PERAN OBAT HERBAL UNTUK PENYAKIT ATHEROSKLEROSIS
DISUSUN OLEH : 1. Shiffa Arrizqi
G2A016051
7. Tiara Widya H.
G2A016057
2. Dhia Ramdhani
G2A016052
8. Nihayatuzzulfah
G2A016058
3. Shinta Mayang S. G2A016053
9. Siti Muharomah M.G2A016059
4. Lia Anis Syafaah G2A016054
10. Dinda Setyaningsih G2A016060
5. Muflikhatul Ulya G2A016055
11. Deni Purnasari
6. Qurrata A’yun
G2A016061
G2A016056
PROGRAM SARJANA ILMU KEPERAWATAN FAKULTAS KESEHATAN DAN ILMU KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH SEMARANG TAHUN 2018
A. Arti Degeneratif Penyakit degenarif disebut juga sebagai penyakit yang mengiringi proses penuaan akibat penurunan fungsi organ tubuh. Tubuh mengalami defisiensi produksi enzim dan hormone, imunodefisiensi,peroksida ipid, keruskan sel (dna dan pembuuh darah) secara umum dapat dikatakan bahwa penyakit ini merupakan proses penurunan fungsi organ tubuh yang umumnya terjadi pada usia tua. Namun adakalanya juga terjadi pada usia muda akibat yang ditimbulkan adalah penurunan derajat kesehatan yang biasanya diikuti dengan penyakit (Amelia, 2010).
B. Teori Degeneratif Banyak teori tentang terjadinya degenerative sel yang memicu terjadinya penyakit degenerative antara lain Ketuaan dan radikal bebas (Handajani, 2010). 1.
Teori Ketuaan Salah satu teori ini dikenal dengan teori tear and wear. Maksudnya adalah bahwa semakin tua maka akan terjadi peningkatan akumulasi sampah metabolic dalm sel. Hal ini akan berakibat pada gangguan sintesis DNA. Gangguan ini dapat meningkatkan resiko mutasi sel, degenerasi sel, dan kerusakan sel.
2.
Teori antioksidan Antioksidan merupakan senyawa yang mampu menunda terjadinya reaksi oksidasi karena radikal bebas. Radikal bebas tersebut dapat berasal dari metabolism dalam tubuh tetapi dapat juga merupakan radikal eksternal. Mekanisme antioksidan dapat menunda/menghambat reaksi radikal bebas tersebut minimal dengan 2 cara yaitu : (1) Anti
oksidan
menangkap
radikal
bebas.
Dikenal
sebagai
antioksidan primer misalnya vitamin E,C dan flavonoid. (2) Mengikat logam, menangkap oksigen, merubah hidroperoksid menjadi spesies non radikal dan menyerap sinar UV. Antioksidan ini dikenal sebagai antioksidan sekunder.
Radikal bebas merupakan senyawa/molekul yang mengandung electron bebas lebih dari satu. Hal ini menyebabkan radikal bebas tersebut bersifat sangat reaktif. Radikal bebas merupakan rective oxigenes species (ROS). Semua moleku yang mengandung oksigen dengan sifat reaktivitas yang tinggi dikelompokkan dalam ROS. Beberapa tipe ROS antara lain hydroxyl radical, the superoxide anion radical, hydrogen peroxide, singet oxygen, dll.
C. Penyakit Degeneratif 1. Definisi Ateroskerosis berasal dari bahasa Yunani athero (yang berarti lengket atau lem) dan skerosis (yang berarti keras). Ini adalah sebutan untuk proses pembentukan plak dan terdiri dari ipoprotein, matrik ekstraseular, kalsium, otot polos pembuuh darah, se radang, dan pembuluh darah baru pada lapisan dalam pembuuh darah. Oklusi arteri yang diakibatkan oleh proses ini merupakan salah satu penyebab kematian akibat kardiovaskular terbanyak di dunia. Banyak bukti yang menunjukkan bahwa proses ini adalah akibat inflamasi kronik (Sargowo, 2015).
2. Etiologi Ateroskerosis adalah penyakit vaskuler yang kompleks, memiiki banyak bentuk, dapat bersifat kronis dan progresif, terjadi pada pembuuh darah besar dan sedang (aorta, arteri karotis, dan arteri pulmonalis) yang secara perlahan mampu menyumbat dinding pembuluh darah, terutama pada dinding pembuluh darah pada dinding percabangan. Penyebab ateroskerosis adalah multifactorial, artinya dapat disebabkan banyak faktor. Beberapa penyebab adaah faktor genetic, faktor gaya hidup (kebiasaan makan-makanan yang mengandung kolesterol, merokok, kurang olahraga, dan stress), faktor resiko lain (dyslipidemia, tekanan darah tinggi, merokok, diabetes melitus, obesitas), dan intensitas dan lama paparan faktor lingkungan (hemodinamika, metabolic, kimiawi eksogen,
infeksi virus dan bakteri, faktor imunitas dan faktor mekanis) (Ruhyanudin, 2007).
3. Manifestasi Klinik Manifestasi klinik dari proses aterosklerosis kompleks adalah penyakit jantung koroner, stroke bahkan kematian. Sebelum terjadinya penyempitan atau penyumbatan mendadak, aterosklerosis tidak menimbulkan gejala. Gejalanya tergantung dari lokasi terbentuknya, sehinnga bisa berupa gejala jantung,
otak,
tungkai
atau
tempat
lainnya.
