetensi sosial dan kompetensi profesional yang diperoleh melalui pendidikan profesi. Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

Syarat dan materi sertifikasi ditetapkan dengan Peraturan

Pemerintah Tentang Guru yang saat ini masih menunggu verifikasi

dan

pengesahan dari pemerintah. Karena Peraturan Pemerintah Tentang Guru belum selesai dan program sertifikasi guru sudah dicanangkan sejak tahun 2006, maka pelaksanaan sertifikasi guru kemungkinan menggunakan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ). Menurut Mendiknas, sertifikasi guru pada APBN 2006 disediakan anggaran sebesar 35,8 miliar untuk mensertifikasi 20.000 guru, sedangkan pada APBN 2007 disediakan anggaran sebesar 380,9 miliar untuk mensertifikasi 190.450 guru (www.depdiknas.go.id diakses : 9 Pebruari 2007 ).

Pelaksanaan

sertifikasi akan mendahulukan 20.000 guru yang berasal dari kuota tahun 2006 yaitu 14.000 guru Sekolah Dasar (SD) dan 6.000 guru Sekolah Menengah Pertama (SMP). Menurut data dari Depdiknas tahun 2007 jumlah guru di Indonesia sebanyak 2.224.721 orang guru dengan kualifikasi pendidikan seperti terlihat dalam Tabel 1.

7 Tabel 1. Data Guru dan Kualifikasi Akademik di Indonesia No 1. 2. 3. 4. 5. 6.

Jenjang TK SLB SD SMP SMA SMK Jumlah

Jumlah 137.069 8.304 1.234.927 466.748 230.114 147.559 2.224.721

Kualifikasi Pendidikan S1 D3 D2 D1 5.318 7.539 124.143 3.886 467 3.951 103.116 26.798 495.700 609.189 197.621 117.154 999.557 52.416 168.167 55.043 4.349 2.531 95.161 44.533 2.641 5.297 573.269 243.995 609.786 797.527 Sumber : Depdiknas 2007

Dari data tersebut di atas menunjukkan bahwa jumlah guru Sekolah Dasar menduduki peringkat pertama diantara jenjang pendidikan lainnya. Dari 1.234.927 orang guru SD, hanya 103.116 (8,35 %) orang

yang

berpendidikan Sarjana dan sebanyak 609.189 (49,33 %) orang guru yang berpendidikan D1.

Karena jumlahnya yang cukup banyak dan rata-rata

tingkat pendidikan guru rendah, maka guru SD mengahadapi permasalahan yang sangat komplek. Persepsi mencakup kemampuan untuk mengadakan diskriminasi yang tepat antara dua perangsang atau lebih, berdasarkan pembedaan antara ciri-ciri fisik yang khas pada masing-masing rangsangan (Winkel 1996 : 249). Adanya kemampuan ini dinyatakan dalam suatu reaksi yang menunjukkan kesadaran akan hadirnya rangsangan (stimulus) dan perbedaan antara rangsangan-rangsangan yang ada.

Persepsi termasuk ranah psikomotorik

menurut klasifikasi Simpson, dengan kemampuan internal individu yaitu menafsirkan suatu rangsangan, kepekaan terhadap suatu rangsangan dan kemampuan untuk membedakan suatu rangsangan.

8 Kepekaan,

penafsiran

dan

kemampuan

membedakan

terhadap

rangsang yang berupa informasi tentang aturan dan perundang-undangan sangat diperlukan oleh guru, sehingga pada saat guru melaksanakan dan menjalani aturan tersebut benar-benar paham sesuai dengan aturan yang dikehendaki. Bearangkat dari situasi itulah maka persepsi terhadap program sertifikasi guru sangat penting bagi setiap guru. Di lain pihak belum semua guru di setiap jenjang pendidikan memahami

terhadap

sertifikasi guru.

Bagaimana aturan main dan

persyaratan sertifikasi guru, peraturan-peraturan yang melandasi sertifikasi guru, Lembaga penyelenggara sertifikasi guru, belum banyak dimengerti oleh guru.

Apalagi guru-guru yang berada di daerah terpencil yang belum

terjangkau oleh arus informasi dan komunikasi. Bertitik tolak dari hal tersebut di atas , maka penulis ingin melakukan penelitian yang berjudul “Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru Di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru”

B. Fokus Penelitian Dalam pandangan penelitian kualitatif gejala dari suatu obyek bersifat holistik (menyeluruh, tidak dapat dipisah-pisahkan), oleh karena itu perlu ditetapkan suatu fokus.

Fokus penelitian dalam penelitian kualitatif

merupakan batasan masalah.

Dalam penelitian ini yang menjadi fokus

penelitian adalah sebagai berikut :

9 1. Bagaimanakah tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi ? 2. Bagaimanakah tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi ? 3. Temuan-temuan apakah yang dapat menjelaskan tanggapan positif dan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi ?

C. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini adalah untuk memberikan penjelasan tentang : 1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi. 2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi. 3. Temuan-temuan yang dapat menjelaskan tanggapan positi dan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap sertifikasi.

D. Manfaat Penelitian 1. Manfaat Teoritik a. Penelitian ini dapat dijadikan acuan dalam pengembangan ilmu pengetahuan terutama di bidang pengembangan kebijakan pendidikan. b. Bagi para peneliti, penelitian ini dapat diajdikan referensi dalam penelitian lanjutan di bidang pengembangan kebijakan pendidikan

10 2. Manfaat Praktis a. Bagi sekolah, dapat memberikan gambaran dan masukan dalam rangka pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun. b. Bagi Dinas Pendidikan dan para pengambil kebijakan, penelitian ini dapat dijadikan cermin tentang pelaksanaan sertifikasi guru sekolah dasar di Kabupatren Madiun

E. Penegasan Istilah 1. Persepsi Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek yang berupa program sertifikasi guru dan dinyatakan secara verbal.

2. Tanggapan Positif Tanggapan positif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menuju pada suatu keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung menerima obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya sesuai dengan pribadinya.

3. Tanggapan Negatif Tanggapan negatif yaitu pandangan terhadap suatu obyek dan menunjukkan pada keadaan dimana subyek yang memberikan tanggapan cenderung menolak obyek (program sertifikasi guru) yang ditangkapnya karena tidak sesuai dengan pribadinya.

11 BAB II KAJIAN PUSTAKA DAN LANDASAN TEORI

A. Kajian Pustaka 1. Penelitian Terdahulu Penelitian yang membahas tentang persepsi guru terhadap pelaksanaan program sertifikasi belum banyak dilakukan oleh para peneliti, hal ini disebabkan sertifikasi guru baru akan dilaksanakan oleh pemerintah di seluruh Indonesia setelah dikeluarkan Peraturan Pemerintah tentang Sertifikasi Guru. Hasil penelitian yang agak relevan yaitu Basri ( 2002 ) menyatakan bahwa pada umumnya belum ada kesamaan persepsi guru SMK Negeri di Kotamadya Banjarmasin terhadap implementasi Pendidikan Sistem Ganda (PSG). Demikian juga dengan Hendarman (2003) menyimpulkan dalam penelitiannya yang berjudul Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang Kendala-Kendala Implementasi Kurikulum Sekolah Menengah Kejuruan Kelompok Pariwisata bahwa antara guru dan institusi pasangan mempunyai persepsi yang berbeda terhadap implementasi kurikulum.

2. Kebijakan Pemerintah Kebijakan pemerintah yang mendasari Sertifikasi Guru adalah Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen.

Di dalam

pasal 8 disebutkan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikasi pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional. 11

12 Sertifikasi pendidik diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan (UU No. 14 Tahun 2005 pasal 11). Sertifikasi pendidik diperoleh melalui program pendidikan profesi yang diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi dan ditetapkan oleh pemerintah.

Beban belajar pendidikan

profesi untuk guru pada satuan pendidikaan TK dan SD atau yang sederajat adalah 18 sampai 20 satuan kredit semester.

Sedangkan untuk satuan

pendidikan setingkat SMP dan SMA atau yang sederajat adalah 30 sampai 40 satuan kredit semester. Muatan

pendidikan

profesi

meliputi

kompetensi

pedagogik,

kepribadian, sosial dan profesional. Bobot muatan kompetensi disesuaikan dengan latar belakang pendidikan yaitu untuk lulusan program sarjana (S1) atai diploma empat (D-IV) kependidikan dititik beratkan pada penguatan kompetensi profesional. Sedangkan untuk lulusan sarjana (S1) atau diploma empat (D-IV) non-kependididkan dititik beratkan pengembangan kompetensi pedagogik. Program sertifikasi profesi diakhiri dengan uji sertifikasi pendidik yaitu melalui ujian tertulis dan ujian kinerja.

Ujian kinerja dilaksanakan

secara holistik yang mencakup ujian kompetensi pedagogik, kepribadian, sosial dan profesional. Sertifikat pendidik dianggap sah setelah mendapatkan nomor registrasi unik dari Departemen Pendidikan Nasional

13 B. Landasan Teori 1. Konsep Persepsi a. Pengertian Persepsi

Persepsi dalam Psikologi diartikan sebagai salah satu perangkat psikologis yang menandai kemampuan seseorang untuk mengenal dan memaknakan sesuatu objek yang ada di lingkungannya. Menurut Scheerer persepsi adalah representasi phenomenal tentang objek distal sebagai hasil dari pengorganisasian dari objek distal itu sendiri, medium dan rangsangan proksinal. Dalam persepsi dibutuhkan adanya objek atau stimulus yang mengenai alat indera dengan perantaraan syaraf sensorik, kemudian diteruskan ke otak sebagai pusat kesadaran (proses psikologis). Selanjutnya, dalam otak terjadilah sesuatu proses hingga individu itu dapat mengalami persepsi (proses psikologis).

Persepsi

merupakan

suatu

proses

dimana

seseorang

mengorganisasikan dalam pikirannya, menafsirkannya, mengalami, dan mengelola pertanda atas segala sesuatu yang terjadi di lingkungannya (Hammer dan Morgan dalam Ibrahim, 1983 : 33). Sedangkan menurut Abizar (1988 : 18) mengatakan bahwa persepsi adalah suatu proses dengan mana seseorang individu memilih, mengevaluasi dan mengorganisasi stimulus dari lingkungannya.

Persepsi juga menentukan cara kita berperilaku terhadap

suatu obyek atau permasalahan, bagaimana segala sesuatu itu mempengaruhi persepsi seseorang nantinya akan mempengaruhi perilaku yang dipilihnya.

14 Persepsi, menurut Jalaludin (1998: 51), adalah pengalaman tentang objek,

peristiwa,

atau

hubungan-hubungan

yang

diperoleh

dengan

menyimpulkan informasi dan menafslrkan pesan. Menurut Ruch (1967: 300), persepsi adalah suatu proses tentang petunjukpetunjuk inderawi (sensory) dan pengalaman masa lampau yang relevan diorganisasikan untuk memberikan kepada kita gambaran yang terstruktur dan bermakna pada suatu situasi tertentu. Senada dengan hal tersebut Atkinson dan Hilgard (1991: 201) mengemukakan bahwa persepsi adalah proses dimana kita menafsirkan dan mengorganisasikan pola stimulus dalam lingkungan. Gibson dan Donely (1994: 53) menjelaskan bahwa persepsi adalah proses pemberian arti terhadap lingkungan oleh seorang individu. Dikarenakan persepsi bertautan dengan cara mendapatkan pengetahuan khusus tentang kejadian pada saat tertentu, maka persepsi terjadi kapan saja stimulus menggerakkan indera. Dalam hal ini persepsi diartikan sebagai proses mengetahui atau mengenali obyek dan kejadian obyektif dengan bantuan indera (Chaplin, 1989: 358) Sebagai cara pandang, persepsi timbul karena adanya respon terhadap stimulus. Stimulus yang diterima seseorang sangat komplek, stimulus masuk ke dalam otak, kernudian diartikan, ditafsirkan serta diberi makna melalui proses yang rumit baru kemudian dihasilkan persepsi (Atkinson dan Hilgard, 1991 : 209). Dalam hal ini, persepsi mencakup penerimaan stimulus (inputs), pengorganisasian stimulus dan penerjemahan atau penafsiran stimulus yang

15 telah diorganisasi dengan cara yang dapat mempengaruhi perilaku dan membentuk sikap, sehingga orang dapat cenderung menafsirkan perilaku orang lain sesuai dengan keadaannya sendiri (Gibson, 1986: 54).

b. Pembentukan Persepsi dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Proses pembentukan persepsi sebagai pemaknaan hasil pengamatan yang diawali dengan adanya stimuli. Setelah mendapat stimuli, pada tahap selanjutnya terjadi seleksi yang berinteraksi dengan "interpretation", begitu juga berinteraksi dengan "closure". Proses seleksi terjadi pada saat seseorang memperoleh informasi, maka akan berlangsung proses penyeleksian pesan tentang mana pesan yang dianggap penting dan tidak penting. Proses closure terjadi ketika hasil seleksi tersebut akan disusun menjadi satu kesatuan yang berurutan dan bermakna, sedangkan interpretasi berlangsung ketika yang bersangkutan memberi tafsiran atau makna terhadap informasi tersebut secara menyeluruh. Menurut Asngari (1984: 12-13) pada fase interpretasi ini, pengalaman masa silam atau dahulu. memegang peranan yang penting. Bagaimana seseorang

melakukan persepsi serta bagaimana suatu

rangsangan dipersepsi banyak faktor yang mempengaruhinya. Suatu stimulus yang sama bisa dipersepsi berbeda oleh orang lain yang berbeda juga. Ada beberapa karakteristik yang mempengaruhi suatu persepsi seseorang yaitu (1) faktor ciri khas dari obyek stimulus (2) faktor-faktor pribadi (3) faktor pengaruh kelompok dan (4) faktor perbedaan latar belakang.

16 Faktor dari obyek stimulus terdiri dari (1) nilai dari stimulus (2) arti emosional orang yang bersangkutan (3) familiaritas dan (4) intensitas yang berhubungan dengan derajad kesadaran seseorang mengenai stimulus tersebut. Termasuk di dalam faktor pribadi yaitu ciri khas individu seperti taraf kecerdasan, minat, emosional dan sebagainya. memberi kearah suatu tingkah laku konform.

Respon orang lain dapat Studi Flamen (1961)

menemukan bahwa adanya kohesi dalam kelompok yang berpengaruh dapat menyebabkan perubahan persepsi pada anggota. Perbedaan latar belakang seseorang juga sangat berpengaruh terhadap persepsi seseorang terhadap suatu stimulus. Secara umum ada beberapa faktor yang mempengaruhi persepsi yaitu : 1). Faktor-Faktor Fungsional Faktor-faktor fungsional ini juga disebut sebagai faktor personal atau perseptor, karena merupakan pengaruh-pengaruh di dalam individu yang mengadakan persepsi seperti kebutuhan, pengalaman masa lalu dan hal-hal lainnya.

Berarti persepsi bersifat selektif secara fungsional

sehingga obyek-obyek yang mendapatkan tekanan dalam persepsi biasanya obyek-obyek yang memenuhi tujuan individu yang melakukan persepsi. Termasuk dalam faktor fungsional ini adalah pengaruh kebutuhan, kesiapan mental, suasana emosional dan latar belakang sosial budaya. Jadi yang menentukan persepsi bukan jenis atau bentuk stimulus tetapi karakteristik orang menentukan respon atau stimulus.

17 2). Faktor-Faktor Struktural Faktor struktural merupakan pengaruh yang berasal dari sifat stimulus fisik dan efek-efek yang ditimbulkan pada sistem syaraf individu. Prinsip yang bersifat struktural yaitu apabila kita mempersepsikan sesuatu, maka kita akan mempersepsikan sebagian suatu keseluruhan. Jika kita ingin memahami sutau peristiwa, kita tidak dapat meneliti faktor-faktor yang terpisah, tetapi harus mendorongnya dalam hubungan keseluruhan. Sebagai contoh dalam memahami seseorang kita harus melihat masalah-masalah yang dihadapinya, konteksnya maupun lingkungan sosial budayanya.

Dalam mengorganisasi sesuatu, kita harus melihat

konteksnya. Walaupun stimulus yang kita terima tidak lengkap, kita akan mengisinya dengan interpretasi yang konsisten dengan rangkaian stimulus yang kita persepsi. Oleh

karena

manusia

selalu

memandang

stimulus

dalam

konteksnya, maka manusia akan mencari struktur pada rangkaian stimulus yang diperoleh dengan jalan mengelompokkan berdasarkan kedekatan atau persamaan, sehingga dari prinsip ini berarti obyek atau peristiwa yang berdekatan dalam ruang dan waktu atau menyerupai satu sama lain, cenderung ditanggapi sebagai bagian dari struktur yang sama.

c. Bentuk-Bentuk Persepsi Persepsi secara umum merupakan suatu tanggapan berdasarkan suatu evaluasi yang ditujukan terhadap suatu obyek dan dinyatakan secara verbal, sedangkan bentuk-bentuk persepsi merupakan pandangan yang berdasarkan

18 penilaian terhadap suatu obyek yang terjadi, kapan saja, dimana saja, jika stimulus mempengaruhinya. Persepsi yang meliputi proses kognitif mencakup proses penafsiran obyek, tanda dan orang dari sudut pengalaman yang bersangkutan. Oleh karena itu dalam menerima suatu stimulus kemampuan manusia sangatlah terbatas, sehingga manusia tidak mampu memproses seluruh stimulus yang ditangkapnya. Artinya meskipun sering disadari, stimulus yang akan dipersepsi selalu dipilih suatu stimulus yang mempunyai relevansi dan bermakna baginya. Dengan demikian dapat diketahui ada dua bentuk persepsi yaitu yang bersifat positif dan negatif.

