BAB II PEMBAHASAN A. Sejarah Munculnya Aliran Khawarij Aliran Khawarij merupakan aliran tertua yang merupakan aliran pertama yang muncul dalam teologi islam. Khawarij yang berasal dari kata Kharaja yang artinya keluar merupakan sekelompok orang yang memisahkan dirinya (membangkang) dari golongan ‘Ali dan keluar dari barisan umat Islam secara keseluruhan. Alasan keluarnya golongan ini dari barisan adalah karena mereka tidak setuju dengan keputusan ‘Ali yang menerima adanya arbitrase yang ditawarkan oleh Muawiyah. Menurut mereka, hal tersebut telah melanggar hukum al-Quran. Pandangan ini sangat signifikan sehingga menarik banyak pengikut yang akhirnya berkonsolidasi melakukan pembangkangan terhadap Khalifah Ali. Golongan ini bahkan mengkafirkan Khalifah Ali dan setiap orang yang menyetujui adanya arbitrase. Mereka berpendapat bahwa orang yang menerima gencatan senjata dan adanya arbitrase telah melanggar perintah Allah dalam al-Quran: “Dan jika dua golongan dari orang-orang mukmin berperang maka damaikanlah keduanya. Jika salah satu dari kedua golongan itu berbuat aniaya terhadap golongan yang lain maka perangilah golongan yang berbuat aniaya itu sehingga golongan itu kembali kepada perintah Allah. Jika golonga itu telah kembali (pada perintah Allah) maka damaikanlah antara keduanya dengan adil dan berlaku adillah. Sesungguhnya Allah menyukai orang-orang yang berlaku adil” (QS. Al-Hujurat : 9) Menurut pandangan mereka, menurut pandangan mereka, selama Muawiyah menolak perdamaian dan orang-orang terlibat perang bersamanya, maka hendaknya peperangan diselesaikan sehingga Allah memenangkan kelompok yang benar dan mengalahkan kelompok yang salah. Penerimaan proses arbitrase berarti arbitrase terhadap sesama manusia dalam agama Allah. Mereka mengemukakan slogan “Laa hukma illa lillah”. Kelompok ini menjadi semakin solid dan kuat setelah proses arbitrase karena pasukan sayyidina Ali kembali membawa kegagalan. Kemudian eskalasi teror kaum Khawarij yang menuntut Ali mengakui kesalahannya dan mengakui bahwa dirinya sudah menjadi kafir menjadi ancaman serius bagi kaum muslimin. Sehingga konsentrasi Khalifah Ali dalam memerangi Muawiyah beralih kepada Khawarij. Mula-mula, Ali menghadapi mereka dengan hujjah agar mereka kembali pada kebenaran, hingga membalikan sebagian kelompok kepada pihak Ali. Akan tetapi setelah hujjah tidak lagi berhasil Khalifah Ali menghadapi mereka dengan kekuatan militer dan peperangan yang berkepanjangan hingga melemahkan pasukan Sayyidina Ali. Selanjutnya Khawarij melakukan konspirasi pembebasan umat islam menurut mereka dengan merencanakan pembunuhan Ali, Muawiyah, dan Amru bin al-Ash. Akan tetapi, rencana mereka hanya berhasil membunuh Sayyidina Ali melalui tangan Abdurrahman bin Muljam. B. Tokoh-tokoh Aliran Khawarij Berdasarkan catatan sejarah, gerakan kelompok khawarij ini terpecah menjadi dua cabang besar yaitu : 1.
Kelompok Khawarij yang bermarkas di wilyah Bathaih, yaitu kelompok yang mengusai dan mengawasi kaum khawarij yang berada di Persia dan disekeliling Irak. Cabang ini dipimpin oleh Nafi’ bin azraq dan Qatar bin Faja’ah.
1
2.
Kelompok Khawarij yang bermarkas di Arab Daratan, yaitu kelompok yang mengusai dan mengawasi kaum khawarij yang berada di Yaman, Hadhramaut dan Thaif, Cabang ini dipimpin oleh Abu Thaluf, Najdah bin ‘Ami dan Abu Fudaika.