Jika
aterosklerosis
menyebabkan penyempitan arteri yang sangat berat, maka bagian tubuh yang diperdarahinnya tidak akan mendapatkan darah dalam jumlah yang memadai, yang mengangkut oksigen ke
jaringan. Gejala awal dari
penyempitan arteri bisa berupa nyeri atau kram yang terjadi pada saat aliran darah tidak dapat mencukupi kebutuhan oksigen. Yang khas gejala aterosklerosis
timbul
secara
perlahan,
sejalan
penyempitan arteri oleh ateroma yang juga
dengan
terjadinya
berlangsung secara
perlahan.Tetapi jika penyumbatan terjadi secara tiba-tiba (misalnya jika sebuah bekuan menyumbat arteri ) maka gejalanya akan timbul secara mendadak (Sargowo, 2015).
4. Faktor Resiko Berikut adalah faktor-faktor resiko pada penyakit atherosclerosis menurut Djanggan Sargowo (2015) : a. Yang tidak dapat diubah 1) Usia 2) Jenis kelamin 3) Riwayat keluarga 4) Ras
b. Yang dapat di ubah di bagi menjadi 2, yaitu: 1) Mayor (a) Peningkatan lipid serum (b)Hipertensi (c) Merokok (d) Gangguan toleransi glukosa (e) Diet tinggi lemak jenuh, kolestrol dan kalori
2) Minor (a) Gaya hidup yang kurang bergerak (b) Stres psikologis
5. Penatalaksanaan a. Farmakologi 1) Diberikan obat-obatan untuk menurunka kadar lemak dan kolesterol dalam darah (contohnya : kolestyramine, kolestipol, asam nikotinat, gemfibrozil, probukol, lovastatin). 2) Aspirin, ticlopidinin dan clopidogrel/anti koagulan bisa diberikan untuk mengurangi resiko terbentuknya bekuan darah. 3) Angioplasty
balon
dilakukan
untuk
meratakan
plak
dan
meningkatkan aliran darah yang melalui endapan lemak. 4) Enarterektomi merupakan suatu pembedahan untuk mengangkat endapan. 5) Pembedahan byeass merupakan prosedur yang sangat invasive, dimana arteri/ vena yang normal baru penderita dari penderita digunakan untuk membuat jembatan guna menghindari arteri yang tersumbat. (Sargowo, 2015)
b. Non Farmakologi 1. Terapi Air Menurut (Felker, 2011) Terapi air adalah terapi alami yang didasari penggunaan air secara internal (dengan minum air) dan eksternal sebagai pengobatan berbagai penyakit.. air sebagai diuretic. Diurerik bermanfaat untuk mengatasi retensi cairan yang terjadi pada pasien dengan gagal jantung. Diuretik berfungsi untuk menghambat reabsorpsi dari natrium atau klorida Prosedur terapi air dilakukan dengan cara setiap pagi setelah bangun tidur segera minum 1,5 liter air atau sekitar 5-6 gelas. Air harus berada pada suhu kamar. Pertamanya, minumlah 2 gelas air. Lalu, dilanjutkan 1 gelas setiap 5 meniit sampai air sebanyak 1,5 liter habis. Terapi ini akan lebih efektif bila tidak minum atau makan selama 1 jam sebelum dan sesudah minum 1,5 liter air tersebut. Konsumsi air lebih dari atau 2 liter perhari adalah cara terbaik untuk membersihkan tubuh dari racun . lebih 60% tubuh manuisia terdiri dari air yang berbentuk darah danm cairan tubuh lain. Jika darah kental maka jantung akan bekerja lebih keras dalam menyaring berbagai kotoran dan racun dari luar tubuh serta mendistribusikan nutrient ke bagian tubuh yang lain. Kita sering mendengar bahwa tubuh memerlukan air minum sebanyak 8 gelas sehari. Sebetulnya tidak ada standar khusu untuk kuantitas air yang harus di minum. Yang harus diperhatikan adalah tingkat kecukupan air minum yang dikonsumsi dan diperlukan tubuh. Kebutuhan air minum yang dibutuhkan tubuh berbeda-beda untuk setiap orang tergantung usia, letak geografis,aktivitas dan lain. Kecukupan jumlah air minum yang dikonsum,si dapat diketahui dari urine yang dihasilkan. Jika konsumsi air cukup,warna urine akan
kuning pucat. Sebaliknya, bila kekurangan air (dehidrasi), urine berwarna agak jingga.
2. Terapi Bekam Menurut Amin S
(2013) Bekam atau hijamah adalah
membersihkan tubuh dari darah yang mengandung toksin dengan penyayatan tipis pada permukaan kulit. Prinsip pelaksanaan bekam adalah penghisapsan darah dengan alat menyerupai tabung,serta mengeluarkannya dari permukaan kulit dengan penyayatan. Hasilnya ditampung dalam gelas. Sayatan bekam hanyai mengenai lapisan epidermis
kulit.
