PEMBAGIAN SANAD HADIST DARI SEGI KUANTITAS DAN KUALITAS MAKALAH Disusun Guna Memenuhi Tugas Kelompok Semester II Program Sarjana (S1) Kelas G PAI Fakultas Tarbiyah Mata Kuliah: Ulumul Hadist Dosen Sofwan, M.Pd.I
Disusun Oleh : 1. RENITA
NIM. 18116606
2. RIFKI ULINUHA
NIM. 18116602
INSTITUT AGAMA ISLAM NAHDATUL ULAMA (IAINU) KEBUMEN KAMPUS 2 DI WAGIRPANDAN 2019
i
KATA PENGANTAR
Assalamu’alaikum Wr. Wb. Bismillahhirrahmanirrahim Alhamdulillah, terucap syukur kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan rahmat, taufik serta hidayahNya pada kita, karena atas perkenanNya sehingga makalah ini dapat terselesaikan dengan baik. Penyusunan makalah ini di maksudkan untuk memenuhi tugas mata kuliah Ulumul Hadist “PEMBAGIAN SANAD HADIST DARI SEGI KUANTITAS DAN KUALITAS”. Kami selaku penyusun makalah ini mengucapkan terima kasih kepada : 1. Yth. Sofwan, M.Pd.I selaku dosen mata kuliah Ulumul Hadist yang sudah memberikan pengarahan dalam penyusunan makalah ini. 2. Semua pihak yang telah membantu kami dalam menyusun makalah ini. Harapan kami, semoga dengan adanya penyusunan makalah ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman bagi para pembaca pada umumnya dan untuk kedepannya dapat memperbaiki bentuk maupun menambah isi makalah agar menjadi lebih baik. Kebumen,…………..2019
Penyusun
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL......................................................................................
i
KATA PENGANTAR ...................................................................................
ii
DAFTAR ISI ..................................................................................................
iii
BAB I PENDAHULUAN ..............................................................................
1
A. Latar Belakang Masalah .....................................................................
1
B. Rumusan Masalah ..............................................................................
1
C. Tujuan Pembahasan ...........................................................................
1
BAB II PEMBAHASAN ...............................................................................
2
A. Pembagian Hadist dari Segi Kuantitas ...............................................
2
1. Hadist Mutawatir..........................................................................
2
2. Hadist Ahad .................................................................................
3
3. Hadist Masyhur ...........................................................................
4
4. Hadist Ghairu Masyhur ...............................................................
5
B. Pembagian Hadist dari Segi Kualitas ................................................
7
1. Hadist Dhaif ................................................................................
7
2. Hadist Hasan ...............................................................................
8
3. Hadist Shahih ..............................................................................
10
BAB III PENUTUP .......................................................................................
11
A. Kesimpulam .......................................................................................
11
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................