Dari dua kelompok besar , kelompok khawarij terbagi dalam Sekte-sekte dan ajaran pokok Khawarij. Terpecahnya Khawarij ini menjadi beberapa sekte, mengawali dan mempercepat kehancurannya dan sehingga Aliran ini hanya tinggal dalam catatan sejarah. Sekte-Sekte tersebut antara lain adalah : a. Al-Muhakkimah Golongan Khawarij asli dan terdiri dari pengikut-pengikut Ali, disebut golongan Al-Muhakkimah. Bagi mereka Ali, Mu’awiyah, kedua pengantara Amr Ibn Al-Ash dan Abu Musa Al-Asy’ari dan semua orang yang menyetujui paham bersalah itu dan menjadi kafir. b. Al-Azariqah Golongan yang dapat menyusun barisan baru dan besar lagi kuat sesudah golongan Al-Muhakkimah hancur adalah golongan Al-Azariqah. Daerah kekuasaan mereka terletak diperbatasan Irak dengan Iran. Nama ini diambil dari Nafi’ Ibn Al-Azraq.Khalifah pertama yang mereka pilih ialah Nafi’ sendiri dan kepadanya mereka beri gelar Amir Al-Mu’minin. Nafi’ meninggal dalam pertempuran di Irak pada tahun 686 M. mereka menyetujui paham bersalah itu dan menjadi musyrik. c. Al-Nadjat Najdah bin Ibn ‘Amir Al-Hanafi dari Yamamah dengan pengikut-pengikutnya pada mulanya ingin menggabungkan diri dengan golongan Al-Azariqah. Tetapi dalam golongan yang tersebut akhir ini timbul perpecahan. Sebagian dari pengikut-pengikut Nafi’ Ibn Al-Azraq, diantaranya Abu Fudaik, Rasyid Al-Tawil dan Atiah Al-Hanafi, tidak menyetujui paham bahwa orang Azraqi yang tidak mau berhijrah kedalam lingkungan Al-Azariqah adalah musyrik. Akan tetapi mereka berpendapat bahwa orang berdosa besar yang menjadi kafir dan kekal dalam neraka hanyalah orang Islam yang tidak sepaham dengan mereka. Adapun pengikutnya jika mengerjakan dosa besar, benar akan mendapatkan siksaan, tetapi bukan dalam neraka, dan kemudian akan masuk surga. d. Al-Ajaridah Mereka adalah pengikut dari Abd Al-Karim Ibn Ajrad yang menurut AlSyahrastani merupakan salah satu teman dari Atiah Al-Hanafi. Menurut paham mereka berhijrah bukanlah merupakan kewajiban sebagai diajarkan oleh Nafi’ Ibn Al-Azraq dan Najdah, tetapi hanya merupakan kebajikan. Kaum Ajaridah boleh tinggal diluar daerah kekuasaan mereka dengan tidak dianggap menjadi kafir. Harta boleh dijadikan rampasan perang hanyalah harta orang yang telah mati. e. Al-Sufriah Pemimpin golongan ini ialah Ziad Ibn Al-Asfar. Dalam paham mereka dekat sama dengan golongan Al-Azariqah. f. Al-Ibadiyah Golongan ini merupakan golongan yang paling beda dari seluruh golongan Khawarij. Namanya diambil dari Abdullah Ibn Ibad yang pada tahun 686 M. memisahkan diri dari golongan Al-Azariqah.
2
C. Doktrin Pokok dan Keyakinan Aliran Khawarij. Apabila dianalisis secara mendalam, doktrin yang dikembangkan oleh kaum khawarij dapat dikategorikan kedalam tiga kategori yaitu: Politik, Teologi, dan Sosial. 1.