1). Persepsi Positif Persepsi positif yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek

dan

menuju

pada

suatu

keadaan

dimana

subyek

yang

mempersepsikan cenderung menerima obyek yang ditangkap karena sesuai dengan pribadinya.

2). Persepsi Negatif Yaitu persepsi atau pandangan terhadap suatu obyek dan menunjuk pada keadaan dimana subyek yang mempersepsi cenderung menolak obyek yang ditangkap karena tidak sesuai dengan pribadinya.

19 2. Konsep Guru dan Peranannya a. Pengertian Guru Guru secara sederhana dapat diartikan sebagai orang yang memberikan ilmu pengetahuan kepada anak didik (Anwar Q & Sagala S, 2004 : 120). Karena tugasnya itulah, guru dapat menambah kewibawaannya dan keberadaan guru sangat diperlukan masyarakat, mereka tidak meragukan lagi akan urgensinya guru bagi anak didik. Menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen, guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah.

b. Peran Guru Menurut Manan dalam Mulyasa (2005) sedikitnya ada 19 peran guru yaitu sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pelatih, penasehat, pembaharu, model dan teladan, pribadi, peneliti, pendorong kreatifitas, pembangkit pandangan, pekerja rutin, pemindah kemah, pembawa cerita, aktor, emansipator, evaluator, pengawet dan kulminator. Sedangkan menurut Undang Undang No. 20 Tahun 2003 dan Undang Undang No. 14 Tahun 2005 peran guru adalah sebagai pendidik, pengajar, pembimbing, pengarah, pelatih, penilai dan pengevaluasi dari peserta didik.

20 1). Guru Sebagai Pendidik Guru adalah pendidik, yang menjadi tokoh, panutan dan identifikasi bagi para peserta didik dan lingkungannya. Oleh karena itu guru harus mempunyai standar kualitas pribadi tertentu, yang mencakup tanggungjawab, wibawa, mandiri dan disiplin. Guru harus memahami nilai-nilai, norma moral dan sosial, serta berusaha berperilaku dan berbuat sesuai dengan nilai dan norma tersebut. Guru juga harus bertanggung jawab terhadap tindakannya dalam proses pembelajaran di sekolah. Sebagai pendidik guru harus berani mengambil keputusan secara mandiri berkaitan dengan pembelajaran dan pembentukan kompetensi, serta bertindak sesuai dengan kondisi peserta didik dan lingkungan. 2). Guru Sebagai Pengajar Di dalam tugasnya, guru membantu peserta didik yang sedang berkembang untuk mempelajari sesuatu yang belum diketahuinya, membentuk kompetensi dan memahami materi standar yang dipelajari. Guru sebagai pengajar, harus terus mengikuti perkembangan teknologi, sehinga apa yang disampaikan kepada peserta didik merupakan hal-hal yang uptodate dan tidak ketinggalan jaman. Perkembangan teknologi mengubah peran guru dari pengajar yang bertugas menyampaikan materi pembelajaran menjadi fasilitator yang bertugas memberikan kemudahan belajar. Hal itu dimungkinkan karena perkembangan teknologi menimbulkan banyak buku dengan harga relatif

21 murah dan peserta didik dapat belajar melalui internet dengan tanpa batasan waktu dan ruang, belajar melalui televisi, radio dan surat kabar yang setiap saat hadir di hadapan kita. Derasnya arus informasi, serta cepatnya perkembangan teknologi dan ilmu pengetahuan telah memunculkan pertanyaan terhadap tugas guru sebagai pengajar. Masihkah guru diperlukan mengajar di depan kelas seorang diri , menginformasikan, menerangkan dan menjelaskan. Untuk itu guru harus senantiasa mengembangkan profesinya secara profesional, sehingga tugas dan peran guru sebagai pengajar masih tetap diperlukan sepanjang hayat. 3). Guru Sebagai Pembimbing Guru sebagai pembimbing dapat diibaratkan sebagai pembimbing perjalanan yang berdasarkan pengetahuan dan pengalamannya yang bertanggungjawab. Sebagai pembimbing, guru harus merumuskan tujuan secara jelas, menetapkan waktu perjalanan, menetapkan jalan yang harus ditempuh, menggunakan petunjuk perjalanan serta menilai kelancarannya sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan peserta didik. Sebagai pembimbing semua kegiatan yang dilakukan oleh guru harus berdasarkan kerjasama yang baik antara guru dengan peserta didik. Guru memiliki hak dan tanggungjawab dalam setiap perjalanan yang direncanakan dan dilaksanakannya.

22 4). Guru Sebagai Pengarah Guru adalah seorang pengarah bagi peserta didik, bahkan bagi orang tua. Sebagai pengarah guru harus mampu mengarkan peserta didik dalam

memecahkan

permasalahan-permasalahan

yang

dihadapi,

mengarahkan peserta didik dalam mengambil suatu keputusan dan menemukan jati dirinya. Guru juga dituntut untuk mengarahkan peserta didik dalam mengembangkan

potensi

dirinya,

sehingga

peserta

didik

dapat

membangun karakter yang baik bagi dirinya dalam menghadapi kehidupan nyata di masyarakat. 5). Guru Sebagai Pelatih Proses

pendidikan

dan

pembelajaran

memerlukan

latihan

ketrampilan, baik intelektual maupun motorik, sehingga menuntut guru untuk bertindak sebagai pelatih, yang bertugas melatih peserta didik dalam pembentukan kompetensi dasar sesuai dengan potensi masing-masing peserta didik. Pelatihan yang dilakukan, disamping harus memperhatikan kompetensi dasar dan materi standar, juga harus mampu memperhatikan perbedaan individual peserta didik dan lingkungannya. Untuk itu guru harus banyak tahu, meskipun tidak mencakup semua hal dan tidak setiap hal secara sempurna, karena hal itu tidaklah mungkin.

23 6). Guru Sebagai Penilai Penilaian atau evalusi merupakan aspek pembelajaran yang paling kompleks, karena melibatkan banyak latar belakang dan hubungan, serta variabel lain yang mempunyai arti apabila berhubungan dengan konteks yang hampir tidak mungkin dapat dipisahkan dengan setiap segi penilaian. Tidak ada pembelajaran tanpa penilaian, karena penilaian merupakan proses menetapkan kualitas hasil belajar, atau proses untuk menentukan tingkat pencapaian tujuan pembelajaran peserta didik. Sebagai suatu proses, penilaian dilaksanakan dengan prinsipprinsip dan dengan teknik yang sesuai, mungkin tes atau non tes. Teknik apapun yang dipilih, penilaian harus dilakukan dengan prosedur yang jelas, yang meliputi tiga tahap, yaitu persiapan, pelaksanaan dan tindak lanjut. Mengingat kompleksnya proses penilaian, maka guru perlu memiliki pengetahuan, ketrampilan dan sikap yang memadai. Guru harus memahami teknik evaluasi, baik tes maupun non tes yang meliputi jenis masing-masing teknik, karakteristik, prosedur pengembangan, serta cara menentukan baik atau tidaknya ditinjau dari berbagai segi, validitas, reliabilitas, daya beda dan tingkat kesukaran soal.

3. Profesi Guru a. Pengertian Profesi Pengertian profesi adalah suatu pernyataan atau suatu janji terbuka (to profess artinya menyatakan), yang menyatakan bahwa seseorang itu

24 mengabdikan dirinya pada suatu jabatan atau pelayanan karena orang tersebut merasa terpanggil untuk menjabat pekerjaan itu. (Sahertian, 1994 : 26) Pengertian profesi menurut Hornby dalam Roestiyah (1982 : 176) “accuption is one reguiring, advanced educational and special training “ Profesi adalah suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan lanjut dan latihan khusus. Sutisna (1983 : 302) mengemukakan bahwa profesi adalah suatu pekerjaan yang meminta pendidikan tertentu dalam liberal arts atau science dan biasanya meliputi pekerjaan mental, seperti : mengajar, pekerja Sosial, pengarang dan seterusnya terutama kedokteran, hukum / teologi. Sejalan dengan itu, Ornstein dan Levine dalam Soetjipto dan Kosasi. (1999:15) menyatakan bahwa profesi adalah jabatan yang mengandung pengertian ; 1) melayani masyarakat, merupakan karier yang akan dilaksanakan sepanjang hayat (tidak berganti-ganti pekerjaan), 2) memerlukan bidang ilmu dan ketrampilan tertentu diluar jangkauan khalayak ramai (tidak setiap orang dapat melakukannya) 3) menggunakan hasil penelitian dan aplikasi dari teori ke praktek (teori baru di kembangkan dari hasil penelitian) 4) memerlukan latihan khusus dengan waktu yang panjang, 5) terkendali berdasarkan lisensi baku dan/atau mempunyai persyaratan masuk (untuk menduduki jabatan tersebut memerlukan izin tertentu atau persyaratan khusus yang ditentukan untuk dapat mendudukinya), 6) otonomi dalam membuat keputusan tentang ruang lingkup kerja tertentu atau adanya persyaratan tertentu (tidak teratur orang lain), 7) menerima tanggung jawab terhadap keputusan yang diambil dan unjuk kerja yang ditampilkan yang berhubungan

25 dengan layanan yang diberikan (langsung bertanggung jawab terhadap apa yang diputuskannya, tidak pindah ke atasan atau instansi yang lebih tinggi). Mempunyai sekumpulan untuk kerja yang baku, 8) mempunyai komitmen terhadap jabatan dan klien; dengan penekanan terhadap layanan yang akan diberikan, 9) menggunakan administrator untuk memindahkan profesinya; relatif bebas dari supervisi dalam jabatan (misalnya: dokter memakai tenaga administrator untuk mendata klien, sementara tidak ada supervisi dari luar terhadap pekerjaan dokter itu sendiri), 10) mempunyai organisasi yang diatur oleh anggota profesi sendiri, 11) mempunyai profesi dan atau kelompok elit untuk mengetahui dan mengakui keberhasilan, 12) mempunyai kode etik untuk menjelaskan hal-hal yang meragukan atau menyaksikan yang berhubungan dengan layanan yang diberikan, 13) mempunyai kadar kepercayaan yang tinggi dari publik kepercayaan diri setiap anggotanya (anggota masyarakat selalu meyakini dokter lebih tahu tentang penyakit pasien yang dilayani). 14) mempunyai status sosial dan ekonomi yang tinggi (bila di banding dengan jabatan lainnya). Pengertian jabatan profesional perlu dibedakan dari pekerjaan yang menuntut dan dapat dipenuhi lewat pembiasaan melakukan ketrampilan tertentu (magang, keterlibatan langsung dalam situasi kerja dilingkungannya, dan ketrampilan kerja sebagai warisan orang tua atau pendahulunya). Seorang pekerja profesional perlu dibedakan dari: pertama, seorang teknisi, kedua (pekerja profesional dan teknisi) dapat saa tampil dengan unjuk kerja yang sama (misalnya: menguasai tehnik kerja sama, menguasai prosedur yang

26 sama, dapat memecahkan masalah-masalah teknik dalam bidang kerjanya), tetapi seorang yang profesional dituntut menguasai visi yang mendasari ketrampilan yang menyangkut wawasan filosofis, pertimbangan rasional, dan memiliki pola yang positif dalam melaksanakan serta mengembangkan mutu karyanya ( Joni: 1980:6) Profesional adalah pekerjaan atau kegiatan yang dilakukan oleh seseorang dan menjadi sumber penghasilan kehidupan yang memerlukan keahlian, kemahiran atau kecakapan yang memenuhi standar mutu atau norma tertentu serta memerlukan pendidikan profesi (UU No. 14/2005).

b. Profesi Guru Guru sebagai profesi, bukan lagi dianggap sebagai pekerjaan biasa, tetapi suatu pekerjaan yang memerlukan pendidikan dan keahlian tertentu yang tidak dapat dilakukan oleh sembarangan orang. Guru mengemban tugas sebagaimana dinyatakan dalam UndangUndang Sistem Pendidikan Nasional Tahun 2003, dalam pasal 39 ayat 1. Tenaga kependidikan bertugas melaksanakan administrasi, pengelolaan, pengembangan, pengawasan dan pelayanan teknis untuk menunjang proses pendidikan pada satuan pendidikan. Sedangkan ayat 2 berbunyi pendidik merupakan tenaga profesional yang bertugas merencanakan dan melaksanakan proses

pembelajaran,

melakukan

pembimbingan

dan

pelatihan

serta

melakukan penelitian dan pengabdian kepada masyarakat, terutama bagi pendidik pada perguruan tinggi.

27 Di dalam Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 1 menyebutkan bahwa guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah. Pengakuan guru sebagai tenaga profesional dibuktikan dengan sertifikat pendidik.

c. Syarat – Syarat Menjadi Guru Profesional Menjadi seorang guru bukanlah pekerjaan gampang, seperti yang dibayangkan sebagian orang, dengan bermodal penguasaan materi dan menyampaikannya kepada peserta didik, hal ini belum cukup untuk dikatakan sebagi guru yang memiliki pekerjaan profesional.

Guru harus memiliki

berbagai ketrampilan, kemampuan khusus, mencintai pekerjaannya dan menjaga kode etik guru. Menurut Oemar Hamalik dalam Yamin (2006 : 7) guru profesional harus memiliki persyaratan yang meliputi (1) memiliki bakat sebagai guru, (2) memiliki keahlian sebagai guru, (3) memiliki keahlian yang baik dan terintegrasi, (4) memiliki mental yang sehat, (5) berbadan sehat, (6) memiliki pengalaman dan pengetahuan yang luas, (7) berjiwa Pancasila, (8) merupakan warga negara yang baik. Sedangkan menurut Undang Undang No. 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen pasal 7, profesi guru merupakan bidang pekerjaan khusus yang dilaksanakan berdasarkan prinsip sebagai berikut : (1) memiliki bakat, minat, panggilan jiwa dan idealisme, (2) memiliki komitmen untuk meningkatkan

28 mutu pendidikan, keimanan, ketakwaan dan akhlak mulia, (3) memiliki kualitas akademik dan latar belakang pendidikan sesuai dengan bidang tugas, (4) memilik kompetensi yang diperlukan sesuai dengan bidang tugas, (5) memiliki tanggungjawab atas pelaksanaan tugas keprofesionalan, (6) memperoleh penghasilan yang ditentukan sesuai dengan prestasi kerja, (7) memiliki

kesempatan

untuk

mengembangkan

keprofesionalan

secara

berkelanjutan dengan belajar sepanjang hayat, (8) memiliki jaminan perlindungan hukum dalam melaksanakan tugas keprofesionalan dan (9) memiliki organisasi profesi yang mempunyai kewenangan mengatur hal-hal yang berkaitan dengan tugas keprofesionalan guru.

4. Sertifikasi Guru a. Pengertian Sertifikasi Guru merupakan kunci dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitatif.

Setiap usaha peningkatan

mutu pendidikan seperti pembaharuan kurikulum, pengembangan metodemetode mengajar, penyediaan sarana dan prasarana hanya akan berarti jika melibatkan guru. Artinya titik total pembangunan pendidikan tergantung dari bagaimana membangun mutu guru ke arah yang profesional. Dalam kenyataannya mutu guru di Indonesia sangat beragam dan ratarata masih di bawah standar yang telah ditentukan. Banyak guru yang belum memenuhi standar kualifikasi pendidikan dan belum mempunyai kompetensi yang telah disyaratkan.

29 Sertitifikasi adalah pemberian sertifikat kompetensi atau surat keterangan sebagai pengakuan terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan suatu pekerjaan setelah lulus uji kompetensi. Sertifikasi berasal dari kata certification yang berarti diploma atau pengakuan secara resmi kompetensi seseorang untuk memangku sesuatu jabatan profesional. Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai surat bukti kemampuan mengajar dalam mata pelajaran, jenjang dan bentuk pendidikan tertentu seperti yang diterangkan dalam sertifikat kompetensi tersebut (depdiknas, 2003). Dalam Undang Undang No. 14/2005 pasal 2, disebutkan bahwa pengakuan guru sebagai tenaga yang profesional dibuktikan dengan sertifikasi pendidik.

Selanjutnya pasal 11 menjelaskan bahwa sertifikasi pendidik

diberikan kepada guru yang telah memenuhi persyaratan. Sertifikasi pendidik diselenggarakan oleh perguruan tinggi yang memiliki program pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi. Menurut Samani (2006 : 8) sertifikat pendidik adalah bukti formal dari pemenuhan dua syarat, yaitu kualifikasi akademik minimum dan penguasaan kompetensi minimal sebagai guru. Sedangkan menurut Trianto dan

Tutik (2007 : 9) Sertifikat pendidik adalah surat keterangan yang

diberikan suatu lembaga pengadaan tenaga kependidikan yang terakreditasi sebagai bukti formal kelayakan profesi guru, yaitu memenuhi kualifikasi pendidikan minimum dan menguasai kompetensi minimal sebagai agen pembelajaran.

