Tipologi Alter Nat If Metode Penelitian

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Tipologi Alter Nat If Metode Penelitian as PDF for free.

More details

  • Words: 2,287
  • Pages: 12
Tipologi Alternatif Metode Penelitian Ilmu Informasi dan Kepustakaan

Makalah Disampaikan pada Lokakarya Landasan Ilmiah dan Metodologi Penelitian Ilmu Informasi dan Perpustakaan, Selasa, 23 Juni 2009, di Wisma Unpad, Jln. Cimandiri Bandung

Oleh: H. Pawit M. Yusup Lektor Kepala pada Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran

Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Universitas Padjadjaran 2009 Tipologi Alternatif Metode Penelitian Ilmu Informasi dan Kepustakaan

1

Oleh: H. Pawit M. Yusup (Lektor Kepala pada Jurusan Ilmu Informasi dan Perpustakaan Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad)

Banyak alasan dan penamaan pendekatan dalam penelitian ilmiah, sebab konsep penelitian ilmiah itu sendiri harus dilihat dari sifat dan kedudukan penjelasnya. Misalnya penelitian bisa dilihat dari Disampaikan pada Lokakarya Landasan Ilmiah dan Metodologi Penelitian Ilmu Informasi dan Perpustakaan, yang diselenggarakan oleh Fakultas Ilmu Komunikasi Unpad di Wisma Unpad, Jln. Cimandiri Bandung, Selasa, 23 Juni 2009. 1

1

sudut pandang tujuannya, hasilnya, atau tempatnya. Juga bisa dilihat dari aspek lain sesuai dengan karakteristik penelitian yang digarapnya. Penelitian berdasarkan tujuan, misalnya penelitian deskriptif dan pelenitian eksplanatori. Sedangkan jika dilihat dari hasilnya, maka bisa disebut sebagai penelitian dasar, terapan, dan gabungan keduanya. Sedangkan jika dilihat dari aspek tempat, misalnya penelitian laboratorium, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.

Penelitian deskriptif Dalam studi ini, peneliti sering tidak mempunyai hipotesis formal. Peneliti hanya berusaha menjelaskan “apa yang sedang terjadi” di lapangan. Untuk itu ia mulai mengumpulkan data untuk mengungkapkan peristiwa-peristiwa yang terjadi tadi. Peneliti belum berusaha menjawab pertanyaan-pertanyaan bagaimana dan mengapa suatu peristiwa terjadi. Penelitian deskriptif tidak bermaksud untuk mencari dan menjelaskan hubungan, juga tidak menguji hipotesis, tidak membuat predisksi. Penelitian deskriptif juga sering dianggap sebagai penelitian survey atau penelitian observasional (Lihat Jalaluddin Rakhmat, 1997). Namun demikian, ahli lain bisa berpendapat berbeda untuk jenis penelitian survey, karena ternyata di jaman sekarang, banyak sekali lembaga-lembaga penelitian yang menggunakan pendekatan survey untuk kepentingan “prediksi”, misalnya para politikus yang ingin mencari tahu tentang kekuatan dan kedudukan diri dan partainya dalam berbagai situasi. Penelitian deskriptif juga sering diartikan sebagai pelukisan variabel demi variabel, satu demi satu, mirip dengan analisis deskriptif dalam statistik deskriptif, bukan statistik inferensial. Di sini data dikumpulkan secara univariat, kemudian diukur dengan pola kecenderungan pusat serta ukuran sebarannya. Lebih jauh dengan studi deskriptif adalah adanya sifat yang berbeda dengan penelitian-penelitian lainnya. Metode deskriptif sering bertindak sebagai “mencari teori, bukan menguji teori”, menghasilkan hipotesis, bukan menguji hipotesis, bersifat heuristic 2

dan bukan verifikatif. Selain itu, penelitian deskriptif titik beratnya pada tindakan observasi dalam suasana alamiah, apa adanya, dan peneliti bertindak sebagai pengamat.