Bekam
merupakan
metode
pengobatan
komplementer dilakukan menggunakan vacuum cups. Titik bekam berada di permukaan kulit, bisa merupakan titik akupungtur, akupresur, refleksi, titik tung, tho’ dan sebagainya. Namun yang sedang berkembang di Indonesia adalah membekam dititik meredian akupungtur dan titik bekam Nabi (Prophet Potent Point). Titik yang direkomendasikan adalah antara dua skapula. T1-T3 skapula tulang belakang tepatnya titik dimaksud adalah Al kahil terletak disekitar tonjolan tulng leher belakang nomer 7 ( processus spinosus vertebrae cervicalis VII), antara bahu (acromion) kanan dan kiri, setinggi pundak. Pada titik ini merupakan bagian paling lemah dari seluruh peredaran darah tuuh sehingga menjadi tempat yang cocok untuk pengendapan zat berahaya serta sel rusak dan tua di dalam tubuh. Terdapat satu titik akupungtur yang sangat penting yaitu titik DU 14. Setiap prosedur membutuhkan waktu sekitar 20 menit dan dilakukan dalam 5 tahap. (Ahmadi A, at al 2008, Umar W.A 2008, Mahdavi, M.R.V 2009 dan Syaraf A.R 2012). Terapi komplementer bekam basah terbukti dapat menurunkan kolesterol LDL laki-laki normal. Pengaruh bekam basah terhadap penurunan kolesterol pada pasien dengan sindrom metabolik (Farahmand SK, Gang LZ, Saghebi SA, Mohammadi M, Mohammadi S, Mohammadi G, et al 2012, Syed
K.F,2012). Terapi komplementer Bekam setelah penghisapan kulit akan dilanjutkan dengan pengeluaran darah, maka suhu kulit area lokal akan meningkat, disertai dilatasi kapiler, peningkatan permeabilitas pembuluh darah, sehingga menghasilkan perbaikan metabolisme. Proses ini mengakibatkan perbaikan sirkulasi darah, membuang stasis darah, membuang patogen angin, dan patogen basah, melancarkan chi dan darah, membuang patogen dingin
3. Terapi herbal (Menurut WHO,2013) merekomendasikan penggunaan obat tradisional
termasuk
herbal
dalam
pemeliharaan
kesehatan
masyarakat, pencegahan dan pengobatan penyakit terutama untuk penyakit kronis, degenerative dan kanker.Oleh sebab itu, pemberian obat tradisional yang aman dan efektif menjadi faktor penting untuk meningkatkan derajat pelayanan kesehatan secara keseluruhan. Untuk mengatasi penyakit degenerative ateroseklerosis herbal yang digunakan yaitu Kunyit, Mengkudu dan Daun Sukun.
D. Obat Herbal Untuk Penyakit 1. Kunyit a. Nama ilmiah Curcuma longa
b. Ordo Zingiberales
c. Cara menanam Menurut Adi Permadi (2008) Kunyit tumbuh subur pada tanah gembur, pada tanah yang dicangkul dengan baik akan menghasilkan umbi kunyit yang melimpah. Jenis tanah yang ideal untuk budidaya
kunyit adalah tanah ringan dengan bahan organik tinggi, tanah lempung berpasir yang terbebas dari genangan air/sedikit basa.
1) Pembibitan Persyaratan Bibit : Bibit kunyit yang baik berasal dari pemecahan rimpang, karena lebih mudah tumbuh. Syarat bibit yang baik : a) Bibit berasal dari tanaman yang tumbuh subur, segar, sehat, berdaun banyak dan hijau, kokoh b) Terhindar dari serangan penyakit c) Cukup umur/berasal dari rimpang yang telah berumur kurang lebih 7-12 bulan d) Memiliki bentuk, ukuran, dan warna seragam e) Memiliki kadar air cukup f) Benih telah mengalami masa istirahat (dormansi) cukup g) Terhindar dari bahan asing (biji tanaman lain, kulit, kerikil).
2) Teknik Penyemaian Bibit Pertumbuhan tunas rimpang kunyit dapat dirangsang dengan cara : mengangin-anginkan rimpang di tempat teduh atau lembab selama 11,5 bulan, dengan penyiraman 2 kali sehari (pagi dan sore hari). Bibit tumbuh baik bila disimpan dalam suhu kamar (25-28 Derajat Celcius). Selain itu menempatkan rimpang diantara jerami pada suhu udara sekitar 25-28 Derajat Celcius atau merendam bibit pada larutan ZPT (zat pengatur tumbuh) selama 3 jam. ZPT yang sering digunakan adalah larutan atonik (1 cc/1,5 liter air) dan larutan G-3 (500-700 ppm). Rimpang yang akan direndam larutan ZPT harus dikeringkan dahulu selama 42 jam pada suhu udara 35 Derajat Celcius. Jumlah anakan atau berat rimpang dapat ditingkatkan dengan cara direndam pada larutan pakloburazol sebanyak 250 ppm.
3) Pengolahan Media Tanam a) Persiapan Lahan: Lokasi penanaman dapat berupa lahan tegalan, perkebunan atau pekarangan. Penyiapan lahan untuk kebun kunyit sebaiknya dilakukan 30 hari sebelum tanam. b) Pembukaan Lahan: Lahan yang akan ditanami dibersihkan dari gulma dan dicangkul secara manual atau menggunakan alat mekanik guna menggemburkan lapisan top soil dan sub soil juga sekaligus mengembalikan kesuburan tanah. Tanah dicangkul pada kedalaman 20-30 cm kemudian diistirahatkan selama 1-2 minggu agar gas-gas beracun yang ada dalam tanah menguap dan bibit penyakit/hama yang ada mati karena terkena sinar matahari. c) Pembentukan Bedengan: Lahan kemudian dibedeng dengan lebar 60-100 cm dan tinggi 25-45 cm dengann jarak antar bedengan 3050 cm. d) Pemupukan (sebelum tanam): untuk mempertahankan kegemburan tanah, meningkatkan unsur hara dalam tanah, drainase, dan aerasi yang lancar, dilakukan dengan.menaburkan pupuk dasar (pupuk kandang) ke dalam lahan/dalam lubang tanam dan dibiarkan 1 minggu. Tiap lubang tanam membutuhkan pupuk kandang 2,5-3 kg.
