Perjuangan Bersenjata Dalam Usaha Untuk Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.docx

  • Uploaded by: Adam
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Perjuangan Bersenjata Dalam Usaha Untuk Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,063
  • Pages: 3
Perjuangan Bersenjata Dalam Usaha Untuk Mempertahankan Kemerdekaan Indonesia Karena Belanda berusaha untuk berkuasa kembali di bumi pertiwi. Bangsa Indonesia pun tidak tinggal diam, seluruh rakyat Indonesia bersatu padu mengangkat senjata untuk mempertahankan kemerdekaannya. Perlawanan heroik yang terjadi di berbagai daerah tidak juga memadamkan ketamakan dan keinginan Belanda untuk menguasai Indonesia. Belanda pun mengadakan aksi polisionil dalam usaha mereka untuk membersihkan daerahnya dari kaum ekstremis. RI beranggapan bahwa tindakan Belanda itu jelas-jelas merupakan aksi militer karena dilakukan oleh militer. Dapat pula dikatakan sebagai agresi, yang berarti serangan atas daerah RI yang telah disepakati dan diakui oleh Inggris maupun Belanda berdasarkan Perjanjian Linggajati. Dalam sejarah mempertahankan kemerdekaan Indonesia, Belanda melaksanakan dua kali agresi, hal ini menandakan ambisi Belanda untuk kembali menguasai wilayah Indonesia.Perjuangan bersenjata dalam usaha untuk mempertahankan kemerdekaan terpaksa dilakukan oleh rakyat Indonesia dikarenakan ambisi Belanda tersebut. Perjuangan bersenjata di berbagai daerah di Nusantara akan kita simak dalam penjelasan berikut ini : A. Insiden bendera di Surabaya Pada tanggal 19 September 1945, di Surabaya Kontak senjata yang terjadi di Surabaya antara terjadi insiden bendera. Insiden ini berpangkal pada pasukan Indonesia dan pasukan Sekutu berkaitan tindakan beberapa orang Belanda yang mengibarkan bendera merah putih biru di atas Hotel Yamato di jalan Tunjungan. Tindakan tersebut menimbulkan kemarahan rakyat. Mereka menyerbu hotel dan menurunkan bendera Belanda tersebut. Bagian yang berwarna biru dirobek. Mereka mengibarkannya kembali sebagai bendera merah putih. B. Pertempuran lima hari di Semarang Pertempuran di Semarang dipicu peristiwa yang terjadi pada tanggal 14 Oktober 1945. Pada waktu itu, kira-kira 400 orang veteran AL Jepang yang akan dipekerjakan untuk mengubah pabrik gula Cepiring menjadi pabrik senjata memberontak sewaktu mereka dipindahkan ke Semarang. Mereka menyerang polisi Indonesia yang mengawal mereka. Pertempuran mulai pecah pada dini hari tanggal 15 Oktober 1945. Para pemuda dan pejuang Indonesia bertempur melawan pasukan Kidobutai yang dibantu oleh batalyon Jepang lain yang kebetulan sedang singgah di Semarang. Pertempuran yang paling banyak menelan korban terjadi di Simpang Lima, berlangsung selama lima hari Pertempuran baru berhenti setelah Gubernur Wongsonegoro dan pemimpin TKR berunding dengan komandan tentara Jepang. C. Pertempuran di Surabaya

