LAPORAN PRAKTIKUM FARMAKOLOGI PENGARUH OBAT ANALGETIK PADA MANUSIA
Disusun oleh : Kelompok D III Stella P.S. Grady Garfendo Dewi Yuniar Aji Nawa I. Rhandika Adi N. Elda Arini H. Maria Melania M. I Gede Mahatma P.
(0710070) (0710076) (0710083) (0710085) (0710089) (0710094) (0710103) (0710104)
FAKULTAS KEDOKTERAN UNIVERSITAS KRISTEN MARANATHA BANDUNG 2008
ABSTRAKSI
Obat merupakan substansi kimia, yang dalam dosis tertentu substansi kimia tersebut tidak hanya dapat bertindak sebagai obat, namun juga dapat sebagai racun bagi tubuh. Oleh karena itu, penting bagi kita untuk mengetahui, mengenal, serta mempelajari obat-obatan dalam dunia medis. Obat analgetik / AINS (Anti Inflamasi Non Steroid) adalah obat penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran. Obat ini merupakan kelompok obat heterogen yang berbeda secara kimia tetapi sama dalam efek terapi dan efek samping, yaitu menghambat biosintesa prostaglandin (PG) dari asam arakidonat. Laporan ini membahas bagaimana pengaruh obat analgetik pada manusia. Obat analgetik merupakan obat yang berfungsi untuk menghilangkan atau mengurangi rasa sakit dengan cara mempengaruhi metabolisme dalam tubuh kita. Obat analgetik terdiri dari bermacam-macam obat, di mana setiap obat mempunyai karakteristik yang berbeda satu dengan yang lainnya.
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Sebagian besar obat analgetik merupakan obat yang bersifat simptomatis (bekerja untuk menghilangkan gejala, tetapi tidak menghilangkan penyakit). Analgesik merupakan obat penghalang/ penghilang nyeri tanpa menghilangkan kesadaran penderita. Obat analgetik-antipiretik serta obat anti-inflamasi non-steroid merupakan kelompok obat yang heterogen, bakan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Walaupun demikian obat-obat ini ternyata memiliki banyak persamaan dalam efek terapi maupun efek samping karena kerjanya berdasarkan penghambatan biosintesa prostaglandin. Prototipe obat AINS adalah aspirin, karena itu obat golongan ini sering disebut juga sebagai obat mirip aspirin (aspirin-like drugs). Kebanyakan obat AINS yang tersedia menghambat enzim cyclooxygenase 1 (COX-1 yang bersifat konstitutif) dan cyclooxygenase 2 (COX-2 yg dirangsang oleh inflamasi). Obat yang hanya menghambat COX-2 dinamakan obat AINS yang bersifat selektif. 1.2 Tujuan Tujuan percobaan ini adalah untuk mengetahui pengaruh obat analgesik terhadap rangsang nyeri pada tubuh manusia.
BAB II TINJAUAN PUSTAKA Obat analgesik antipiretik serta obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS) merupakan suatu kelompok obat yang heterogen, bahkan beberapa obat sangat berbeda secara kimia. Berikut adalah pembagian obat-obat AINS :
Obat AINS Asam karboksilat
Asam asetat
Derivat asam salisilat . Aspirin . Benorilat . Diflunisal . salsalat
Asam enolat
Derivat asam propionat
Derivat asam fenamat
. Asam tiaprofenat . Fenbufen . Fenoprofen . Flubiprofen . Ibuprofen . Ketoprofen . Naproksen
Derivat asam fenilasetat . Diklofenak . Fenklofenak
. Asam mefenamat . Meklofenamat
Derivat pirazoion . Azapropazon . Fenilbutazon . Oksifenbutazon
Derivat oksikam . Piroksikam . Tenoksikam
Derivat asam asetat- inden/indol . Indometasin . Sulindak . Tolmetin
Mekanisme kerja : Menghambat enzim siklooksigenase, sehingga konversi asam arakidonat menjadi PGG 2 terganggu, khusus paracetamol, hambatan biosintesis PG (Prostaglandin) hanya terjadi bila lingkungannya rendah kadar peroksid seperti di hipotalamus. Aspirin sendiri menghambat dengan mengasitelasi gugus aktif serin dari enzim ini.
