STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR PADA TINGKAT KEMANDIRIAN LANSIA
A. DEFINISI Kemandirian merupakan suatu keadaan dimana seorang individu memiliki kemauan dan kemampuan berupaya untuk memenuhi tuntutan kebutuhan hidupnya secara sah, wajar dan tanggung jawab terhadap segala hal yang dilakukannya, namun demikian tidak berarti bahwa orang yang mandiri bebas lepas tidak memiliki kaitan dengan orang lain. Untuk dapat mandiri seseorang membutuhkan kesempatan, dukungan dan dorongan dari keluarga serta lingkungan di sekitarnya, agar dapat mencapai otonomi atas diri sendiri. Selain itu kemandirian bagi seorang lanjut usia dapat dilihat dari kualitas hidup. Kualitas hidup orang lanjut usia dapat dinilai dari kemampuan melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari.
B. FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEMANDIRIAN PADA LANSIA 1. Usia Lansia yang tidak berdaya mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain. (Depkes RI, 2003) 2. Kesehatan Pada umumnya disepakati bahwa kedehatan dan kebugaran mulai menurun pada usia setengah baya. Penyakit-penyakit degenerative mulai menampakkan diri pada usia ini. (Depkes dan kesejahteraan sosial, 2001) 3. Sosial Ada dua sumber yang menyebabkan kesulitan berkomunikasi dengan lansia yaitu penyebab fisik dan psikis. Penyebab fisik, pendengaran lansia mulai berkurang sehingga orang lansia sering tidak mendengar apa yang dibicarakan. Secara psikis, orang lansia merasa mulai kehilangan kekuasaan sehingga ia menjadi orang yang lebih sensitive, mudah tersinggung sehingga menimbulkan kesalahpahaman. 4. Dukungan keluarga Merupakan suatu strategi intervansi preventif yang paling baik dalam membantu anggota keluarga mengakses dukungan sosial yang belum digali untuk suatu strategi bantuan yang bertujuan untuk meningkatkan dukungan keluarga yang adekuat.
C. HAL YANG PERLU DIPERHATIKAN DALAM MENJALIN HUBUNGAN DENGAN LANSIA Hal-hal yang Perlu Mendapat Perhatian dalam Menjalin Hubungan dengan Lansia adalah sebagai berikut: 1. Lingkungan (fisik dan psikologis) a. Siapkan area yang adekuat.contoh: klien di kursi roda b. Suasana tenang dan tidak ribut/bising. Contoh: suara TV, radioc c. Nyaman dan tidak panas d. Gunakan cahaya yang agak redup,hindari cahaya langsung e. Tempatkan pada posisi yang nyaman bila berganti posisi atau tanyakan apakah ingin di tempat tidur f. Sediakan waktu yang cukup dan air minum g. Privasi harus dijaga h. Perhitungkan tingkat energi dan kemampuan klien i. Sabar, rileks, dan tidak terburu-buru. Beri klien waktu untuk menjawab pertanyaan j. Perhatikan tanda-tanda kelelahan (mengeluh, respons menjadi lambat, mengerut, dan tersinggung) k. Rencanakan apa yang akan dikaji l. Melakukan pengkajian pada saat energi klien meningkat. Contoh: sehabis makan
2. Interviewer (sikap perawat: perasaan, nilai, dan kepercayaan) a. Mengetahui mitos-mitos seputar lansia b. Menjelaskan tujuan wawancara c. Menggunakan berbagai teknik untuk mengimbangi kebutuhan pengumpulan data dengan kepentingan klien d. Mencatat data harus seizin klien e. Pada awal interaksi perawat harus merencanakan bersama klien cara yang paling efektif dan nyaman f. Menggunakan sentuhan g. Sesuaikan situasi dan kondisi wawancara h. Bicara tidak terlalu keras
3. Klien a. Beberapa kultur yang memengaruhi kemampuan klien untuk berpartisipasi sangat berarti dalamwawancara. b. Faktor-faktor yang memengaruhi proses penuaan adalah hereditas, nutrisi, status kesehatan, pengalaman hidup, lingkungan dan stres.
c. Perawat
harus
menyadari
faktor-faktor
ini
karena
kemampuan
lansia
untuk
mengkomunikasikan semua informasi penting sangat ditentukan oleh kelengkapan dan kesesuaian wawancara.
D. ACTIVITY DAILY LIVING (ADL) PADA LANSIA ADL adalah fungsi-fungsi bersifat fundamental terhadap kehidupan mandiri klien yang meliputi mandi, berpakaian, pergi ke kamar mandi dan makan. Untuk menilai ADL pada lansia digunakan skala seperti Katz Indeks, Indeks Bartel yang dimodifikasi dan Functional Activities Quisioner (FAQ).
E. INDEKS BARTHEL (IB) Indeks Barthel merupakan suatu instrument pengkajian yang berfungsi mengukur kemandirian fungsional dalam hal perawatan diri dan mobilitas serta dapat juga digunakan sebagai kriteria dalam menilai kemampuan fungsional bagi pasien-pasien yang mengalami gangguan keseimbangan, menggunakan 10 indikator, yaitu : Tabel Instrument pengkajian dengan Indeks Barthel. Keterangan interpretasi hasil 1. 20
: Mandiri
2. 12-19 : Ketergantungan Ringan 3. 9-11
: Ketergantungan Sedang
4. 5-8
: Ketergantungan Berat
5. 0-4
: Ketergantungan Total
No
Item yang dinilai
1.
