Peran Keimaman Seorang Bapak Bahan Khotbah Untuk Ibadah HUT PKBGT ke-8 Dan HUT PKBGT Jemaat Samarinda ke-4 Bacaan Alkitab: Keluaran 19 : 1 - 6 Nast: "Kamu akan menjadi bagiKU kerajaan imam dan bangsa yang kudus (ay. 6a)". Pertama-tama saya mau mengucapkan "SELAMAT" buat semua "Kaum Bapak" yang pada hari ini ada 2 moment spesial yang diperingati, yakni "Moment HUT PKBGT" dan "Moment 499 Thn Reformasi Marthen Luther" yang ditandai dengan menempelkan 95 Dalil di Gereja Wittenberg (31 Oktober 1517), ya.....95 dalil menentang Johan Tetzel yang melakukan penjualan "Surat Indulgensi/Aflat = Surat Penghapusan Siksa" dalam rangka menggalang dana bagi penyelesaian pembagunan Gereja St. Petrus di Vatican - Roma. Dua moment ini sangat spesial dalam perjalanan Gereja Tuhan, teristimewa Gereja Toraja. Dan saya berharap, Jiwa dari Reformasi Marthen Luther - "EKKLESIA REFORMATA SEMPER REFORMANDA EST", juga menjadi Jiwa dari Persekutuan Kaum Bapa Gereja Toraja khususnya di Jemaat Samarinda dengan tiga semboyan perubahan: "Sola Fide, Sola Gratia dan Sola Scriptura". Karena itu, sekali lagi saya mau menyampaikan Selamat HUT PKBGT, Tuhan Yesus memberkati. Sebelum saya lebih jauh menguraikan apa maksud Firman Tuhan dalam konteks peran kaum bapak sebagai Imam dalam keluarga, saya hendak menyampaikan satu karya besar dalam sejarah hidup manusia yang menjadi salah satu keajaiban dunia, yakni The Great Wall of China. Memang saya belum pernah menginjakkan kaki di tempat tersebut, tapi kita dapat mengakses tentang fakta yang sesungguhnya dari The Great Wall of China melalui internet bahkan melalui buku-buku sejarah. Dalam konteks dunia kita sekarang, kita tidak sukar lagi untuk mengakses informasi baik itu kejadian-kejadian pada masa lampau maupun kejadiankejadian yang sedang berlangsung sekarang ini. The Great Wall of China begitu kokoh berdiri melintasi waktu dan zaman. Ia dibangun pada zaman Dinasty I bangsa Tiongkok, yakni Dinasty Qin dengan Kaisar yang pertama bernama Shih Huang Ti yang memerintah dari tahun 221 - 206 seb.M. Pekerjaan dilanjutkan oleh Kaisar-kaisar dari Dinasty Han yang memerintah dataran Tiongkok dari tahun 202 seb.M tahun 220M. Dan pada zaman pemerintahan Dinasty Ming yang memerintah dari tahun 1368 - 1644, bentangan panjang tembok ini ditambah dan diselesaikan dengan baik. Jadi kurang lebih 1500 tahun The Great Wall of China dikerjakan, melintasi waktu dan zaman yang tidak mudah, sebab zaman-zaman pembangunannya adalah zaman-zaman perang, khususnya bangsa Tiongkok dan bangsa Mongolia. Dapat kita bayangkan bahwa manusia mampu untuk melakukan sesuatu yang besar dengan kualitas yang tinggi pada zaman di mana Ilmu Pengetahuan dan Tehnologi belum terdengar gaungnya. Saudara harus tahu bahwa The Great Wall of China dibangun di tempat yang sangat sulit untuk dijangkau, dan juga sangat sulit untuk mobilisasi bahan bangunan yang tidak sedikit jumlahnya dan tidak ringan. Semua dilakukan dengan manual (dengan tenaga manusia). Bangunan ini tidak tanggung alias asal-asalan dibangun. Ia dibangun dengan melintasi 9 provinsi dan kota di China (Liaoning, Hebei, Tianjin, Beijing, Inner Mongolia, Shanxi, Shaanxi, Ningxia dan Gansu). Panjangnya 5.500 Mill setara dengan 8.851 km,
sehingga butuh waktu berbulan-bulan untuk melintasinya dengan berjalan kaki. Bandingkan dengan panjang Sungai Mahakam dari hulu (Kab. Mahakam Hulu) melintasi Kab. Kukar dan tiba di Ilir yakni Kota Samarinda hanya 920 km. Bukan hanya bentangan panjang yang membuat dunia berdecak kagum, tetapi juga ketahanan dan kekuatannya menantang kekuatan alam dan kekuatan manusia. Tingginya 8 meter, lebar bagian bawahnya 8 meter dan bagian atasnya 5 meter. Dan karena itu bangunan ini mampu melintasi zaman dan masa. Tapi bukan berarti bahwa tembok ini menjadi jaminan satu-satu bagi orang-orang yang ada di balik tembok tersebut untuk merasa aman dan nyaman; terhindari dari ancaman musuh. Terbukti bahwa 100 tahun pertama , China terlibat 3 kali peperangan besar dan mereka dapat ditaklukkan. Musuh tidak menghancurkan tembok dan juga tidak memanjatnya, tetapi cukup dengan memakai senjata merek "U & P". Apa itu U & P?. Uang dan Perempuan. China di zaman itu terlalu sibuk dengan pembangunan tembok, tetapi mereka lupa membangun manusianya. Membangun manusia seharusnya dilakukan sebelum membangun apapun; dan inilah yang