Doktrin Khawarij Kategori Politik. Adanya doktrin-doktrin politik khawarij itu muncul disebabkan karena hal-hal yang berhubungan dengan masalah kenegaraan, khususnya tentang kepala negara (khalifah). Pengertian politik secara singkat yaitu kemahiran bernegara, atau kemahiran berupaya menyelidiki manusia dalam memperoleh kekuasaan, mengenai latar belakang, motivasi, dan hasrat manusia ingin memperoleh kekuasaan. Sehingga Khawarij dapat dikatakan sebuah partai politik dan juga salah satu doktrin sentral aliran Khawarij. Diantaranya doktrin-doktrin pokok politik khawarij yaitu: a. Khalifah atau imam harus dipilih secara bebas oleh seluruh umat islam, b. Khalifah tidak harus berasal dari keturunan arab, c. Setiap orang muslim berkah menjadi khalifah asal sudah memenuhi syarat, d. Khalifah dipilih secara permanen selama yang bersangkutan bersikap adil dan menjalankan syari’at islam. Ia harus dijatuhkan bahkan dibunuh jika melakukan kedzaliman, e. Khalifah sebelum ali (Abu bakar, Umar, dan Ustman) adalah sah, tetapi setelah tahun ketujuh dari masa kekhalifahannya, Ustman ra. Dianggap telah menyeleweng, f. Khalifah ali juga sah, tetapi setelah terjadi Arbitrase, ia dianggap menyeleweng, g. Mu’awiyyah dan Amr bin Al-ash serta Abu musa Al-asy’ari juga dianggap menyeleweng dan telah menjadi kafir, h. Pasukan Perang Jamal yang melawan Ali juga kafir. 2.
Doktrin Khawarij Kategori Teologi. Adanya dibuat pula doktrin teologi dalam aliran khawarij tentang dosa besar disebabkan doktrinnya menentang pemerintah, khawarij harus menanggung akibatnya. Doktrin teologi khawarij yang radikal pada dasarnya merupakan imbas langsung atas adanya Doktrin Politik (sentral). Asal-usul Radikalitas tersebut berasal dari masyarakat badawi dan pengembara padang pasir tandus. Salah satunya atas pengaruh Budaya yang juga radikal, sehingga hal itu telah membentuk watak dan tata pikirnya menjadi keras, berani, tidak bergantung kepada oranglain, bebas dan tak gentar hati. Akan tetapi, mereka Fanatik dalam menjalankan agama. Sehingga adanya Sifat Fanatik itu sangat mempengaruhi jiwa pikir seseorang untuk bersikap simplistis; berpengetahuan sederhana; melihat pesan berdasarkan motivasi pribadi bukan atas dasar konsistensi logis; lebih bersandarkan atas sumbernya dari pada isi pesan; mempertahankan secara kaku adanya sistem kepercayaannya; mudah menolak adanya suatu pesan yang tak konsisten dengan sistem kepercayaannya. Diantaranya Doktrin-doktrin Pokok Teologi aliran Khawarij yaitu: a.
Seseorang yang berdosa besar tidak lagi disebut muslim karenanya harus dibunuh. Mereka menganggap bahwa seorang muslim tersebut tidak lagi muslim (Kafir) disebabkan tidak mau membunuh muslim lain yang telah dianggap kafir, dengan resiko ia menanggung beban ia harus dilenyapkan
3
b.
pula, Setiap muslim harus hijrah dan bergabung dengan golongan mereka. Apabila tidak bergabung, ia wajib diperangi karena hidup dalam Dar Al-Harb (negara musuh), sedangkan Golongan mereka menganggap berada dalam Dar Al-Islam (Negara Islam).
3.
Doktrin Khawarij Kategori Sosial. Adanya memperlihatkan bentuk keshalehan asli aliran kelompok tersebut, sehingga sebagian pengamat menganggap bahwa doktrin-doktrin ini lebih mirip dengan doktrin Mu’tazilah. Meskipun kebenaran adanya doktrin ini dalam wacanannya masih banyak yang patut dikaji lebih mendalam. Sebab dalam mengasumsikan bahwa orang-orang yang keras dalam penerapan ajaran agamanya, sebagaimana dilakukan kelompok khawarij, cenderung berwatak/berpendapat Tekstualis/Skripturalis, Sehingga menjadi Fundamentalis. Hanya saja menurut adanya prediksi bahwa, keberadaan mereka sebagai kelompok minoritas penganut garis keras, yang aspirasinya dikucilkan dan diabaikan oleh penguasa, ditambah oleh pola pikirnya yang simplisit sehingga telah menjadikan mereka cara bersikapnya ekstrem. Diantaranya Doktrin-doktrin Pokok Sosial aliran Khawarij yaitu: a. b. c. d. e. f.