Penelitian eksplanatori Ada dua hal dalam studi ini, yakni adanya unsur eksplanasi, dan kedua adanya prediksi. Banyak studi yang tidak hanya menjelaskan fenomena seperti halnya pada studi deskriptif, namun sudah berusaha untuk menjelaskan lebih jauh tentang latar belakang fenomena tersebut. Pertanyaan “mengapa” dan “bagaimana” suatu fenomena terjadi. Jadi sifatnya lebih mendalam dari studi deskriptif. Selain itu, penelitian eksplanatori ini mempunyai tujuan yang lebih jauh lagi, yakni prediksi. Prediksi dan eksplanasi pada hakekatnya mempunyai makna yang sama, meskipun dalam konteks yang sedikit berbeda karena perbedaan sudut pandang, kecuali dalam hal bahwa prediksi biasanya mendahului suatu peristiwa, sedangkan eksplanasi biasnya terjadi setelah suatu peristiwa berlangsung. Contoh, kita tidak akan bisa mengendalikan iklim atau cuaca, namun kemampuan kita dalam mengendalikan suatu kerusuhan sosial, banyak bergantung kepada kemampuan kita dalam mengendalikan kerumunan orang.

Penelitian berdasarkan hasil bisa dilihat dalam bentuk penelitian dasar, terapan, dan gabungan keduanya



Penelitian dasar

Adalah penelitian yang dilakukan untuk kepentingan pengembangan ilmu pada umumnya. Hasil dari penelitian dasar ini biasanya berupa formula keilmuan atau temuan-temuan baru dalam bidang ilmu.



Penelitian terapan

3

Adalah penelitian yang dilakukan untuk kepentingan kehidupan umat manusia sehari-hari. Hasil dari penelitian ini bisa dilihgat ujudnya, misalnya alat untuk menetaskan telur atau mesin tetas telur, alat pengawet makanan, dll.



Penelitian dasar dan terapan

Penelitian yang dilakukan untuk kepentingan keduanya tadi, yakni untuk pengembangan ilmu sekaligus untuk kemanfaatan kehidupan manusia sehari-hari.

Penelitian berdasarkan terdasarkan tempat bisa dilihat dalam bentuk penelitian laboratorium, penelitian lapangan, dan penelitian kepustakaan.



Penelitian laboratorium

Laboratorium adalah tempat yang dirancang secara khusus untuk dilakukannya pekerjaan-pekerjaan ilmiah, seperti menguji hipotesis dalam penelitian-penelitian eksperimen, menguji kemungkinan-kemungkinan adanya faktor lain yang muncul, dll. Semua kegiatan di laboratorium umumnya bertuuuan untuk pengembangan ilmu. Laboratorium dalam ilmu-ilmu dasar dan eksakta umumnya lebih banyak dilakukan di laboratorium. Sedangkan untuk ilmu-ilmu sosial, laboratoriumnya lebih banyak untuk melakukan penerapan ilmu setelah melakukan uji perbandingannya di lapangan sosial yang sebenarnya.



Penelitian lapangan

Penelitian yang dilakukan secara langsung di lapanganlapangan sosial, misalnya langsung bergabung dengan kondisi dan situasi masyarakat di pedesaan, masyarakat pegunungan, masyarakat yang masih terbelakang, dsb.

4



Penelitian kepustakaan

Penelitian yang didasarkan atas pengumpulan datanya dari informasi kepustakaan, seperti buku, majalah ilmiah atau jurnal, hasil penelitian terdahulu, dan sumber-sumber sekunder lainnya. Sementara itu penelitian juga bisa dilihat dari sudut pandang proses dan landasan filosofinya, yakni penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif. Dalam tabel berikut tampak perbedaanperbedaan tertentu antara penelitian kuantitatif dan penelitian kualitatif, kita lihat dalam model perbandingan umum:

Penelitian kualitatif: ○ Fenomenologis

Penelitian kuantitatif: ○ positivistic

○ Induktif

○ hypothetico/deductive

○ Holistik

○ particularistic

○ Subjective/insider centered

○ objective/outsider centered

○ Berorientasi pada proses ○ Anthropological worldview ○ Relative lack of control ○ Tujuan: memahami sudut pandang aktor/pelaku ○ Berasumsi realitas dinamis; penggalan kehidupan ○ Berorientasi untuk mengungkap ○ Eksplanatory

○ outcome (hasil) oriented ○ natural science worldview (alamiah) ○ berupaya mengontrol variabel ○ tujuan: menemukan fakta dan sebab musabab ○ berasumsi pada realita statis, kehidupan yang konstan ○ berorientasi verifikasi ○ Konfirmatori

