Pendidikan Yang Harmonis Menuju Sekolah Alter Nat If

  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pendidikan Yang Harmonis Menuju Sekolah Alter Nat If as PDF for free.

More details

  • Words: 774
  • Pages: 3
Pendidikan yang Harmonis Menuju Sekolah Alternatif Tentu benar apa yang dikatakan oleh Emanuel subangun bahwa pendidikan di Indonesia, layaknya sebuah barang yang paling sering diperbaiki namun tak kunjung membaik. Sebuah paradoks memang. Menilik pentingnya pendidikan, sampai-sampai upaya pencerdasan kehidupan banga menjadi maklumat rakyat Indonesia dalam pembukan undang-undang dasar semestinya dan selayaknya pendidkna untuk pencerdasan bangsa selalu menjadi nomer satu. Hakikat pendidikan yang sejati, melingkupi tiga hal, yaitu Affective atau pembentukan pola pikir, watak, dan sikap. Selanjutnya menyentuh spek Cognitive tau pengembangan ilmu pengetahuan, serta psychomotoric atau keterampilan. Satu hal yang perlu dicermati bahwa setelah pergeseran zaman, pendidikan kemudian dianggap sebuah gerbang untuk mengejar kehidupan yang serba mapan dan menjanjikan, bukan dianggap telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan itu sendiri. Ada sembilan titik lemah sistem pendidikan kita dalam identifikasi arief rahman ------kepala pengembangan labscool, Jakarta----yang menjadi problem di republik ini: 1. Keberhasilan pendidikan selalu diukur dari ranah kognitif 2. Faktor evaluasi pendidkan yang mengabaikan imajinasi 3. Materi seringkali tidak relevan dengan kenyataan “di luar sana” 4. Pengajaran tidak diimbangi dengan pembinaan kegemaran belajar 5. “perburuan” titel menjadi target utama pendidikan 6. Materi/ buku yang miskin praktik 7. Manajemen yang didominasi oleh pemerintah, bukan oleh semua stakeholder, seperti masyarakat, para guru, dll 8. Profesi pendidik lebih menjadi profesi ilmiah an sich, bukannya profesi kemanusiaan 9. Akibat problem yang multidimensi, dan saling terkait. Sepeti lemahnya political will pemerintah, perbaikan ekonomi yang tak kunjung dirasakan manfaatnya secara nyata.

Keharmonisan pada sebuah lingkup kehidupan tak lain dampak dari sub sistem di dalamnya yang berjalan dinamis, Pendidikan yang harmonis tercipta dari sistem yang menopang pendidikan itu sendiri yang tentunya mesti berjalan dinamis. Pastinya ketika kita berbicara tentang pendidikan, tak lepas halnya antara pedagogi dan andragogi. Dinamisasi antara keduanya dan didukung oleh metode yang ampuh, besar harapan akan membawa menuju harmonisasi. Pendidikan. Kegelisahan yang kuat melihat carut-marutnya wajah pendidikan Indonesia, membuat kita sadar bahwa, tampaknya selain mengajarkan isi dari ilmu pengetahuan itu sendiri, pelu juga disertakan perangkat untuk mengkondisikan proses belajar itu adalah kebutuhan, yang bermuatan discovery dan entertainment dan menjadi bagian yang integral dari pendidikan itu sendiri. Setelah mengidentifikasi permasalahan pendidikan kita (seperti sembilan titik kelemahan di atas) yang menjadikannya jauh dari harmonis, dapatlah kemudian dipikirkan solusi tepat bagi penyehatan pendidikan kita. Hasil perumusan yang panjang dan matang dari semua pihak, lalu diterapkan sungguh-sungguh oleh pemerintah denhan itikad baik untuk merekonstruksi area pendidikan bangsa, akhirnya akan bermuara pada alternatif solusi pendidikan. Kedengarannya mudah, namun sekali lagi perlu diingat menghadapai sistem pendidikan bukan cuma terkait masalah kurikulum saja. Setiap kali ganti menteri, ganti pula kurikulumnya, dapat dibuktikan bahwa menjadikan pendidikan ini sebagai kelinci percobaan, cuma menjadikan murid-murid bingung dan ibu-ibu kelabakan karena tentu harus membeli buku-buku dengan berbagai varian baru, padahal isinya pun tak jauh-jauh amat. Lebih dari itu wilayah pendidikan bukanlah perusahaan yang penyehatannya melalui pendekatan-pendekatan yang diterapkan di perusahaan-perusahaan. Ia mempunya kultur sendiri yang unik, dan khas. Karena yang menjadi pokok kerjanya adalah hati dan otak manusia. Yang beragam tiap orang, tiap daerah, tiap provinsi dari Sabang sampai Marauke. Kultur pendidikan Jakarta tak mungkin sama dengan yang di Wamena, atau dengan Aceh. Satu kurikulum tak cukup ampuh untuk semua tempat dan keadaan. Barangkali banyak metode pendidikan yang sering kita saksikan mencoba lepas dari aturan-aturan kurikulum yang konvensional. Mencoba menciptakan sendiri dan mengkondisikan metodologi transferring dan sharing ilmu pengetahuannya. Perdebatannya sekarang bukanlah pada pertanyaan apakah sekolah yang sejati membutuhkan ijazah atau tidak. Itu tergantung orang per orang memaknai hakikat pendidikannya sendiri-sendiri. Alternatif metode pendidikan yang mengantarkan manusia untuk benar-benar memanusiakan manusia pun banya ditawarkan. Sebenarnya dalam khasanh pendidikan keindonesian kita telah bnyak yang menunjukkan berbagai bentuk institusi persekolahan itu sendiri. Kalau pemerintah berjanji untuk menggraiskan pendidikan, sebenarnya ratuan tahun lalu telah bangak institusi pendidikn berwujud pesantren yang telah membebaskan santrinya dari pungutan biaya. Sekolah-sekolah rakyat seperti taman siswa oleh Ki Hajar dewantara, ada perguruan muhammadiyah, dan segala macam bentuknya yang saat itu

representasi bentuk perlawanan terhadap system pendidikan yang otoriter, kaku dan seperti pabrik. Sekarang pin nampaknya seperti itu. Tentu tidak bisa dibandingkan secara serta-merta, bahwa pendidikan nsional kita sama dan sebangun dengan pendidikan ala kolonial, dan sekolahisekolah swasta sekarang adalah alternatif solusi. Bahkn lebih banyak sekolah swasta sekarang yang menjadi alat pemeras dan penggadai kemurnia cita-cita pendidikan untuk urusan empertebal kantong. Munculnya sekolah-sekolah alam, sekolah islam terpadu, bahkan bentuk terbaru dari kegiatan persekolahan semacam Home Schooling, patut diacungi jempol. Paling tidak memberi warna baru dalam dunia persekolahn dan wajah pendidikan di republik ini. Sekarang tantangnnya apakah masyarakat bias dengan ikhlas mengakui bahwa bukan cuma metode konvensional yang seperti sekarang satu-satunya sarana meraih ilmu pengertahuan. Apatah lagi setelah dihubungkan dengan dunia kerja, industri, kehidupan masa depan, dan lain-lain. Masih ditunngu terobosan-terobosan baru bagi pendidikan yang jumud di negeri ini.

Related Documents