Pendekatan Agile Software Development Assessment Dengan Menggunakan Cmm1

  • Uploaded by: Indra Adhitya
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pendekatan Agile Software Development Assessment Dengan Menggunakan Cmm1 as PDF for free.

More details

  • Words: 1,738
  • Pages: 4
Pendekatan Agile Software Development Assement dengan menggunakan CMMI Indra Adhitya Magister Teknologi Informasi, universitas Indonesia Jalan Salemba Raya Jakarta Pusat Indonesia [email protected],

Abstract - Organisasi pengembang software meningkat dan kebanyakan mengadopsi agile development methods. Meskipun CMMI tidak sulalu dapat men-support interpretasi yang ada pada konteks agile . Makalah ini melakukan pendekatan process area(PA) CMMI ke dalam Agile assessment I. Introduksi Selama beberapa tahun terakhir, Capability Maturity Model (CMM) dan Capability Maturity Model Integration(CMMI)[1] dikenal secara luas oleh organisasiorganisasi maupun perusahaan software, untuk membantu tingkat kemajuan/perkembangan dan proses kematangan di seluruh dunia[2]. Beberapa organisasi atau perusahaan , mengimplementasikan dalam SOP, bahkan secara rutin telah menggunakan CMMI assessment dan appraisal sebagai acuan khusus kerja. Dikarenakan standar acuan kerja CMMI, dengan best practice-nya, memberikan kemudahan dan keuntungan bagi kemajuan organisasi. Belakangan, pendekatan perkembangan metodologi software terbaru memiliki ketertarikan secara luas perusahaan pengembang software. Agile software development method, memberikan keuntungan kepuasan custumer untuk memberikan software yang berkualitas dengan pemercepatan proses saat pengembangannya[4-6] Perusahaan yang memerlukan usaha yang besar untuk meningkatkan proses produksi mereka lebih menyadari bahwa pendekatan agile dapat membantu perbaikan proses tersebut. Lain pihak, penerapan agile dapat dikritisi karena lemahnya disiplin dan hanya cocok untuk beberapa tipe aplikasi, contohnya untuk team kecil maupun aplikasi yang tidak begitu besar begitu besar.[4,7]. Organisasi yang menerapkan metodologi agile mungkin saja mengalami kendala-kendala penerapan SDLC(System Development Cycle)[8] agile pada proses kerja mereka. Framework agile pada CMMI dapat membantu dan memberikan solusi kendala yang dihadapi serta membangun kepercayaan team terhadap metodologi

agile. CMMI merepresentasikan cara yang lebih spesifik dan dapat memulihkan kinerja team sampai tuntas. Makara edukasi berdiri pada tahun 2007, dengan akta notaris nomor ME/jkt/Ind 06-34-2007 merupakan salah satu organisasi pengembang software pendidikan yang berbasis teknologi. Didirikan oleh Achmad Solechan, M.Si, makara edukasi memiliki visi dan misi sejalan dengan pembukaan UUD’ 45 yakni mencerdaskan kehidupan bangsa. Makara edukasi menerapkan metodologi Agile, dalam pelaksanaan dan operasional pengembangan software. Selain faktor kuantitas karyawannya tidak banyak, Agile dititikberatkan bagaimana kualitas kerjasama dan komunikasi team yang baik pada setiap proses pengembangan. Makalah ini disusun sebagai berikut Bab 2 memperkenalkan latar balakang agile development software, CMMI, dan hubungan antara keduanya; Bab 3 menjelaskan mengenai Tujuan makalah dengan pendekatan CMMI dan konteks contoh kasus agile; Bab 4 menjelaskan pendekatan process area pada CMMI untuk dapat membantu Agile software development; dan yang terakhir adalah Bab 5 sebagai kesimpulan dari makalah ini II. Latar Belakang Pada bab ini dijelaskan mengenai prinsip pengembangan agile piranti lunak, CMMI, dan keduanya. 2. 1 Prinsip agile development software Beberapa metode pengembangan software telah digunakan, seperti Extreme Programing(XP)[9], Scrum[10], Crystal[11]. Semuanya menerapkan terus-menerus pengerjaan piranti lunak sesuai dengan yang didefinisikan Agile Manifesto[12]. Rancangan(plandriven) pengembangan software dan metode agile selalu melihat pada pengembangan yang terjadi pada setiap fase pengembangannya. Pendekatan plandriven agile