30 Sertifikasi guru dapat diartikan sebagai suatu proses pemeberian pengakuan bahwa seseorang telah memiliki kompetensi untuk melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh lembaga sertifikasi (Mulyasa, 2007 : 34). Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa Sertifikasi pendidik adalah suatu bukti pengakuan sebagai tenaga profesional yang telah dimiliki oleh seorang pendidik dalam melaksanakan pelayanan pendidikan pada satuan pendidikan tertentu, setelah yang bersangkutan menempuh uji kompetensi yang dilakukan oleh lembaga sertifikasi.

b. Tujuan dan Manfaat Sertifikasi Menurut Wibowo dalam Mulyasa (2007 : 35) mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) melindungi profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (2) melindungi masyarakat dari praktik-praktik yang tidak kompeten, sehingga merusak citra pendidik dan tenaga kependidikan, (3) membantu dan melindungi lembaga penyelenggara pendidikan, dengan menyediakan rambu-rambu dan instrumen untuk melakukan seleksi terhadap pelamar yang kompeten, (4) membangun citra masyarakat terhadap profesi pendidik dan tenaga kependidikan, (5) memberikan solusi dalam rangka meningkatkan mutu pendidikan dan tenaga kependidikan. Sedangkan menurut Departemen Pendidikan Nasional mengungkapkan bahwa tujuan sertifikasi guru adalah (1) menentukan kelayakan guru dalam melaksanakan tugas sebagai agen pembelajaran, (2)

meningkatkan

31 profesionalisme guru, (3) meningkatkan proses dan hasil pendidikan, (4) mempercepat terwujudnya tujuan pendidikan nasional. Manfaat sertifikasi pendidik dan kependidikan menurut Mulyasa (2007: 35) yaitu untuk pengawasan dan penjaminan mutu tenaga kependidikan dalam rangka pengembangan kompetensi, pengembangan karir

tenaga

kependidikan secara berkelanjutan dan peningkatan program pelatihan yang lebih bermutu.

c. Kerangka Sertifikasi Sertifikasi guru merupakan

amanat Undang-Undang Republik

Indonesia Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. Sertifikasi dapat berbentuk ijazah dan sertifikat kompetensi, tetapi bukan sertifikat yang diperoleh melalui pertemuan ilmiah seperti seminar, diskusi panel, lokakarya dan simposium (UU RI No. 20/2003 pasal 61).

Sertifikat

kompetensi diperoleh dari penyelenggara pendidikan dan lembaga pelatihan setelah lulus uji kompetensi yang diselenggarakan oleh satuan pendidikan yang terakreditasi atau lembaga sertifikasi. Sertifikasi guru dikenakan terhadap calon guru lulusan

LPTK,

maupun yang berasal dari perguruan tinggi nonkependidikan bidang ilmu tertentu yang ingin memilih guru sebagai profesi. Bagi lulusan dari perguruan tinggi nonkependidikaan sebelum mengikuti uji sertifikasi dipersyaratkan mengikuti program pembentukan kemampuan mengajar di LPTK.

32 Kerangka pelaksanaan sertifikasi kompetensi guru baik lulusan sarjana kependidikan maupun lulusan sarjana nonkependidikan, menurut Mulyasa (2007: 40) dapat dijelaskan sebagai berikut : Pertama, lulusan program sarjana kependidikan sudah mengalami pembentukan kompetensi menmgajar, sehingga mereka hanya memerlukan uji kompetensi yang dilaksanakan oleh pendidikan tinggi yang memeliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) terakreditasi dan ditunjuk oleh Ditjen Dikti Departemen Pendidikan Nasional. Kedua, lulusan program sarjana nonkependidikan harus terlebih dahulu mengikuti proses pembentukan kompetensi mengajar pada perguruan tinggi yang memiliki Program Pengadaan Tenaga Kependidikan (PPTK) secara tersetruktur.

Setelah dinyatakan lulus dalam pembentukan kompetensi

mengajar, baru mengikuti sertifikasi. Ketiga, penyelenggara program Pembentukan Kompetensi Mengajar dipersyaratkan adanya status lembaga LPTK yang terakreditasi. Sedangkan untuk pelaksanaan uji kompetensi sebagai bentuk audit atau evaluasi kompetensi mengajar guru harus dilaksanakan oleh LPTK terakreditasi yang ditunjuk dan ditetapkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas. Keempat, peserta uji kompetensi yang telah dinyatakan lulus, baik yang berasal dari lulusan program sarjana pendidikan maupun sarjana nonkependidikan diberikan sertifikat kompetensi sebagai bukti yang bersangkutan memiliki kewenangan untuk melakukan praktik dalam bidang profesi guru pada jenjang dan jenis pendidikan tertentu.

33 Kelima, peserta uji kompetensi yang berasal dari guru yang sudah melaksanakan tugas dalam interval waktu tertentu sebagai bentuk kegiatan penyegaran dan pemutakhiran kembali sesuai dengan tuntutan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi serta persyaratan dunia kerja. Disamping itu uji kompetensi juga diperlukan bagi yang tidak melakukan tugas profesinya sebagai guru dalam jangka waktu tertentu.

d. Standar Kompetensi Guru dalam Sertifikasi Menurut Broke and Stone dalam Mulyasa (2007 : 25) kompetensi guru sebagai .. descriptive of qualitative nature of teacher behavior appears to be entirely meaningful (kompetensi guru merupakan gambaran kualitatif tentang hakekat perilaku guru yang penuh arti). Menurut UU RI No. 14 Tahun 2005 tentang

Guru dan Dosen,

dijelaskan bahwa kompetensi adalah seperangkat pengetahuan, keterampilan dan perilaku yang harus dimiliki, dihayati, dan dikuasai oleh guru atau dosen dalam melaksanakan tugas keprofesionalan. Sedangkan menurut Mulyasa (2007

: 26) menyatakan bahwa

kompetensi mengacu pada kemampuan melaksanakan sesuatu yang diperoleh melalui pendidikan. Kompetensi guru menunjuk kepada performance dan perbuatan yang rasional untuk memenuhi spesifikasi tertentu di dalam pelaksanaan tugas-tugas pendidikan. Dari uraian di atas, nampak bahwa kompetensi guru merupakan gambaran tentang kemampuan guru yang mencakup pengetahuan, ketrampilan

34 dan perilaku guru yang harus dikuasai agar dapat menjalankan tugas secara profesional. Kompetensi guru meliputi kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional (UUGD No. 14 /2005 : pasal 10 ). Empat kompetensi guru seperti yang diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut merupakan standar kompetensi yang harus dikusai oleh guru. Dengan kompetensi tersebut diharapkan guru dapat melaksanakan tugas sebagai tenaga kependidikan yang profesioanal yaitu sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik yaitu kemampuan mengelola pembelajaran peserta didik yang meliputi pemahaman terhadap peserta didik, perancangan dan pelaksanaan pembelajaran, evaluasi hasil belajar, dan pengembangan peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimilikinya. Kompetensi kepribadian yaitu kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia. Guru dalam melaksanakan tugasnya harus bersikap terbuka, kritis dan skeptis untuk mengaktualisasi penguasaan isi bidang studi. Kompetensi sosial merupakan kemampuan pendidik sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua/wali peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kompetensi pembelajaran

profesional

secara

luas

dan

yaitu

kemampuan

mendalam

yang

penguasaan

materi

memungkinkannya

35 membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam standar nasional pendidikan. Keempat standar kompetensi guru tersebut dijabarkan dalam bentuk kisi-kisi standar kompetensi guru dalam sertifikasi seperti terdapat dalam Lampiran.

e. Sertifikasi Guru dengan Portofolio Guru dalam jabatan atau guru yang sudah memiliki pengalaman mengajar proses sertifikasi guru dilakukan dengan berlandaskan pada Permendiknas No. 18 Tahun 2007.

Uji kompetensi untuk memperoleh

sertifikat pendidik dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Portofolio adalah

bukti

fisik

(dokumen)

yang

menggambarkan

pengalaman

berkarya/prestasi yang dicapai dalam menjalankan tugas profesi sebagai guru dalam interval waktu tertentu. Dokumen ini terkait dengan unsur pengalaman, karya dan prestasi selama guru yang bersangkutan menjalankan peran sebagai agen pembelajaran (kompetensi kepribadian, pedagogik, profesional dan sosial). Dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 tentang sertifikasi bagi guru dalam jabatan komponen portofolio meliputi: (1) kualifikasi akademik, (2) pendidikan dan pelatihan, (3) pengalaman mengajar, (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, (5) penilaian dari atasan dan pengawas, (6) prestasi akademik, (7) karya pengembangan profesi, (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah, (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial, serta (10) penghargaan yang relevan dengan bidang pendidikan.

36 Kualifikasi akademik yaitu tingkat pendidikan formal yang telah dicapai sampai dengan guru mengikuti sertifikasi, baik pendidikan gelas ( S1, S2 atau S3 ) maupun non gelas ( D4 atau Post Graduate diploma ), baik di dalam maupun di luar negeri. Bukti fisik yang terkait dengan komponen ini berupa ijazah atau sertifikat diploma. Pendidikan dan Pelatihan yaitu pengalaman dalam mengikuti kegiatan pendidik dan pelatihan dalam rangka pengembangan dan/atau peningkatan kompetensi dalam melaksanakan tugas sebagai pendidikan, baik pada tingkat kecamatan, kabupaten/kota, propinsi, nasional, maupun internasional. Bukti fisik komponen ini dapat berupa sertifikat, piagam, atau surat keterangan dari lembaga penyelnggara diklat. Pengalaman mengajar yaitu masa kerja guru dalam melaksanakan tugas sebagai pendidik pada satuan pendidikan tertentu sesuai dengan surat tugas dari lembaga yang berwenang (dapat dari Pemerintah, dan/atau kelompok masyarakat penyelenggara pendidikan). Bukti fisik dari komponen ini dapat berupa surat keputusan / surat keterangan yang sah dari lembaga yang berwenang. Perencanaan Pembelajaran yaitu persiapan mengelola pembelajaran yang akan dilaksanakan dalam kelas pada setiap tatap muka. Perencanaan pembelajaran ini paling tidak memuat perumusan tujuan / kompetensi, pemilihan dan pengorganisasian materi, pemilihan sumber / media pembelajaran, skenario pembelajaran, dan penilaian hasil belajar. Bukti fisik

37 dari sub komponen ini berupa dokumen perencanaan pembelajaran ( RP / RPP / SP ) yang diketahui / disahkan oleh atasan. Pelaksanaan pembelajaran yaitu kegiatan guru dalam mengelola pembelajaran di kelas. Kegiatan ini mencakup tahapan pra pembelajaran ( pengecekan kesiapan kelas dan apersepsi ), kegiatan inti ( penguasaan materi, strategi pembelajaran, pemanfaatan media / sumber belajar, evaluasi, penggunaan bahasa), dan penutup ( refleksi, rangkuman, dan tindak lanjut ). Bukti fisik yang dilampirkan berupa dokumen hasil penilaian oleh kepala sekolah dan/atau pengawas tentang pelaksanaan pembelajaran yang dikelola oleh guru. Penilaian dari atasan dan pengawas yaitu penilaian atasan terhadap kompetensi kepribadian dansosial, yang meliputi aspek-aspek ketaatan menjalankan ajaran agama, tanggung jawab, kejujuran, kedisiplinan, keteladanan, etos kerja, inovasi dan kreativitas, kemampuan menerima kritik dan saran, kemampuan berkomunikasi dan kemampuan bekerjasama dengan menggunakan format penilaian. Prestasi akademik yaitu prestasi yang dicapai guru, utamanya yang terkait dengan bidang keahliannya

yang mendapat pengakuan dari

lembaga/panitia penyelenggara, baik tingkat kecamatan, kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional. Komponen ini meliputi lomba dan karya akademik ( juara lomba atau penemuan karya monumental di bidang pendidikan atau non kependidikan ), dan pembimbingan teman sejawat dan/atau siswa ( instruktur, guru inti, tutor atau pembimbing ). Bukti fisik

38 yang dilampirkan berupa surat penghargaan, surat keterangan atau sertifikat yang dikeluarkan oleh lembaga/panitia penyelenggara. Karya pengembangan profesi yaitu suatu karya yang menunjukkan adanya upaya dan hasil pengembangan profesi yang dilakukan oleh guru. Komponen

ini

meliputi

buku

yang

dipublikasikan

pada

tingkat

kabupaten/kota, propinsi atau nasional; artiket yang dimuat dalam media jurnal/majalah/buletin yang tidak terakreditasi, terakreditasi dan internasional menjadi reviewer buku, penulis soal EBTANAS/UN; modul/buku cetak lokal ( Kabupaten / Kota ) yang minimal mencakup materi pembelajaran selama 1 (satu) semester ; media / ata pembelajaran dalam bidangnya; laporan penelitian tindakan kelas ( individu / kelompok ); dan karya seni (patung, rupa, tari, lukis, sastra, dll). Bukti fisik yang dilampirkan berupa surat keterangan dari pejabat yang berwenang tentang hasil karya tersebut. Keikutsertaan dalam forum ilmiah yaitu partisipasi dalam kegiatan ilmiah yang relevan dengan bidang tugasnya pada tingkat kecamatan, kabupaten / kota, provinsi, nasional atau internasional; baik sebagai pemakalah maupun sebagai peserta. Bukti fisik yang dimapirkan berupa makalah dan sertifikat / piagam bagi nara sumber, dan sertifikat / piagam bagi peserta. Pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial yaitu pengalaman guru menjadi pengurus, dan bukan hanya sebagai anggota di suatu organisasi kependidikan dan sosial. Pengurus organisasi di bidang kependidikan antara lain pengawas, kepala sekolah, wakil kepala sekolah,

39 ketua jurusan, kepala lab, kelapa bengkel, kepala studio, ketua asosiasi guru bidang studi, asosiasi profesi, dan pembina kegiatan ekstra kurikuler (pramuka, drumband, mading, karya ilmiah remaja – KIR). Sedangkan pengurus di bidang sosial anatara lain menjabat ketua RW, Ketua RT, Ketua LMD, dan pembina kegiatan keagamaan. Bukti fisik yang dilampirkan adalah surat keputusan atau surat keterangan dari pihak yang berwenang. Penghargaan

yang

relevan

dengan

bidang

pendidikan

yaitu

penghargaan yang diperoleh karena guru menunjukkan dedikasi yang baik dalam melaksanakan tugas dan memenuhi kriteria kuantitatif (lama waktu, hasil, lokasi/geografis), kualitatif (komitmen, etos kerja), dan relevansi (dalam bidang/rumpun bidang), baik pada tingkat kabupaten/kota, provinsi, nasional, maupun internasional.

Bukti fisik yang dilampirkan berupa fotocopy

sertifikat, piagam, atau surat keterangan. Fungsi portofolio dalam sertifikasi guru (khususnya guru dalam jabatan) untuk menilai kompetensi guru dalam menjalankan tugas dan perannya sebagai agen pembelajaran. Kompetensi pedagogik dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman

mengajar,

perencanaan

dan

pelaksanaan

pembelajaran.

Kompetensi kepribadian dan kompetensi sosial dinilai antara lain melalui dokumen penilaian dari atasan dan pengawas. Kompetensi profesional dinilai antara lain melalui dokumen kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dan prestasi akademik.

40 Portofolio juga berfungsi sebagai : (1) wahana guru untuk menampilkan dan/atau membuktikan unjuk kinerjanya yang meliputi produktivitas, kualitas, dan relevansi melalui karya-karya utama dan pendukung, (2) informasi/data dalam memberikan pertimbangan tingkat kelayakan kompetensi seorang guru, bila dibandingkan dengan standar yang telah ditetapkan, (3) dasar menentukan kelulusan seorang guru yang mengikuti sertifikasi (layak mendapatkan sertifikat pendidik atau belum) dan (4) dasar memberikan rekomendasi bagi peserta yang belum lulus untuk menentukan kegiatan lanjutan sebagai representasi kegiatan pembinaan dan pemberdayaan guru.

f. Mekanisme Pengujian Sertifikasi Pengujian sertifikasi terutama pengujian dengan portofolio dilakukan dengan dua tahapan, yaitu harus menempuh tes tertulis dan tes kinerja yang dipadukan dengan self appraisal, portofolio dan dilengkapi dengan peer appraisal. Adapun materi tes tertulis dan tes kinerja, portofolio dan peer appraisal didasarkan pada indikator esensial kompetensi guru sesuai dengan tuntutan minimal sebagai agen pembelajaran. Menurut Trianto dan Tutik (2007 : 83), mekanisme pengujian sertifikasi guru mengikuti tiga alur yaitu : (1) para guru harus memenuhi persyaratan administrasi yang telah ditetapkan dan baru menempuh ujian tulis; (2) jika lulus dalam ujian tertulis, guru diwajibkan mengikuti uji kinerja; (3) guru wajib mencatat dan mengumpulkan semua aktivitas yang dilakukan baik saat pembelajaran maupun di luar pembelajaran dalam bentuk portofolio.

41 BAB III METODE PENELITIAN

A. Rangcangan Penelitian Penelitian ini pada dasarnya akan memberikan penjelasan tentang persepsi guru sekolah dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi melalui kegiatan analisis secara kualitatif. Penelitian ini dirancang dan dianalisis secara kualitatif, dimana realitas dipandang sesuatu yang holistik, kompleks, dinamis, penuh makna dan dengan menggunakan pola pikir yang induktif.

Fokus penelitian kualitatif belum

begitu jelas dan akan berkembang pada waktu penelitian berlangsung. Hubungan antara peneliti dengan yang diteliti bersifat interaktif dengan sumber data supaya memperoleh makna. Metode Penelitian kualitatif juga dinamakan metode postpositivistik karena berlandaskan pada filsafat postpositivisme dan juga dinamakan metode artistik karena bersifat seni, serta dinamakan metode alamiah atau natural setting (Sugiyono, 2006 : 8).

