Pendahuluan.docx

  • Uploaded by: Rezki Nazri
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pendahuluan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,046
  • Pages: 4
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Balita merupakan salah satu kelompok yang rawan gizi selain ibu hamil, ibu menyusui dan lanjut usia. Pada masa ini pertumbuhan sangat cepat diantaranya pertumbuhan fisik dan perkembangan psikomotorik, mental dan sosial. Anak usia bawah 5 tahun (Balita) mempunyai risiko yang tinggi dan harus mendapatkan perhatian yang lebih. Mereka mengalami pertumbuhan dan perkembangan yang pesat sehingga membutuhkan suplai makanan dan gizi dalam jumlah yang cukup dan memadai. Bila sampai terjadi kurang gizi pada masa balita dapat menimbulkan gangguan pertumbuhan dan gangguan perkembangan mental.(Depkes,2002) Gizi merupakan suatu proses organisme dalam menggunakan bahan makanan yang dikonsumsi melalui proses digesti, absorpsi, transportasi, penyimpanan metabolisme dan pengeluaran zat-zat yang tidak digunakan untuk mempertahankan kehidupan, pertumbuhan dan fungsi dari organ-organ, serta menghasilkan energi .(Supariasa,2001). Status gizi memiliki pengaruh yang sangat besar dalam mewujudkan sumber daya manusia yang berkualitas di masa yang akan datang. Status gizi berhubungan dengan kecerdasan anak. Gizi kurang atau buruk pada masa bayi dan anak-anak terutama pada umur kurang dari 5 tahun dapat mengakibatkan terganggunya pertumbuhan jasmani dan kecerdasan anak. Pertumbuhan sel otak berlangsung sangat cepat dan akan berhenti atau mencapai taraf sempurna pada usia 4-5 tahun. Perkembangan otak yang cepat hanya dapat dicapai bila anak berstatus gizi baik. (Depkes RI,2002 ; Soendjojo dkk 2000) Data dari seluruh dunia menurut WHO 2014, terdapat proporsi anak dibawah 5 tahun dengan keadaan kurang gizi mengalami penurunan angka presentase 10% yang terjadi antara tahun 1990-2013 yaitu dari 25% menjadi 15%. Di Afrika terdapat penurunan relative kecil yaitu 23% pada tahun 1990 menjadi 17% pada tahun 2013. Pada periode yang sama, di Asia terjadi penurunan dari 32% menjadi 18%, dan di Amerika latin turun dari 8% menjadi 3%.

1

Pada tahun 2013, prevalensi gizi buruk-kurang pada anak balita secara nasional sebesar 19,6%, yang berarti masalah gizi berat-kurang di Indonesia merupakan masalah kesehatan masyarakat mendekati prevalensi tinggi. Diantara 33 provinsi, di Indonesia, 18 provinsi memiliki prevalensi gizi buruk-kurang diatas angka prevalensi nasional yaitu berkisar antara 21,2% sampai dengan 33,1%. Provinsi yang prevalensinya sangat tinggi adalah NTT 33,1% diikuti Papua Barat 32%. Sedangkan provinsi Kepulauan Riau yaitu 15,6% yang berarti merupakan urutan ke-30 dari 33 provinsi. (RISKESDAS, 2013) Untuk mengetahui gambaran status gizi masyarakat khususnya balita, maka setiap tahun Dinas Kesehatan Kota Batam melakukan Penilaian Status Gizi. Pada tahun 2016 dari 91.240 balita yang ditimbang berat badannya diketahui terdapat 446 balita dengan status gizi buruk, 2,952 balita dengan status gizi kurang, 86,136 balita dengan status gizi baik, serta 1,706 balita dengan status gizi lebih. Kota Batam memiliki 17 Puskemas yang terletak dimasing-masing kecamatan. Puskesmas Kecamatan Batu Aji memiliki jumlah balita dengan status gizi buruk terbanyak dibandingkan dengan Puskesmas kecamatan lainnya. Dari 10,241 balita terdapat 115 balita dengan status gizi buruk, diikuti dengan 362 balita dengan status gizi kurang dan 9,635 balita dengan status gizi baik serta 129 balita dengan status gizi lebih. Berdasarkan data yang diperoleh angka gizi buruk mengalami peningkatan dari tahun ke tahun, pada tahun 2013 didapatkan kasus gizi buruk sebanyak 16 balita dan mengalami peningkatan tahun 2014 sebanyak 26 balita, mengalami peningkatan kembali pada tahun 2015 sebanyak 50 orang dan mengalami peningkatan yang signifikan pada tahun 2016 yaitu sebanyak 115 balita. Kelurahan Buliang merupakan kelurahan yang memiliki jumlah tertinggi pada masalah gizi buruk dibandingkan dengan kelurahan lain yang ada di kecamatan Batu Aji. Dari 5,508 balita yang ditimbang, ditemukan 27 balita dengan status gizi buruk, 168 balita dengan status gizi kurang, dan 3,265 balita dengan status gizi baik yang ada di Kelurahan Buliang.5 Status gizi pada balita dipengaruhi oleh banyak faktor yaitu faktor langsung dan faktor tidak langsung. Faktor langsung beru pa asupan makanan itu