menganggap bahwa pengembangan piranti lunak selalu berulang dan prosesnya dapat diprediksikan. Metodologi agile mendefinisikan bagaimana sebuah pekerjaan harus dapat dikerjakan sesuai dengan nilai dan prinsip-prinsip agile manifesto[14] untuk menjawab tantangan perkembangan piranti lunak yang sangat cepat beserta perubahan-perubahan kebutuhannya. Agile practice dapat menjelaskan berbagai aktivitas yang efisien walaupun mendapatkan perubahan requirement yang cepat[5]. Agility adalah kemampuan dari kedua sisi, yakni kreatif dan responsif terhadap perubahan, dengan tujuan keuntungan diperoleh dari perubahan sisi bisnis yang selalu dinamis. 2. 2 CMMI Capability Maturity Model Integration(CMMI)[1], dikenal secara luas sebagai pendekatan atau tepatnya penilai dalam skala kematangan dan kemampuan sebuah organisasi software. CMMI memiliki 4 aturan yang dapat disesuaikan menurut organisasi software, yakni : System Engineering(SE), Software Engineering(SW) Integrated Product and Process Development(IPPD), dan Supplier Sourcing(SS). Model pada CMMI memiliki 2 rerpresentasi yaitu level dan continuous. Representasi pada level memfokuskan pada kumpulan Process Area(PA) dengan menorganisir tingkatan kemampuannya. sedang continuous merepresentasikan setiap process area(PA) disesuaikan dengan tingkat kemampuan organisasi.

aktivitas tersebut dilaksanakan pada proses pengembangan piranti lunak.

2. 3 Agile software development Assessment Pendekatan yang dilakukan Boehm dan Turner[4] menberikan jalan untuk assessing perusahaan software. Metode ini tetap melakukan fokus terhadap agile assessing dan rancangan metodologi ketinbang harus mecari kelemahan dari setiap proses area yang ditetapkan pada CMMI. Pada pembahasan Turner dan Jain[13], menemukan bahwa hasil observasi terhadap metode Agile dan komponen CMMI yang saling mendukung satu sama lainnya, khususnya dalam hal fokus terhadap manajemen project. Dua model tersebut diatas belum dapat dibandingkan sebagai dua entitas karena Metode agile menggambarkan prosess pengembangan software, sedangkan CMMI adalah suatu referensi kerangka acuan untuk menilai bagaimana proses pengembangan software tersebut dilaksanakan. Menurut Paulk[14], dengan menggabungkan keduanya(Agile methods and CMMI) dapat memberikan sinegi yang baik, dalam menggabungkan teknik implementasi dan manajemen yang sama baiknya.

III. Rancangan penelitian Pada bagian ini, dijelaskan tentang tujuan riset dan pendekatan-pendekatan CMMI yang dibahas. Tidak lupa contoh kasus, juga, akan disertakan.