dibutuhkan oleh semua bangsa, termasuk Persekutuan Jemaat. Ada sebuah pendapat mengatakan bahwa apabila kita ingin menghancurkan peradaban sebuah bangsa, maka ada 3 cara yang harus dilakukan, yaitu: (1). Hancurkan Tatanan Keluarga, (2). Hancurkan Sistem Pendidikan mereka dan (3). Hancurkan Keteladanan dari para Tokoh dan Ulamanya. Untuk menghancurkan keluarga, kikis habis peran kaum bapak sebagai pengayom, sehingga mereka sibuk dengan rutinitasnya dan kesenangannya lalu mereka lupa tanggung jawab terhadap keluarganya. Untuk menghancurkan pendidikan yang notabene menjadi penentu masa depan sebuah bangsa dan masa depan sebuah keluarga maka susupi sistem pendidikan mereka dengan tidak menempatkan pendidikan moral dan pendidikan karakter sebagai hal yang utama. Alihkan perhatian semua orang yang terlibat dalam dunia pendidikan dengan berbagai macam kewajiban administrasi dengan tujuan materi semata, sehingga mereka lalai mempersiapkan kader-kader pemimpin masa depan "Yang Takut Akan Tuhan". Untuk menghancurkan keteladanan para tokoh masyarakat dan ulama, maka susupi pikiran mereka dengan ambisi kekuasaan dan keserakahan pada materi, maka mereka akan menghalalkan berbagai cara untuk mendapatkan dan untuk mempertahankannya, sehingga mereka lupa fungsi mereka sebagai tokoh atau ulama yang harus memberikan keteladanan hidup yang benar. Saudara-saudara Kaum Bapa dan seluruh sidang jemaat Tuhan yang hadir pada saat ini. Tema kita berbicara tentang: "Bapak Adalah Imam". Berbicara tentang Imam, saya mau tegaskan bahwa kita tidak membahas dan memperbincangkan tentang status, melainkan fungsi. Dan ada 3 fungsi utama seorang Imam,
yakni: (1). Mempersembahkan Korban, (2). Juru Syafaat, dan (3). Memberkati. Dan itulah tujuan utama Tuhan melakukan pembebasan terhadap bangsa Israel yang menjadi budak di Mesir. Tindakan pembebasan Allah terhadap Israel bukan dimaksudkan hanya untuk mempertontonkan kemahakuasaanNya di dalam menghancurkan kuasa sang penindas dan mempertontonkan kemahakuasaanNya dalam membebaskan bangsa yang tertindas. Tetapi yang utama adalah untuk menjadikan bangsa Israel menjadi sebuah "Kerajaan Imam" dan menjadikan mereka "Bangsa Yang Kudus". 3 fungsi ke-Imam-an yang melekat pada diri seorang "BAPAK" bertujuan untuk melakukan hal yang sama dengan maksud Tuhan dalam membebaskan bangsa Israel dari perbudakan Mesir, sehingga rencana Tuhan sebagaimana yang dijanjikanNya kepada Abraham tergenapi: "dan olehMu, semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat (Kej. 12:3)". Fungsi pertama dari kedudukan seorang bapak sebagai Imam dalam keluarga adalah "menegakkan Ibadah/Ritual". Di tengah kondisi dunia yang hanya memandang sebelah mata kehidupan yang berkaitan dengan ibadah, seorang bapak harus menjadi motor dalam keluarganya untuk menyatakan bahwa mendisiplinkan diri dalam "ber-IBADAH" itu lebih dari segala-galanya. Karena itu, seorang bapak harus menjadi "PELAKU UTAMA" dalam hal beribadah, sehingga tanpa memperkatakan apa yang dicatat dalam Kel. 23:25, seisi rumah tangga akan menyatakan "Amin". Dan karena itu saya mau menegaskan kepada kaum bapak bahwa, setiap hari, seorang bapak harus mendisiplinkan dirinya sendiri sebelum mendisiplinkan seisi rumahnya tentang arti sebuah ibadah. Ketika seorang bapak berlutut di samping pembaringannya, sesungguhnya ia sedang melakukan ritual di mezbah Tuhan, membawa korban syukurnya atas kasih dan kebaikan Tuhan yang terjadi dalam rumah tangganya. Apabila seisi rumahnya menyaksikan hal tersebut, maka puji-pujian akan berkumandang dan damai akan tercipta dalam kehidupan bersama. Pertanyaannya sekarang ialah : Sudahkah kaum bapak melakukan fungsinya dengan membangun altar bagi Tuhan dalam rumahnya untuk mempersembahkan korban syukur?. Sudahkan kaum bapak menjadi motor penggerak dalam rumah tangganya untuk mengajak seisi rumahnya memiliki karakter takut akan Tuhan sehingga menjadikan keidupan ritual/ibadah sebagai kebutuhan yang hakiki?. Sudahkan kaum bapak dengan tegas menyatakan apa yang sama dikatakan oleh Yosua: "Tetapi aku dan seisi rumahku, kami akan beribadah kepada Tuhan (Yos. 24:15)"?. Silahkan kaum bapak merenungkan dan menyimpulkan sendiri: "benarkah aku sudah memainkan peran keimaman dalam rumah tanggaku"?. Fungsi kedua tentang peran seorang bapak sebagai Imam Dalam Keluarganya adalah: "Juru Syafaat".