2

sendiri dan infeksi. Sedangkan faktor tidak langsung adalah pengetahuan ibu tentang gizi, pendapatan keluarga, pelayanan kesehatan dan sosial budaya. Di negara-negara berkembang, kasus kekurangan gizi pada anak-anak ternyata tidaklah semata-mata karena kemiskinan ekonomi tetapi justru oleh kemiskinan pengetahuan tentang kebutuhan gizi anak. Kurangnya pengetahuan gizi orang tua khususnya ibu merupakan salah satu penyebab terjadinya kekurangan gizi pada balita. Pengetahuan ibu tentang gizi balita merupakan segala bentuk informasi yang dimiliki oleh ibu mengenai zat makanan yang dibutuhkan bagi tubuh balita, pola makan, waktu pemberian makan dan kemampuan ibu untuk menerapkannya dalam kehidupan sehari-hari. Karena dengan memiliki pengetahuan yang cukup khususnya tentang kesehatan, seseorang dapat mengetahui berbagai macam gangguan kesehatan yang mungkin akan timbul sehingga dapat dicari pemecahannya. Kurangnya pengetahuan tentang gizi akan mengakibatkan berkurangnya kemampuan menerapkan informasi dalam kehidupan sehari-hari, hal ini merupakan salah satu penyebab terjadinya gangguan gizi (Notoadmojo, 2003). Berdasarkan

penelitian

oleh

Kurniawati

(2011),

hasil

penelitian

menunjukkan adanya hubungan antara pengetahuan ibu dengan status gizi batita di Kelurahan Baledono, Kecamatan Purworejo, Kabuapaten Purworejo. Berdasarkan hasil survey status gizi batita berdasarkan berat badan dibandingkan umur (BB/U) terdapat 18.447 batita didapatkan hasil sebagai berikut gizi normal 95.71 % dan gizi kurang 5.45 %. Berdasarkan hasil pemantauan gizi batita khususnya di Puskesmas Klego II, terdapat gizi kurang dengan prevalensi paling tinggi sebesar 14.95 % (Dinkes Boyolali, 2012). Berkaitan dengan masalah yang telah disebutkan diatas, menunjukan bahwa pengetahuan yang dimiliki ibu tentang gizi akan mendasari penerapan dalam kehidupan sehari-hari terhadap gizi baliti. Berdasarkan hal tersebut kami tertarik untuk meneliti “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi pada Balita di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Tahun 2017”.

3

B. Perumusan Masalah Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan, maka permasalahan penelitian dirumuskan sebagai berikut : “Adakah Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi buruk pada Balita di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Tahun 2017”. C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan umum Mengetahui “Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi buruk pada Balita di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Tahun 2017”. 2. Tujuan Khusus a) Mendeskripsikan tentang tingkat pengetahuan ibu tentang gizi di wilayah kerja Puskesmas Batu Aji Tahun 2017. b) Mendeskripsikan tentang status gizi buruk pada balita di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Tahun 2017. c) Menganalisis Hubungan Tingkat Pengetahuan Ibu tentang Gizi dengan Status Gizi buruk pada Balita di Kelurahan Buliang Kecamatan Batu Aji Tahun 2017. D. Manfaat Penelitian 1. `Bagi Masyarakat Memberikan tambahan informasi pada masyarakat tentang status gizi buruk pada balita 2. Bagi Dinas Kesehatan Memberikan informasi status gizi buruk pada balita di Kota Batam sehingga upaya peningkatan status gizi bisa dilakukan. 3. Bagi Peneliti a) Memberikan pengalaman langsung dalam penelitian di dalam bidang Gizi. b) Masyarakat yang memberi latihan cara dan proses berfikir secara ilmiah.

4

More Documents from "Rezki Nazri"

Pendahuluan.docx
October 2019 25
Nasi Briyani.docx
October 2019 35
Kuesioner.docx
October 2019 22
Topic 3 - Decimals
May 2020 21
Topic 2 - Fraction
May 2020 26