4) Penanaman Kebutuhan bibit kunyit/hektar lahan adalah 0,50-0,65 ton. Maka diharapkan akan diperoleh produksi rimpang sebesar 20-30 ton/ha. a) Penentuan Pola Tanaman: Bibit kunyit yang telah disiapkan kemudian ditanam ke dalam lubang berukuran 5-10 cm dengan arah mata tunas menghadap ke atas. Tanaman kunyit ditanam
dengan 2 pola, yakni penanaman di awal musim hujan dengan pemanenan di awal musim kemarau (7-8 bulan) atau penanaman di awal musim hujan dan pemanenan dilakukan dengan dua kali musim kemarau (12-18 bulan). Kedua pola tersebut dilakukan pada masa tanam yang sama, yaitu pada awal musim penghujan. Perbedaannya hanya terletak pada masa panennya. b) Pembutan Lubang Tanam: Lubang tanam dibuat di atas bedengan/petakan dengan ukuran lubang 30 x 30 cm dengan kedalaman 60 cm. Jarak antara lubang adalah 60 x 60 cm. c) Cara Penanaman: Teknik penanaman dengan perlakuan stek rimpang dalam nitro aromatik sebanyak 1 ml/liter pada media yang diberi mulsa ternyata berpengaruh nyata terhadap pertumbuhan dan vegetatif kunyit, sedangkan penggunaan zat pengatur tumbuh IBA (indolebutyric acid) sebanyak 200 mg/liter pada media yang sama berpengaruh nyata terhadap pembentukan rimpang kunyit. d) Periode Tanam: Masa tanam kunyit yaitu pada awal musim hujan sama seperti tanaman rimpang-rimpangan lainnya. Hal ini dimungkinkan karena tanaman muda akan membutuhkan air cukup banyak untuk pertumbuhannya. Walaupun rimpang tanaman ini nantinya dipanen muda yaitu 7 - 8 bulan tetapi pertanaman selanjutnya tetap diusahakan awal musim hujan.
5) Pemeliharaan a) Penyulaman : Penyulaman di lakukan ketika adanya rimpang kunyit yang mati atau tidak tumbuh. Sehingga perlu melakukan penyulaman atau pergantian tanaman pada rimpang yang mati. b) Penyiangan:
Proses
penyiangan
perlu
di
lakukan
untuk
menghilangkan gulma atau tanaman yang tidak dikehendaki. Penyiangan dilakukan agar gulma tidak mengganggu proses penyerapan unsur hara dan penyerapan air di dalam tanah. Kegiatan penyiangan dapat di lakukan 3 hingga 5 kali bersamaan dengan
proses penggemburan dan pemupukan tanah. Penyiangan tahap pertama dapat dilakukan pada saat rimpang kunyit berumur 15 hari. Proses
penyiangan
dapat
diseragamkan
dengan
kegiatan
pembubunan untuk merangsang rimpang kunyit agar dapat tumbuh maksimal. c) Pembubunan: Proses pembubunan wajib di lakukan setiap 3 sampai 4 bulan sekali. Proses ini berguna untuk menimbun kembali tanah di sekitar perakaran yang terbawa air. Jika perakaran dan sekitarnya baik, maka pertumbuhan kunyit juga dapat maksimal atau sesuai harapan. d) Pemupukan e) Pemupukan organik Pemupukan organik adalah penggunaan pupuk tanpa campuran zat kimia. Pupuk organik biasanya terbuat dari limbah organik seperti kotoran hewan. Salah satunya adalah pupuk kandang. Penggunaan pupuk kandang bisa meningkatkan jumlah daun, anakan, serta luas area daun kunyit dengan nyata. Pencampuran pupuk kandang dengan dosis 45 ton per hektar dengan jumah tanaman 160.000 per hektar, maka dapat menghasilkan produk mencapai 29,93 ton per hektar.
f) Pemupukan konvensional Selain pemberian pupuk dasar, pada saat awal penanaman perlu juga adanya pemupukan susulan. Yaitu pada saat umur tanaman 2 hingga 4 bulan. Penggunaan pupuk kedua yaitu pupuk buatan dan pupuk kandang (TSP 10 gram tiap pohon; urea 20 gram tiap pohon; ZK 10 gram tiap pohon dan penambahan K20 dengan dosis 112kg per hektar). Dengan adanya pemupukan lanjutan diharapkan terjadi peningkatan hasil produksi sebesar 38% atau setara dengan 7,5 ton rimpang segar per hektarnya.
g) Pupuk nitrogen juga diberikan dengan dosis 60kg per hektar, K20 sebanyak 75kg per hektar dan P205 sebanyak 50kg per hektar. Pemberian pupuk P diberikan pada awal tanam yaitu 1/3 dosis dan sisanya 2/3 dosis. Pemberian pupuk ini diberikan pada saat umur tanaman 2 bulan dan 4 bulan. Pengaplikasian pupuk ini dengan cara di tebar secara merata pada sekitar tanaman Anda. Pempupukan adalah tahapan cara budidaya kunyit yang sangat penting.
h) Pengairan dan penyiraman: Tanaman kunyit pada dasarnya merupakan tanaman yang tidak tahan terhadap air. Pengaturan drainase atau pengairan perlu dicermati dengan baik. Jika kebun tergenang air, dapat mengakibatkan rimpang membusuk.
i) Waktu penyemprotan pestisida: Untuk mengantisipasi serangan hama dan penyakit maka perlu adanya penyemprotan pestisida dengan
skala
yang
teratur.