. 3.1 Tujuan riset dengan pendekatan CMMI Tujuan makalah ini adalah mempelajari bagaimana CMMI[1] dapat digunakan untuk meng-assess perkembangan software dimana situasi dari organisasi yang merencanakan perubahan proses secara cepat sesuai dengan kondisi yang ada saat ini. Pendekatan dibangun secara bersama performa organisasi saat ini dan diadaptasi pada pengembangan dan penilaian terhadap kasus. Pembatasan masalah pada pendekatan kasus ini adalah biaya(actual cost) yang digunakan tidak dievaluasi, diasumsikan bahwa upaya pengembangan software dan upaya pengembangan pendekatan tidak memiliki hubungan sama sekali. 3.2 Konteks study kasus Gambar 1 Level pada CMMI CMMI menjelaskan terdapat 25 process Area(PA) dengan setiap proses memiliki specific dan generic goals yang dapat menjadi kerangka tingkat kematangan perusahaan pengembang piranti lunak. specific goals dari area proses memberikan deskripsi tentang aktivitas-aktivitas yang mesti laksanakan pada setiap tingkatan dalam CMMI. Sedangkan, Generic goals mengaplikasikan rangkaian area proses yang betujuan sebagai seberapa baik rangkaian

Makalah secara umum bertujuan untuk mendapatkan semua informasi pada proses pengembangan software yang menggunakan CMMI pada Makara Edukasi yang menggunakan Agile software development assessment. Setiap assessment pada Makara Edukasi telah mengenal CMMI dan kegunaannya pada setiap bagian dari proses peningkatan pengembangan software yang dihasilkan Makara Edukasi.

Software yang telah dihasilkan oleh Makara Edukasi adalah Software penilaian hasil UAN (Ujian Akhir Nasional). Pada tahap pengembangan software tersebut, Manajemen Makara Edukasi melakukan proses planing kebutuhan yang merupakan “baseline” informasi yang menjadi acuan pengembangan. Project manajer yang ditunjuk sebagai pemimpin proyek tersebut melakukan tahap planning terhadap untuk kemudian diimplementasikan oleh team pengembang untuk menjadi sebuah software, team pengembang terdiri 1 project manager, 2 sistem analis, dan 2 orang programer. Ada beberapa kendala yang menjadikan hambatan pada pengembangan, yakni : Scope(objek) yang terlalu besar, prototype yang tidak userfriendly, testing model, user requirement yang selalu berubah sampai pada masalah pendokumentasian yang tidak tertata dengan baik. Segala hambatan pada proses pengembangan software tersebut, terbantu dengan metode agile developmen yang digunakan. Pada proses planning, Anggota mendapatkan job description masing-masing dan memiliki spesialisasi kemampuan yang baik di bidangnya masing-masing. Baiknya komunikasi dan saling memahami merupakan suatu nilai yang berharga pada agile methods. Pada setiap level perubahan kebutuhan, project manajer dapat mengkomunikasikan dan memunculkan solusi yang baik untuk team lainnya. IV. Pendekatan CMMI untuk membantu Agile software development Sebagaimana kasus diatas, prosess CMMI dan Agile practices sering terlihat bersebrangan serta CMMI tidak selalu mendukung interpretasi yang ada pada konteks agile. Pendekatan yang CMMI pada konteks agile bukan untuk melakukan penilaian terhadap kinerja proses agile, tetapi melakukan sinergi yang berbasiskan CMMI dan metode agile. Penggunaan CMMI assessment dapat menjadi permintaan kebutuhan sebagai acuan yang baik pada proses yang digunakan pada agile software development. Pendekatan assessment yang dapat dipergunakan pada kasus Makara Edukasi seperti gambar 2

Pada tahap awal adalah setiap individu pada team dapat memahami tujuan dari organisasi. Tahap ini, dedefinisikan sebagai tahap awal process assessment. Tahap kedua pelaksanaan eksekusi direncakan secara bersamasama dengan team agar selaras dengan tujuan organisasi. Berikutnya adalah mapping antara process area yang ada pada CMMI ke dalam Assessment-assement yang ada pada agile. Tahap keempat merupakan ciri agile development proses yankni melaksanakan secara berulangulang(dievaluasi sesuai dengan kebutuhan user) dengan tidak lupa memperhatikan tujuan organisasi pengembang. Tahap ini dapat dilaksanakan dalam bentuk rapat dengan stackholder, interview, maupun workshop. Selama workshop tersebut ada audiens dapat melakukan bantahan/masukan/memberikan argumentasi untuk direviw kembali oleh pihak pengembang sotware. Tahap terakhir meliputi analisis final, bersama presentasi beserta review paket software yang merupakan versi akhir pengembangan software. Tahapan-tahapan berbentuk cycle untuk melakukan review yang mingin sewaktu-waktu dibutuhkan.