B. Lokasi dan Informan Penelitian Penelitian ini dilakukan di Sekolah Dasar se Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun tahun 2007. Informan dalam penelelitian kualitatif merupakan nara sumber atau partisipan yang menjadi teman dan guru dalam penelitian. Informan dalam penelitian ini adalah guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Kabupaten 41

42 Madiun. Jumlah dan penentuan informan dilakukan dengan teknik Snowball sampling yaitu teknik pengambilan sampel sumber data yang pada awalnya jumlahnya sedikit, lama-lama menjadi besar seperti bola salju yang menggelinding

C. Teknik Penelitian 1. Teknik Pengumpulan Data Teknik Pengumpulan data merupakan langkah yang paling strategis dalam penelitian. Menurut Sugiyono (2006 : 253) pengumpulan data dapat dilakukan dalam berbagai setting, berbagai sumber dan berbagai cara. Ditinjau dari settingnya, pengumpulan data dapat dilakukan pada setting alamiah (natural setting), pada laboratorium (eksperimen), pada suatu seminar, di rumah dan dapat juga pada waktu diskusi. Berdasarkan sumber data, pengumpulan data dapat menggunakan sumber primer dan sumber skunder. Sedangkan ditinjau dari cara pengambilan data, pengumpulan data dapat dilakukan dengan cara Observasi, interview, kuisioner dan dokumentasi. Pada penelitian ini pengumpulan data dilakukan pada setting alamiah dengan sumber data primer dan dengan cara kuisioner, dokumentasi, dan wawancara. a. Teknik Angket (kuesioner) Angket digunakan untuk mengumpulkan data tentang persepsi guru terhadap program sertifikasi guru. Angket ini digunakan untuk memperoleh data bagaimana persepsi guru terhadap program sertifikasi yang akan

43 dilaksanakan oleh pemerintah. Daftar pertanyaan yang ada dalam angket bersifat terbuka dan dapat diisi sesuai dengan pendapat informan penelitian.

b. Teknik Dokumentasi Dokumen merupakan catatan peristiwa yang sudah berlalu. Dokumen dapat berupa tulisan, gambar, atau karya monumental dari seseorang. Dokumen

yang

berbentuk

tulisan

berupa

catatan

harian,

cerita,

biografi,monografi, peraturan dan kebijakan. Dokumen yang dikumpulkan dalam penelitian ini berbentuk dokumen tulisan yang berupa monografi, peraturan dan kebijakan pemerintah.

c. Teknik Wawancara Teknik pengumpulan data dengan wawancara dimaksudkan untuk mengetahui hal-hal yang lebih mendalam dari informan.

Wawancara

digunakan untuk memperoleh data yang lebih valid dari informan dan memperkuat data yang sudah diperoleh dari hasil angket dan dokumentasi. Wawancara terhadap informan dilakukan dengan semiterstruktur (semistructure interview), dimana dalam pelaksanaan wawancara dilakukan secara terbuka, bebas tetapi masih berpedoman pada pedoman wawancara yang sudah disiapkan.

2. Teknik Pengolahan Data Dalam penelitian kualitatif, data diperoleh dari berbagai sumber, dengan menggunakan teknik pengumpulan data yang bermacam-macam (triangulasi), dan dilakukan secara terus menerus sampai datanya jenuh.

44 Dengan pengamatan yang terus menerus tersebut mengakibatkan variasi data tinggi sekali. Data yang diperoleh pada umumnya adalah data kualitatif (walaupun tidak menolak data kuantitatif), sehingga teknik pengolahan data yang digunakan belum ada polanya yang jelas. Oleh karena itu sering mengalami kesulitan dalam melakukan pengolahan data. Pengolahan data dalam penelitian kualitatif dilakukan sejak sebelum memasuki lapangan, selama di lapangan, dan setelah selesai di lapangan. Pengolahan data telah mulai sejak merumuskan dan menjelaskan masalah, sebelum terjun ke lapangan, dan berlangsung terus sampai penulisan hasil penelitian. Dalam penelitian kualitatif, pengolahan data lebih difokuskan selama proses di lapangan bersamaan dengan pengumpulan data. Model pengolahan data yang digunakan dalam penelitian ini menggunakan Model Interactive dari Miles and Huberman yaitu analisis data dilakukan pada saat pengumpulan data berlangsung, dan setelah selesai pengumpulan data dalam periode tertentu.

Aktivitas dalam analisis data

meliputi pengumpulan data, reduksi data, penyajian data dan verifikasi data seperti dilukiskan pada Gambar 1. Data Collection

Data Disply

Data Reduction Verifying Gambar 1. Pengolahan data Model Interactive ( Miles and Huberman )

45 a. Data Collection (Pengumpulan Data) Data dikumpulkan dengan berbagai teknik pengumpulan data (Triangulasi), yaitu merupakan penggabungan dari berbagai macam teknik pengumpulan data baik wawancara, observasi maupun dengan menggunakan angket. Semakin banyak data yang terkumpul, maka hasil penelitian yang didapat semakin bagus.

b. Data Reduction (Reduksi Data) Data yang diperoleh dari lapangan jumlahnya cukup banyak, untuk itu maka data perlu dicatat secara teliti dan rinci. Kemudian data dirangkum, dipilih hal-hal yang pokok, difokuskan pada hal-hal yang penting dan dicari tema serta polanya. Data yang telah direduksi akan memberikan gambaran yang lebih jelas dan mempermudah peneliti untuk melakukan pengumpulan data selanjutnya, dan mencari data berikutnya jika diperlukan. Data-data yang tidak terpakai dibuang, sehingga peneliti lebih fokus pada data yang telah tereduksi. Dalam penelitian ini data-data yang tereduksi adalah data-data yang ada kaitannya dengan tujuan penelitian yaitu persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru serta temuan-temuan di lapangan yang ada kaitanya dengan sertifikasi guru. Data yang tidak ada kaitannya dengan persepsi positif dan persepsi negatif guru terhadap sertifikasi guru dibuang. Karena reduksi data merupakan proses berfikir sensitif yang memerlukan kecerdasan dan keluasan serta kedalaman wawasan, maka reduksi data dapat dilakukan dengan mendiskusikan pada teman atau orang

46 lain yang dipandang ahli, misalnya Kepala Cabang Dinas Pendidikan, Kepala Dinas Pendidikan atau para Pengawas pada Dinas Pendidikan Kabupaten Madiun. Dari hasil diskusi akan diperoleh data yang benar-benar penting dan sesuai dengan tujuan.

c. Data display (Penyajian Data) Setelah

data

direduksi,

maka

langkah

selanjutnya

adalah

mendispaykan data. Display data dapat dalam bentuk tabel, grafik, chard dan sejenisnya. Melalui penyajian data dalam bentuk display, maka data dapat terorganisir, tersusun dalam pola hubungan, sehingga akan semakin mudah dipahami. Display data dalam penelitian ini dilakukan dalam bentuk uraian singkat, bagan, hubungan antar kategori dan flowchart. Penyajian data dengan menggunakan teks yang bersifat naratif.

d. Verifying (Verifikasi) Langkah berikutnya dalam analisis data adalah verifikasi yaitu memverifikasi data dan menarik kesimpulan. Kesimpulan yang diambil harus didukung oleh data-data yang valid dan konsisten, sehingga kesimpulan yang dikemukakan merupakan kesimpulan yang kredibel. Kesimpulan yang diperoleh merupakan jawaban dari fokus penelitian yang telah dirumuskan sejak awal dan dapat berkembang sesuai dengan kondisi yang berada di lapangan. Kesimpulan yang diperoleh juga dapat berupa temuan baru yang belum pernah ada sebelumnya.

47 BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASANNYA

A. Gambaran Umum Pendidikan di Kecamatan Jiwan Kecamatan Jiwan merupakan salah satu bagian dari lima belas kecamatan yang ada di Kabupaten Madiun. Kecamatan Jiwan terletak di sebelah barat daya wilayah Kabupaten Madiun. Batas wilayah Kecamatan Jiwan yaitu sebelah timur Kota Madiun, sebelah barat dan selatan berbatasan dengan Kabupaten Magetan dan disebelah utara berbatasan dengan Kecamatan Sawahan. Perkembangan pendidikan di Kecamatan Jiwan ditinjau dari kuantitas menunjukkan perkembangan yang sangat pesat. Data jumlah sekolah di Kecamatan Jiwan dapat di lihat pada Tabel 2. Tabel 2. Data Sekolah di Kecamatan Jiwan

No.

Jenis Sekolah

Jumlah

1.

Sekolah Dasar (SD)

28

2.

Sekolah Menengah Pertama (SMP)

2

3.

Sekolah Menengah Atas (SMA)

1

4.

Sekolah Menengah Kejuruan (SMK)

2

5.

Sekolah Luas Biasa (SLB)

1

6.

Madrasah Tsanawiyah

1

Jumlah sekolah

47

35

48 Melihat jumlah sekolah yang ada di Kecamatan Jiwan sebenarnya sudah sangat memadai, tetapi masyarakat Jiwan lebih banyak mengacu pada perkembangan pendidikan yang ada di Kota Madiun.

Masyarakat lebih

banyak menyekolahkan anaknya di Kota Madiun, bahkan sejak Sekolah Dasar mereka menyekolahkan anaknya di kota. Apalagi sejak pendidikan di Kota Madiun memberlakukan kuota anak luar kota yang bisa masuk hanya 10 persen, maka sebagian besar anak-anak Jiwan sejak Sekolah Dasar sudah sekolah di kota. Penyebaran Sekolah Dasar hampir merata di semua desa di Kecamatan Jiwan. Data Penyebaran Sekolah Dasar berdasarkan wilayah seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 3. Data Penyebaran Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan

No. 1. 2. 3. 4. 5. 6. 7. 8. 9. 10. 11. 12. 13. 14.

Nama Desa Jiwan Sukolilo Kwangsen Bibrik Teguhan Grobogan Klegen Serut Ngetrep Wayut Sambirejo Kincang Bedoho Bukur Metesih Jumlah sekolah

Jumlah SD 2 2 2 2 3 2 2 1 2 2 3 1 2 2 28

Jumlah Guru 23 19 15 16 24 16 12 9 18 19 29 7 18 18 243

49 Potensi tenaga kependidikan pada Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan seperti terlihat pada Tabel 4. Tabel 4. Data Guru, Kepala Sekolah dan Penjaga

182

35

1 1

1

1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1

3

23

8 9 12 10 11 9 11 9 9 10 8 8 9 8 7 8 8 7 9 9 10 9 9 12 1 7 9 8

1 0 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 1 0 1 1 1 1 1 0 1 1 1

243

25

Penjaga

1 1 1 1 1 1 2 1 1 1 1 1 1 1 1 1 2 1 2 1 1 2 2 3 0 1 2 1

Kepala Sekolah

Jumlah

7 7 10 7 8 7 8 6 7 8 6 6 7 6 6 6 6 5 6 7 8 6 6 8 0 6 6 6

Olah Raga

Wayut 01 Wayut 03 Jiwan 01 Jiwan 02 Sukolilo 01 Sukolilo 03 Kincang 01 Kincang 02 Kincang 03 Metesih 01 Metesih 03 Teguhan 01 Teguhan 02 Teguhan 03 Kwangsen 01 Kwangsen 02 Ngetrep Grobogan 01 Grobogan 02 Sambirejo 01 Sambirejo 02 Bukur 01 Bukur 02 Klagenserut 01 Klegenserut 02 Bibrik 01 Bibrik 02 Bedoho

Agama Kristen Agama Islam

1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12 13 14 15 16 17 18 19 20 21 22 23 24 25 26 27 28

Nama Sekolah

Umum

No.

Jumlah Guru

Jenis Guru

2 1 1 1 1 1 1 1 1

1 1

1 1

1 15

50 B. Tanggapan Positif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi Guru

Undang-Undang Republik Indonesia No. 14 Tahun 2005 dibentuk dan dikeluarkan dengan berbagai pertimbangan yaitu (1) dalam rangka upaya mencerdaskan kehidupan bangsa dan meningkatkan kualitas manusia Indonesia yang beriman, bertakwa, dan berakhlak mulia serta menguasai ilmu pengetahuan, teknologi, dan seni dalam mewujudkan masyarakat yang maju, adil, makmur, dan beradab berdasarkan Pancasila dan Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945; (2) untuk menjamin perluasan dan pemerataan akses, peningkatan mutu dan relevansi, serta tata pemerintahan yang baik dan akuntabilitas pendidikan yang mampu menghadapi tantangan sesuai dengan tuntutan perubahan kehidupan lokal, nasional, dan global perlu dilakukan pemberdayaan dan peningkatan mutu guru secara terencana, terarah dan berkesinambungan; (3) bahwa guru mempunyai fungsi, peran, dan kedudukan yang sangat strategis dalam pembangunan nasional dalam bidang pendidikan, sehingga perlu dikembangkan sebagai profesi yang bermartabat. Pemberlakuan UU No. 14 Tahun 2005 merupakan komitmen pemerintah dalam rangka mengangkat martabat profesi guru yang sekarang berada di titik nadir yang ”hidup segan matipun tak mau”. Profesi guru akan diposisikan sebagai sutau profesi sebagaimana halnya profesi dokter, pengacara, akuntan. Tanggapan positif guru terhadap pemebrlakuan UndangUndang Guru dan Dosen sebagai berikut :

51 Undang-Undang No. 14 tahun 2005 tentang Guru dan Dosen merupakan langkah maju pemerintah dalam meningkatkan kualitas guru di Indonesia, sehingga akan berdampak pada peningkatan kualitas pendidikan. Sebagaimana kita ketahui pak, bahwa peningkatan mutu pendidikan tidak akan lepas dari peningkatan mutu guru. Kalau menurut saya jika guru-guru kita bagus-bagus terutama guru SD, maka kualitas pendidikan kita juga bagus. (Wiwik Widagti, S.Pd., guru SDN Jiwan 01) Dengan diberlakukannya Undang-Undang tersebut harapan guru untuk meningkatkan kemampuannya sangat besar dan yang tidak kalah menariknya adalah peningkatan kesejahteraan guru. Selama ini kan guru-guru kita banyak yang ekonominya pas-pasan. (Eny Priyatin, S.Pd, guru SDN Kincang 03) Adanya Undang Undang tersebut dapat dikatakan bahwa guru mempunyai landasan hukum yang sangat kuat dalam mengembangkan dirinya. (Indyah Ayu TM, S.Pd., Kepala SDN Kincang 03) Bahwa Undang Undang tersebut sangat penting dalam mendukung pengembangan kompetensi guru. Saya sangat setuju, karena pemberlakuan Undang Undang tersebut merupakan perjuangan rekan-rekan pengurus PGRI. Dengan diberlakukannya UndangUndang tersebut merupakan angin segar bagi guru untuk memperoleh penghasilan yang layak. (Koesbagyo, S.Pd, Kepala SDN Jiwan 02)

Dari paparan data hasil wawancara menunjukkan bahwa guru di Kecamatan Jiwan sangat mendukung adanya pemberlakuan UU RI No. 14/2005.

Keberanian pemerintah dalam memberlakukan Undang-Undang

tersebut merupakan langkah maju dalam rangka memperbaiki kualitas pendidikan terutama di lihat dari segi perbaikan kualitas guru.

Guru

merupakan kunci utama dalam peningkatan mutu pendidikan dan mereka berada di titik sentral dari setiap usaha reformasi pendidikan yang diarahkan pada perubahan-perubahan kualitattif. pendidikan

seperti

pembaharuan

Setiap usaha peningkatan mutu

kurikulum,

pengembangan

metode

52 pengajaran, penyediaan sarana hanya akan mempunyai nilai tinggi jika melibatkan guru. Pemberlakuan Undang-Undang Guru dan Dosen sangat berdampak pada peningkatan kesejahteraan guru. Seperti yang telah diamanatkan dalam Undang-Undang tersebut bahwa jika seorang guru telah memiliki sertifikat pendidik, maka guru tersebut berhak atas tunjangan profesi sebesar satu kali gaji pokok. Tingkat kesejahteraan guru di Indonesia tergolong rendah, bahkan amat rendah, tidak setara dengan pengabdian yang diberikannya. Jumlah gaji yang diterimanya jauh di bawah kebutuhan minimal untuk hidup guru bersama keluarganya.

Keadaan ini berlaku untuk semua guru di semua tingkat

pendidikan dan semua daerah, baik guru yang menyandang pegawai negeri sipil apalagi guru yang berstatus honorer, guru tidak tetap dan juga guru bantu.

Kesejahteraan guru yang rendah berdampak tidak menguntungkan

terhadap motivasi guru, status sosial profesi keguruan dan dunia pendidikan secara keseluruhan.

Oleh karena itulah dengan diberlakukannya Undang-

Undang tersebut, maka memberikan harapan bagi guru untuk dapat meningkatkan kesejahteraannya. Jika kesejahteraan guru meningkat, maka akan berdampak positif terhadap peningkatan kinerja guru dan pada gilirannya akan dapat meningkatkan kualitas pendidikan. Landasan hukum sangat diperlukan bagi guru, karena dengan adanya landasan hukum yang kuat, maka semua hak dan kewajiban guru akan dijamin sepenuhnya oleh undang-undang. Hak-hak guru yang dijamin oleh undang-

53 undang meliputi (1) memperoleh penghasilan di atas kebutuhan hidup minimum dan jaminan kesejahteraan sosial ; (2) mendapatkan promosi dan penghargaan sesuai dengan tugas dan prestasi kerja ; (3) memperoleh perlindungan dalam menghasilkan tugas dan hak atas kekayaan intelektual ; (4)

memperoleh

kesempatan

untuk

meningkatkan

kompetensi;

(5)

memperoleh dan memanfaatkan sarana dan prasarana pembelajaran untuk menunjang kelancaran tugas keprofesionalan ; (6) memiliki kebebasan dalam memberikan penilaian dan ikut menentukan kelulusan, penghargaan dan atau sanksi kepada peserta didik sesuai dengan kaidah pendidikan, kode etik guru dan peraturan perundang-undangan; (7) memperoleh rasa aman dan jaminan keselamatan dalam melaksanakan tugas; (8) memiliki kebebasan untuk berserikat dalam organisasi profesi; (9) memiliki kesempatan untuk berperan dalam penentuan kebijakan pendidikan; (10) memperoleh kesempatan untuk mengembangkan dan meningkatkan kualifikasi akademik dan kompetensi serta; (11) memperoleh pelatihan dan pengembangan profesi dalam bidangnya. Sedangkan kewajiban guru yang harus dilaksanakan sesuai dengan undang-undang adalah (1) merencanakan pembelajaran, melaksanakan proses pembelajaran

yang bermutu, serta

menilai dan mengevaluasi hasil

pembelajaran; (2) meningkatkan dan mengembangkan kualifikasi akademik dan kompetensi secara berkelanjutan sejalan dengan perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi dan seni; (3) bertindak obyektif dan tidak diskriminatif atas dasar pertimbangan jenis kelamin, agama, suku, ras dan kondisi fisik

54 tertentu atau latar belakang keluarga dan status sosial ekonomi peserta didik dalam pembelajaran; (4) menjunjung tinggi peraturan perundang-undangan, hukum dan kode etik guru serta nilai-nilai agama dan etika; (5) memelihara dan memupuk persatuan dan kesatuan bangsa. Undang-Undang Guru dan Dosen mensyaratkan bahwa guru harus mempunyai kualifikasi akademik Sarjana atau Diploma IV.