Seseorang harus menghindar dari pimpinan yang menyeleweng, Adanya wa’ad dan wa’id (orang yang baik harus masuk surga, sedangkan yang jahat harus masuk kedalam neraka), Amar Ma’ruf Nahi Mungkar, Memalingkan Ayat-ayat al-Qur’an yang tampak Mutasyabihat (Samar), Al-Qur’an adalah Makhluk, Manusia bebas ,memutuskan perbuatannya bukan dari tuhan.
D. Sudut pandang Naqli Al-Qur’an dengan Hadist Aliran Khawarij. Pada awalnya, dalam sebagian pandangan seorang muslim yang benar keyakinannya, bahwasannya tidaklah asing atas adanya perbedaan yang bertolak belakang dengan akal sehat, namun bahwa sesungguhnya Al-Qur’an itu mencakup atas petunjuk-petunjuk dari berbagai kejadian atau peristiwa yang akan datang kemudian dalam sejarah islam (Muta’akhirah Al-Wuqu’). Mengenai hal tersebut atas dasar Firman Allah yang mencakup pengetahuan tentang segala sesuatu itu, pada awal mulanya, dimaksudkan untuk membuka Cara pandang umat Islam agar mereka dapat mensinkronkan adanya perubahan pola pemikiran serta siklus peradabannya peristiwa-peristiwa pada masa yang akan datang dengan menyandarkan pada Hadis dengan Al-Qur’an. Kita dapat melihat sebelumnya bahwa sesungguhnya manusia telah menemukan informasi-informasi (khabar) darinya (Al-Qur’an), Tentang kemenangan Imperium Romawi atas Imperium Persia. (QS.Ar-Rum) Sedang dari sisi cara pandang Golongan Khawarij bahwa salah satu poin yang ada pada Ayat Al-Qur’an tidak bisa dijadikan Alasan atas adanya permusuhan/perpecahan mereka dengan Ali. Dengan menafsirkan dalil atas “La Hukm Illa Lillah” bahwa manusia melakukan sebuah kesalahan berproses seharusnya hukum hanyalah milik Allah Swt, pelaku dosa besar, pelabelan atas orang-orang kafir, proses taqiyah, Kekhalifahan Utsman dan Ali. Aspek Terhadap Al-Qur’an dengan Hadis Dalam Aspek penafsiran terhadap ayat Al-Qur’an Khawarij tidak memiliki
4
kedalam ilmu tentang Takwil dan mereka juga tidak mau peduli terhadap maksud yang sebenarnya dari makna ayat-ayat tersebut. Mereka dapat memaknai atas ayat tersebut dengan dasar Tekstualnya dan mereka berupaya untuk lepas dan memalingkan dari mentakwilkan ayat Al-Qur’an, sehingga tidak bertentangan dengan pendapat mereka. Adanya penafsiran Khawarij terhadap ayat Al-Qur’an hanya digunakan untuk Melegitimasi keberadaannya (Eksistensi). Berikut ini salah satu antara penafsiran yang dilakukan Khawarij terhadap ayat-ayat Al-Qur’an : 1.