Tindakan tentara inggris atas nama Sekutu dibawah kepemimpinan A.W.S. Mallaby yang sewenang-wenang menyebabkan terjadinya perlawanan dari rakyat Surabaya.pertempuran pada 30 oktober 1945 di Gedung Bank Internasional dekat Jembatan Merah,Surabaya telah menewaskan Mallaby,peristiwa itu membuat inggris mengeluarkan perintah agar rakyat surabaya menyerahkan seluruh senjatanya.namun rakyat surabaya menolak perintah dari inggris.maka,pada tanggal 10 november 1945 meletuslah pertempuran antara kedua belah pihak.Bung Tomo adalah tokoh yang mengobarkan semangat perjuangan rakyat Surabaya.untuk mengenang kepahlawanan rakyat Surabaya,pemerintah menetapkan tanggal 10 November sebagai Hari Pahlawan. D. Pertempuran Ambarawa Pertempuran di Ambarawa diawali kedatangan tentara Sekutu di Semarang pada tanggal 20 Oktober 1945. Mereka datang untuk mengurus tawanan perang. Pihak Sekutu berjanji tidak akan mengganggu kedaulatan Republik Indonesia. Tentara sekutu menuju ambarawa pada tanggal 21 november 1945.dalam pertempuran untuk membebaskan kedua desa (desa jambu dan ngipik) letnan kolonel isdiman gugur.letnan kolonel isdiman adalah komandan resimen banyumas.dengan gugurnya letnan kolonel isdiman,kolonel sudirman turun langsung ke medan pertempuran ambarawa.dalam pertempuran di ambarawa ini banyak pejuang yang gugur. E. Pertempuran Medan Area 9 Oktober 1945,pasukan sekutu dipimpin Brigadir Jenderral T.E.D Kelly mendarat di Sumatera Utara dengan memboncengi orang-orang NICA.13 Oktober 1945,Insiden pertama dari hotel di jalan Bali,Medan.Insiden berawal dari penghuni hotel yang merampas dan menginjak-injak berndera merah putih yang di pakai warga setempat. 10 Oktober 1945 dibentuk TKR Sumatera di pimpin Achmad Tahir dan badan perjuangan yang lainnya.15 Oktober 1945 mereka bergabung menjadi Pemuda Indonesia Sumatera Timur.Pada bulan November 1945,lahir laskar perjuangan baru seperti Napindo,Barisan Merah,Hizbullah dan pemuda parkindo. 18 Oktober 1945,Inggris memberi ultimatum kepada rakyat indonesia agar menyerahkan senjatanya.1 Desember 1945,sekutu memasang papam-papan yangbertuliskan fixed Boundaries Medan Area di berbagai sudutkota Medan.Sejak saat itu,kata-kata "Medan Area" mennjadi terkenal.Bulan April 1946,Tentara Inggris berusaha mendesak pemerintah RI keluar kota Medan.10 A gustus 1946 di Bukit Tinggi diadakan pertemuan antara komandan pasukan yang berjuang di Medan Area yang di bentuksatu komando bernama komandon Resimen Laskar Rakyat Medan Area yang membawahi 4 sektor perjuangan.Dibawah komando ini,mereka meneruskan perjuangan di Medan Area. F. Pertempuran di Jakarta Sama seperti yang terjadi di Bandung, orang-orang NICA dan KNIL terus melakukan provokasiprovokasi bersenjata sehingga memancing kemarahan masyarakat. Orang-orang KNIL sendiri dimanfaatkan oleh NICA demi kepentingan Belanda dengan cara mempersenjatai mereka. Keadaan di Jakarta pun menjadi kacau dan sulit dikendalikan.

Tentara Belanda kian merajalela. Sementara itu, pendaratan pasukan marinir Belanda di Tanjung Priok pada tanggal 30 Desember 1945 membuat keadaan menjadi tambah gawat. Mengingat situasi keamanan yang semakin memburuk di Jakarta, Presiden dan Wakil Presiden pada tanggal 4 Januari 1946 pindah ke Yogyakarta, dan kemudian ibukota Republik Indonesia pun turut pindah ke Yogyakarta G. Peristiwa Merah Putih di Manado Seperti di tempat-tempat lain, pasukan Sekutu yang mendarat di Sulawesi Utara juga memboncengi orang-orang NICA. Orang-orang NICA kemudian mempersenjatai bekas tentara KNIL yang ditawan Jepang. Sejak akhir tahun 1945, pasukan Sekutu menyerahkan Sulawesi Utara kepada pasukan NICA. Pasukan NICA bertindak sewenang-wenang terhadap rakyat. Rakyat Sulawesi Utara bereaksi dengan membentuk Pasukan Pemuda Indonesia (PPI). PPI berencana menyerang pasukan NICA. Akan tetapi, rencana tersebut bocor sehingga para pemimpin PPI ditangkap dan dipenjarakan. Pada tanggal 14 Februari 1946, para pejuang PPI menyerbu markas NICA di Teling. Mereka berhasil membebaskan pimpinan PPI dan menawan komandan NICA beserta pasukannya. Selanjutnya, para pejuang merobek bendera merah putih biru Belanda dan menjadikannya bendera merah putih. Bendera itu kemudian dikibarkan di markas Belanda di Teling. Oleh karena itu peristiwa itu dikenal dengan nama peristiwa merah putih di Manado. Para pejuang dapat mengusir NICA dari Sulawesi Utara. Pada tanggal 16 Februari 1946, pemerintah sipil terbentuk. Pemerintahan sipil itu dipimpin oleh B. W. Lapian sebagai residen. H. Bandung lautan api Pada bulan Oktober 1945, tentara Sekutu memasuki kota Bandung. Pada waktu itu, para pemuda dan para pejuang kota Bandung sedang melaksanakan pemindahan kekuasaan dan melucuti senjata atau peralatan perang lainnya dari tangan Jepang. Tentara Sekutu menuntut para pemuda dan pejuang agar menyerahkan semua hasil pelucutan tentara Jepang kepada Sekutu. Tanggal 21 November 1945, tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum pertama, agar kota Bandung bagian utara selambat-lambatnya pada tanggal 29 November 1945 dikosongkan oleh pihak Indonesia dengan alasan demi keamanan. Para pejuang Republik Indonesia tidak mengindahkan ultimatum tersebut. Akibatnya sering terjadi insiden antara pejuang Indonesia dan tentara Sekutu. Pada tanggal 23 Maret 1946, tentara Sekutu mengeluarkan ultimatum untuk yang kedua kalinya. Kali ini para pejuang diminta meninggalkan seluruh kota Bandung. Pihak pemerintah mengindahkan ultimatum ini. Para pejuang sebelum meninggalkan kota Bandung melancarkan serangan umum ke arah markas besar Sekutu dan berhasil membumihanguskan kota Bandung bagian selatan.

Related Documents


More Documents from ""