V. Kesimpulan Makalah ini melakukan pendekatan agile software methodology menggunakan CMMI sebagai kerangka acuan standar yang digunakan sebuah organisasi pengembang software untuk mencapai tujuan organisasi dan menjadi standard operasional pelaksanaan baku pada proses pengembangan piranti lunak. Mapping yang digunakan pada pendekatan CMMI antara proses area yang ada pada CMMI dan agile practice adalah tools yang digunakan dalam pendekatannya. Walaupun, pembatasan masalah yang ada adalah kurangnya informasi mengenai pembiayaan pengembangan software ini sehingga informasi mengenai kendala biaya sampai dengan return of investment(ROI) tidak terbahas ada pada makalah ini. Pengembangan piranti lunak dengan menggunakan dapat menjadi acuan standard bagi organisasi-organisasi pengembang piranti lunak untuk dapat mengukur skala kematangan organisasi tersebut, sehingga pada persaingan pasar bebas ini, organisisasi-organisasi dapat melaksakan yang dinakannya persaingan sehat dimana kemampuan penerimaan proyek-proyek pengembangan software menjadi lebih kompetitif.

Daftar Pustaka [1]

Gambar 2. Pendekatan CMMI

CMMI, "CMMISM for Systems Engineering/Software Engineering/Integrated Product and Process Development/Supplier Sourcing, Version 1.1, Staged Representation (CMMISE/ SW/IPPD/SS, V1.1, Staged.", 2002

[2]

[3] [4] [5]

[6]

[7]

[8] [9] [10] [11] [12] [13]

[14]

D. Zubrow, "Current Trends in the Adoption of the CMMI Product Suite," In Proceedings of the 27th Annual International Computer Software and Applications Conference, pp. 126129, 2003. M. Buch and D. Dunaway, CMMI Assessments, Motivating Positive Change, AddisonWesley, 2005. B. Boehm and R. Turner, Balancing Agility and Discipline A Guide for the Perplexed, AddisonWesley, 2003. J. Highsmith, Agile Project Management, Creating innovative products, AddisonWesley, 2004. [6] D. J. Anderson, Agile Management for Software Engineering, Applying the Theory of Constraints for Business Results, Prentice Hall, 2003. D. J. Anderson, Agile Management for Software Engineering, Applying the Theory of Constraints for Business Results, Prentice Hall, 2003. P. E. McMahon, "Extending Agile Methods: A Distributed Project and Organizational Improvement Perspective," CrossTalk, The Journal of Defense Software Engineering, vol. 18, issue 5, pp. 1619, 2005. Alan Dennis, “System Analisys and Design with UML Version 2.0”, Wiley International Edition, 2005 K. Beck, Extreme Programming Explained: Embrace Change, AddisonWesley, 2000. K. Schwaber and M. Beedle, Agile Software Development With Scrum, Prentice Hall, 2002. A. Cockburn, Crystal Clear, A HumanPowered Methodology for Small Teams, AddisonWesley, 2004. AgileManifesto, Manifesto for Agile Software Development http://agilemanifesto.org/ (1.3.2006) R. Turner and A. Jain, "Agile Meets CMMI: Culture Clash or Common Cause," In proceedings of the Second XP Universe and First Agile Universe Conference on Extreme Programming and Agile Methods XP/ Agile Universe, pp. 153165, 2002. M. C. Paulk, "Extreme Programming from a CMM Perspective," Software, vol. 18, issue 6, pp. 1926, 2001.

Related Documents


More Documents from "Korina Ccala Villaca"