○ Eksplorasi Sebenarnya masih bisa kita gali perbedaan-perbedaan dimaksud. Misalnya untuk jenis penelitian kualitatif bersifat mencari 5

tahu apa-apa yang terjadi atau mungkin terjadi, mencari sesuatu yang belum penah diketahui, dan secara terus-menerus mencari lagi dan mencari lagi hal-hal atau data yang relevan dengan tujuan penelitian. Dengan demikian, maka dalam penelitian ini tidak diperlukan hipotesis di awal penelitian. Kalaupun muncul hipotesis, nanti pada saat melakukan observasi menyeluruh atas peristiwaperistiwa yang mungkin terkait satu sama lain. Sementara itu penelitian kuantitatif, seperti sudah dikemukakan dalam tabel di atas, bisa jadi peneliti sebenarnya sudah memiliki kesimpulan awal. Dan kesimpulan awal tadi tinggal diuji kebenarannya melalui serangkaian penelitian selanjutnya.

Kelebihan dan kelemahan penelitian kualitatif: Kelebihan: ○ Mendalam dan rinci, yang sulit dilakukan oleh kuesioner standar. ○ Bersifat terbuka, bisa menurunkan teori-teori baru dan mengakui fenomena yang diabaikan oleh peneliti dan kepustakaan terdahulu ○ Membantu orang dalam melihat dunia secara luas dan terbuka sesuai dengan prinsip studinya, bukannya menetapkan sesuatu yang belum tentu benar. ○ Mencoba menghindari penafsiran-penafsiran awal, dengan tujuan untuk mencoba menangkap apa yang sebenarnya terjadi sesuai dengan pandangan dan persepsi mereka (masyarakat). Kelemahan: ○ Biasanya hanya melibatkan sedikit orang yang diteliti. ○ Hanya sedikit saja yang bisa digeneralisasikan sebagai hasil. ○ Sulit mengumpulkan data yang relevan dan juga sulit membandingkannya secara sistematis. ○ Sangat bergantung kepada kemampuan personal peneliti dalam mengungkapkan dan mengabstraksikan fenomena yang sebenarnya. ○ Keterlibatan secara langsung sang peneliti di lapangan, sering mengubah situasi yang sebenarnya (asli) menjadi semu. Pertanyaan selanjutnya adalah: pendekatan atau metode penelitian yang bagaimana yang lebih cocok digunakan di dunia ilmu informasi dan perpustakaan? Jawabnya bisa beragam. Seperti 6

sudah diketahui bahwa ilmu informasi dan perpustakaan termasuk ke dalam ilmu yang bersifat “eclectic” (bersifat memilih), artinya ilmu ini bisa menggunakan berbagai bidang ilmu lain yang sesuai untuk menjelaskan prosesnya. Selain itu, ilmu ini pun bersifat multidisipliner (Pendit, 2008), hal ini bisa dilihat dari banyaknya aspek ilmu lain yang bersinggungan dengan ilmu ini. Tom Wilson (2002) dalam karyanya Alternative methods for Information Sciences mengemukakan bahwa ilmu informasi memiliki karakteristikk yang menunjukkan kesatuan, baik dalam disiplin ataupun dalam bidang-bidang konsentrasinya. Ia adalah seorang guru besar dalam bidang ilmu informasi dan kepustakaan dari Inggris, tepatnya di Department of Information Studies University of Sheffield United Kingdom. Intinya, dia menggagas bahwa untuk meneliti dan mengembangkan ilmu informasi dan perpustakaan bisa menggunakan pendekatan alternatif dengan landasan observasi sebagai titik pijaknya. Dengan demikian, untuk menjelaskan secara utuh ilmu informasi, orang bisa melihatnya sebagai satu kesatuan, namun dalam kesatuan itu tampak adanya fragmentasi pembidangan. Jelasnya, orang bisa melihat kesatuan melalui bagian-bagian. Ilmu informasi memiliki konteksnya sendiri, juga tingkatannya dan pembidangannya. Dalam konteks ilmu sosial dan beragam fenomena sosial, maka diperlukan pendekatan ilmiah yang sejalan dengan ilmu sosial. Metode penelitian sosial digunakan untuk menjelaskan fenomena informasi dalam konteks sosial. Betul memang, secara kasat mata kita bisa melihat bahwa hampir tidak ada aspek-aspek sosial yang tidak bersentuhan dengan informasi. Prilaku informasi adalah keseluruhan pola laku manusia terkait dengan keterlibatan informasi. Sepanjang laku manusia memerlukan, memikirkan, memperlakukan, mencari, dan memnfaatkan informasi dari bergam saluran, sumber, dan media penyimpan informsi lain, itu juga termasuk ke dalam pengertian prilaku informasi. Putu Laxman Pendit (2003) yang mengulas dan mengembangkan pandangan TD Wilson (2000), menyusun beberapa batasan tentang prilaku informasi dan aspek-aspek asesorinya. Salah satu batasan dimaksud adalah sebagai berikut: Prilaku informasi (information behavior) merupakan keseluruhan prilaku manusia berkaitan dengan sumber dan saluran informasi, 7