Penggunaan
dosis
mengikuti
rekomandasi dari label pada kemasan penggunaan pestisida.
j) Pemulsaan: Pada awal tanam sebaiknya Anda melakukan pemulsaan dengan jerami. Pemulsaan dilakukan agar tanaman tidak mengalami kekeringan pada tanah dan menghindari rusaknya struktur tanah. Pemulsaan bisa menghindari pertumbuhan gulma secara cepat. Pemulsaan dengan jerami dilakukan dengan cara ditebar secara merata pada permukaan tanah dan diantara lubang tanam.
d. Kandungan senyawa yang ada Kunyit mengandung 28% glukosa, 12% fruktosa, 8% protein, 52% minyak atsiri yang terdiri 25% keton seskuiterpen, 25% zingiberina dan 50% kurkumin berserta turunannya. Kurkumin merupakan zat aktif yang
terdapat dalam ekstrak kunyit. Kurkumin dapat menjadi salah satu tatalaksana dyslipidemia dikarenakan mampu menurunkan kadar kolesterol dalam darah. Hal ini berkaitan dengan salah satu fungsinya yaitu dapat menghambat kinerja enzim Hmg CoA dan pembentukan kolesterol dari asam lemak bebas sehingga sintesis lemak dapat berjalan dengan baik (Ardhani, dkk, 2017). Kurkumin juga dipercaya dapat melindungi tubuh dari beberapa jenis penyakit degeneratif dengan cara mencegah terjadinya peroksidasi lemak. Gugus hidroksil dalam struktur kimiawi kurkumin dapat menghambat aktivitas peroksidasi diketahui pula bahwa dari fungsinya sebagai antioksidan yang berperan sebagai antiaterosklerosis (Nurtamin, 2014).
e. Cara membuat Bagian yang digunakan: rimpang segar. Sebanyak 1-1,5 g serbuk kunir putih dimasukkan ke dalam air dingin, diaduk 3-5 menit, digunakan 1 cangkir/hari. Penyimpanan: Simpan di tempat sejuk dan kering, di dalam wadah tertutup rapat, jauh dari jangkauan anak-anak (Badan POM RI, 2010).
f. Dosis Menurut Martosupono (2009) Dosis yang diberikan yaitu 35 dan 70 mg/kg BB/ hari mampu menurunkan kadar trigliserida, kolesterol LDL, dan kolesterol total dan pada dosis 70 mg/kg BB/ hari dapat meningkatkan kadar kolesterol HDL secara signifikan (p<0,05)
2. Mengkudu a. Nama ilmiah Morinda citrifolia
b. Ordo Gentianales
c. Cara menanam Menurut Adi Permadi (2008) cara menanam mengkudu sebagai berikut: 1) Pembibitan Budidaya mengkudu dapat diperbanyak dengan mengunakan biji. Untuk mendapatkan biji yang berkualitas tersebut, mengkudu harus berasal dari pohon indukan yang berkualitas dengan kondisi sehat dan pertumbuhan normal. Minimal didapat pohon mengkudu yang sudah berumur 10 tahun. Pemilihan biji mengkudu yang baik ditandai dengan berwarna putih kekuningan merata, kondisi biji sudah cukup tuan, berwarna cokelat tua dan berdaya kecambah tinggi 10-90 %. Selain bibit mengkudu bisa didapatkan melalui cara generatif, yaitu dengan menggunakan biji buah. Bibit mengkudu juga bisa didapat dengan cara vegetatif yaitu dengan menggunakan stek batang atau cabang. Dalam persemaian bibit mengkudu sebaiknya langsung ditanam dalam bedengan atau polibag. Jangan lupa untuk melakukan penyiraman setiap harinya. Penanaman mengkudu ini sebaiknya dilakukan pada sore hari. Sementara untuk penyiraman dilakukan setiap hari untuk mempercepat pertumbuhan tanaman mengkudu. Langkah ini anda lakukan selama 4-5 bulan sampai tanaman mengkudu memiliki akar dan daun yang baik. Selanjutnya bisa anda lakukan pencabutan atau pemindahan lahan yang anda inginkan. Jangan sampai pertumbuhan budidaya mengkudu ini besar yang akan menyulitkan pemindahan tanaman.