Biosintesis Prostaglandin
Trauma / luka pada sel (stimulus)
Gangguan pada membrane sel
Fosfolipid
Dihambat kortokosteroid
Enzim fosfolipase Asam arakidonat
Enzim lipoksigenase
Enzim siklooksigenase
Hidroperoksid
leukotrin
Endoperoksid PGG2 / PGH
PGE2,PGF2, PGD2
Tromboksan A2
Protasiklin
Gambar 2.2. biosintesis prostaglandin Keterangan Leukotrin
: berperan dalam migrasi leukosit
Tromboksan : untuk agregasi trombosit, vasokontriksi, dan menyebabkan pembekuan darah Protasiklin
: vasodilatasi pembuluh darah.
Fenomena inflamasi ini meliputi kerusakan mikrovaskuler, meningkatkan permeabilitas permukaan kapiler dan migrasi leukosit ke jaringan. Gejala proses
inflamasi yang sudah dikenal ialah kalor, rubor, tumor, dolor, dan function laesa. Selama berlangsungnya fenomena inflamasi banyak mediator kimiawi yang dilepaskan secara local antara lain histamin, 5-Hidroksitriptamin (5HT), factor kemotaktik, bradikinin, leukotrein, dan PG. penelitian terakhir menunjukkan autakoid lipid PAF juga merupakan mediator inflamasi. Dengan migrasi sel fagosit ke daerah ini, terjadi lisis membran lisozim dan lepasnya enzim pemecah. Obat mirip aspirin dapat dikatakan tidak berefek terhadap mediator-mediator kimiawi tersebut, kecuali PG. Secara in vitro terbukti bahwa prostaglandin E2 (PGE2) dan protasiklin (PGI2) dalam jumlah nanogram, menimbulkan eritem, vasodilatasi dan peningkatan aliran darah local. Histamine dan bradikinin dapat meningkatkan permeabilitas vaskuler, tetapi efek vasodilatasinya tidak besar. Dengan penambahan sedikit PG, efek eksudasi histamine plasma dan bradikin menjadi lebuh jelas. Migrasi leukosit ke jaringan radang merupakan aspek penting dalam proses inflamasi. PG sendiri tidak bersifat kemotaktik, tetapi produk lain dari asam arakidonat yakni leukotrien B4 merupak zat kemotaktik yang sangat poten. Obat mirip aspirin tidak menghambat system hiposigenase yang menghasilkan leukotrien sehigga golongan obat ini tidak menekan migrasi sel walaupun demikian pada dosis tinggi terlihat juga penghambatan migrasi sel tanpa mempengaruhi enzim lipoksigenase. Rasa nyeri. Pada peradangan disebabkan oleh brandikinin yang dilepaskan oleh kinogen sitoplasma da sitokin. PG juga dapat menyebabkan sensitasi reseptor nyeri terhadap rangsang mekanik dan kimiawi. Demam. Suhu badan diatur oleh keseimbangan antara produksi dan hilangnya panas. Alat pengatur suhu tubuh berada di hipotalamus melalui suatu thermostat. Demam dapat terjadi akibat infeksi, kerusakan jaringan, keganasan, dan lain-lain. Saat demam, thermostat diatur pada suhu yang lebih tinggi. Obat AINS menghambat sintesis PGE 2, mengembalikan keseimbangan thermostat ke arah normal.
