Pendidikan adalah salah satu elemen pokok dalam pembentukan generasi penerus bangsa yang dapat mengemban urusan-urusan ummat di masa yang akan datang. Pendidikan bukan sekadar menjadikan seorang anak cerdas dalam intelektual, namun juga cerdas dalam berkarakter. Berani bertanggung jawab, jujur, amanah dan rela berkorban. Hal itulah yang menjadikan pemerintah Indonesia berkali-kali melakukan evaluasi terhadap sistem pendidikan di tanah air. Terbukti dengan seringnya negara kita berganti kurikulum pendidikan. Mulai dari kurikulum 1947 pada awal masa kemerdekaan hingga kurikulum terbaru, tahun 2013. Yang ternyata dianggap kurang sesuai juga dan akhirnya kembali ke kurikulum sebelumnya. Berbagai evaluasi dan pergantian kurikulum ini adalah imbas dari kompleksnya permasalahan pendidikan yang dihadapi. Di antara masalah yang menjadi beban pikiran para praktisi pendidikan di Indonesia saat ini adalah masalah perbaikan karakter. Perkembangan zaman yang begitu pesat dan tak dapat dihindari sangatlah mempengaruhi gaya hidup terkhusus pada generasi muda yang selalu ingin tampil modis dan tak mau ketinggalan zaman. Pengaruh gaya hidup orang-orang Barat juga begitu terasa merasuki generasi muda. Pakaian, musik, bahkan tingkah laku keseharian. Semuanya begitu bebas. Mungkin sudah tak asing lagi di era ini tersebar berita seorang perempuan hamil tanpa nikah. Juga kasus bayi yang diaborsi atau dibuang di selokan. Atau juga kasus tawuran antar pelajar. Atau juga kasus kekerasan dan asusila dengan pelaku masih di bawah umur. Pola hidup bebas tersebut sangatlah bertentangan dengan nilai dan norma yang dipegang oleh bangsa Indonesia. Terlebih bangsa Indonesia adalah bangsa yang agamis dengan mayoritas penduduknya yang beragama Islam. Ketidaksesuaian antara pola hidup orang-orang barat dengan pola hidup orang-orang Indonesia ini, menjadi masalah besar bagi sistem pendidikan tanah air. Pendidikan yang diharapkan untuk para generasi penerus bangsa adalah pendidikan yang mampu mencetak generasi bangsa yang bukan hanya cerdas, namun juga berkarakter mulia dan berbudi luhur. Bukan generasi bangsa yang bebas mengekspresikan apa yang ia mau. Karena dengan karakter mulia dan keluhuran budi itulah berjalannya lingkungan berbangsa dan bernegara ini akan kondusif. Tak akan ada lagi kasus korupsi, tak akan ada lagi kasus suap, pembunuhan, pemerkosaan, pencurian, dan kasus-kasus tercela lain. Indonesia mengharapkan sistem pendidikan yang dapat mencetak generasi bangsa yang cerdas, berkarakter mulia, dan berbudi luhur. Sehingga diharapkan bisa mengemban amanah negeri kita tercinta ini sebagai warisan dari para pendiri bangsa. Namun kenyataan yang terjadi memang begitu ironis. Generasi muda yang diharapkan baik ternyata banyak yang rusak karakternya karena kurangnya bekal dalam menghadapi perkembangan zaman yang terjadi. Lantas, bagaimana kiprah Islam dalam membentuk karakter generasi muda bangsa? Amirul mukminin, Umar bin Khattab ra pernah berpesan : “Didiklah anak-anakmu, karena mereka akan hidup pada zaman yang berbeda dengan zamanmu”. Dari pesan khalifah Umar ra di atas, kita dapat mengambil pelajaran tentang pentingnya memberi pendidikan seorang anak tentang hal-hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Pendidikan awal ini adalah bekal bagi seorang anak untuk menghadapi kehidupan masa depannya yang lebih berliku. Sehingga hal pokok yang diperlukan seorang anak adalah bekal pendidikan untuk mengarungi kehidupannya ke depan. Sistem pendidikan seperti inilah yang seharusnya dilakukan. Yakni pemberian bekal akidah dan tauhid sedini mungkin pada anak. Sebagaimana dicontohkan Lukman ketika menasihati anaknya dalam QS. Luqman ayat 13 : ُ ي ياا يا ِع ِ َّ ِإِ َّن ب ظهُ اوه اُو َِل ْبنِ ِه لُ ْق امانُ قاا ال اوإِ ْذ َّ اَّلل ت ُ ْش ِر ْك اَل بُنا
ُ عظِ ي ٌم لا -١٣- ظ ْل ٌم الش ِْركا ا Dan (ingatlah) ketika Luqman berkata kepada anaknya, ketika dia memberi pelajaran kepadanya, “Wahai anakku! Janganlah engkau mempersekutukan Allah, sesungguhnya mempersekutukan (Allah) adalah benar-benar kezaliman yang besar.”
Islam lebih menekankan kepada pendidikan aqidah. Karena, dengan akidah yang lurus akhlak pun juga akan mengikut. Orang yang akidahnya lurus tentu tak akan melakukan korupsi, pemerkosaan, pencurian, atau tindak tercela lain. Jadi, kunci pembentukan karakter bangsa kita adalah terletak pada pembentukan akidah yang lurus. Dan hal inilah yang kurang menjadi perhatian kita sekarang. Kita terlalu tersibukkan dengan pembuatan berbagai sistem pendidikan yang terbaik, namun dengan dasar dan arah yang kurang jelas. Padahal, jawaban dari semua persoalan ini sudah sangatlah jelas. Sistem pendidikan Islam-lah jawabannya. Sistem pendidikan yang mengutamakan akidah, yang akan memberi dampak langsung pada akhlak, atau yang lebih kita kenal dengan istilah “karakter”. Wallahu a’lam bish-showab