2) Persiapan Lahan Tanaman mengkudu dapat tumbuh di lahan bekas perkebunan, ladang, sawah, hutan. Langkah yang perlu dilakukan dalam budidaya mengkudu sebagai berikut. Anda harus melakukan pembersihan lahan dari sisa-sisa tanaman jika akan ditanam di bekas hutan dan perkebunan. Lahan harus diolah dengan hati-hati agar humus tidak rusak. Jika mengkudu ditanam pada persawahan atau tegalan maka tidak usah dibersihkan. Langsung saja dibuat lubang tanam untuk bibit mengkudu. Sementara jika mengkudu ditanam di lahan yang miring perlu dibuat terasering agar tidak longsor. Selanjutnya
harus
melakukan
pengapuran
dengan
cara
menaburkan kapur dolomite ke tanah dan dibiarkan selama 7-14 hari. Keuntungan dari pengapuran tersebut ialah, tanah menjadi gembur, mengurangi zat-zat beracun, dan mengurangi hilangnya unsure hara. Lubang tanam dalam budidaya mengkudu dapat dibuat dengan masing-masing ukuran panjang, lebar, dan dalam 40 cm. Jarak yang dapat dibuat sebagai lubang tanam mengkudu adalah ukuran 3m x 4m atau 4m x 4m. Namun, jarak tanam budidaya mengkudu dapat diperlebar pada lahan yang miring dan tanah yang lebih subur.
3) Penanaman Mengkudu itu sendiri dapat ditanam baik dengan cara tanam sela ataupun tumpangsari. Kedua cara penanaman mengkudu tersebut dapat dilakukan dalam budidaya mengkudu. Meski begitu, anda harus memperhatikan kondisi dan lahan yang cocok dan dengan iklim setempat dan tidak bersaing dengan tanaman pokok. Selan itu, anda juga perlu memotong sebagian atau 1/3 daun yang untuk mengurangi proses kelayuan. Memotong akar tunggang bibit sampai 20-25 cm. Memasukan media tanam buah mengkudu sampai ½ bagian. Bibit dimasukan pada lubang tanam yang sudah disediakan seminggu sebelumnya. Timbun
dengan bagian media tanam budidaya mengkudu. Tekan media tanam mengkudu agar tidak mudah rebah. Siram sampai media tanam mengkudu basah.
4) Perawatan Perawatan mengkudu dapat dilakukan 5 cara yaitu penyiraman, penyulaman, penyiangan dan pemupukan. Penyiraman pada tanaman mengkudu ini 2 kali dalam satu hari. Penyiraman mengkudu ini bertujuan agar tanah tidak mudah kering. Penyulaman adalah pergantian tanaman mati dengan tanaman yang baru. Penyiangan dilakukan dengan cara membersihkan gulma dan tanaman yang mengangu tanaman mengkudu. Sedangkan pemupukan mengkudu dilakukan sejak awal 3 bulan dan diulangi setiap 6 bulan. Pupuk yang digunakan pupuk kandang dan pupuk buatan per pohon 1: 1. Menjaga spesies tanaman mengkudu diklasifikasikan standar seperti jenis tanaman lain. Pemangkasan budidaya mengkudu dilakukan dengan cara pemotongan dengan bantuan alat pemotong daun atau batang bertujuan untuk menghindari hama dan penyakit yang menyerang. Cabang ranting dipotong atau ranting yang padat mengakibatkan tanaman tidak sehat, dan perlindungan tanaman terhadap hama dan penyakit yang menganggu mengkudu.
d. Kandungan senyawa yang ada Mengkudu mengandung zat aktif utama yaitu polisakarida dan scopoletin. Polisakarida merupakan karbohidrat, sehingga tersusun hanya dari atom karbon (C), hidrogen (H), dan oksigen (O). Serat terdiri atas berbagai substansi yang kebanyakan diantaranya adalah karbohidrat kompleks. Serat makanan memberikan manfaat secara fisiologi yaitu sebagai laksansia, kontrol kolesterol darah dan kontrol glukosa darah, dapat mengurangi risiko kanker kolon dan juga membantu mengurangi terjadinya obesitas dan penyakit jantung. Zat aktif utama dalam buah
mengkudu lebih berperanan dibandingkan dengan zat aktif lain dalam buah mengkudu. Menurut Kamiya, dalam mengkudu, selain antioksidan, zat bioaktif yang diketahui dapat menghambat Ox-LDL pada proses atero-sklerosis adalah senyawa polifenol (3,3’-bisdemethylpinoresinol, americanoid acid A, morindolin, americanol A, americanin A, dan isoprincepin). Bioaktif antioksidan dan poli-fenol tersebut dapat menekan teraktivasinya NF-kB sehingga ekspresi protein inflamasi (TNF-α, ICAM-1) tidak terbentuk dan proses aterosklerosis dapat dihambat (Susmiati, 2008). Sedangkan menurut Aditya Pratama dkk (2014) senyawa scopoletin dapat meningkatkan aktivitas antioksidan endogen (superoxide dismutase dan catalase) dan dapat mengahambat terjadinya shear stress dengan menghambat spasme pembuluh darah dan merelaksasikan dari otot polos pembuluh darah. Sehingga dapat disimpulkan bahwa buah mengkudu memiliki potensi sebagai penghambat aterosklerosis.