termasuk prilaku pencarian dan penggunaan informasi, baik secara aktif maupun secara pasif. Menonton acara televisi bisa dianggap sebagai prilaku informasi, demikian pula komunikasi antar muka. Di sini tampak sekali hubungan, manfaat, peran, dan keterlibatan informasi dalam fenomena sosial.

Informasi dalam tingkatan dan kesatuan kontekstual Gambarannya mirip dengan konsep sistem. Kita melihat sistem sebagai kesatuan hubungan fungsional antar komponen. Masing-masing komponen bisa dipandang sebagai bagian integral dari konsep besarnya. Namun setiap komponen bisa juga dilihat sebagai bagian yang memiliki fungsinya secara internal, yang terkadang bisa tampak dalam suatu lembaga yang seolah mandiri. Hubungan-hubungan dalam konsep sistem ini bisa dilihat dalam tingkatan vertikalitasnya ataupun dalam waktu yang sama bisa dilihat dari aspek horizontalnya atau kesetaraannya. Salah satu contoh model integrasi informasi ini antara lain adalah dalam beragam struktur komponen alamiah dan sosial. Yang pertama misalnya kita bisa melihat sistem sunatullah, hukum keteraturan alam, baik dalam konteks yang besarnya ataupun yang kecilnya. Sedangkan yang kedua lebih kentara dalam konteks struktur-struktur sosial kemasyarakatan. Kita melihat bahwa sebagai penjelas, kita melihatnya dari arah keterlibatan informasi dalam tatanan sistem dan struktur sosial tadi. Dengan demikian, pendekatan yang digunakan oleh kita pun nantinya dari sudut pandang ilmu sosial. Jelasnya, keterlibatan informasi, kemanfaatannya, perananannya, dan aspek-aspek keterlibatan lainnya tentang informasi, kita bisa menjelaskannya dengan beragam pendekatan sosial secara terintegrasi.

Beragam konteks ilmu informasi dan kepustakaan: Ibarat air, informasi ada di mana-mana, bahkan di hampir setiap aspek kehidupan manusia. Karena sifatnya yang seperti itu maka fenomena informasi dalam peristiwa sosial atau fenomena sosial pun beragam pula. Informasi pendidikan berbeda maknanya dengan informasi keagamaan, informasi keluarga, informasi hukum, 8

informasi dalam konteks teknologi, budaya, komunikasi, dll. Dengan melihat kondisi seperti itu maka pendekatannya pun bisa beragam. Ilmu perpustakaan menganggap informasi adalah subjek pokok atau rekaman fakta yang bisa bermanfaat bagi seseorang. Buku, majalah, surat kabar, CDROM, DVD, flash disk, hard disk, dan rekaman dengan menggunakan media digital lainnya, adalah bahan koleksi perpustakaan yang hakekatnya adalah media penyimpan informasi. Namun demikian, pengertian informasi dalam konteks komunikasi bisa bermakna pesan atau pemberitaan. Di dunia teknologi masa kini, informasi bisa diartikan sebagai data yang sudah diolah yang memiliki potensi bermanfaat bagi penggunanya. Keberagaman informasi dalam konteksnya, juga bisa dilihat dari contoh perkembangannya di perguruan tinggi, khususnya dalam penamaan bidang dan program studi. Di Indonesia dikenal dengan informatika, sistem informasi, dan manajemen informasi. Di Unpad juga dikenal dengan nama jurusan ilmu informasi dan perpustakaan, baik dalam jenjang D3 maupun S1. Di beberapa perguruan tinggi di luar negeri, misalnya, ada department of information studies, library and information science, library and media studies, information management, dll.