Efek Farmakodinamik Efek analgesik. Sebagai analgesik, obat mirip aspirin hanya efektif terhadap nyeri dengan intensitas rendah sampai sedang misalnya sakit kepala, mialgia, artralgia, dan
nyeri lain yang berasal dari integument, juga efektif terhadap nyeri yang berkaitan dengan inflamasi. Obat analgetik dibagi : Analgetik narkotik - Untuk nyeri hebat
Non narkotika AINS - arteri perifer
-
Arteri central
-
untuk nyeri ringan
-
Tidak punya efek lain
-
ada
-
Bahaya adiksi
-
Mempengaruhi kesadaran
efek
lain
:
antipiretik,
antiinflamasi, antireumatik -
tidak ada bahaya adiksi
-
tidak mempengaruhi kesadaran
Efek antipiretik. Obat mirip aspirin akan menurunkan suhu badan hanya pada keadaan demam. Walupun kebanyakan obat ini memperlihatkan efek antipiretik in vitro, tidak semuanya berguna sebagai antipiretik karena bersifat toksik bila digunakan secara rutin atau terlalu lama. Fenilbutazon dan antireumarik lainya tidak dibenarkan digunakan sebagai antipiretik. Efek anti-inflamasi. Kebanyakan obat mirip aspirin, terutama yang baru, lebih dimamfaatkan sebagai anti inflamasi pada pengobatan kelainan musculoskeletal, seperti arthritis rheumatoid, osteoarthritis dan spondilitis ankilosa. Tetapi harus diingat bahwa obat mirip aspirin ini hanya meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara simtomatik, tidak menghentikan, tidak memperbaiki atau mencegah kerusakan jaringan pada kelainan musculoskeletal ini.
Efek Samping Selain menimbulkan efek terapi yang sama obat mirip aspirin juga memiliki efek samping serupa, karena didasari oleh hambatan pada system biosintesi PG. Selain itu kebanyakan obat bersifat asam sehingga lebih banyak terkumpul dalam sel yang bersifat asam seperti di lambung, ginjal dan jaringan inflamasi. Jelas bahwa efek obat maupun efek sampingnya akan lebih nyata di tempat dengan kadar yang lebih tinggi.
Efek samping yang paling sering terjadi adalah induksi tukak lambung yang kadang-kadang disertai anemia sekunder akibat perdarahan saluran cerna. Beratnya efek samping ini berbeda pada masing-masing obat. Efek samping lainnya, ialah :
Gangguan fungsi trombosit akibat penghambatan biosintesis tromboksan A2 (TXA2) dengan akibat perpanjangan waktu perdarahan. Efek ini telah dimanfaatkan untuk terapi prifilaksis trombo/emboli.
Reaksi hipersensitivitas, diakibatkan oleh tergesernya asam arkidonat ke lipooksigenase (menghambat reaksi siklooksigenase).
Gangguan homeostatis ginjal pada pasien edem dengan kelainan jantung, hepar dan ginjal. Terjadi akibat adanya retensi garam dan air melalui pengurangan PGE 2. dapat mengakibatkan edem dan mengurangi aktivitas obat anti hipertensi.
Menghambat gerakan uterus atau tokolitik (dalam hal ini dapat terjadi perpanjangan kehamilan).
BAB III PERCOBAAN PENGARUH OBAT ANALGETIK PADA MANUSIA Obat-obatan : 1. Kodein 30 mg
5. Antalgin 500 mg
2. Parasetamol 500 mg
6. Piroksikam
3. Asam Mefenamat 500 mg
7. Placebo
4. Asetosal Alat-alat : 1. Sphygmanometer 2. Bekerglas 1 liter 3. Es batu Rencana kerja :
Tiap kelompok memilih 2 orang percobaan, jangan makan dulu sebelum percobaan. Sisa kelompok bertanggung jawab atas kedua orang percobaan tadi.
OP akan menerima obat masing-masing dalam kode.
Selama percobaan OP harus tiduran dan tidak boleh mengetahui hasil pencatatan.
Sebelum percobaan dimulai catatlah : tekana darah, Denyut nadi, frekuensi nafas, ukuran pupil, reflek lutut, warna kulit muka, dan ditanyakan adanya mual,pusing, dan gatal-gatal.