e. Cara membuat Cara pembuatan sediaan kering mengkudu yaitu buah mengkudu yang sudah dipersiapkan dikupas dan disayat dengan ketebalan 1-2 mm, kemudian dicacah dengan menggunakan pisau hingga menjadi potongan yang lebih kecil (butiran). Hasil potongan segera dikeringkan melalui penjemuran atau menggunakan mesin pengering hingga berwarna kecoklatan. Setelah kering segera dikemas dan ditutup rapat. Buah mengkudu tua yang masih mentah sebanyak 200 kg akan menghasilkan 10 kg butiran kering (Lies Suprapti, 2005:38, 56 dalam setyaningsih, s.e 2011). Menurut perhitungan konversi dosis dari tikus ke manusia di atas didapatkan dosis mengkudu adalah 5,6 gram mengkudu kering. Menurut hasil penelitian Lestari Handayani (1997:30), setiap takar untuk penggunaan satu hari terdiri dari 10 gram buah mengkudu kering yang diminum 2 kali sehari. Sehingga dosis yang digunakan sekali minum
dalam penelitian ini adalah 5 gram mengkudu kering. Diminum 2 jam setelah makan pagi dan makan malam. Penelitian untuk mengetahui perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi mengkudu dilakukan selama 2 minggu atau 14 hari (Lestari Handayani, 1997:29 dalam setyaningsih, s.e 2011).
f. Dosis Menurut Susmiati (2008) Dengan pemberian ekstrak mengkudu berbagai dosis, yaitu 2,5 mg/kgBB, terjadi penurunan ekspresi protein sitokin TNF-a pada kultur sel endotel dipapar Ox-LDL.
3. Daun Sukun a. Nama ilmiah Artocarpus altilis
b. Ordo Rosales
c. Cara menanam 1) Pemilihan Benih a) Cara yang pertama yaitu dengan menggunakan stek pucuk. Cara ini dapat mengatasi masalah bibit yang terlalu lama berada di dalam polibag. b) Cara yang kedua yaitu dengan menggunakan okulasi. Dengan cara ini akan mendapatkan bibit yang banyak dalam waktu yang singkat. Cara yang selanjutnya yaitu dengan menggunakan tunas akar alami atau pencangkokan. Dari berbagai cara yang sudah disebutkan, cara yang terbilang paling mudah yaitu dengan metode stek. Untuk menghasilkan panen yang berkualitas, maka harus dipilih benih dari indukan yang berkualitas
dan unggul. Benih yang baik ditandai dengan beberapa hal diantaranya tanaman sudah terdapat minimal 4 helai daun, semakin banyak daun maka akan semakin bagus, namun idelanya terdapat minimal 6 daun atau lebih. Daun pada tanaman sukun yang sudah berjumlah 4 helai berarti tanaman tersebut sudah cukup umur untuk dapat dipindahkan ke lahan. Daun yang bagus ditandai dengan daun yang mengkilap dan berwarna agak gelap namun terlihat segar. Daun tanaman sukun yang berwarna pucat, agak keputihan dan berwarna kekuningan kemungkinan pertumbuhan dari tanaman tersebut terganggu. 2) Persiapan Tanam Tanaman sukun lebih optimal apabila ditanam pada awal musim hujan, karena tanaman sukun membutuhkan air yang banyak pada budidayanya. Oleh karena itu tanaman sukun jangan sampai kekringan. Untuk cara tanam sukun sebaiknya di awal musim hujan. Penanaman sukun sebaiknya dilakukan pada sore hari, hal ini bertujuan untuk mengurangi penguapan. Selanjutnya sebelum benih ditanam siapkan lahan dan lahan harus bersih dari rumput, semak dan bebatuan. Jarak antar masing-masing tanaman berkisar 12 m atau 15 m. Untuk lebih memudahkan dalam persiapan penanaman sukun sebaiknya dipasang patok atau bilah yang terbuat dari bambu. Lubang untuk menanam sukun dibuat dengan ukuran 75 cm. Lubang yang dibuat harus besar karena pertumbuhan tanaman sukun ini cepat dan besar. Tanah bagian atas harus dicampur dengan pupuk kompos atau pupuk kandang. Lubang tanaman harus dibuat 2 minggu sebelum penanaman benih sukun, hal ini bertujuan agar lubang yang akan digunakan terkena sinar matahari dan dapat mematikan bibit penyakit serta hama tanaman sukun. Apabila tanah untuk budidaya tanaman sukun memiliki pH atau derajat keasaman yang tinggi, maka dapat diturunkan dengan menggunakan kapur.
3) Panen dan Pasca Panen Buah mulai tumbuh ketika tanaman sukun berumur 3 hingga 4 tahun. Sepanjang tahun tanaman sukun dapat terus berbuah. Sedangkan musim panen terbesar biasanya terjadi pada bulan Januari hingga bulan Maret.
d. Kandungan senyawa yang ada Dari hasil penelitian maharani,etw (2014) bahwa hasil uji fitokimia ekstrak methanol daun sukun kering (Artocarpus altilis) mengandung alkaloid, flavonoid, dan tannin yang dapat menurunkan kadar kolesterol total dan LDL. Adanya senyawa-senyawa seperti plavanid, saponin dan poliphenol yang memiliki kemampuan sebagai antioksidan terhadap beberapa penyebab penyakit (naiem m, 2014). Senyawa alkaloid dan flavonoid sendiri memiliki peran penting bagi atherosclerosis
yaitu
dapat
menghambat
atau
mencegah
reaksi
autooksidasi lemak dan minyak. Setiap gugus dari flavonoid mempunyai kapasistas yang baik sebagai antioksidan. Gugus flavon dan katekin mempunyai aktivitas tertinggi untuk mencegah tubuh dari serangan radikal bebas. Diketahui sel-sel tubuh secara kontinu dapat dirusak oleh radikal-radikal bebas yang dihasilkan dari metabolisme aerobik atau yang diinduksi oleh kerusakan eksogen. Absorbsi di saluran cerna, serta peranannya sebagai antioksidan secara in vivo masih sangat terbatas, akan tetapi efek antioksidan dari senyawa fenolat tersebut sangat kuat umumnya pada pemutusan rantai peroksil (Simanjuntak, 2012 : 138).
