PEMBUATAN EMULSI DARI VIRGIN COCONUT OIL (VCO) Virgin Coconut Oil (VCO) adalah minyak kelapa murni yang memiliki potensi antiobesitas, dan memodulasi metabolisme lipid hati dengan mengatur sintesis dan degradasi lipid. VCO dengan kandungan polifenol yang tinggi mampu mempertahankan tingkat kolesterol yang normal dan parameter lipid lainnya dalam plasma dan juga meningkatkan konsentrasi kolesterol HDL (High Density Lipid). Sehingga dapat digunakan sebagai obat pencegah resiko ateroklerosis dan menurunkan berat badan (Shariq, et al., 2015). VCO yang ada di pasaran umumnya bahan berupa minyak yang tidak larut dalam air . Sediaan yang berupa minyak ini tentu menyebabkan ketidaknyamanan bila dikonsumsi secara oral, oleh karena itu perlu dilakukan modifikasi sediaan minyak kelapa murni menjadi sediaan emulsi oral. Pemilihan emulsi sebagai bentuk sediaan bertujuan untuk mencampurkan fase air dan minyak, menutupi rasa tidak enak dari zat aktif yang berbentuk minyak atau larut minyak saat diberikan secara oral karena minyak tidak bercampur dengan saliva sehingga susah diencerkan, serta untuk meningkatkan absorpsi minyak dengan ukuran partikel yang halus sehingga akan meningkatkan jumlah dan kecepatan absorpsi dalam usus (Lachman, et al., 1994). Emulsi adalah sistem dua fase, yang salah satu cairannya terdispersi dalam cairan lain dalam bentuk tetesan kecil. Emulsi dapat distabilkan dengan penambahan bahan pengemulsi yang disebut emulgator (emulsifying agent) atau surfaktan yang bisa mencegah koalesensi, yaitu penyatuan tetesan kecil menjadi tetesan besar dan akhirnya menjadi satu fase tunggal yang memisah (syamsuni, 2006). Untuk mendapatkan emulsi yang stabil dan disenangi diperlukan banyak faktor yang perlu dipertimbangkan. Faktor-faktor tersebut diantaranya, rasio minyak, air dan emulsifier, kecepatan putar dan waktu homogenisasi, jenis dan konsentrasi emulsifier. Proses pembuatan emulsi dari vco dapat dilihat dari gambar …
Gambar Proses Pembuatan Emulsi Pembuatan emulsi secara umum dilakukan dengan cara pencampuran vco dengan emulgator sampai larutan tersebut homogen. Pencampuran dilakukan dengan putaran yang tinggi hingga 10.000 rpm agar larutan tersebut bisa homogen.Ada dua langkah yang biasanya dilakukan yaitu : 1. Mencampurkan Emulgator dengan kadar tertentu terlebih dahulu dengan aquadest, pemanis, antioksidan, pengawet sampai homogen kemudian baru dicampurkan VCO dengan kadar tertentu sampai larutanya homogeny. 2. Mencampurkan VCO dengan emulgator sampai homogen dan mencampurkan emulgator dengan aquadest, pemanis, antioksidan, pengawet sampai homogen. Kemudian dua larutan tersebut dicampurkan menjadi satu hingga homogen Emulgator adalah bahan aktif permukaan yang dapat menurunkan tegangan antar muka antara minyak dan air dan membentuk film yang liat mengelilingi tetesan terdispersi sehingga mencegah koalesensi dan terpisahnya fase terdispersi ( Parrot, 1971 ). Emulgator yang bisa dipakai untuk membuat emulsi vco sangat banyak, seperti Tween 80, Span 80, PGA, xanthan gum, veegum dan masih banyak lagi yang lainya. Perbedaan emulgator yang di pakai juga akan membuat perbedaan perbandingan antara kadar vco dan emulgator yang akan di campur. Menurut Syamsuni (2006) emulsi dapat dibagi menjadi dua tipe antara lain : 1. Emulsi tipe O/W (Oil in Water) atau M/A (minyak dalam air), adalah emulsi yag terdiri atas butiran minyak yang tersebar atau terdispersi kedalam air. Minyak sebagai fase internal dan air sebagai fase eksternal
2. Emulsi tipe W/O (Water in Oil) atau A/M (air dalam minyak), adalah emulsi yang terdiri atas butiran air ang tersebar atau terdispersi kedalam minyak. Air sebagai fase internal dan minyak sebagai fase eksternal Tujuan pemakaian emulsi antara lain (Syamsuni, 2006) : 1. Untuk dipergunakan sebagai obat dalam atau per oral. Umunya emulsi tipe O/W 2. Untuk dipergunakan sebagai obat luar. Bis tipe O/W maupun W/O, tergantung pada banyak faktor, misalnya sifat zatnya atau efek terapi yang dikehendaki Suatu emulsi dikatakan tidak stabil, jika mengalami hal-hal dibawah ini (Syamsuni, 2006): 1. Creaming yaitu terpisahnya emulsi menjadi dua lapisan, yaitu satu bagian mengandung fase disper lebih banyak daripada lapisan yang lain. Creaming bersifat reversibel, artinya jika dikocok perlahan-lahan akan terdispersi kembali. 2. Koalesensi dan cracking (breaking) adalah pecahnya emulsi karena film yang meliputi partikel rusak dan btir minyak berkoalesensi atau menyatu menjadi fase tunggal yang memisah. Ini bersifat irreversible (tidak dapat diperbaiki kembali). Hal ini terjadi karena : a. Peristiwa kimia: seperti penambahan alkohol, perubahan pH, penambahan elektrolit b. Peristiwa fisika : seperti pemanasan, penyaringan, pendinginan, pengadukakan c. Peristiwa biologis : seperti fermentasi bakteri, jamur, atau ragi 3. Inversi fase adalah peristiwa berubahnya tipe emulsi O/W menjadi W/O secara tiba-tiba atau sebaliknya. Sifatnya irreversible Pembuatan emulsi dengan tipe O/W sangat jarang dilakukan. Padahal pembuatan emulsi dengan tpe O/W dapat digunakan untuk membuat berbagai macam produk antara lain obat-obatan, minuman berenergi, vitamin, Scoot Emulsion dan lain-lain. Untuk mengoptimalkan produk tersebut adalah dengan menemukan komposisi yang optimal antara VCO dan emulgator untuk membuat emulsinya.
Daftar Pustaka Lachman LHA, Lieberman, Kanig JL. Teori dan Praktek Farmasi Industri, ed. 3, jil. 2, terjemahan S. Suyatmi. Jakarta: UI-Press, 1994;p.1029–1088. Parrott, E.L., 1971, Pharmaceutical Technology Fundamental Pharmaceutics, 3th, Burgess Publishing Company, Minneapolis. 76–82. Shariq B, Zulhabri O, Hamid K, Sundus B, Mehwish H, Sakina R, Jiyauddin K, Kaleemullah M, Samer AD, Rasha S. 2015. Evaluation of Anti-Atherosclerotic Activity of Virgin Coconut Oil in Male Wistar Rats Against High Lipid and High Carbohydrate Diet Induced Atherosclerosis., UK Journal
of
Pharmaceutical
and
Biosciences.http://www.ukjpb.com/pdf/UKJPB_SuperAdmin_2_104_1430958771.pdf. diakses : 14:23 WIB. 09-05-2015 Syamsuni, A. 2006. Ilmu Resep. Jakarta : Penerbit Buku Kedokteran EGC