Dengan

pendidikan Sarjana atau Diploma IV, diharapkan setiap guru dari segi ilmu sungguh kompeten untuk mengajar disekolah menengah ke bawah. Guru juga diharapkan lebih menguasai bidang ilmunya, tidak salah konsep, dan tidak akan menyebarkan salah konsep kepada siswa. Kualitas pendidikan sangat ditentukan oleh kualitas dari tenaga guru yang mengasuh anak didiknya. Guru menjadi sumber ilmu bagi anak-anak bangsa.

Sebagai sumber ilmu guru harus senantiasa meningkatkan

kemampuannya dengan cara menempuh pendidikan yang lebih tinggi. Guru juga harus terus belajar, agar tidak merasa kekeringan dalam bidang ilmu pengetahuan. Informan yang diwawancarai menyatakan sangat setuju dengan syarat kualifikasi akedemik seperti diamanatkan pada pasal 9 Undang-Undang Republik Indonesia No. 14/2005. Guru harus terus mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan, oleh karena itu kualifikasi akademik Sarjana atau Diploma IV merupakan sesuatu hal yang telah menjadi tuntutan jaman. Tanggapan tentang kualifikasi akademik dalam sertifikasi guru disampaikan sebagai berikut :

55 Saya sangat setuju dengan persyaratan seorang guru yang harus mempunyai kualifikasi sarjana atau diploma IV. Sebab dengan adanya perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, guru mutlak harus mempunyai kualifikasi akademik sarjana atau diploma IV. Kalau guru diberi kesempatan untuk meningkatkan pendidikannya, pasti guru tersebut akan menyelesaikannya dengan baik, walaupun hanya serampangan. Saya sangat setuju guru sarjana dan juga harus mempunyai kreatifitas yang tingggi. (Wiwik Widagti, S.Pd. guru SDN Jiwan 01 ) Syarat guru harus sarjana atau diploma IV sudah sesuai dengan kebutuhan dan perkembangan teknologi saat ini. Tetapi sebenarnya yang terpenting adalah kemampuan guru dalam menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi, sebab banyak juga guru yang belum sarjana atau diploma IV tetapi mempunyai kemampuan lebih dibandingkan dengan guru-guru yang sudah sarjana.(Suyoto, S.Pd. guru SD Grobogan 2) Pasal 10 Undang-Undang Guru Dosen No.14/2005 menyebutkan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional. Sebagian besar informan sangat setuju dengan persyaratan empat kompetensi dasar tersebut.

Sedangkan untuk membuktikan bahwa guru

mempunyai empat kompetensi dasar tersebut dilakukan pengujian dengan cara sertifikasi guru. Tanggapan tentang persyaratan kompetensi dasar yang harus dimiliki oleh guru disampaikan sebagai berikut : Saya setuju dengan empat kompetensi dasar yang harus dikuasai oleh para guru dan saya juga sangat setuju bila guru yang mempunyai masa kerja lebih dari 20 tahun diutamakan dalam pelaksanaan penilaian kinerja dan penilaian portofolio. Sertifikasi guru dalam jabatan hendaknya dengan persyaratan yang tidak memberatkan pribadi guru yang mana guru SD khususnya pada saat ini usianya sudah rata-rata sekitar 50 tahun dan portofolio hendaknya dilakukan oleh lembaga masing-masing.( Parminto, S.Pd, Kepala SDN Jiwan 01 ).

56 Kompetensi merupakan komponen utama dari standar profesi guru disamping kode etik sebagai regulasi perilaku profesi yang ditetapkan dalam prosedur pengawasan.

Kompetensi guru merupakan perpaduan antara

kemampuan personal, keilmuan, teknologi, sosial dan spiritual yang secara kaffah membentuk kompetensi standar profesi guru. Kompetensi pedagogik merupakan kemampuan guru dalam mengelola pembelajaran peserta didik yang sekurang-kurangnya meliputi : (1) pemahaman wawasan atau landasan kependidikan; (2) pemahaman terhadap peserta didik; (3) pengembangan kurikulum; (4) perancangan pembelajaran; (5) pelaksanaan pembelajaran; (6) pemanfaatan teknologi pembelajaran; (7) pelaksanaan evaluasi belajar; (8) pengembangan peserta didik. Kemampuankemampuan diatas merupakan kemampuan standar yang harus dimiliki oleh semua guru. Kompetensi Kepribadian adalah kemampuan kepribadian yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa, menjadi teladan bagi peserta didik dan berakhlak mulia.

Guru merupakan panutan yang harus ”digugu dan

ditiru”, oleh karena itu semua perilaku guru harus merupakan perilaku yang baik dan menjadi teladan bagi semua peserta didik. Semua informan sangat setuju dengan syarat kompetensi kerpibadian tersebut, tetapi sebagian informan

juga berharap

bahwa

pengembangan

terhadap

kompetensi

kepribadian ini juga perlu mendapat perhatian oleh pemerintah, agar kepribadian guru lebih stabil dan tidak goyah oleh pengaruh lingkungan dan perkembangan jaman seperti diungkapkan oleh informan berikut ini.

57 Saya sangat setuju dengan persyaratan kompetensi kepribadian yang tertuang dalam UU No. 14/2005 tersebut, namun tolong pemerintah memperhatikan kepribadian semua guru. Guru juga perlu peningkatan kemampuan kepribadian sesuai dengan tuntutan jaman. Agar menjadi arif dan berwibawa guru memerlukan pelatihanpelatihan khusus.( Hariyanto, S.Pd. guru SDN Teguhan 01). Kompetensi profesional adalah

kemampuan

pengusaan materi

pembelajaran secara luas dan mendalam yang memungkinkan membimbing peserta didik memenuhi standar kompetensi yang ditetapkan dalam Standar Nasional Pendidikan. Penguasaan materi pembelajaran sangat diperlukan oleh semua guru.

Keberhasilan seorang guru dalam pembelajaran sangat

ditentukan oleh kemampuan guru dalam penguasaan materi pelajaran. Semua informan juga sangat setuju dengan persyaratan kompetensi profesional tersebut, seperti yang disampaikan oleh seorang guru SD Negeri Ngetrep berikut ini : Saya sangat setuju dengan persyaratan kompetensi dasar yaitu kompetensi profesional. Guru yang profesional mestinya harus menguasai materi pelajaran, hanya kami ini yang guru SD yang jauh dari kota dan kemampuan ekonomi pas-pasan sulit untuk terus meningkatkan kemampuan profesional. Apalagi guru kelas harus menguasai semua mata pelajaran yang ada. Untuk itu pemerintah juga harus memperhatikan peningkatan profesionalitas guru-guru SD. ( Baseno, S.Pd. guru SDN Ngetrep) Kompetensi sosial adalah kemampuan guru sebagai bagian dari masyarakat untuk berkomunikasi dan bergaul secara efektif dengan peserta didik, dan masyarakat sekitar. Kemampuan ini sekurang-kurangnya meliputi (1) berkomunikasi secara lisan, tulisan dan isyarat; (2) menggunakan teknologi komunikasi dan informasi secara fungsional; (3) bergaul secara efektif dengan peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan, orang tua

58 peserta didik dan (4) bergaul secara santun dengan masyarakat. Tanggapan tentang kompetensi sosial yang harus dimiliki oleh semua guru seperti disampaikan oleh informan berikut ini . Guru memang harus pandai berkomunikasi terutama adalah bagaimana cara guru untuk menyampaikan materi pelajaran kepada anak didiknya. Guru juga harus mampu menggunakan teknologi komunikasi seperti menggunakan komputer dan alat-alat teknologi lainnya. Pengusaan penggunaan komputer sangat diperlukan bagi guru-guru SD saat ini agar kita dapat mengikuti terus perkembangan jaman.(Koesbagyo, S.Pd. Kepala SDN Jiwan 02) Di era globalisasi teknologi komunikasi, guru tidak hanya dituntut mampu berkomunikasi dengan anak didik, sesama pendidik, masyarakat disekitarnya, tetapi juga harus mampu berkomunikasi dengan masyarakat dunia.

Untuk itu guru harus mampu mengikuti perkembangan teknologi

komunikasi. Guru menjadi tumpuan utama dan harapan dalam pengembangan dan peningkatan kualitas pendidikan. Selain penguasaan kompetensi dasar, guru juga dituntut melek angka (numerate), melek ilmu (science literacy), memiliki kecerdasan spiritual (spiritual intelligence), kecerdasan emosi (emotional intelligence) dan kecerdasan intelektual (intellectual intelligence), semua itu berkaitan dengan perkembangan kemajuan sain dan teknologi. Peran guru dewasa ini sangat penting ketika pola pembelajaran mengalami pergeseran.

Ini sebagai akibat dari perubahan kemajuan ilmu

pengetahuan dan teknologi yang sangat cepat.

Perkembangan teknologi

informasi sudah tidak ditawar lagi keberadaannya. Segala macam informasi yang menjadi sumber ilmu pengetahuan dapat diakses dimanapun berada.

59 Melalui teknologi informasi, setiap orang dapat merambah ke berbagai pelosok penjuru dunia untuk memperoleh untuk memperoleh informasi mengenai hal-hal yang diperlukan sebagai pengetahuan.

Bahkan dengan

teknologi informasi kita bisa mengadakan transaksi untuk kepentingan kehidupan. Dengan teknologi informasi ini kecepatan perolehan pengetahuan tidak terhambat lagi oleh suatu sistem tradisional. Sesuai dengan pasal 82 ayat (1) Undang-Undang Nomor 14 Tahun 2005 tentang Guru dan Dosen, pemerintah wajib mulai melaksanakan program sertifikasi pendidik paling lama dalam waktu 12 bulan terhitung sejak diberlakukannya Undang-Undang tersebut.

Mengingat samapai saat ini

Peraturan Pemerintah yang mengatur tentang sertifikasi guru juga belum terbit, maka sebagai jalan pintas pemerintah melalui Menteri Pendidikan Nasional mengeluarkan Peraturan Menteri Pendidikan Nasional Nomor. 18 Tahun 2007 tentang Sertifikasi Bagi Guru dalam Jabatan. Sertifikasi guru dalam jabatan adalah proses pemberian sertifikat pendidik untuk guru dalam jabatan. Sertifikasi ini diberikan kepada guru yang sudah lama mengabdi dan memenuhi kualifikasi akademik Sarjana (S1) atau Diploma Empat (D-IV). Sertifikasi guru dalam jabatan dilaksanakan melalui uji kompetensi untuk memperoleh sertifikat pendidik dalam bentuk penilaian Portofolio.

Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional

guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang dimiliki oleh guru. Sertifikasi model ini dimulai tahun 2007 atas jatah kuota tahun 2006

60 dan 2007. Berbagai pendapat tentang sertifikasi portofolio diungkapkan oleh informan berikut ini. Untuk sertifikasi model portofolio saya sangat mendukung, terutama ini kan diperuntukkan bagi guru-guru yang mempunyai masa kerja 20 tahun ke atas. Dengan portofolio pengalaman guru, diklat guru, sertifikat dan prestasi akademik guru sangat dihargai oleh pemerintah. Saya sangat optimis dengan model sertifikasi ini, karena sangat menghargai guru yang sudah lama mengabdi.( Wiwik Widagti, S.Pd. guru senior SDN Jiwan 01) Sertifikasi model portofolio sangat menguntungkan guru-guru terutama mereka yang sudah mempunyai pengalaman kerja di atas 20 tahun. Untuk itu saya berharap agar sertifikasi dengan portofolio ini segera diwujudkan, sehingga keinginan pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan guru dapat tercapai.( Suyoto, S.Pd. guru senior SDN Grobogan 02)

Dokumen yang dinilai dalam sertifikasi guru model portofolio adalah (1) kualifikasi akademik; (2) pendidikan dan pelatihan; (3) pengalaman mengajar; (4) perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran; (5) penilaian dari atasan dan pengawas; (6) prestasi akademik; (7) karya penembangan profesi; (8) keikutsertaan dalam forum ilmiah; (9) pengalaman organisasi di bidang kependidikan dan sosial; (10) penghargaan yang relevan dengan bidang kependidikan. Masing-masing dokumen dinilai sesuai dengan ketentuan yang telah ditetapkan oleh Departemen Pendidikan Nasional. Kualifikasi akademik guru untuk ijazah Sarjana (S1) yang sesuai dengan bidang studi atau mata pelajaran yang diasuh diberikan skor 150, sedangkan ijazah Pasca Sarjana yang sesuai dengan bidang studi diberikan skor 175. Nilai untuk pendidikan dan pelatihan disesuaian dengan lama diklat, tingkatan penyelenggaraan diklat dan relevansi

61 terhadap bidang tugasnya. Untuk diklat yang lebih dari 640 jam pelatihan tingkat nasional dan relevan dengan bidang tugasnya diberikan skor nilai 50, sedangkan diklat 8- 29 jam pelatihan tingkat kecamatan dan relevan dengan bidang tugasnya diberikan skor nilai 10. Pengalaman mengajar guru dihitung dan diberikan skor sesuai dengan masa kerjanya. Guru yang mempunyai pengalaman mengajar lebih dari 25 tahun mendapat skor nilai 160, sedangkan pengalaman mengajar yang paling rendah yaitu 2 – 4 tahun diberikan skor nilai 40. Perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran dinilai berdasarkan dokumen perangkat mengajar yang dikumpulkan oleh guru dan penilaian pembelajaran dilakukan oleh Kepala Sekolah dan Pengawas Sekolah. Skor maksimal yang dapat diperoleh oleh guru dalam membuat perencanaan pembelajaran adalah 40, sedangkan penilaian oleh kepala sekolah memperoleh skor maksimal 120. Penilaian dari atasan dilakukan oleh Kepala Sekolah masing-masing, sedangkan komponen portofolio lainnya dinilai berdasarkan sertifikat yang dimilik oleh guru yang bersangkutan. Seorang guru dapat lulus sertifikasi dan memperoleh sertifikat pendidik jika guru tersebut mampu mengumpulkan skor nilai minimal 850. Nilai tersebut dikumpulkan dari hasil penskoran 10 dokumen yang telah dikumpulkannya. Dari seluruh guru di Kecamatan Jiwan yang diwawancarai menyatakan tidak akan mencapai nilai tersebut, baik guru tersebut berasal dari sekolah inti dan terletak jalur utama ataupun guru yang berasal dari sekolah yang berada di dalam dan jauh dari jalur utama.

62 Tanggapan guru tersebut di atas menunjukkan bahwa sertifikasi dengan model portofolio sangat menguntungkan terutama guru-guru yang sudah mempunyai pengalaman mengajar lebih dari 20 tahun. Wiwik widagti, S.Pd. maupun Suyoto, S.Pd merupakan guru senior yang mempunyai pengalaman mengajar lebih dari 26 tahun, sehingga skor untuk pengalaman mengajar kedua guru tersebut mendapatkan penilaian 160. Tanggapan positif juga diungkapkan oleh berbagai pimpinan sekolah dan lembaga pendidikan di Kecamatan Jiwan, seperti terangkum dalam hasil wawancara sebagai berikut. Saya sangat mendukung sertifikasi guru dalam jabatan dengan portofolio, karena sertifikasi model ini sangat menghargai prestasi guru di masa lalu dan juga menghargai pengalaman mengajar yang dimiliki oleh guru. Guru yang sudah mengajar di atas 25 tahun akan diberikan skor 160, dimana skor tersebut melebihi skor nilai kualifikasi akademik.(Drs. Suwito, Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan) Kalau menurut saya, model portofolio sudah bagus karena model ini guru tidak perlu tes tulis dan tes kemampuan lainnya. Guru hanya mengumpulkan berkas-berkas yang sudah dimiliki di masa yang lalu, kemudian diberikan skor nilai sesuai dengan ketentuan yang berlaku.(Kusbagyo, S.Pd. Kepala SDN Jiwan 02) Kepala Cabang Dinas, sebagai pejabat struktural merupakan kepanjangan tangan dari pemerintah daerah dan pemerintah pusat.

Oleh

karena itu sudah sangat wajar bahwa pendapatnya harus sejalan dengan kebijakan pemerintah. Demikian juga dengan Kusbagyo, S.Pd. merupakan kepala sekolah dan merangkap menjadi pengurus Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Cabang Kecamatan Jiwan, sehingga apa yang disampaikan juga sangat mendukung dengan program-program pemerintah.

63 Undang-Undang Guru dan Dosen No.14 Tahun 2005, pasal 16 dan Permenidknas No. 18 tahun 2007 pasal 6 yang menyatakan bahwa guru Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang telah memiliki sertifikasi pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional dan melaksanakan tugas dengan beban mengajar sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Alokasi Umum terhitung mulai bulan Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikasi pendidik.