e. Cara membuat Menurut percobaan windarsih (2017) pada tikus, Ekstrak etanol 96% buah sukun pada dosis 3200 mg/kgBB memiliki kemampuan diuretik dengan nilai lipschitz jam ke-5 sebesar 1,01 dan jam ke-24 1,47, sedangkan pada dosis 200 mg/kgBB, dan 800 mg/kgBB belum memiliki
efek diuretik. Rata-rata orang Indonesia beratnya 50 kg. Dosis daun sukun yang biasa digunakan dalam masyarakat adalah 15 g.
f. Dosis Menurut Windarsih (2017) pemberian ekstrak etanol daun sukun menggunakan dosis 130 mg/kg BB dan 260 mg/kg BB. Kontrol positif berupa simvastatin dosis 10 mg/kg BB.
DAFTAR PUSTAKA
Amelia. 2010. Pengaruh Model Pembelajaran Generatif terhadap Kemampuan Koneksi Matematis Siswa. (Skripsi). UIN Syarif Hidayatullah, Jakarta Ardhani, Salsabila, dkk. 2017. “Efektivitas Ekstrak Kunyit (Curcuma domestica) Sebagai
Terapi
Non
Farmakologi
Dislipidemia
dan
Antiaterosklerosis”. Vol 7 No 5. Lampung : FK Universitas Lampung Badan POM RI. 2010. Acuan Sediaan Herbal. Volume 5. Jakarta: Direktorat OAI. Brand, K., P. Sharon, R. Gerhard, B. Armin. 2006. Activated Transcription Factor Nuclear Kappa B is Present in The Atherosclerotic Lesion. J. Clin. Invest. Vol. 97. 7:1715-1722 Felker GM, Allen LA, Pocock S, et al. Red cell distribution width as a novel prognostic marker in heart failure : data from the CHARM Program and the Duke Databank for Cardiovascular Disease. J Am Coll Cardio 2011; 50;40-7 Handajani, adianti.dkk, (2010). Faktor- faktor yang berhubungan dengan pola kematian
pada
penyakit
degenartif
di
Indonesia.
Http://download.portalgaruda.org/article.php?article=80689&val=489 2&title . Diakses tanggal 31 desember 2018 Kemenkes. 2017. Formularium Ramuan Obat Tradisional Indonesia. Naskah Publikasi. Jakarta: Kemenkes RI Maharani, etw,dkk. 2014. Uji Fitokimia Ekstrak Daun Sukun Kering (Artocarpus altilis).
Jurnal.
Universitas
muhammadiyah
semarang.
kesehatan fakultas ilmu keperawatan dan kesehatan.
Analis
Naiem,m,dkk. 2014. PENGEMBANGAN TEKNIK BUDIDAYA SUKUN (Artocarpus altilis) UNTUK KETAHANAN PANGAN. Jakarta: IPB Press Nurtamin, Tomy. 2014. “Potensi Curcumin untuk Mencegah Atherosklerosis”. Vol. 41 no. 8. Sulawesi Tenggara : Universitas Haluoleo Permadi Adi. 2008. Membuat Kebun Tanaman Obat. Jakarta : Pustaka Bunda. Pratama, Aditya dkk. 2014. “Noni Fruits (Morinda citrifolia) as Atherosclerosis Inhibitor”. Vol 3 No 3. Lampung : FK Universitas Lampung Rastini, Endah Kusuma, dkk. 2010. “Pengaruh Pemberian Ekstrak Buah Mengkudu (Morinda Citrifolio L.) Terhadap Aktivitasi Nf-kβ dan Ekspresi Protein (TNS-α, ICAM-1) Pada Kultur Sel Endotel (HUVECs) Dipapar Ox-LDL”. Vol. 1 no. 1. Malang : Universitas Brawijaya Ruhyanudin, faqih : 2007. Asuhan keperawatan pada kien dengan gangguan siste kardiovaskuler. Malang : UPT Penerbitan Universitas Muhammadyah Malang Sargowo, Djanggan. 2015. Patogenesis Aterosklerosis. Malang : UB Press. Setyaningsih, s.e .2011. Perbedaan tekanan darah sebelum dan sesudah terapi mengkudu pada wanita penderita hipertensi (studi kasus di panti wredha pucang gading semarang rahun 2010). Skripsi. Jurusan kesehatan masyarakat. Unnes Simanjuntak, Kristina. 2012. “Peran Antioksidan Flavonoid Dalam Meningkatkan Kesehatan”. Vol 23 No 3. Jakarta : FK UPN Veteran
Susmiati. 2008. “Peran Serat Makanan (Dietary Fiber) Dari Aspek Pemeliharaan Kesehatan, Pencegahan Dan Terapi Penyakit”. Vol 32 No 2. Bandung : FK Universitas Padjajaran Windarsih. 2017. Kemampuan uji ekstrak etanol daun sukun (arthocarpus altilis) pada tikus. Publikasi ilmiah. Jurusan farmasi. UMS