ست ل ل طاَلع إهللييهه ت بليي رنل ت ( هفيهه لءاَ ريل ت تQS. Ali ت لمهن ٱ ي س هحجج ٱيلبليي ه ت نملقاَهم إهيبرلرههيلم لولمن لدلخللهۥُه لكاَلن لءاَهمنناَ لوهنله لعللىَ ٱلنناَ ه Imran: 97) سهبينل لولمن لكفللر فلإ هنن ٱنلل لغنهىىَ لعهن ٱيلرلعللهميلن ل
Artinya: “Padanya terdapat tanda-tanda yang nyata, (di antaranya) maqam Ibrahim; barangsiapa memasukinya (Baitullah itu) menjadi amanlah dia; mengerjakan haji adalah kewajiban manusia terhadap Allah, yaitu (bagi) orang yang sanggup mengadakan perjalanan ke Baitullah; Barangsiapa mengingkari (kewajiban haji), maka sesungguhnya Allah Maha Kaya (tidak memerlukan sesuatu) dari semesta alam.” Menerangkan bahwa setiap pelaku dosa besar memvonis Kafir.. Mereka menyimpulkan bahwa orang yang meninggalkan Kewajiban haji adalah orang kafir. 2. صيهر ض هبٱِلللح ي لخلل ل سلن ه ق ٱل ن صنولرهك لم فلأ للح ل ق لو ل ت لوٱللللر ل صلولرهك ملم لوإهللليهه ٱلللم ه سرلمرلو ه Artinya: "Dia-lah yang menciptakan kamu maka di antara kamu ada yang kafir dan di antaramu ada yang mukmin. Dan Allah Maha Melihat apa yang kamu kerjakan." (Qs.Al-Taaghabun: 2) Sehingga mereka memahami atas dasr dalil tersebut dengan adanya bahwa manusia hanya terdiri dari dua macam, yaitu Kafir dan Mukmin. Sedangkan orang fasiq tidak ada namun tetap pada kategori Kafir, dan orang yang tidak beriman tetap dikatakan kafir. Mereka hanya mau mempelajari serta memahami ayat-ayat Al-Qur’an tetapi tidak mau mempelajari adanya Hadis (As-Sunnah) sebagai faham dalil naqlinya, sehingga menjadikan adanya betolak belakangan atas suatu pendapat yang menggunakan metode penafsiran yang juga didasarakan pada Hadis juga. Mereka lebih condong pada pemaknaan Al-Qur’an tersebut secara tekstual, sepenuhnya, dan sempit. Namun juga ditambah dengan sikap Fanatik, yang membuat golongan tersebut tidak bisa mentolerir penyimpangan islam menurut mereka, Walaupun dalam bentuk kecil. Disitulah letak dari Faham kaum Khawarij yang mudah terpecah, dan sikap mereka yang selalu mengadakan Perlawanan terhadap penguasa-penguasa islam dan umat islam yang ada pada zaman itu. Mengenai adanya sebagian sudut pandang aliran Khawarij tersebut dapat disimpulkan lagi agar lebih jelas bahwa Khawarij hanya terikat pada Dogma-dogma yang jelas dan tegas disebutkan dalam Al-Qur’an dan Hadis Nabi, yaitu ayat yang qath’i (teks yang tidak diinterpretasi lagi segi pemaknaan ayat lain, selain arti Harfinya.) Serta memberikan kebebasan kepada manusia dalam berbuat dan berkehendak atas daya kuat pada akal. E. PENDAPAT MENGENAI ALIRAN KHAWARIJ
5
Para peneliti yang mempelajari dan melelaah sejarah khawarij pasti mendapati mereka memiliki beberapa karakteristik menonjol dan melekat. a) Berlebih-lebihan Dalam Agama Tidak perlu disangsikan lagi bahwa Khaawarij adalah para ahli ibadah, orangorang yang religious, dan sangat komit pada ajaran agama. Pernyataan ini diperkuat sabda Rasulullah saw: “Mereka membaca Al Qur’an bacaan kalian tidak ada apaapanya dibandingkan dengan bacaan mereka; puasa kalian tidak ada apa-apanya dibandingkan puasa mereka. b) Tidak Tahu Agama Salah satu kebejatan terbesar khawarij adalah tidak tahu tentang Al-Qur’an dan As-Sunnah. Pemahaman mereka buruk