Tipologi Alternatif dalam Penelitian Ilmu Informasi dan Kepustakaan: Hampir semua tindakan penelitian ilmu-ilmu sosial didasarkan pada kegiatan observasi atau pengamatan. Studi tentang pengguna dengan segala aspeknya selalu melibatkan pengamatan, studi tentang kepustakawanan selalu menggunakan pelibatan observasi, studi manajemen perpustakaan banyak menggunakan pendekatan observasi. Observasi di sini bisa dilakukan secara langsung ataupun tidak langsung, baik yang terstruktur ataupun yang tidak berstruktur. Gambar berikut yang merupakan modifikasi penulis dari Tom Wilson (2002) berikut menunjukkan tipologi (klasifikasi) dari pendekatan dimaksud. Namun demikian, pendekatan observasi bukan model satusatunya dalam penelitian ilmu informasi dan perpustakaan. Jenis metode yang lain seperti sudah dikemukakan di bagian yang lalu bisa juga digunakan. Misalnya saja kita bisa mengembangkan 9

metode eksperimen, sosiometri, analisis isi, historiografi, dll., yang jika diamati lebih saksama tetap melibatkan aplikasi observasi pada pelaksanaannya.

Struktur

Metode

Tertentu (imposed)

Observasi terstruktur

Tampak

Observasi etnografik, partisipan

Tertentu

Kuesioner, angket Survey, deskriptif

Tampak

Interview kualitatif

Langsung

Observasi

Tak langsung

Kesimpulan Penggunaan metode penelitian dengan dasar observasi untuk membedah ilmu milformasi dan perpustakaan, bukanlah satusatunya cara yang bisa diaplikasikan. Jenis metode dan pendekatan lain pun bisa sepanjang masih dalam konteks yang relevan, permasalahan yang sesuai, dantetap berdasar pada kaidah-kaidah ilmiah.

Daftar Pustaka: Cohen, Louis; Lawrence Manion; dan Keith Morrison, 2000. Research Methods in Education Fifth edition. London and New York, RoutledgeFalmer. Dedi Hendriana, 2009. Tradisi Penelitian Agama: dari Paradigma Normatif ke Empiris. Wordpress.com (diakses tanggal 1 Juni 2009). 10

Jalaluddin Rakhmat, 1997. Metode Penelitian Komunikasi. Bandung, Remaja Rosdakarya. Mauro Murzi. 2001. Encyclopedia of Philosophy. Olsson, Michael. 1998. The Discourses of Contemporary Information Science Research: An Alternative Approach, Information Research, Volume 4 No. 2 October 1998 Pendit, Putu Laxman, 2003. Penelitian Ilmu Perpustakaan dan Informasi;suatu pengantar diskusi epistemologi dan metodologi. Jakarta: Jurusan Ilmu Perpustakaan Fakultas Sastra Universitas Indonesia. ----------------. 2008. Ragam Teori Ilmu Informasi. Makalah seminar ilmiah dalam pada Lokakarya Program Pascasarjana Ilmu Informasi dan Perpustakaan, tanggal 1Agustus 2007. Rusu-Tonderean, Olivia. (ny). In Between Positivism and Postpositivism. A Personal Defence of Empirical Approaches to Social Sciences. Suominen, V.(2007. The problem of 'userism', and how to overcome it in library theory. Information Research, 12(4) paper colis33. [Available at http://InformationR.net/ir/12-4/colis/colis33.html]. Wilson, T.D. 2006. A re-examination of information seeking behaviour in the context of activity theory. Jurnal Elektronik. Information Research. Vol. 11 No. 4, July 2006. http://InformationR.net/ir/11-4/paper260.html Wilson, TD. 2000. Recent trends in user studies action research and qualitative methods. Departement of Information Studies. University of Sheffeld. United Kingdom. http://informationr.net/ir/isis Wilson, Tom. 2002. Information Science and Research Methods. Bratislava, Slovac, Knižnicná a informacná veda (Library and Information Science), Comenius University.

11

Related Documents