Demikian juga guru

Pegawai Negeri Sipil yang diangkat oleh Pemerintah yang telah memiliki sertifikat pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional dan melaksanakan beban kerja guru sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu gaji pokok yang dibayarkan melalui APBN terhitung mulai bulan Januari pada tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik. Untuk guru non PNS yang telah memperoleh sertifikat pendidik akan diberikan tunjangan profesi setara dengan satu kali gaji pokok guru PNS dibayarkan melalui dana Dekonsentrasi terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat pendidik. Ada beberapa informan yang yakin bahwa janji pemerintah tersebut akan terealisasi seperti terungkap dalam hasil wawancara sebagai berikut. Saya kira akan terealisasi pak, wong itu kan sudah dianggarkan oleh pemerintah. Untuk angkatan saya yang menggunakan kuota sertifikasi tahun 2006, nanti tunjangan profesi sebesar satu kali gaji

64 pokok akan diberikan bulan Oktober 2007.( Wiwik Widagti, S.Pd, guru SDN Jiwan 01) Keyakinan guru akan terealisasinya tunjangan profesi karena dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 pasal 7 menyatakan bahwa guru yang terdaftar sebagai calon peserta sertifikasi guru pada tahun 2006 dan telah memiliki sertifikat pendidik dan nomor registrasi guru dari Departemen Penidikan Nasional sebelum Oktober 2007 akan memperoleh tunjangan profesi pendidik terhitung mulai 1 Oktober 2007. Disamping itu gencarnya pemberitaan media yang menyatakan bahwa anggaran untuk tunjangan profesi guru sudah tersedia sejak tahun 2006 yang lalu. Untuk sertifikasi guru kuota tahun 2006 jika guru sudah mendapatkan sertifikat pendidik maka tunjangan profesi akan diberikan bulan Oktober 2007 dan untuk kuota 2007 tunjangan profesi akan diberikan mulai bulan Januari 2008. Keyakinan akan terealisasinya tunjangan profesi guru juga dipengaruhi oleh adanya janji-janji pejabat provinsi dalam sosialisasi sertifikasi guru, terlepas apakah janji tersebut ada kaitannya dengan politik atau tidak, guru-guru di daerah sangat yakin bahwa tunjangan profesi guru akan terealisasi. Menjelang pemilihan Gubernur Jawa Timur Tahun 2008, maka

banyak pejabat propinsi yang

memberikan sosialisai sambil mengadakan kampanye.

C. Tanggapan Negatif Guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan Terhadap Program Sertifikasi Guru Undang-Undang Guru dan Dosen No. 14 Tahun 2005, dihadirkan ditengah-tengah dunia pendidikan yang sedang berada pada titik nadir. Kualitas pendidikan secara terus menerus menurun, kesejahteraan guru saat ini

65 masih di bawah rata-rata.

Berbagai tanggapan

negatif tentang hadirnya

Undang-Undang tersebut seperti terungkap sebagai berikut: Saat ini sebenarnya yang dibutuhkan adalah bagaimana meningkatkan kesejahteraan guru, bukan hanya iming-iming atau janjijanji seperti dikeluarkannya UU No. 14/2005.(Suyoto. Guru SDN Grobogan 02) Saya sangat pesimis dengan dikeluarkannya Undang-Undang tersebut apakah apa yang termuat dalam undang-undang tersebut dapat terlaksana. Kalau misalnya terlaksana program sertifikasi apakah pemerintah dapat memenuhi janjinya dengan mengeluarkan tunjangan satu kali gaji pokok. (Eny Priyatin. Guru SDN Kincang 03) Dari bebarapa tanggapan tersebut di atas guru di Kecamatan Jiwan masih menanggapi pesimis dengan adanya Undang-Undang Guru dan Dosen. Pemerintah hanya memberikan janji-janji seperti yang sudah dilakukan terhadap guru sebelumnya. Disamping itu guru yang belum dipersiapkan untuk sertifikasi juga bertanya-tanya apakah pemerintah mampu memberikan tunjangan

guru

sesuai

dengan

amanat

Undang-Undang

tersebut.

Pengembangan profesi guru sebagai mana profesi dokter, akuntan, jaksa dan profesi-profesi lainnya yang bermartabat sesuai amanat Undang-Undang tersebut masih belum diyakini oleh semua guru akan keberhasilannya. Kualifikasi pendidikan minimal guru menurut Undang-Undang Guru dan Dosen adalah Sarjana (S1) atau Diploma-IV (D-IV). Persyaratan tersebut ditanggapi oleh berbagai guru sebagai berikut : Syarat sarjana memang diperlukan terutama sebagai bukti administratif, tetapi yang penting adalah bagaimana guru meningkatkan pengetahuan, sehingga mempunyai kemampuan seperti seorang sarjana. Jadi sebenarnya tidak harus sarjana secara tertulis, tetapi sarjana secara kemampuan. Guru yang berpendidikan Sarjana (S1) belum tentu mempunyai kemampuan yang lebih dibandingkan

66 dengan guru yang tidak sarjana tetapi mempunyai kreatifitas yang tinggi.(Sumini. Guru SDN Grobogan 02) Kalau menurut saya pak, sebenarnya guru SD itu tidak perlu harus sarjana. Lha wong Presiden saja syaratnya hanya SMA koq ini guru harus sarjana. Bagi kita guru-guru SD ini yang penting mempunyai loyalitas dan dedikasi yang tinggi sebagai seorang guru dan yang tidak kalah pentingnya adalah bagaimana kecintaan kita terhadap profesi guru. Kalau kita sudah mencintai profesi ini maka kita akan berusaha untuk mengembangkan diri, agar anak-anak kita juga dapat berkembang dengan baik.(Lilik. Guru SDN Sukolilo 03) Sebagai mana kita ketahui bahwa guru Sekolah Dasar di Indonesia rata-rata pendidikannya masih belum memenuhi standar yang diinginkan sesuai dengan Undang-Undang Guru dan Dosen.

Dari 1.234.927 guru

Sekolah Dasar di Indonesia hanya 103.116 orang guru yang sudah berpendidikan Sarjana (S1) atau hanya 8,35 % dari jumlah yang ada. Hal ini akan menjadi tugas berat pemerintah untuk meningkatkan kualifikasi guru Sekolah Dasar menjadi seorang Sarjana atau Diploma IV. Guru Sekolah Dasar masih menunggu pelaksanaan sertifikasi guru, jika sertifikasi guru berhasil dan janji pemerintah untuk memberikan tunjangan profesi juga terealisasi, maka akan menjadi pendorong bagi guruguru yang saat ini belum memenuhi kualifikasi akademiknya untuk berlombalomba mencapai tingkat Sarjana atau Diploma IV. Sertifikasi guru dalam jabatan dengan model portofolio dan penilaian kinerja ditanggapi negatif oleh guru sebagai berikut : Sertifikasi dengan portofolio kurang sosialisasi, sehingga saya sangat sulit untuk melengkapi berkas-berkas atau dokumen yang diminta, karena sebagian dokumen yang saya miliki banyak yang belum ketemu.(Baseno.Guru SDN Ngetrep)

67 Saya itu mengabdi menjadi guru sudah lebih dari 25 tahun, mengapa harus pakai portofolio lagi. Apakah dengan pengabdian saya tidaklah cukup untuk mendapat sertifikat. Bagai saya sebenarnya tidak memerlukan sertifikasi portofolio, yang penting gaji guru dinaikkan sudah cukup.(Daryanto. Guru SDN Sambirejo) Saya itu guru SD pak, dan saya juga ndak tahu kalau piagam dan surat-surat keterangan yang saya miliki dihargai dalam portofolio. Piaga dan surat keterangan yang saya dapatkan puluhan tahun lalu sudah hilang, ndak tahu dimana rimbanya. Nanti kalau saya terlalu repot dengan ngurusi sertifikasi, lalu kapan saya dapat membimbing anak-anak untuk maju.(Hariyanto. Guru SDN Teguhan 01) Program sertifikasi guru dalam jabatan tahun 2007 di seluruh Indonesia melibatkan 190.450 orang guru dan untuk kuota Propinsi Jawa Timur sebanyak 29.625 orang guru, sedangkan kuota Kabupaten Madiun sebanyak 601 orang guru.

Dari jatah 601 orang guru untuk Kabupaten

Madiun dibagi lagi dalam kelompok-kelompok berdasarkan tingkat satuan pendidikan yaitu Sekolah Dasar, Sekolah Luar Biasa, Sekolah Menengah Pertama, Sekolah Menengah Atas dan Sekolah Menengah Kejuruan. Sertifkasi guru dalam jabatan menghadapi banyak kendala terutama adalah bagaimana guru melengkapi dokumen-dokumen yang telah bertahuntahun diperolehnya.

Banyak diantara guru-guru yang mempunyai banyak

sertifikat, piagam tetapi karena merasa tidak banyak bermanfaat, maka guru kurang tertib dalam mendokumenkan sertifikat dan piagam tersebut. Guru dalam jabatan yang lulus penilaian portofolio mendapatkan sertifikat, sedangkan yang tidak lulus dapat melakukan kegiatan untuk melengkapi dokumen portofolio atau mengikuti pendidikan dan pelatihan profesi guru yang diakhiri dengan ujian.

Untuk lulus dalam penilaian

portofolio, guru dalam jabatan harus mampu mengumpulkan skor penilaian

68 850. Dari beberapa informan yang diwawancarai menyatakan bahwa mustahil guru-guru dapat mencapai nilai 850 seperti terekam berikut ini. Saya koq ndak yakin dapat mencapai skor nilai sebesar itu, kalau menurut perhitungan saya hanya sekitar 500 sampai 600. Perkiraan ini saya asumsikan nilai yang saya peroleh maksimal dan diakui oleh para asesor. Kalau banyak yang tidak diakui ya nanti nilaianya berkurang lagi.(Wiwik Widagti,S.Pd., guru SDN Jiwan 01) Kalau menurut saya skor nilai itu koq berat banget to pak. Mudah-mudahan pemerintah dpat menurunkan syarat nilai 850. saya setuju kalau diturunkan menjadi 500 – 550 saja, sehingga mayoritas guru yang mengajukan sertifikasi dapat memenuhinya.( Endang Suci, S.Pd., guru SDN Teguhan 03) Skor nilai portofolio 850 memang dirasakan sangat berat bagi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan. Persyaratan yang wajar dan dapat dicapai oleh mayoritas guru adalah 550 – 600. Walaupun sebenarnya bagi guru-guru yang tidak lulus dapat mengikuti portofolio ulang atau dapat mengikuti pendidikan profesi guru yang dilaksanakan oleh pemerintah. Kalau sebagian besar guru harus mengikuti pendidikan profesi guru, berapa besar biaya yang harus dikeluarkan oleh pemerintah, disamping itu guru juga harus meninggalkan tempat kerjanya. Guru Pegawai Negeri Sipil yang telah lulus dan memiliki sertifikat pendidik, dijanjikan oleh pemerintah yang termuat dalam Permendiknas No. 18 Tahun 2007 akan diberikan tunjangan jabatan sebesar satu kali gaji pokok. Berbagai pendapat muncul dalam penelitian ini seperti terangkum sebagai berikut : Saya koq belum yakin pak, kalau tunjangan profesi dapat direalisasikan, apalagi kalau melihat kemampuan uang negara saat ini. Uang makan yang jumlahnya tidak seberapa saja tidak dapat terealisasi, apalagi ini jumlahnya satu kali gaji pokok. Janji itu

69 sebenarnya angan-angan belaka untuk menina bobokkan (Endang Suci, M. S.Pd, guru SDN Teguhan 03)

guru.

Sebaiknya pemerintah jangan memberi janji yang muluk-muluk bagi guru. Satu kali gaji pokok itu suatu jumlah yang tidak sedikit bagi guru, seperti saya ini. Karena jumlahnya terlalu besar, maka hampir semua guru di sini koq nggak yakin kalau pemerintah mampu membayar tunjangan profesi guru. (Yuli Astutik, guru SDN Jiwan 02). Peningkatan gaji guru yang luar biasa besarnya, justru ditanggapi negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan, karena selama ini bebarapa tunjangan yang dijanjikan oleh pemerintah yang jumlahnya sebenarnya tidak terlalu besar belum dapat direalisasikan oleh pemerintah. Kondisi inilah yang menyebabkan guru bersikap apatis, apalagi setelah era otonomi daerah dengan program desentralisasi termasuk masalah keuangan.

Banyak program-

program yang telah diluncurkan oleh pemerintah pusat, tetapi setelah sampai di daerah tidak dapat terlaksana dengan berbagai alasan.

D. Temuan-Temuan Penelitian Peraturan Menteri Pendidikan Nasional No.18 Tahun 2007 tentang sertifikasi guru dalam jabatan, dilakukan dalam bentuk penilaian portofolio. Penilaian portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang meliputi kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, pengalaman mengajar, perencanaan dan pelaksanaan pembelajaran, penilaian dari atasan dan pengawas, prestasi akademiki, kerya pengembangan profesi, keikut sertaan dalam forum ilmiah, pengalaman organisasi dan penghargaan.

70 Aspek-aspek tersebut harus dipenuhi dengan cara mengumpulkan dokumen keprofesiannya yang disusun dengan sistematika sebagaimana diatur dalam Panduan Penyusunan Portofolio yang diterbitkan oleh Ditjen Dikti Depdiknas. Bobot skor untuk setiap aspek telah ditetapkan dengan rentang nilai kelulusan berada pada kisaran nilai 850. Guru yang memperoleh nilai dibawah dari batas kelulusan, ada tiga kemungkinan yang harus di tempuh yaitu (1) melengkapi kembali dokumennya, (2) mengikuti fase diklat profesi guru dan (3) mengikuti pendidikan profesi pendidik. Tanggapan guru Sekolah Dasar terhadap nilai standar kelulusan sertifikasi model Portofolio adalah sebagai berikut : Saya tidak yakin dapat mencapai skor nilai 850 pak, kalau saya analisa nilai maksimal yang bisa saya peroleh maksimal 600 (Wiwik W, guru SDN Jiwan 01) Skor nilai 850 saya rasa sangat berat bagi guru Sekolah Dasar, skor yang dapat saya capai, jika semua berkas dinilai secara maksimal perkiraan nialai yang dapat saya peroleh sekitar 500 - 600 (Endang S, guru SDN Teguhan 03) Temuan yang diperoleh dilapangan menunjukkan, bahwa batas nilai kelulusan sertifikasi guru dalam jabatan dirasakan oleh guru sangat berat. Hasil perhitungan skor nilai secara kasar dan diasumsikan mendapatkan penilaian maksimal,

perolehan skor nilai antara 500 – 600.

Dari hasil

pengamatan di lapangan menunjukkan bahwa rendahnya perolehan skor nilai yang dicapai oleh guru disebabkan oleh rendahnya kinerja guru. Hal ini dibuktikan dengan rendahnya guru dalam membuah karya ilmiah dan kurangnya guru dalam membuat prestasi di bidang kependidikan. .

71 Dari hasil pengamatan di lapangan juga menunjukkan bahwa masih ada guru dan kepala sekolah yang bermoral kurang

terpuji. Hal ini

ditunjukkan adanya pengumpulan kelengkapan dokumen portofolio yang tidak asli atau

terjadi penggadaan dokumen-dokumen yang mestinya tidak berhak

dimiliki oleh guru yang bersangkutan. Guru cukup memfotocopy dokumen, lalu diganti identitasnya dan dilegalisir oleh Kepala Sekolah. Demikian juga dengan nilai yang diperoleh dari penilai Kepala Sekolah dan penilaian Pengawas lebih banyak yang menguntungkan guru. Oleh karena itu perlu adanya uji validasi terhadap dokumen-dokumen yang telah dikumpulkan oleh guru, sehingga diperoleh dokumen yang benar-benar valid sesuai dengan aslinya. Mengingat kuota pesrta sertifikasi tiap tahun terbatas dan jumlah guru yang memenuhi persyaratan kualifikasi akademik bervariasi, maka Dinas Pendidikan

Provinsi

dan

Dinas

Pendidikan

Kabupaten/Kota

mempertimbangkan (1) masa kerja/pengalaman mengajar, (2) usia, (3) pangkat/golongan (bagi PNS), (4) beban mengajar, (5) jabatan/tugas tambahan dan (6) prestasi kerja. Temuan di lapangan terdapat penyimpangan prosedur standar operasional yang telah ditetapkan oleh pemerintah.

72 BAB V PENUTUP

A. Kesimpulan Berdasarkan uraian pada analisis data pada Bab IV dan fokus penelitian dapat diambil kesimpulan sebagai berikut : 1. Tanggapan positif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah sebagai berikut : a. Undang – Undang No. 14 Tahun 2005 merupakan landasan hukum bagi guru dalam meningkatkan kualitas guru, meningkatkan kompetensi guru dan meningkatkan kesejahteraan guru. b. Kualifikasi akademik Sarjana/D IV bagi guru sudah sangat tepat, hal ini sesuai dengan tuntutan jaman dan perkembangan ilmu serta teknologi. c. Guru harus memiliki empat kompetensi dasar yaitu kompetensi pedagogik, kompetensi kepribadian, kompetensi sosial dan kompetensi profesional. d. Sertifikasi Portofolio bagi guru dalam jabatan sangat menguntungkan, karena model ini menghargai masa kerja guru, kualifikasi akademik, pendidikan dan pelatihan, kepribadian guru, kinerja guru dan prestasi guru di masa lalu. e. Tunjangan profesi bagi pendidik akan dapat terealisasi setelah guru dalam jabatan memperoleh sertifikat pendidik.