12
iii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Al-Qur’an dan Al-Hadist sebagai pedoman hidup, sumber hukum danajaran Islam, tidak dapat dipisahkan antara satu dan lainnya. Al-Qur’an sebagaisumber pertama memuat ajaran-ajaran yang bersifat umum dan global, sedangkanhadistt sebagai sumber ajaran kedua tampil untuk menjelaskan keumuman isi Al-Qur’an tersebut.Allah SWT menurunkan Adz-Dzikr, yaitu Al-Qur’an bagi umat manusia.Agar Al-Qur’an ini dapat dipahami oleh manusia,
maka
Allah
SWTmemerintahkan
Rasullullah
SAW
untuk
menjelaskannya. Hadist sebagai penjelasn Al-Qur’an itu memiliki bermacammacamfungsi. Salah satunya yaitu macam-macam hadist dilihat dari segi kualitas dan kuantitas. Disini kami akan membahas tentang kualitas dan kuantitas hadist. B. Rumusan Masalah 1. Bagaimana Pembagian hadist dari segi kuantitas ? 2. Bagaimana Pembagian hadist dari segi kualitas ? C. Tujuan 1. Untuk mengetahui mengenai bagaimana pembagian hadist dari segi kuantitas sanad 2. Untuk mengetahui mengenai bagaimana pembagian hadist dari segi kualitas sanad
1
BAB II PEMBAHASAN
A. Pembagian Hadist dari segi Kuantitas Para ulama berbeda pendapat tentang pembagian hadist yang ditinjau dari segi kuantitas atau jumlah rawi yang menjadi sumber berita. Di antara mereka ada yang mengelompokkan menjadi tiga bagian, yakni hadist mutawatir, masyhur, dan ahad, dan ada juga yamg membaginya menjadi dua, yakni hadist mutawatir dan ahad. Ulama golongan pertama, yang menjadikan hadist masyhur berdiri sendiri dan tidak termasuk bagian dari hadist ahad dianut oleh sebagian ulama ushul, diantaranya adalah Abu Bakar Al-Jashshah (305-370 H). Adapun ulama kalam. Menurut mereka, hadist masyhur bukan merupakan hadist yang berdiri sendiri, tetapi merupakan bagian dari hadist ahad. Itulah sebabnya mereka mpembagi hadist menjadi dua bagian, yaitu mutawatir dan ahad. 1. Hadist Mutawatir a. Pengertian Hadist Mutawatir Mutawatir menurut bahasa bararti mutatabi, yakni sesuatu yang datang berikut dengan kita atau yang beriring-iringan antara satu dengan lainnya tanpa ada jaraknya. Adapun pengetian hadist mutawatir menurut istilah, sebagai berikut: ُ عضن َج ْمعٍ ت َِح ْى ُل ْالعاَدَة ُ ت ََوا ْ ب ما َ َر َوا َج ْم ٌع ِ ط ُؤ ُه ْم َع َل ْال َك ِذ
2
