KATA PENGANTAR Assalamu’alaikum warahmatullahi wabarakatuh Segala puji bagi Allah SWT yang telah memberikan saya kemudahan sehingga saya dapat menyelesaikan makalah ini dengan tepat waktu. Tanpa pertolongan-Nya tentunya saya tidak akan sanggup untuk menyelesaikan makalah ini dengan baik. Salawat serta salam semoga terlimpah curahkan kepada baginda tercinta kita yaitu Nabi Muhammad SAW yang kita nantinatikan syafa’atnya di akhirat nanti.Penulis mengucapkan syukur kepada Allah SWT atas limpahan nikmat sehat-Nya, baik itu berupa sehar fisik maupun akal pikiran, sehingga penulis mampu untuk menyelesaikan pembuatan makalah sebagai tugas dari mata kuliah Sistem Instalasi Perpipaan dengan judul “Sistem Instalasi Perpipaan kapal tanker”.Penulis tentu menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna dan masih banyak terdapat kesalahan serta kekurangan di dalamnya. Untuk itu, penulis mengharapkan kritik serta saran dari pembaca untuk makalah ini, supaya makalah ini nantinya dapat menjadi makalah yang lebih baik lagi. Demikian, dan apabila terdapat banyak kesalahan pada makalah ini penulis mohon maaf yang sebesar-besarnya. Sekian dan terima kasih
Gowa, 26 Maret 2019
Muhammad Idam Satyaguna
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Angkutan transportasi laut merupakan modal transportasi yang saratakan regulasi (aturan). Sejak kapal dipesan untuk dibangun hingga kapal beroperasi ,selalu ada peraturan yang harus dipatuh dan di dalam proses pelaksanaannya pun selalu dilakukan pengawasan. Hal tersebut dilakukan sebagai upaya mewujud kankeadaan terpenuhinya persyaratan keselamatan dan keamanan yang menyangkut angkutan diperairan. Namun transportasi laut di Indonesia saat ini bisa dikatakan sedang mengalami masalah. Kecelakaan laut yang menelan banyak korban jiwadan harta benda terjadi bergantian. Akar penyebab kecelakaan laut belumditangani secara serius sehingga bahaya selalu mengintai pengguna jasaangkutan laut. Badan klasifikasi sangatlah penting dari sebuah bangunan kapal. Di indonesia terdapat biro klasifikasi yaitu BKI( Biro Klasifikasi Indonesia) tapi pada makalah ini saya mengunakan kelas asing yaitu DNV. B. Rumasan Masalah 1. Pengertian sistem instalasi perpipaan 2. Fungsi sistem instalasi perpipaan 3. Komponen sistem instalasi perpipaan 4. Cara kerja sistem instalasi perpipaan C. Tujuan 1. Untuk mengetahui badan klasifikasi DNV 2. Untuk mengetahui aturan instalasi perpipaan 3. Untuk mengetahui sistem kerja instalasi perpipaan 4. Untuk mengetahui komponen – komponen sistem instalasi perpipaan D. Manfaat 1. Mengetahui pengertian sistem perpipaan 2. Mengetahui aturan instalasi perpipaan menurut DNV 3. Mengetahui sistem kerja instalasi perpipaan 4. Mengetahui komponen – komponen instalasi perpipaan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Sistem Instalasi Perpipaan Sistem perpipaan merupakan sistem yang kompleks di kapal untuk perencanaan dan pembangunannya. Sistem perpipaan mempunyai hubungan yang sangat erat dengan prinsip-prinsip analisa static dan dinamic stress, thermodinamic, teori aliran fluida untuk merencanakan keamanan dan efisiensi jaringan pipa (network piping). Peletakan komponen yang akan disambungkandengan pipa perlu diperhatikan untuk mengurangi hal-hal yang tidak diinginkan seperti : panjang perpipaan, susunan yang kompleks, menghindari pipa melalui daerah yang tidak boleh ditembus, menghindari penembusan terhadap strukturkapal, dll. Jalur instalasi pipa sedapat mungkin direncanakan untuk mengindari stress yang terlalu tinggi pada struktur. Pada perancangan sistem instalasi diharapkan menghasilkan suatu jaringan instalasi pipa yang efisien dimana aplikasinya baik dari segi peletakan maupun segi keamanan dalam pengoperasian harus diperhatikan sesuai peraturan- peraturan klasifikasi maupun dari spesifikasi installation guide dari sistem pendukung permesinan.