72

73 2. Tanggapan negatif guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan terhadap program sertifikasi guru adalah sebagai berikut : a. Undang-Undang No. 14 tahun 2005 hanya merupakan janji pemerintah yang tidak mungkin dapat terealisasi. b. Guru tidak harus berkualifikasi Sarjana/D IV, tetapi yang penting adalah kreatifitas, loyalitas dan kecintaan guru terhadap profesinya. c. Dalam pelaksanaannya sertifikasi model portofolio kurang sosialisasi, sehingga banyak dokumen yang dimiliki oleh guru tidak dapat disertakan dalam sertifikasi, karena rata-rata guru tidak menyimpannya secara rapi. d. Guru kurang yakin terhadap realisasi tunjangan profesi guru sesuai dengan undang-undang. 3. Temuan-temuan dalam penelitian yang masih terkait dengan sertifikasi guru adalah sebagai berikut : a. Guru di Kecamatan Jiwan kurang yakin dapat mencapai skor 850 sesuai yang ditentukan oleh Departemen Pendidikan Nasional. b. Masih ada guru yang bermoral kurang baik dalam melengkapi dokumen sertifikasi, yaitu dengan cara menggandakan dokumen milik orang lain. c. Penentuan peserta sertifikasi yang dilakukan oleh Dinas Pendidikan, masih terdapat beberapa peserta yang tidak sesuai dengan aturan yang ditetapkan.

B. Saran 1. Bagi guru Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan dalam mengumpulkan dokumen hendaknya benar-benar dokumen yang asli.

74 2. Bagi Kepala Sekolah Dasar di Kecamatan Jiwan, tanggapan positif maupun tanggapan negatif yang diberikan guru Sekolah Dasar, dapat dijadikan pijakan dalam mempersiapkan guru untuk menghadapi sertifikasi guru dalam jabatan.

Kepala sekolah juga harus terus

mendorong para guru agar mempersiapkan dokumen-dokumen yang dibutuhkan dalam sertifikasi. 3. Bagi Kepala Cabang Dinas Pendidikan Kecamatan Jiwan, sosialisasi tentang sertifikasi harus lebih ditingkatkan, sehingga pemahaman guru terhadap sertifikasi guru dalam jabatan lebih meningkat.

75 DAFTAR PUSTAKA

Abizar. 1988. Kemiskinan Organisasi. Dirjen Dikti Depdikbud. Jakarta. __________. 2006. Undang-Undang No. 14 Tahun 2005 Tentang Guru dan Dosen. Anwar Q dan Syaiful S. 2004. Profesi Jabatan Kependidikan dan Guru Sebagai UpayaMenjamin Kualitas Pembelajaran. Atkinson, R. C., dan E.R. Hilgar. 1991 Pengantar psikologi, diterjemahkan oleh NurjanahTaufik dan Rukmini. Barhana. Erlangga. Jakarta. Basri Djapri. 2002. Persepsi Guru Terhadap Implementasi Pendidikan Sistem Ganda di Kotamadya Banjarmasin. Bimo Walgito. 1994. Pengantar Psikologi Umum. Andi Offset. Yogyakarta. Chaplin, C.P. 1989. Kamus Lengkap Psikologi. Penerjemah Kartini Kartono, RajawaliPress. Jakarta. Depdiknas. 2004. Pedoman Sertifikasi Kompetensi Pendidik. Depdiknas. Jakarta. Gibson, James. 1986. Organisasi Prilaku, Struktur dan Proses. Diterjemah oleh Djoerban Wahid. Erlangga. Jakarta Gunarsah. D. Singgih. 1995. Psikologi Untuk Membimbing. Gunung Mulia. Hamid, Dedi. 2003. UU No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional.Asokadikta. Jakarta. Hendarman. 2002. Persepsi Guru dan Institusi Pasangan Tentang KendalaKendala Implementasi Kurikulum SMK Kelompok Pariwisata. Ibrahim, Abdul Syukur. 1983. Kapita Selekta Sosio Linguistik. Usaha Nasional. Surabaya. Jalal F dan Supriadi D. 2001. Reformasi Pendidikan Dalam Konteks Otonomi DaerahAdicita Karya Nusa. Yogjakarta. Jalaluddin Rahmat. 1998. Psikologi Kumunikasi. PT Rosdakarya. Bandung Joni Raka TS. 1981. Wawasan Kependidikan. Depdikbud. Jakarta 75

76

Mulyasa. E. 2005. Menjadi Guru Profesional. Remaja Rosdakarya. Bandung. Mulyasa. E. 2007. Standar Kompetensi dan Sertifikasi Guru. Rosda. Bandung. Nurdin M. 2004. Kiat Menjadi Guru Profesional. Prismasophie. Jogjakarta. Oteng Sutisna. 1983. Psikologi Manajemen. Alumni. Bandung Roestiyah, NK. 1982. Strategi Belajar Mengajar. Rajawali Press. Jakarta. Ruch, Floyd L. 1967. Psychology and Life, 7 Edt. Scott. Foresman and Company. Atlanta. Sahertian. 1994. Dimensi-Dimensi Administrasi Pendidikan di Sekolah. Mataram MudaMalang. Soetjipto dan Raflis Kosasi. 2000. Profesi Keguruan. Rineka Cipta. Jakarta. Sudarwan D. 2000. Pengantar Studi Penelitian Kebijakan. Bumi Aksara. Jakarta Sudjana, Nana. 1989. Penelitian dan Penilaian Pendidikan. Sinar Baru. Bandung. Sudjana, Nana. 1989. Penelitian Hasil Proses Belajar Mengajar. Remaja Rosdakarya. Bandung. Suharsimi Arikunto. 1985. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Bina Aksara. Jakarta. Sugiyono. 2006. Metode Penelitian Kuantitatif, Kualitatif dan R & D. Alfabeta. Bandung. Tilaar H.A.R. 2000. Paradikma Baru Pendidikan Nasional. Rineka Cipta. Jakarta. Trianto dan Tutik TT. 2007. Sertifikasi Guru dan Upaya Peningkatan Kulifikasi Kompetensi dan Kesejahteraan. Prestasi Pustaka. Jakarta Umar T. Dan La Sula. 1995. Pengantar Pendidikan. Rineka Cipta. Jakarta. Winkel. 1996. Psikologi Pengajaran. Gramedia Widiasarana Indonesia. Jakarta. Yamin M. 2006. Profesionalisasi Guru dan Implementas Kurikulum Berbasis Kompetensi. Gaung Persada Pers. Jakarta.

77 Lampiran 1. Instrumen Penelitian

Kepada Yth : Sdr./Bpk./Ibu ........................................... Guru/Kepala SDN ................................... Di Jiwan. Dengan hormat, Dengan ini perkenankan kami mengajukan pertanyaan di bawah ini sebagai bahan untuk melakukan penelitian dalam rangka menyelesaikan studi Program Pasca Sarjana Universitas Muhammadiyah Malang (UMM) Nama : SUDARMAN NIM : 05370056 Program Studi : Kebijakan dan Pengembangan Pendidikan (KPP) Judul Tesis : Persepsi Guru Sekolah Dasar Terhadap Program Sertifikasi Guru di Kecamatan Jiwan Kabupaten Madiun Sebagai Dasar Penguatan Kebijakan Pemerintah Tentang Sertifikasi Guru Atas perhatian dan partisipasinya dalam memberikan jawaban dalam penelitian ini, kami haturkan terima kasih.

No. Informan

: ....................................................................

Tgl. Wawancara

: ....................................................................

A. Pribadi 1. N a m a

: ...................................................................

2. N I P

: ...................................................................

3. Pangkat/Gol.

: ..................................................................

4. Tempat Tgl. Lahir

: ...................................................................

5. Pendidikan/Jurusan

: ......................./..........................................

6. Mengajar Bid.Studi

: ..................................................................

7. Masa Kerja

: ..................................................................

B. Lembaga 1. Nama Sekolah

: SDN .........................................................

2. Alamat

: ..................................................................

3. Jumlah Guru

: ..................................................................

78 DAFTAR PERTANYAAN 1. Bapak/Ibu sudah pernah membaca/mendengar tentang UUGD No.14/2005 tentang guru dan dosen ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

2. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang Undang Undang Guru dan Dosen tersebut ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

3. Dalam UUGD No. 14/2005, pasal 9 guru wajib mempunyai kualifikasi akademik minimal Sarjana atau Diploma IV, bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang persyaratan tersebut ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

4. Pasal 10 UUGD No.14/2005 menyebutkan tentang kompetensi yang harus dimiliki oleh seorang guru yaitu : Kompetensi Pedagogik, Kompetensi Kepribadian, Kompetensi Sosial dan Kompetensi Profesional.

Bagaimana

tanggapan Bapak/Ibu tentang persyaratan tersebut ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

79 5. Untuk membuktikan penguasaan kompetensi tersebut guru diwajibkan mengikuti sertifikasi. Bagaimana pendapat Bapak/Ibu tentang sertifikasi guru tersebut ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

6. Sesuai dengan Permendiknas No. 18 tahun 2007 tentang pelaksanaan sertifikasi guru. Bagi guru yang telah bekerja dan mempunyai pengalaman mengajar, sertifikasi guru dilakukan dengan jalan PENILAIAN KINERJA dan PENILAI PORTOFOLIO, bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang kedua jenis tes tersebut ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

7. Penilaian Kinerja Guru meliputi 2 komponen yaitu : a. Persiapan guru dalam mengelola Pembelajaran b. Pelaksanaan pembelajaran di kelas Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu dengan kedua komponen penilaian kinerja guru tersebut ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

8. Penilaian yang menyangkut dengan persiapan pembelajaran dituangkan ke dalam Instrumen Penilaian Kinerja Guru I ( IPKG I ) yang terdiri dari 5 aspek dan 17 sub aspek, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu tentang aspekaspek penilaian Kinerja Guru ( IPKG I ) ? .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

80 9. Penilaian yang menyangkut dengan pelaksanaan pembelajaran di kelas secara real dituangkan ke dalam Instrumen Penilaian Kinerja Guru 2 (IPKG 2), yang terdiri dari 4 aspek dan 27 sub aspek penialaian, bagaimana pendapat Bapak/Ibu mengenai aspek-aspek penilaian kinerja guru tersebut ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

10. Bagaimana

pendapat

Bapak/Ibu

tentang

penilaian

Portofolio

yang

dipadu/disertai dengan Penilaian Diri/Self Appraisal ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

11. Penilaian Portofolio merupakan pengakuan atas pengalaman profesional guru dalam bentuk penilaian terhadap kumpulan dokumen yang mendiskripsikan tentang

10 aspek dokumen. Bagaimana tanggapan Bapak/Ibu tentang

dokumen-dokumen yang dipersyaratkan dalam Permendiknas No. 18 /2007 ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

12. Untuk lulus Portofolio guru harus mampu mengumpulkan nilai sebesar 850, bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

81 13. Guru yang tidak lulus penilain Portofolio dikelompokkan menjadi 3 kelompok yaitu : 800 - 849 = mengikuti Portofolio Ulang, 600 - 799 = mengikuti diklat Tipe A, di bawah 600 = mengikuti diklat tipe B, Bagaimana menurut pendapat Bapak/Ibu ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. 14. Guru PNS yang diangkat oleh Pemerintah Daerah yang telah memiliki sertifikast pendidik, nomor registrasi guru dari Departemen Pendidikan Nasional, dan melaksanakan beban kerja sekurang-kurangnya 24 jam tatap muka dalam satu minggu berhak atas tunjangan profesi pendidik sebesar satu kali gaji pokok yang dibayarkan melalui Dana Alokasi Umum terhitung mulai bulan Januari tahun berikutnya setelah memperoleh sertifikat Pendidik. Bagaimana pendapat Ibu/Bapak ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

15. Jika Uji Kompetensi Guru dengan Penilaian Portofolio dilaksanakan sekarang, yakinkah Bapak/Ibu dapat lulus sertifikasi ? .............................................................................................................................. .............................................................................................................................. ..............................................................................................................................

82 Lampiran 2. Standar Kompetensi Guru Kelas SD/MI (Permen Diknas No. 16/2007) No.

Kompetensi Inti Guru

Kompetensi Guru Kelas SD/MI

1.

Menguasai karakteristik peserta didik dari aspek fisik, moral, sosial, kultural, emosional, dan intelektual.

1.1 Memahami karakteristik peserta didik usia sekolah dasar yang berkaitan dengan aspek fisik, intelektual, sosial-emosional, moral, spiritual, dan latar belakang sosial-budaya. 1.2 Mengidentifikasi potensi peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI. 1.3 Mengidentifikasi kemampuan awal peserta didik usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI. 1.4 Mengidentifikasi kesulitan peserta belajar usia sekolah dasar dalam lima mata pelajaran SD/MI.

2.

Menguasai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik

2.1 Memahami berbagai teori belajar dan prinsip-prinsip pembelajaran yang mendidik terkait dengan lima mata pelajaran SD/MI. 2.2 Menerapkan berbagai pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran yang mendidik secara kreatif dalam lima mata pelajaran SD/MI 2.3 Menerapkan pendekatan pembelajaran tematis, khususnya di kelas-kelas awal SD/MI

3.

Mengembangkan kurikulum yang terkait dengan mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu.

3.1 Memahami prinsip-prinsip pengembangan kurikulum 3.2 Menentukan tujuan lima mata pelajaran SD/MI 3.3 Menentukan pengalaman belajar yang sesuai untuk mencapai tujuan lima mta pelajaran SD/MI 3.4 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang terkait dengan pengalaman belajar dan tujuan pembelajaran 3.5 Menata materi pembelajaran secara benar sesuai dengan pendekatan yang dipilih dan karakteristik peserta didik usia SD/MI 3.6 Mengembangkan indikator dan instrumen penilaian

83

No.

Kompetensi Inti Guru

Kompetensi Guru Kelas SD/MI

4.

Menyelenggarakan pembelajaran yang mendidik

4.1 Memahami prinsip-prinsip perancangan pembelajaran yang menidik 4.2 Mengembangkan komponen-komponen rancangan pembelajaran 4.3 Menyusun rancangan pembelajaran yang lengkap, baik untuk kegiatan di dalam kelas, laboratorium, maupun lapangan. 4.4 Melaksanakan pembelajaran yang mendidik di kelas, laboratorium, dan lapangan 4.5 Menggunakan media pembelajaran sesuai dengan karakteristik peserta didik dan lima mata pelajaran SD/MI untuk mencapai tujuan pembelajaran secara utuh. 4.6 Mengambil keputusan transaksional dalam lima mata pelajaran SD/MI sesuai dengan situasi yang berkembang.

5.

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk kepentingan pembelajaran Memfasilitasi pengembangan potensi peserta didik untuk mengaktualisasikan berbagai potensi yang dimiliki

5.1 Memahami teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

6.

7.

6.1 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mendorong peserta didik mencapai prestasi belajar secara optimal. 6.2 Menyediakan berbagai kegiatan pembelajaran untuk mengaktualisasikan potensi peserta didik, termasuk kreativitasnya. Berkomunikasi secara 7.1 Memahami berbagai strategi efektif, empatik, dan berkomunikasi yang efektif, empatik dan santun dengan peserta santun, baik secara lisan maupun tulisan. didik 7.2 Berkomunikasi secara efektif, empatik, dan santun dengan peserta didik dengan bahasa yang khas dalam interaksi pembelajaran yang terbangun secara siklikal dari (a) penyiapan kondisi psikologis peserta didik, (b) memberikan pertanyaan atau tugas sebagai undangan kepada peserta didik untuk merspons, (c) respons peserta didik, (d) reaksi guru terhadap respons peserta didik, dan seterusnya.

84

No. 8

Kompetensi Inti Guru

Kompetensi Guru Kelas SD/MI

Menyelenggarakan 8.1 Memahami prinsip-prinsip penilaian dan penilaian dan evaluasi evaluasi proses dan hasil belajar sesuai proses dan hasil belajar dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI. 8.2 Menentukan aspek-aspek proses dan hasil belajar yang penting untuk dinilai dan dievaluasi sesuai dengan karakteristik lima mata pelajaran SD/MI 8.3 Menentukan prosedur penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.4 Mengembangkan instrumen penilaian dan evaluasi proses dan hasil belajar. 8.5 Mengandministrasikan penilaian proses dan hasil belajar secara berkesinambungan dengan menggunakan berbagai instrumen. 8.6 Menganalisis hasil penilaian proses dan hasil belajar untuk berbagai tujuan. 8.7 Melakukan evaluasi proses dan hasil belajar 9. Memanfaatkan hasil 9.1 Menggunakan informasi hasil penilaian penilaian dan evaluasi dan evaluasi untuk menentukan ketuntasan untuk kepentingan belajar pembelajaran 9.2 Menggunakan informasi hasil penilaian dan evaluasi untuk merancang program remedial dan pengayaan. 9.3 Mengkomunikasikan hasil penilain dan evaluasi kepada pemangku kepentingan. 9.4 Memanfaatkan informasi hasil penilaian dan evaluasi pembelajaran untuk meningkatkan kualitas pembelajaran 10. Melakukan tindakan 10.1 Melakukan refleksi terhadap pembelajaran refleksi untuk peningkatyang telah dilaksanakan. an kualitas pembelajaran 10.2 Memanfaatkan hasil refleksi untuk perbaikan dan pengembangan lima mata pelajaran SD/MI. 10.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk meningkatkan kualitas pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI Kompetensi Kepribadian 11. Bertindak sesuai dengan 11.1 Menghargai peserta didik tanpa norma agama, hukum, membedakan keyakinan yang dianut, suku, sosial dan kebudayaan adat-istiadat, daerah asal, dan gender. nasional Indonesia

85

No.