Artinya : “Hadist yang diriwayatkan oleh sejumlah orang yang menurut adat mustahil mereka bersepakat terlebih dahulu untuk berdusta.”. b. Contoh hadist mutawatir : اص ِم ب ِْن ٍ َحدَّثَنَا أَحْ َمد ُ ْبنُ ُز َهي ِْر ب ِْن َح ْر ِ َع ْن َع، َسلَ َمة َ ُ نا َح َّمادُ ْبن، سى ْبنُ إِ ْس َما ِعي َل َ نا ُمو، ب َّ صلَّى َّ سو ُل َّ َع ْن َع ْب ِد، َع ْن ِز ِر ب ِْن ُحبَي ٍْش، َبَ ْهدَلَة سلَّ َم ُ قَا َل َر: قَا َل، َّللاِ ب ِْن َم ْسعُو ٍد َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ َِّللا ار َ َ " َم ْن َكذ: ِ َّ فَ ْل َيت َ َب َّوأْ َم ْق َعدَهُ ِفي الن، ي ُمت َ َع ِمدًا َّ َب َعل Artinya : “Barang siapa berbuat dusta terhadap diriku (yang mengatakan sesuatu yang tiada aku katakan atau aku kerjakan), hendaklah ia menempati neraka”. 2. Hadist Ahad a. Pengertian Hadist Ahad Kata ahad atau wahid berdasarkan segi bahasa berarti satu, maka khabar ahad, atau khabar wahid berarti yang disampaikan oleh satu orang. Adapun yang dimaksud dengn hadist ahad menurut istilah yaitu sebagai berikut : ً احدًا ْأواِثْنَي ِْن أَوثَالَثا ِ س َوا ٌء َكانَ ْال ُم ْخ ِب ُر َو َ ما َ لَ ْم ت َ ْبلُ ُغ نَ ْقلُتُهُ ف ْال َكثْ َر ِة َم ْبلَ َغ ْال َخ َب ِر ْال ُمت ََوا ِت ِر فى َ ا َ ْوأ َ ْر َب َعةً أَو َخ ْم ِ َ سةً ا َ ْو َغي َْر ٰذ لِكَ ِمنَ األَعضدَادِالَّت ِىل الَ ت َ ْشعُ ُر بأ َ َّن ْال َخ َب َر دَ َخ َل ِبها َخ َب ِر ْال ُمت ََواتِ ِر Artinya : “Khabar yang jumlah perawinya tidak sebanyak junlah perawi hadist mutawatir, baik perawinya itu satu, dua, tiga, empat,
3
lima, dan seterusnya yang memeberikan pengertian bahwa jumlah perawi tersebut tidak mencapai jumlah perawi hadist mutawatir”. b. Contoh hadis ahad yaitu sebagai berikut : ُّ شعَيْبٌ َع ْن ُ ان ْال َح َك ُم ْبنُ نَافِعٍ قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا َّ ُعبَ ْيد َّللاِ ْبنُ َع ْب ِد ُ الز ْه ِري ِ قَا َل أَ ْخبَ َرنِي ِ َحدَّثَنَا أَبُو ْاليَ َم َّ َعتْبَةَ ب ِْن َم ْسعُو ٍد أ َ َّن َع ْبد َّ ُ َّللاِ ب ِْن ُ َّاس أ َ ْخبَ َرهُ أ َ َّن أَبَا ٍ َّللاِ بْنَ َعب ٍ س ْفيَانَ بْنَ َح ْر ُب أ َ ْخبَ َره Artinya : “BUKHARI - 6) Telah menceritakan kepada kami Abu Al Yaman Al Hakam bin Nafi' dia berkata, telah mengabarkan kepada kami Syu'aib dari Az Zuhri telah mengabarkan kepadaku Ubaidullah bin Abdullah bin 'Utbah bin Mas'ud bahwa Abdullah bin 'Abbas telah mengabarkan kepadanya bahwa Abu Sufyan bin Harb telah mengabarkan kepadanya; bahwa Heraclius” Para ulama membagi hadis ahad menjadi dua, yaitu masyhur dan gairu masyhur, sedangkan ghairu masyhur terbagi lagi menjadi dua, yaitu aziz dan gharib. 3. Hadist Masyhur a. Pengertian Hadist Masyhur Menurut bahasa ialah al-intisyar wa azzuyu’ (sesuatu yang sudah tersebar dan populer). Menurut istilah hadist masyhur adalah : صحاَبَ ِة َو َم ْن بَ ْعدَ ُه ْم َّ صابَ ِة َعدَ د ٌل الَيَ ْبلُ ُغ َحدَّ الت َّ َوات ُ ِر ث ُ َّم ت ََوات ُ َربَ ْعدَ ال َّ ما َ َر َواهُ ِمنَ ال Artinya : “Hadist yang diriwayatkan dari sahabat, tetapi bilangannya tidak mencapai ukuran bilang mytawatir, kemudian baru mutawatir setelah sahabat dan demikian pula setelah mereka”.