B. Fungsi sistem perpipaan menghubungkan titik dimana fluida disimpan ketitik pengeluaran dengan menggunakan pompa.
C. Jenis dan Bahan Pipa 1. Jenis – jenis Pipa Perencanaan Konstruksi, bila kita tinjau dari tujuan perencanaan dan konstruksinya pipa diatas kapal dibagi dua golongan. - Golongan 1 Mencakup semua pipa yang mengalirkan : a. Uap air dengan tekanan kerja diatas 150 psi atau temperatur kerja diatas 370°F. b. Air dengan tekanan kerja diatas 150 psi atau temperatur kerja diatas 200°F. c. Minyak dengan tekanan kerja diatas 150 psi atau temperatur kerja diatas 150°F. d. Gas dan cairan – cairan beracun pada semua tekanan dan temperatur.
- Golongan 2 Mencakup semua pipa dengan tekanan kerja dan temperatur di bawah tekanan kerja dan temperatur yang dicantumkan dalam golongan 1. 2. Bahan – bahan Pipa Ditinjau dari bahannya, pipa – pipa yang digunakan untuk sistem dalam kapal dibedakan menjadi beberapa macam, antara lain : 1. Seamless drawn Steel Pipe ( Pipa Baja Tanpa Sambungan ) Pipa ini boleh digunakan untuk semua penggunaan dan dibutuhkan untuk pipa tekan pada sistem bahan bakar dan untuk pipa pengeluaran bahan bakar dari pompa injeksi bahan bakar dari motor pembakaran dalam 2. Lap Welded atau Electrical Resistence Welded Steel Pipe Pipa ini seharusnya tidak dipergunakan dalam sistem dimana tekanan kerja melampaui 350 Psi atau temperature lebih besar dari pada 450O F dan juga tidak untuk tekanan dan temperatur manapun didalam sistem 3. Seamless drawn Pipe dari Tembaga atau kuningan Pipa ini dapat digunakan untuk semua tujuan dimana temperatur tidak melampaui 406O F, tetapi tidak boleh dipergunakan pada superheated steam (uap dengan pemanas lanjut ), biasa digunakan untuk pipa bahan bakar. 4. Pipa dari Timah Hitam Dapat digunakan untuk saluran supply air laut bila cukup dilindungi terhadap kerusakan mekanis, dapat juga digunakan untuk saluran sistem bilga kecuali didalam ruangan-ruangan dimana pipa-pipa itu mudah terkena api. 5. Pipa dari Baja Tempa Pipa jenis ini dipergunakan untuk semua pipa bahan bakar dan minyak termasuk sistem pipa lainya yang melalui pipa bahan bakar. 6. Pipa Schedule 80 – 120 Pipa jenis ini diisyaratkan mempunyai ketebalan yang lebih tebal dibandingkan dengan jenis pipa yang lain. Dalam penggunaan pipa schedule 80 – 120 dapat difungsikan sebagai pipa hidrolis yaitu pipa dengan aliran fluida bertekanan tinggi. 7. Baja Schedule 40 Pipa ini dilindungi terhadap kerusakan mekanis yaitu perlindungan menyeluruh dengan sistem galvanis. Dengan sistem perlindungan tersebut maka pipa dapat digunakan untuk supplai air laut, dapat juga untuk saluran sistem bilga, kecuali
dalam ruangan yang kemungkinan mudah terkena api sehingga dapat melebar dan merusak sistem bilga.
D. Peraturan mengenai perpipaan sistem bongkar muat pada kapal tanker menurut rules American Bureau of Ship 1 Bahan perpipaan 1.1 Seleksi dan pengujian 1.1.1 Bahan umumnya harus dipilih sesuai persyaratan yang diberikan dalam Pt.4 Ch.6 untuk bahan perpipaan. Bahan-bahan yang dipilih harus diuji sesuai dengan peraturan dalam Pt.2. 1.1.2 Bahan-bahan lain dapat diterima setelah pertimbangan khusus. 1.1.3 Bahan sintetis untuk komponen dan perpipaan harus disetujui dalam setiap kasus terpisah. 1.2 Persyaratan khusus untuk sistem perpipaan kargo 1.2.1 Katup berjenis dan potongan jarak atau reduksi katup tempel, yang terhubung langsung ke sambungan pantai pipa kargo di geladak, harus terbuat dari baja dan terbuat dari jenis flens. 1.3 Pipa plastik di area kargo 1.3.1 Pipa plastik dari jenis yang disetujui dan diuji sesuai dengan spesifikasi yang disetujui dapat diterima. Untuk aplikasi pipa plastik, Ketika digunakan di daerah berbahaya, resistansi permukaan per satuan panjang pipa tidak boleh melebihi 105 Ω / m dan resistansi terhadap bumi dari titik mana pun dalam sistem perpipaan tidak boleh melebihi 106 Ω. 1.4 Pelapis aluminium 1.4.1 Pipa-pipa yang terbuat dari aluminium umumnya diterima di daerah-daerah yang tidak berbahaya dan dapat diizinkan di daerah-daerah berbahaya di geladak terbuka dan di tangki-tangki kargo inert dan tangki balas. 