Kompetensi Inti Guru

Kompetensi Guru Kelas SD/MI

11.2 Bersikap sesuai dengan norma agama yang dianut, hukum dan norma agama yang berlaku dalam masyarakat, serta kebudayaan nasional Indonesia yang beragam. 12. Menampilkan diri 12.1 Berperilaku jujur, tegas dan manusiawi. sebagai pribadi yang 12.2 Berperilaku yang mencerminkan jujur, berakhlak mulia, ketakwaan dan akhlak mulia. dan teladan bagi peserta 12.3 Berperilaku yang dapat diteladani oleh didik dan masyarakat peserta didik dan anggota masyarakat di sekitarnya. 13. Menampilkan diri 13.1 Menampilkan diri sebagai pribadi yang sebagai pribadi yang mantap dan stabil. mantap, stabil, dewasa, 13.2 Menampilkan diri sebagai pribadi yang arif, dan berwibawa dewasa, arif dan berwibawa. 14. Menunjukkan etos kerja, 14.1 Menunjukan etos kerja dan tanggung tanggung jawab yang jawab yang tinggi. tinggi, rasa bangga 14.2 Bangga menjadi guru dan percaya pada diri menjadi guru, dan rasa sendiri. percaya diri. 14.3 Bekerja mandiri secara profesional 15. Menjunjung tinggi kode 15.1 Memahami kode etik profesi guru. etik profesi guru 15.2 Menerapkan kode etik profesi guru. 15.3 Berperilaku sesuai dengan kode etik guru. Kompetensi Sosial 16. Bersikap inklusif, 16.1 Bersikap inklusif dan objektif terhadap bertindak objektif, serta peserta didik, teman sejawat dan tidak diskriminatif lingkungan sekitar dalam melaksanakan karena pertimbangan pembelajaran. jenis kelamin, agama, 16.2 Tidak bersikap diskriminatif terhadap ras, kondisi fisik, latar peserta didik, teman sejawat, orang tua belakang keluarga, dan peserta didik dan lingkungan sekolah status sosial ekonomi karena perbedaan agama, suku, jenis kelamin, latar belakang keluarga, dan status sosial-ekonomi. 17. Berkomunikasi secara 17.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat dan efektif, empatik, dan komunitas ilmiah lainnya secara santun, santun dengan sesama empatik dan efektif. pendidik, tenaga 17.2 Berkomunikasi dengan orang tua peserta kependidikan, orang tua, didik dan masyarakat secara santun, dan masyuarakat. empatik dan efektif tentang program pembelajaran dan kemajuan peserta didik.

86

No.

Kompetensi Inti Guru

Kompetensi Guru Kelas SD/MI

17.3 Mengikutsertakan orang tua peserta didik dan masyarakat dalam program pembelajaran dan dalam mengatasi kesulitan belajar peserta didik 18. Beradaptasi di tempat 18.1 Beradaptasi dengan lingkungan tempat bertugas di seluruh bekerja dalam rangka meningkatkan wilayah Republik efektivitas sebagai pendidik, termasuk Indonesia yang memiliki memahami bahasa daerah setempat. keragaman sosial budaya 18.2 Melaksanakan berbagai program dalam lingkungan kerja untuk mengembangkan dan meningkatkan kualitas pendidikan di daerah yang bersangkutan. 19. Berkomunikasi dengan 19.1 Berkomunikasi dengan teman sejawat, komunitas profesi sendiri profesi ilmiah, dan komunikasi ilmiah dan profesi lain secara lainnya melalui berbagai media dalam lisan dan tulisan atau rangka meningkatkan kualitas pendidikan. bentuk lain. 19.2 Mengkomunikasiukan hasil-hasil inovasi pembelajaran kepada komunikasi profesi sendiri secara lisan dan tulisan atau bentuk lain. Kompetensi Profesional 20. Menguasai materi, Bahasa Indonesia struktur, konsep, dan 20.1 Memahami hakikat bahasa dan pola pikir keilmuan yang pemerolehan bahasa. mendukung mata 20.2 Memahami kedudukan, fungsi, dan pelajaran yang diampu. ragam bahasa Indonesia. 20.3 Menguasai dasar-dasar dan kaidah bahasa Indonesia sebagai rujukan penggunaan Bahasa Indonesia yang baik dan benar. 20.4 Memiliki keterampilan berbahasa Indonesia (menyimak, berbicara, membaca dan menulis) 20.5 Memahami teori dan genre sastra Indonesia 20.6 Mampu mengapresiasi karya sastra Indonesia, secara reseptif dan produktif.

20.7

Matematika Menguasai pengetahuan konseptual dan prosedural serta keterkaitan keduanya dalam konteks materi aritmatika, aljabar, geometri, trigonometri, pengukuran, statistika dan logika matematika.

87

No.

Kompetensi Inti Guru

Kompetensi Guru Kelas SD/MI 20.8

Mampu menggunakan matematisasi horizontal dan vertikal untuk menyelesaikan masalah matematika dan masalah dalam dunia nyata. 20.9 Mampu menggunakan pengetahuan konseptual, prosedural, dan keterkaitan keduanya dalam pemecahan masalah matematika, serta penerapannya dalam kehidupan sehari-hari. 20.10 Mampu menggunakan alat peraga, alat ukur, alat hitung, dan piranti lunak komputer. IPA 20.11 Mampu melakukan observasi gejala alam baik secara langsung maupun tidak langsung. 20.12 Memanfaatkan konsep-konsep dan hukum-hukum ilmu pengetahuan alam dalam berbagai situasi kehidupan sehari-hari. 20.13 Memahami struktur ilmu pengetahuan alam, termasuk hubungan fungsional antar konsep, yang berhubungan dengan mata pelajaran IPA. IPS 20.14 Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, nilai dan keterampilan IPS. 20.15 Mengembangkan materi, struktur dan konsep keilmuan IPS. 20.16 Memahami cita-cita, nilai, konsep dan prinsip-prinsip pokok ilmu-ilmu sosial dalam konteks kebhinnekaan masyarakat Indonesia dan dinamika kehidupan global. 20.17 Memahami fenomena interaksi perkembangan ilmu pengetahuan, teknologi, seni, kehidupan agama, dan perkembangan masyarakat serta saling ketergantungan global.

88

No.

21.

22.

Kompetensi Inti Guru

Menguasai standar kompetensi dan kompetensi dasar mata pelajaran/bidang pengembangan yang diampu. Mengembangkan materi pembelajaran yang diampu secara kreatif.

23.

Mengembangkan keprofesionalan secara berkelanjutan dengan melakukan tindakan refleksi.

24.

Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri

Kompetensi Guru Kelas SD/MI PKn 20.18 Menguasai materi keilmuan yang meliputi dimensi pengetahuan, sikap, nilai dan perilaku yang mendukung kegiatan pembelajaran PKn. 20.19 Menguasai konsep dan prinsip kepribadian nasional dan demokrasi konstitusional Indonesia, semangat kebangsaan dan cinta tanah air serta bela negara. 20.20 Menguasai konsep dan prinsip perlindungan, pemajuan HAM, serta penegakan hukum secara adil dan benar. 20.21 Menguasai konsep, prinsip, nilai, moral, dan norma kewarganegaraan Indonesia yang demokratis dalam konteks kewargaan negara dan dunia. 21.1 Memahami standar kompetensi lima mata pelajaran SD/MI. 21.2 Memahami kompetensi dasar lima mata pelajaran SD/MI. 21.3 Memahami tujuan pembelajaran lima mata pelajaran SD/MI. 22.1 Memilih materi lima mata pelajaran SD/MI yang sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik. 22.2 Mengolah materi lima mata pelajaran SD/MI secara integratif dan kreatif sesuai dengan tingkat perkembangan peserta didik 23.1 Melakukan refleksi terhadap kinerja sendiri secara terus menerus. 23.2 Memanfaatkan hasil refleksi dalam rangka peningkatan keprofesionalan. 23.3 Melakukan penelitian tindakan kelas untuk peningkatan keprofesionalan. 23.4 Mengikuti kemajuan zaman dengan belajar dari berbagai sumber. 24.1 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam berkomunikasi. 24.2 Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi untuk pengembangan diri

89

Lampiran 3. Kisi-Kisi Kompetensi dalam Sertifikasi Guru KISI-KISI KOMPETENSI GURU SESUAI DENGAN UU NO. 14/2005 PASAL 10 No

Kompetensi

1.

Kompeten si Pedago gik

Sub Kompetensi

Indikator

1. Memahami a. Mengkaji Karakteristik peserta didik dari aspek fisik, sosial, moral, kultural, Karakteristik Peserta emosional dan intelektual berdasarkan penelusuran dari berbagai sumber. didik dari aspek fisik, b. Berlatih mengumpulkan dan menganalisis data tentang karakteristik peserta sosial, moral, didik melalui teknik yang relevan kultural, emosional c. Berlatih menerapkan cara-cara memahami perilaku peserta didik sesuai dan intelektual. dengan perkembangan peserta didik. d. Berlatih merancang stimulasi berfikir sesuai dengan tahap perkembangan kognitif peserta didik. e. Mengidentifikasi perilaku anak yang memiliki kelainan fisik, gangguan emosional dan intelektual berdasarkan data yang dikumpulkan. f. Mengkaji karakterisitik perilaku anak yang berbakat. g. Mengkaji berbagai faktor yang menyebabkan masalah psikologis peserta didik dengan berbagai tekni yang relevan. h. Berlatih memberikan bantuan/bimbingan kepada peserta didik yang mengalami masalah psikologis i. Berlatih mengembangkan kegiatan pengayaan bagi peserta didik berbakat. j. Berlatih merancang kegiatan untuk peserta didik dengan kebutuhan khusus.

90 No

Kompetensi

Sub Kompetensi

Indikator

2. Memahami latar belakang keluarga dan masyarakat peserta didik dan kebutuhan belajar dalam konteks kebhinekaan budaya. 3 Memahami gaya belajar dan kesulitan belajar peserta didik

a. Mengkaji latar belakang keluarga, masyarakat dan kebutuhan belajar peserta didik dalam konteks kebhinekaan budaya. b. Berlatih menganalisis situasi dan kondisi keluarga dalam kaitannya dengan proses pembelajaran. c. Berlatih melakukan survei lingkungan keluarga dan masyarakat.

4. Memfasiliatasi pengembangan potensi peserta didik.

a. b. c. d. e. f. g. h. a. b. c.

5. Menguasai teori dan prinsip belajar serta pembelajaran yang mendidik

a. b. c. d. e.

Mengkaji berbagai gaya belajar peserta didik Berlatih mengidentifikasi gaya belajar peserta didik Berlatih mengindetifikasi gejala-gejala kesulitan belajar peserta didik. Berlatih mendiagnosa kesulitan belajar dan perilaku anak yang mengalami kesulitan belajar. Berlatih menentukan alternatif pemecahan masalah berdasarkan diagnosis. Berlatih mengembangkan pembelajaran remedial dan pengayaan Berlatih melaksanakan bimbingan Mengembangkan strategi belajar peserta didik. Mengkaji dan mengidentifikasi potensi peserta didik Berlatih merancang, melaksanakan, dan mengevaluasi program pemberdayaan potensi peserta didik. Mengoptimalkan pemberdayaan sumber belajar untuk pengembangan potensi peserta didik. Mengkaji landasan filosofis pembelajaran Mengkaji teori dan prinsip pembelajaran. Mengkaji prinsip-prinsip perencanaan kurikulum dan pembelajaran Mengkaji berbagai model pembelajaran inovatif Mengkaji dan berlatih menggunakan berbagai model pendekatan, strategi, metode dan teknik pembelajaran.

91 No

Kompetensi

Sub Kompetensi 6. Mengembangkan kurikulum yang mendorong keterlibatan peserta didik dalam pembelajaran. 7. Merancang pembelajaran yang mendidik. 8. Melaksanakan pembelajaran yang mendidik.

Indikator a. Berlatih menganalisis kurikulum b. Berlatih mengembangkan bahan ajar sesuai dengan kebutuhan peserta didik secara konstekstual. c. Berlatih mengembangkan berbagai media pembelajaran kontekstual.

a. Mengkaji teori, prinsip dan model rancangan pembelajaran b. Berlatih menyusun, melaksanakan, mengevaluasi berbagai model rancangan pembelajaran. a. Berlatih menerapkan ketrampilan dasar mengajar b. Berlatih menciptakan lingkungan belajar yang kondusif c. Berlatih melaksanakan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik peserta didik dan mata pelajaran. d. Berlatih melakukan penyesuaian transaksional dalam pembelajaran e. Berlatih menerapkan model-model pembelajaran yang aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan. f. Berlatih memanfaatkan lingkungan sekolah sebagai laboratorium pembelajaran g. Berlatih memberikan bantuan belajar secara individual sesuai dengan kebutuhan peserta didik h. Berlatih mengelola kelas dengan memanfaatkan potensi yang ada peserta didik 9. Mengevaluasi proses a. Mengkaji teori, jenis dan prosedur evaluasi proses dan hasil pembelajaran dan hasil b. Berlatih mengembangkan berbagai instrumen evaluasi proses dan hasil pembelajaran. pembelajaran c. Berlatih melaksanakan evaluasi proses dan hasil pembelajaran d. Berlatih menganalisis evaluasi proses dan hasil pembelajaran

92 No

Kompetensi

2.

Kompeten si Kepriba dian

Sub Kompetensi

Indikator

1. Menampilkan diri sebagai pribadi yang mantap, stabil, dewasa, arif dan berwibawa.

a. Berlatih membiasakan diri untuk menerima dan memberikan kritik dan saran b. Berlatih membiasakan diri mentaati peraturan c. Berlatih membiasakan diri bersikap dan bertindak secara konsisten d. Berlatih mengendalikan diri e. Berlatih membiasakan diri menempatkan persoalan secara proporsional f. Berlatih membiasakan diri melaksanakan tugas secara mandiri dan bertanggungjawab

2. Menampilkan diri sebagai pribadi yang berakhlak mulia dan sebagai teladan bagi peserta didik dan masyarakat. 3. Mengevaluasi kinerja

a. Berlatih membiasakan diri berperilaku santun b. Berlatih membiasakan diri berperilaku yang mencerminkan keimanan dan ketaqwaan. c. Berlatih membiasakan diri berperilaku yang dapat diteladani oleh peserta didik dan masyarakat.

a. b. c. 4. Mengembangkan diri a. secara berkelanjutan b. c.

Berlatih mengevaluasi kekuatan dan kelemahan diri sendiri Berlatih mengevaluasi kinerja sendiri Berlatih menerima kritik dan saran dari peserta didik Berlatih memanfaatkan berbagai sumber belajar untuk meningkatkan pengetahuan, ketrampilan dan kepribadian. Mengikuti berbagai kegiatan yang menunjang pengembangan profesi guru Berlatih mengembangkan dan menyelenggarakan kegiatan yang menunjang profesi.

93 No Kompetensi 3. Kompeten si Sosial

Sub Kompetensi 1. Berkomunikasi secara efektif dan emfirik dengan peserta didik, orang tua peserta didik, sesama pendidik, tenaga kependidikan 2. Berkontribusi terhadap pengembangan pendidikan di sekolah dan masyarakat 3. Berkonstribusi terhadap pengembangan pendidikan di tingkat lokal, regional, nasional dan global. 4. Memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi (ICT) untuk berkomunikasi dan mengembangkan diri.

Indikator a. Mengkaji hakekat dan prinsip-prinsip komunikasi yang efektif dan empatik. b. Berlatih berkomunikasi secara efektif dan empatik c. Berlatih mengevaluasi komunikasi yang efektif dan empatik.

1. Berlatih merancang berbagai program untuk mengembangkan pendidikan di sekitar sekolah dan lingkungan sekitarnya. 2. Berlatih berberan serta dalam penyelenggaraan berbagai berbagai program di sekolah dan lingkungan sekitarnya.

a. Berlatih mengindetifikasi dan menganalisis masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional, nasional dan global. b. Berlatih mengembangkan alternatif pemecahan masalah-masalah pendidikan pada tataran lokal, regional dan nasional c. Berlatih merancang program pendidikan pada tataran lokal, regional dan nasional a. Mengkaji berbagai perangkat ICT b. Berlatih mengoperasikan berbagai peralatan ICT untuk berkomunikasi c. Berlatih memanfaatkan ICT untuk berkmunikasi dan mengembangkan kemampuan profesional

94 No Kompetensi 4 Kompeten si Profesional

Sub Kompetensi 1. Menguasai subtansi bidang studi dan metodologi keilmuannya

Indikator a. Mengkaji substansi bidang studi b. Mengkaji metodologi keilmuan bidang studi

2. Menguasai struktur dan materi kurikulum bidang studi

a. b. c. d.

3. Menguasai dan memanfaatkan teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran

a. Mengkaji berbagai jenis teknologi informasi dan kamunikasi dalam pembelajaran b. Memilih berbagai jenis teknologi informasi dan kamunikasi dalam pembelajaran secara kontekstual c. Berlatih menggunakan dan memanfaatkan berbagai jenis teknologi informasi dan komunikasi dalam pembelajaran a. Berlatih memilih subtansi, cakupan dan tata urut materi pembelajaran secara kontekstual b. Berlatih mengidentifikasi subtansi materi bidang studi yang sesuai dengan perkembangan dan potensi peserta didik a. Mengkaji hakekat penelitian tindakan kelas b. Berlatih mengidentifikasi dan menganalisis permasalahan pembelajaran c. Berlatih menyusun rancangan penelitian tindakan kelas d. Berlatih melaksanakan penelitian tindakan kelas e. Berlatih merancang upaya-upaya peningkatan kwalitas pembelajaran

4. Mengorganisasikan materi kurikulum bidang studi 5. Meningkatkan kwalitas pembelajaran melalui penelitian tindakan kelas

Mengkaji struktur kurikulum bidang studi Mengkaji materi bidang studi dalam kurikulum Mengkaji bahan ajar bidang studi Berlatih mengembangkan bahan ajar bidang studi

Related Documents