Marie Muhamad: Peran Posyandu dan Bidan Desa Perlu Ditingkatkan Selasa, 7 Juni, 2005 oleh: Siswono
Marie Muhamad: Peran Posyandu dan Bidan Desa Perlu Ditingkatkan Gizi.net - Ketua Umum Palang Merah Indonesia (PMI) Marie Muhamad menilai untuk mengatasi permasalahan Kejadian Luar Biasa (KLB) busung lapar di Nusa Tenggara Barat (NTB) perlu ditingkatkan peran Pos Pelayanan Terpadu (Posyandu) serta penempatan bidan-bidan desa di Pos Persalinan Desa (Polindes). "Membawa penderita ke rumah sakit bukanlah pemecahan yang baik, tetapi harus diaktifkan pusat-pusat pelayanan kesehatan di tingkat desa yang dapat menjangkau masyarakat luas," katanya setibanya di Bandara Selaparang, Sabtu. Marie Muhamad datang ke Mataram untuk memberikan bantuan makanan tambahan sebanyak 4,3 ton kepada masyarakat yang menderita busung lapar. Ia menyatakan pelayanan kesehatan di tingkat desa yang lebih mampu menjangkau masyarakat harus lebih diperhatikan, karena itu jumlah bidan desa harus lebih ditingkatkan. KLB busung lapar bukanlah sesuatu yang baru, karena sejak tahun 2002 lalu datadata akan munculnya penderita busung lapar sudah didapat. Hanya saja baru sekarang kasus tersebut mencuat sehingga harus diperhatikan lebih sungguhsungguh. "Bagaimanapun juga aktivitas di posyandu serta memperbanyak bidan desa merupakan hal yang sangat 'urgent' untuk memantau dan membantu masyarakat menanggulangi busung lapar," katanya. Menanggapi laporan bahwa saat ini sedikitnya 13 dari 585 balita penderita busung lapar se NTB yang meninggal dunia, Marie Muhamad menyatakan keprihatinannya yang mendalam. "Melihat angka tersebut hendaknya semua pihak bisa lebih peka dan tanggap. Karena itu masalah busung lapar jangan dianggap sepele atau dianggap enteng," ujarnya. Kalau saja ditemukan satu penderita busung lapar di satu desa, maka perlu diwaspadai di daerah itu lebih banyak lagi penderita busung lapar. Sebab busung lapar tersebut bagaikan fenomena gunung es. Dari data-data yang ditemukan tersebut, maka penanganan penderita busung lapar harus lebih intensif dengan memberikan makanan tambahan yang bergizi tinggi. "PMI sedang mencari kapal laut untuk mengangkut bantuan makanan tambahan sebanyak 1.200 ton untuk wilayah Nusa Tenggara Barat dan Nusa Tenggara Timur," katanya. Mengenai rasio pelayanan seorang bidan desa harus melayani sekirar 5.000 warga, Marie Muhamad menyatakan hal tersebut sudah tidak efektif lagi, seharusnya
seorang bidan cukup melayani 500 penduduk. Karena itu kalau di daerah ini rasio perbandingan seorang bidan dengan penduduknya mencapai 5.000, maka perlu dilipatgandakan perekrutan tenaga bidan. Tenaga-tenaga medis di tingkat Puskesmas Pembantu (Pustu), Polindes dan Puskesmas tersebut yang perlu lebih ditingkatkan, sebab penanganan penyakit di rumah sakit baru diperlukan jika memang sudah parah. Harus diingat bahwa penderita busung lapar sangat rentan dengan penyakit yang mengikutinya, seperti pneumonia, tuberkulosis (TB) dan malaria. Kalau sudah terkontaminasi n penyakit-penyakit tersebut, terlebih pneumonia, maka penderitanya hanya bisa bertahan tujuh hari, dan ini yang harus diwaspadai. "Saat ini NTB sudah masuk dalam sepuluh besar provinsi yang menghadapi masalah busung lapar. Meskipun NTT lebih tinggi, tetapi tingkat kematian di daerah ini cukup mengkhawatirkan," katanya. Sementara itu, dr Marie Sanad, Kasubdin Yankes dan Gizi Dikes NTB menyatakan, penemuan penderita busung lapar di daerah ini akan terus meningkat, karena petugas di puskesmas saat ini proaktif mencari penderitanya di rumah-rumah penduduk. Diprediksikan jumlah penderita busung lapar yang terdapat di NTB tahun ini bisa mencapai 2.100 orang dengan perkiraan jumlah balita yang berpotensi gizi buruk mencapai 40.000 orang lebih. Jadi kalau dihitung rata-rata penderita busung lapar dari jumlah balita tersebut sebesar lima persen, maka jumlah penderitanya bisa mencapai 2.100, demikian dr Marie.(Ant/Ol-1). Sumber: http://www.mediaindo.co.id/