Makan (Feeding)
Skor Tidak mampu Butuh bantuan memotong, mengoles mentega dll. Mandiri
2.
Mandi (Bathing)
Tergantung orang lain Mandiri
3.
Perawatan diri (Grooming)
4.
Membutuhkan bantuan orang lain Mandiri dalam perawatan muka, rambut, gigi, dan bercukur
Berpakaian
Tergantung orang lain
(Dressing)
Sebagian dibantu (misal mengancing baju) Mandiri
5.
Buang air kecil
Inkontinensia atau pakai kateter dan tidak terkontrol.
Nilai
(Bowel)
Kadang Inkontinensia (maks, 1x24 jam) Kontinensia (teratur untuk lebih dari 7 hari)
6.
Buang air besar
Inkontinensia (tidak teratur atau perlu enema)
(Bladder)
Kadang Inkontensia (sekali seminggu) Kontinensia (teratur)
7.
Penggunaan toilet
Tergantung bantuan orang lain Membutuhkan bantuan, tapi dapat melakukan beberapa hal sendiri Mandiri
8.
Transfer
Tidak mampu Butuh bantuan untuk bisa duduk (2 orang) Bantuan kecil (1 orang) Mandiri
9.
Mobilitas
Immobile (tidak mampu) Menggunakan kursi roda Berjalan dengan bantuan satu orang Mandiri (meskipun menggunakan alat bantu seperti, tongkat)
10.
Naik turun tangga
Tidak mampu Membutuhkan bantuan (alat bantu) Mandiri
F. KATZ INDEX Katz index merupakan suatu intrumen pengkajian dengan sistem penilaian yang didasarkan pada kemampuan seseorang untuk melakukan aktivitas kehidupan sehari-hari secara mandiri. Skala yang ditetapkan katz index terdiri dari tujuh skala A sampai dengan G. terdiri dari dua kategori yaitu kemandirian tinggi (index a,b,c,d) dan kemandirian rendah (index e,f,g). Penilaian katz index menurut Maryam dkk (2011) :
SKOR A
KRITERIA Kemandirian dalam hal makan, kontinen (BAB atau BAK), berpindah, ke kamar kecil, berpakaian dan mandi.
B
Kemandirian dalam semua hal kecuali satu dari fungsi tersebut
C
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi dan satu fungsi tambahan
D
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian dan satu fungsi tambahan
E
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil dan satu fungsi tambahan
F
Kemandirian dalam semua hal kecuali mandi, berpakaian, ke kamar kecil, berpindah dan satu fungsi tambahan
G
Ketergantungan pada ke enam fungsi tersebut
G. PENGKAJIAN MOBILITAS FUNGSIONAL
PERUBAHAN POSISI/GERAKAN KESEIMBANGAN 1. Bangun dari Kursi 2. Duduk ke kursi 3. Menahan dorongan pada sternum 4. Mata tertutup 5. Perputaran Leher 6. Gerakan menggapai sesuatu 7. Membungkuk b. Komponen gaya berjalan 8. Berjalan sesuai perintah 9. Kemampuan mengangkat kaki saat berjalan 10. Kesimetrisan langkah 11. Penyimpangan jalur pada saat berjalan 12. Berbalik
Penilaian : 1. 0-5
: Resiko jatuh
2. 6-10
: Resiko jatuh sedang
3. 11-12
: Resiko jatuh tinggi
0
1
H. TEKNIK DAN CARA BERLATIH YANG DILAKUKAN UNTUK MEMPERTAHANKAN ACTIVITY OF DAILY LIVING (ADL) Pada Lansia terbagi dalam tiga segmen seperti yang dijelaskan di bawah ini:
1. Pemanasan (warming up) a. Gerakan umum (yang melibatkan sebanyak-banyaknya otot dan sendi) dilakukan secara lambat dan hati-hati. b. Pemanasan dilakukan bersama dengan peregangan (stretching). Lamanyakira-kira 8-10 menit. c. Pada 5 menit terakhir pemanasan dilakukan lebih cepat. Pemanasan dimaksud untuk mengurangi cedera dan mempersiapkan sel-sel tubuh agar dapat turut serta dalam prosesmetabolisme yang meningkat.
2. Latihan inti Latihan inti bergantung pada komponen/faktor yang dilatih. Gerakan senam dilakukan berurutan dan dapat diiringi oleh musik yang disesuaikan dengan gerakannya. Untuk lansia biasanya dilatih: a. Daya tahan (endurance) b. Kardiopulmonal dengan latihan-latihan yang bersifat aerobic c. Fleksibilitas dengan peregangan d. Kekuatan otot dengan latihan beban e. Komposisi tubuh dapat diatur dengan pengaturan pola makan latihan aerobik kombinasi denganlatihan beban kekuatan.
3. Pendinginan (cooling down) Dilakukan secara aktif. Artinya, sehabis latihan inti perlu dilakukan gerakan umum yang ringan sampai suhu tubuh kembali normal yang ditandai dengan pulihnya denyut nadi dan terhentinya keringat. Pendinginan dilakukan seperti pada pemanasan, yaitu selama 8-10 menit.