4
ُ اس قَا َل َحدَّثَنَا َّ ش ْعبَةُ َع ْن َع ْب ِد b. Contoh Hadist Masyhur : َّللاِ ب ِْن أَ ِبي ٍ ََحدَّثَنَا آدَ ُم ْبنُ أَبِي إِي َّ سفَ ِر َو ِإ ْس َما ِعي َل ب ِْن أ َ ِبي خَا ِل ٍد َع ْن ال َّ ي َّ ش ْع ِبي ِ َع ْن َع ْب ِد َّ ال ِ َّللاِ ب ِْن َع ْم ٍرو َر ِ َّللاُ َع ْن ُه َما َع ْن النَّ ِبي َ ض َّ صلَّى سا ِن ِه َ س ِل َم ْال ُم ْس ِل ُمونَ ِم ْن َي ِده َِو ِل َ سلَّ َم قَا َل ْال ُم ْس ِل ُم َم ْن َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ Artinya : “Seorang muslim adalah seorang menyelamatkan muslim lainnya dari tangannya dan lisannnya”. 4. Hadist Ghairu Masyhur Para ulama ahli hadis menggolongkan hadis gairu masyhur menjadi aziz dan gharib. a. Hadis Aziz Kata aziz berasal dari azza-ya’izzu berarti la yakadu yajadu atau qalla wanandar (sedikit atau jarang adanya) atau berasal dari azza-ya’azzu berarti qawiya (kuat). Adapun kata aziz menurut istilah yaitu, hadis yang perawinya kurang dari dua orang dalam semua thabaqat sanad. Contoh hadis aziz adalah sebagai berikut : ُ َارونَ أ َ ْخبَ َرنَا َّ صلَّى َّ سو ُل َّللاُ َعلَ ْي ِه ُ ع ْن أَن ٍَس قَا َل قَا َل َر ُ أ َ ْخبَ َرنَا يَ ِزيد ُ ْبنُ ه َ َ ش ْعبَةُ َع ْن قَت َادَة َ َِّللا سلَّ َم َال يُؤْ ِمنُ أ َ َحد ُ ُك ْم َحتَّى ي ُِحبَّ ِأل َ ِخي ِه َما ي ُِحبُّ ِلنَ ْف ِس ِه َ َو Artinya : (DARIMI - 2623) : Telah mengabarkan kepada kami Yazid bin Harun telah mengabarkan kepada kami Syu'bah dari Qatadah dari Anas ia berkata; Rasulullah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Tidak sempurna iman salah seorang dari kalian hingga ia mencintai saudaranya seperti ia mencintai dirinya sendiri”.
5
b. Hadis Gharib Gharib menurut bahasa berarti al-munfarid (menyendiri) atau al-ba’id an aqaribihi (jauh dari kerabatnya). Ada juga yang menyatakan bahwa hadis gharib adalah hadis yang diriwayatkan oleh seorang perawi yang menyendiri dalam periwayatannya, tanpa ada orang lain yang meriwayatkan. [4] Contoh hadis gharib adalah sebagai berikut : اص ٍ َِّيم َع ْن َع ْلقَ َمةَ ب ِْن َوق َ َحدَّثَنَا ُم َ سدَّد ٌ َحدَّثَنَا َح َّماد ٌ ه َُو ا ْبنُ زَ ْي ٍد َع ْن يَحْ يَى َع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن إِب َْراه َّ صلَّى َّ ي سلَّ َم يَقُو ُل ْاأل َ ْع َما ُل بِالنِيَّ ِة ُ ُس ِم ْعت َ َُّللا َ علَ ْي ِه َو َ َّللاُ َع ْنه ُ قَا َل ِ ع َم َر َر َ قَا َل َ ي َّ ِس ِم ْعتُ النَّب َ ض ْ ُصيبُ َها أ َ ْو ا ْم َرأَةٍ يَت َزَ َّو ُج َها فَ ِهجْ َرتُهُ ِإلَى َما هَا َج َر إِلَ ْي ِه َو َم ْن كَان ْ فَ َم ْن كَان َت ِ َت هِجْ َرتُهُ إِلَى دُ ْنيَا ي َّ سو ِل ِه فَ ِهجْ َرتُهُ إِلَى َّ هِجْ َرتُهُ إِلَى سو ِل ِه ُ َّللاِ َو َر ُ َّللاِ َو َر Artinya : (BUKHARI - 3609) : Telah menceritakan kepada kami Musaddad telah menceritakan kepada kami Hammad, putra dari Zaid, dari Yahya dari Muhammad bin Ibrahim dari 'Alqamah bin Waqash berkata, aku mendengar 'Umar radliallahu 'anhu berkata, aku mendengar Rasululah shallallahu 'alaihi wasallam bersabda:; "Setiap amal tergantung dengan niat. Maka siapa yang hijrahnya untuk dunia uang ingin didapatkannya atau untuk seorang wanita yang akan dinikahinya maka hijrahnya kepada apa yang dia niatkan, dan barangsiapa yang hijrahnya karena Allah dan Rasul-Nya maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya".