2 Sistem perpipaan tidak digunakan untuk oli kargo 2.1 Umum 2.1.1 Tidak akan ada hubungan antara sistem perpipaan di area kargo dan sistem perpipaan di sisa kapal, kecuali secara khusus ditentukan dalam bagian ini. Catatan panduan: Sistem perpipaan untuk mis. oli hidrolik, saluran bahan bakar, udara tekan, uap dan kondensat, api dan busa yang terletak di area kargo diizinkan terhubung ke sistem di sisa kapal, asalkan mereka tidak terhubung secara permanen ke sistem penanganan kargo atau memiliki ujung terbuka di tangki kargo . 2.1.2 Sistem perpipaan seperti udara tekan, oli hidrolik yang melayani sistem di dalam tangki atau ruang yang tidak digunakan untuk kargo tidak boleh dipimpin melalui tangki kargo. 2.1.3 Sistem perpipaan seperti sistem penyajian oli hidrolik di dalam tangki kargo, harus mengarah ke tangki dari tingkat dek dan tidak menembus batas antara tangki dan tangki kargo dan kompartemen yang tidak mengandung muatan. 2.1.4 Secara umum semua perpipaan yang dipimpin dari ruang mesin ke area kargo harus dilengkapi dengan sarana untuk menjaga integritas sekat ruang mesin. 2.2 Drainase ruang pompa, cofferdams, terowongan pipa, ballast dan tangki bahan bakar minyak
2.2.1 Ruang pompa kargo harus memiliki sistem lambung kapal yang terhubung ke pompa atau lambung lambung kapal. Sistem lambung kapal harus dapat dioperasikan dari luar ruang pompa kargo. 2.2.2 Pompa kargo dapat digunakan untuk layanan bilge asalkan setiap pipa hisap lambung kapal dilengkapi dengan katup non-balik sekrup, dan katup berhenti tambahan dipasang ke koneksi pipa antara pompa dan katup non-kembali. 2.2.3 Pipa lambung kapal di ruang pompa muatan tidak boleh dibawa ke ruang mesin. 2.2.4 Cofferdams, terowongan pipa, void dan kompartemen kering lainnya di bawah dek utama dan di dalam area kargo harus dilengkapi dengan suction bilge. Catatan panduan: Untuk rongga kecil, dengan akses langsung dari dek terbuka (mis. Ruang tinja melintang atas), pengaturan pengeringan portabel dapat diterima. Pengaturan di mana penggunaan peralatan drainase portabel membutuhkan masuk ke dalam kekosongan tidak akan diterima. 2.2.5 Ruang berbahaya (termasuk kompartemen atau tangki, peti mati atau kekosongan) di dalam area kargo hanya akan dikuras oleh pompa lambung atau ejektor yang terletak di dalam ruang itu sendiri atau di dalam ruang dengan bahaya yang setara. 2.2.6 Terowongan pipa harus dikuras dari ruang pompa muatan atau ruang berbahaya yang setara. 2.2.7 Tangki balas terpisah di dalam area muatan harus dilayani oleh pompa balas di ruang pompa muatan, di ruang berbahaya serupa atau di dalam tangki balas. Tangki ballast harus dilengkapi dengan setidaknya dua unit pompa drain. Setidaknya satu dari pompa harus digunakan secara eksklusif untuk ballast. Sebagai cara lain, eduktor atau koneksi darurat ke pompa kargo dapat diterima. Sistem ballast terpisah tidak boleh memiliki koneksi ke sistem kargo, tetapi pembuangan darurat air ballast dapat diatur dengan koneksi ke pompa kargo. Pipa penghubung harus dilengkapi dengan spool yang dapat dilepas dan katup penutup dan katup tidak-balik secara seri di sisi hisap ke pompa oli kargo. 2.2.8 Pengaturan untuk pembuangan ballast air dan air yang terkontaminasi minyak dari area kargo harus dilakukan di atas garis air dalam kondisi ballast terdalam, sesuai dengan MARPOL Annex I, Reg.30. 2.2.9 Manifold pembuangan untuk koneksi ke fasilitas penerimaan untuk pembuangan air ballast kotor atau air yang terkontaminasi minyak harus ditempatkan di geladak terbuka di kedua sisi kapal.
BAB III PENUTUP a. Kesimpulan Dari Paparan atau penjelasan di atas, maka penulis dapat menyimpulkan bahwa sesuai dengan makalah “Sistem Instalasi Perpipaan kapal tanker ” penulis menyimpulkan bahwa sistem instalasi perpipaan kapal tanker/ bongkar muat kapal tanker terdiri dari loading and unloading. b. Saran Menyadari bahwa penulis masih jauh dari kata sempurna, kedepannya penulis akan lebih fokus dan details dalam menjelaskan tentang makalah di atas dengan sumber – sumber yang lebih banyak yang tentunga dapat di pertanggung jawabkan.
.