mereka kurang kurang merenungkan serta memikirkan dan mereka tidak menggunakan teks-teks dalil pada tempatnya. Mematahkan Tongkat Ketaatan Ibnu Taimiyah mengatakan, “Salah satu kesesatan mereka adalah meyakini bahwa para imam petunjuk dan jamaah kaum Muslimin telah berbuat tidak adil dan sesat. Hal inilah yang menjadi landasan para penolak Sunnah Rasulullah saw, baik Rafidhah maupun yang lainnya. mereka memandang suatu kezhaliman sebagai kekafiran, lalu merekayasa hukum-hukum atas “kekafiran itu” c) Mengkafirkan Pelaku Dosa serta Menghalalkan darah Kaum Muslimin Ibnu Taimiyah mengatakan, “Karakteristik kedua Khawarij dan ahli bid’ah adalah mereka mengkafirkan pelaku dosa besar dan kecil konsekuensinya, mereka menghalalkan darah dan harta benda kaum muslimin; menjadikan Darul Islam (negeri islam), sedangkan wilayah mereka sendiri adalah Darul Iman (negeri kaum Mukmin). Ini juga pendapat Rafidhah. d) Menganggap Boleh Penyematan Sifat Zhalim dan Sifat Buruk Lainnya Terhadap Nabi Ibnu Taimiyah memaparkan: Khawarij beranggapan mereka boleh menyematkan sifat jahat dan zhalim pada pribadi Rasulullah saw. Para pendukung bid’ah dan Khawarij pun mendukung anggapan itu dan menyatakan bahwa apabila Rasulullah saw, menginformasikan sesuatu yang tidak sesuai dengan keyakinan mereka maka mereka tidak akan mengikutinya. e) Menjelek-jelekan dan Mudah menganggap Sesat Salah satu karakteristik menonjol Khawarij adalah mereka menjelek-jelekkan para imam petunjuk dan mencap mereka sesat, serta menuding mereka keluar dari keadilan dan kebenaran. Karakteristik ini diperlihatkan sosok Dzul Khuwaishirah terhadap Rasulullah saw, sang pembawa petunjuk, ketika ia berkata “Wahai Rasulullah, berlakulah adil”. Dalam dialog tersebut, Dzul Khuwaishirah menganggap dirinya sendiri telah wara’ daripada rasulullah saw bahwa beliau zhalim dan tidak adil dalam pembagian.
6
BAB III PENUTUP A. Kesimpulan
B. Saran
Daftar Pustaka Romli, Idrus. Mengenal Sejarah dan Ajaran Ahlussunnah wal Jamaah. Cetakan 2, Jember : MPKis PP Nuris Jember. 2014 Shiddiqi, Nourouzzaman. Syiah dan Khawarij dalam Perspektif Sejarah , Yogyakarta, PLP2M 1985 Prof.Dr.H.Abdul Rozak,M.Ag,;Prof.Dr.H.Rosihon Anwar,M.Ag. Ilmu Kalam. Cetakan III : April 2014, CV.Pustaka Setia, Bandung, hlm. 63. J.B. Paeh, Tanya Jawab tentang ilmu politik, Diklat Kuliah Mahasiswa Universitas Samaratunggal Manado, 1981, hlm. 5; Bandingkan dengan Mariam Budiarjo, Dasar-dasar ilmu politik, Gramedia, Jakarta, 1980, hlm.30. Nasution, op. Cit, hlm.12. Ibid. Philip K. Hitti, History of the Arabs, The Macmillan Press LTD. London and Basingstoke, Cet. 10, 1973, hlm.24. Baca juga Bukunya The Arabs a Short History, terj. Hutagalung, dkk,. Cet. VII, Sumur Bandung, t.t hlm.18. Jalaluddin Rahmat, Resiko Keterbukaan, Al-Hikmah 3, Oktober, 1991, hlm. 3-4. Nurcholis Madjid, Ed., Khazanah Intelektual Islam, Bulan Bintang, Cet. II, Jakarta, 1985, hlm.12. Ibid,. Hlm.13 Madzkur, loc. Cit.; Bandingkan dengan Rahman, op. Cit., hlm. 247. An-Najjar, op. Cit, hlm. 56. Ibid, hlm. 8 Harun Nasution, Teologi Islam.... Hlm. 18. Yunan Yusuf, Corak Pemikiran Tafsir Al-Azhar, Pustaka Panjimas, Jakarta, 1990, hlm. 16-17. 7
8