Fungsi sebagai "Juru Syafaat" tidak lain adalah sebagai "Juru Damai". Sebuah pengalaman indah dicatat oleh Alkitab di mana Allah mengambil keputusan untuk menghancurkan kota Sodom dan Gomora beserta segala apa yang ada di dalamnya. Keputusan Allah memiliki kuasa absolut, dan hal tersebut tidak dapat diganggu gugat. Namun Abraham memberi pertimbangan: Tidakkah keputusan ini terlalu kejam di mana orang benar harus binasa bersama-sama dengan orang berdosa?. Abraham berdiri dan menjadi "Juru Damai" antara manusia Sodom dan Gomora pada satu pihak dan Allah pada pihak yang lain. Abraham mempertanyakan keputusan itu, apakah sudah dipertimbangkan dengan baik dan matang, sebab dampaknya akan berimbas kepada orang-orang benar yang akan turut binasa bersama-sama dengan orang jahat?. Coba perhatikan Kejadian 17:15-22, Abraham berdoa untuk keselamatan Sodom dan Gomora. Abraham tidak menginginkan kehancuran kedua kota tersebut sekalipun ia tahu bahwa dekadensi moral sudah mencapai puncak yang sangat memprihatinkan. Abraham meminta agar Allah membatalkan maksudNya dengan pertimbangan bahwa di kedua kota ini pastilah masih terdapat orang-orang yang "Takut akan Tuhan". Akhirnya dicapailah kesepakatan antara Abraham dan Allah, bahwa jika ada 10 saja orang yang benar di kedua kota, maka hukuman dibatalkan. Tapi kenyataannya ialah, ternyata tidak mencapai angka tersebut. Tetapi bagaimana pun juga hasil doa syafaat Abraham telah menyelamatkan Lot dan keluarganya. Juru Syafaat Agung adalah Yesus. Ketika ilalang dan gandum harus tumbuh bersama, selalu saja ada orang yang berkeinginan untuk mencabut ilalang-ilalang itu dari antara gandumgandum yang ada. Ya.....selalu ada kencenderung untuk menjustifikasi seseorang agar tidak merugikan yang lainnya. Tuhan Yesus dengan tegas menyatakan bahwa janganlah kamu mencabutnya: "biarkanlah keduanya tumbuh bersama sampai waktu menuai (Mat. 13:30)". Adakah orang benar harus binasa jika ia hidup bersama dengan orang-orang jahat?. Tidak!. Tuhan Yesus menjadi Juru Syafaat bagi anda (seluruh kaum bapak) yang hidup dalam konteks dunia yang begitu kejam ini. Ia mengatakan hal-hal ini kepada BapaNya: "Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi untuk mereka yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu, dan segala milikKu adalah milikMu dan milikMu adalah milikKu, dan Aku telah dipermuliakan di dalam mereka. Dan Aku tidak ada lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama seperti Kita. Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah menjaga mereka dan tidak ada
seorang pun dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya genaplah yang tertulis dalam kitab suci....... Aku tidak meminta, supaya Engkau mengambil mereka dari dunia, tetapi supaya Engkau melindungi mereka dari pada yang jahat (Yoh. 17:9-15)". Bahkan pada detik-detik terakhir hidupNya di dunia ini, Yesus berdoa memohonkan ampun bagi mereka yang menyalibkanNya: "Ya Bapa, ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat (Luk. 23:34)". Fungsi keimaman yang kedua ini harus melekat bahkan menyatu dalam diri seorang bapak sebagai Juru Damai. Tidak boleh tidak!. Dan boleh jadi, ada di antara kaum bapak yang mengalami persoalan hubungan yang tidak harmonis dengan anaknya atau pun dengan isterinya lalu ia berkata: "saya punya seorang anak yang sangat bandel atau seorang isteri yang tidak mau mendengarkan saya lagi. Saya berusaha bersabar, tapi sampai kapan saya harus bersabar? Dan karena tidak