Orang percobaan I :
Pasang manset pada lengan atas dan pompa sampai 180 mmHg.
OP membuka menutup tangannya tiap detik sampai tiba-tiba terasa nyeri.
Catat waktu permulaan membuka menutup tangan dan waktu mulai terasa nyeri. Lakukan pada kedua lengan kanan dan kiri 3 kali dan ambil nilai rata-rata.
Kemudian OP makan obat, tunggu 1 jam dan ulangi percobaan diatas.
Orang percobaan II :
Masukkan kedua tangan kiri dan kanan sampai setinggi pergelangan tangan kedalam bekerglas yang berisi air dan es.
Catat waktu tangan dimasukkan dan waktu sekonyong-konyong terasa nyeri.
Ulangi percobaan 3 kali dan ambil rata-ratanya. Antara masing-masing percobaan berilah waktu pemulihan 5 menit.
Kemudian makanlah obat yang diberikan, tunggu 1 jam kemudian ulangi percobaan diatas.
BAB IV HASIL PERCOBAAN Tabel 1
Orang percobaan I (OP I)
Orang percobaan II (OP II)
Sebelum
Sesudah
Sebelum
Sesudah
Tekanan darah
120/90 mmHg
90/70
110/80
114/90
Denyut nadi
84/menit
88/menit
80/menit
108/menit
Frekuensi nafas
21/menit
28/menit
22/menit
24/menit
Lebar pupil
0,5 cm
0,3 cm
0,3 cm
0,4 cm
positif
positif
positif
putih kemerahan
putih kemerahan
positif sawo matang
Mual
negatif
positif
negatif
negatif
Pusing
negatif
negatif
negatif
negatif
Gatal-gatal
negatif
negatif
negatif
negatif
Parameter
Refleks lutut Warna kulit muka
dan
sawo matang
Tabel 2. Pengamatan untuk OP I yang diberi obat dengan kode E
Tangan kanan Waktu rata-rata timbul nyeri Tangan kiri Waktu rata_rata timbul nyeri
Sebelum minum obat Timbul Selang Mulai jam nyeri waktu 1. 8.18 8.19 60" 2. 8.24 8.24.52 52" 3. 8.30 8.30.50 50"
Mulai jam 9.46 9.49 9.53
54” 1. 8.22 2. 8.27 3. 8.32
37,7" 9.47 9.51 9.55
46,33”
8.22.45 8.27.44 8.32.50
45" 44" 50"
47”
Sesudah minum obat Timbul Selang nyeri waktu 9.46.36 36" 9.49.36 36" 9.53.41 41"
9.47.47 9.51.42 9.55.52
47" 42" 52"
Tabel 3. Pengamatan untuk OP II yang diberi obat dengan kode F sebelum minum obat
Tangan Kanan Waktu rata-rata timbul nyeri Tangan Kiri Waktu rata-rata timbul nyeri
sesudah minum obat
mulai jam 8.19 8.25 8.30
timbul nyeri 8.19.30 8.25.30 8.30.52
selang waktu 30” 30” 52”
mulai jam 9.39 9.45 9.50
timbul nyeri 9.39.50 9.45.37 9.50.51
Selang waktu 50” 37” 51”
37,33” 8.19 8.25 8.30
8.19.30 8.25.30 8.30.52
30” 30” 52”
46” 9.39 9.45 9.50
9.39.50 9.45.37 9.50.51
50” 37” 51”
37.33”
46”
Table 4. Perbandingan respon timbulnya nyeri dari berbagai obat yang diberikan bahan uji Obat A Obat B Obat C Obat D Obat E Obat F Obat G
respon timbul nyeri (OP I) sebelum Sesudah
respon timbul nyeri (OP II) sebelum Sesudah
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
Kiri
Kanan
46,33”
54”
47”
37,7”
37,33”
37,33”
46”
46”
Keterangan : Obat A : Paracetamol
Obat E : Ibuprofen
Obat B : Placebo
Obat F : Kodein
Obat C : Asam Mefenamat
Obat G : Piroksikam
Obat D : Antalgin
BAB IV PEMBAHASAN Dari hasil percobaan, didapatkan perubahan-perubahan yang dialami oleh kedua OP setelah meminum obat, antara lain : 1. Pada OP I yang diberikan obat dengan kode E :
Denyut nadi dan frekuensi nafas mengalami sedikit peningkatan, sedangkan tekanan darah dan lebar pupil mengalami sedikit penurunan.
OP merasa mual tanpa disertai pusing dan gatal-gatal. Warna kulit dan muka serta refleks lutut tidak menunjukan perubahan.
Waktu rata-rata timbulnya nyeri pada tangan kanan OP sebelum minum obat adalah 54 detik. Setelah minum obat menjadi 37,7 detik.
Waktu rata-rata timbulnya nyeri pada tangan kiri OP sebelum minum obat adalah 46,33 detik. Setelah minum obat adalah 47 detik.
2. Pada OP II yang diberikan obat dengan kode F :
Tekanan darah, denyut nadi, frekuensi nafas, dan lebar pupil mengalami peningkatan.
OP tidak merasa mual, pusing dan gatal-gatal. Untuk parameter yang lain normal.
Waktu rata-rata timbulnya nyeri pada tangan kanan dan kiri OP sebelum minum obat adalah 37,33 detik.
Waktu rata-rata timbulnya nyeri pada tangan kanan dan kiri OP sesudah minum obat adalah 46 detik. Adapun rasa nyeri yang timbul pada kedua OP mekanismenya berbeda. Pada OP
I, rasa nyeri timbul karena : penekanan manset vasokonstriksi pembuluh darah iskemik pembentukan asam laktat nyeri. Pada OP II, rasa nyeri timbul karena : Suhu rendah vasokonstriksi pembuluh darah iskemik pembentukan asam laktat nyeri.
Ternyata obat yang diberikan kepada OP I adalah Ibuprofen dan OP II adalah Kodein. OP I diberikan obat Ibuprofen, setelah 1 jam, tekanan darah OP menurun , lalu kemudian merasa mual. Waktu rata-rata timbulnya nyeri pada tangan kanan malah menurun sedangkan pada tangan kiri hanya sedikit meningkat. Berdasarkan teori seharusnya Ibuprofen menurunkan efek anti hipertensi dan memberikan efek analgesik, namun pada percobaan yang telah dilakukan menunjukkan hasil yang berbeda. Hal ini mungkin disebabkan oleh faktor absorbsi obat dalam saluran cerna yang lambat, mengingat sebelumnya OP I telah makan terlebih dahulu. Sedangkan , OP II diberikan obat Kodein . Hasil dalam percobaan menunjukkan, bahwa setelah 1 jam, terlihat terjadinya peningkatan tekanan darah, denyut nadi serta frekuensi nafas dari OP II. Kodein tidak menimbulkan rasa pusing dan mual pada OP II. Setelah minum obat, waktu timbulnya rasa nyeri lebih lama daripada waktu sebelum minum obat. Kodein sendiri termasuk golongan morfin. Efek analgetik yang ditimbulkan oleh kodein disebabkan oleh berikatannya Kodein dengan reseptor nyeri pada tubuh sehingga menghilangkan nyeri.
BAB V KESIMPULAN -
Efek analgetik yang ditimbulkan Kodein lebih besar daripada Ibuprofen, terbukti setelah OP II meminum Kodein, selang waktu terjadinya nyeri bertambah panjang.
-
Obat analgetik dapat meningkatkan ambang rasa nyeri dan menghambat timbulnya rasa nyeri pada manusia.
BAB VI DAFTAR PUSTAKA
Freddy P. Wilmana. 1995. Analgesik-Antipiretik, Analgesik Anti-Inflamasi Non Steroid dan Obat Pirai, dalam Farmakologi dan Terapi. Edisi 4. Jakarta : Bagian Farmakologi FKUI.