ada lagi cara yang terbaik yang harus saya lakukan selain saya harus mengusirnya dari rumah ini!". Kepada kaum bapak yang merasa demikian, saya mau mengatakan bahwa iman saudara sedang ditantang dan pada persoalan ini, fungsi keimaman anda sedang diuji. Memang hal ini bukanlah sebuah pekerjaan yang mudah. Tapi di sinilah kita harus belajar untuk serupa dengan Yesus: "ampunilah mereka, sebab mereka tidak tahu apa yang mereka perbuat". Karena itu, jangan andalkan kekuatan saudara, tetapi andalkan Tuhan dan percayalah pada kuasa doa. Kesabaran dan doa seorang bapaklah yang akan membawa pulang si anak atau pun si isteri untuk kembali pada jalur yang benar, sama seperti perumpamaan tentang anak yang hilang. Ia sendiri akan berkata: "jika aku tidak kembali ke rumah bapa, maka aku pasti binasa. Aku harus pulang!". Dan tangan yang terbuka menyambut kedatangannya, akan memulihkan segala keadaan yang menyakitkan: "anakku telah mati namun hidup kembali". Fungsi ketiga tentang peran seorang bapak dalam keluarga adalah "Memberkati". Fungsi keimaman ini sangat menentukan arah langkah dan masa depan sebuah keluarga. Peran lidah sangat menentukan dalam persoalan ini. Dan terus terang kita harus jujur mengakui, ketika kita sedang menghadapi sebuah masalah maka kecenderungan yang paling dominan pada diri seorang bapak adalah "amarah yang meledak-ledak". Syukur-syukur kalau kita sebagai bapak sedang marah tanpa mengeluarkan kata-kata kotor dan sumpah serapah. Tapi yang banyak terjadi adalah, lidah seorang bapak telah menjadi "kebun binatang". Anak atau isteri atau siapa pun yang tinggal dalam rumah, ketika amarah tak terkendali, maka ucapan yang keluar adalah: "anjing, babi, kambing dan lain sebagainya. Bahkan yang fatal adalah IBLIS". Dan ingat pesan Yakobus 3:1-12 tentang dosa karena lidah. Dengan lidah kita dapat memuji Tuhan, dan dengan lidah yang sama juga kita dapat mengutuk. Dan ketika anda mampu mengendalikan lidah anda, maka anda adalah manusia sempurna. Dalam hal inilah kita harus menyadari peran yang sangat fital ini, bahwa seorang bapak harus memberkati sekali pun yang menerima berkat itu tidak pantas untuk diberikan berkat. Kita tidak boleh memilih-milih dalam memberi berkat, terlebih kepada anak-anak kita. Ingatlah akan kisah keluarga Ishak (Kej. 27). Perlakukan yang tidak adil terhadap anak-anak dalam hal memberi berkat, akan membuat kita menderita seumur hidup. Memang Alkitab mencatat
bahwa antara Yakub dan Esau telah terjadi perdamaian (Kej. 33). Tetapi sejarah kelam keluarga Ishak seperti penyakit kanker yang mengerogoti seluruh tubuh. Hubungan dua bangsa yang lahir dari keluarga ini (Edom dan Israel) seperti duri dalam daging dan seperti api dalam sekam. Tuhan Yesus adalah teladan bagi kita dalam hal memberkati. Sampai pada puncak kematianNya, Ia tetap memberkati. Dan kepada seorang penjahat sekali pun, ia memberikan jaminan berkatNya: "sesungguhnya hari ini juga, engkau akan ada bersama-sama dengan Aku dalam Firdaus (Luk.23:43)". Tuhan melakukan pembebasan kepada bangsa Israel dengan satu tujuan, yakni untuk membentuk mereka menjadi Kerajaan Imam dan Bangsa Yang Kudus. Demikian pula, Tuhan telah melakukan pembebasan atas kita dari budak dosa menjadi Manusia Baru, dengan satu tujuan yakni menjadikan kita sebagai Kerajaan Imam dan Bangsa Yang Kudus (Baca: 1 Ptr. 2:9), agar dengan itu dunia beroleh selamat. Pertanyaannya sekarang
:
Sudahkan kaum bapak sungguh-sungguh berperan sebagai Imam dalam Keluarga?.