6
B. Pembagian Hadist dari Segi Kualitas Dilihat dari kualitasnya, hadist terbagi menjadi tiga, yaitu Shahih, Hasan dan Dhaif. 1. Hadist Shahih a. Pengertian Hadist Shahih Dari segi bahasa Shahih berarti dhiddus saqim, yaitu lawan kata dari sakit.Sedangkan dari segi istilahnya, hadistt shahih adalah hadistt yang sanadnyabersambung, diriwayatkan oleh perawi yang adil dan dhabit dari sejak awalhingga akhir sanad, tanpa adanya syadz dan illat. ُ ص ِح ْى ُح ف ُه َو ْال َح ِد ى ْع ِن ْالعَد ِ ُ تص َّ اَما َّ ْال َح ِد ىْتُ ال َ السْناَدُهُ بِنَ ْق ِد ِل ْالعضدْ ِل الضَّا بِ ِط ِ َى ى ْ ْث ا ْل ُم ْسنَد ُ اَلَّ ِذ َِل الضَّا بِ ِط اِ َل ُم ْنتحا َ هُ َوالَ ىَ ُك ْونُ شاَذًا َوالَ ُمعلَّال Artinya : “Adapun hadist shahih ialah hadist yang sanadnya bersambung (sampai kepada Nabi), diriwayatkan oleh (perawi) yang adil dan dhabit sampai akhir sanad, tidak ada kejanggalan dan berillat”. Contoh hadist shahih : contoh hadis yang diriwayatkan oleh alBukhari: ُ ارة َ ب ِْن ْالقَ ْعقَاعِ ب ِْن َع ْن، َ َع ْن أ َ ِبي ُز ْر َعة، َشب ُْر َمة ُ َع ْن، ير ٌ َحدَّثَنَا َج ِر، س ِعي ٍد َ َُحدَّثَنَا قُت َ ْي َبةُ ْبن َ ع َم َّ صلَّى َّ سو ِل َّ ضي َيا: فَقَا َل، سلَّ َم ُ َجا َء َر ُج ٌل ِإلَى َر: قَا َل، َُّللاُ َع ْنه َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو ِ أ َ ِبي ه َُري َْرة َ َر َ َِّللا َّ سو َل : قَا َل. َ ث ُ َّم أ ُ ُّمك: ث ُ َّم َم ْن ؟ قَا َل: قَا َل. َ أ ُ ُّمك: ص َحا َبتِي ؟ قَا َل ُ َر ِ ََّّللاِ َم ْن أ َ َح ُّق الن َ اس ِب ُحس ِْن ث ُ َّم أَبُوك: ث ُ َّم َم ْن ؟ قَا َل: قَا َل. َ ث ُ َّم أ ُ ُّمك: ث ُ َّم َم ْن ؟ قَا َل Contoh lain dari hadis shahih :
7
ْ ب َع ْن ُم َح َّم ِد ب ِْن ُجبَي ِْر ب ِْن ُم ط ِع ِم َع ْن ُ َحدَّثَنَا َع ْبدُهللاِ ْبنُ ي ُْو ٍ ف قَا َل أ َ ْخبَ َرنَا َما ِلكٌ َع ِن اب ِْن ِش َها َ س ُّ ب ِبال ط ْو ِر "(رواه البخاري ُ س ِم ْعتُ َر ِ م قَ َرأ َ ِفي ْال َم ْغ ِر.س ْو َل هللاِ ص َ )أ َ ِب ْي ِه قَا َل Artinya : " Telah menceritakan kepada kami Abdullah bin yusuf ia berkata: telah mengkhabarkan kepada kami malik dari ibnu syihab dari Muhammad bin jubair bin math'ami dari ayahnya ia berkata: aku pernah mendengar rasulullah saw membaca dalam shalat maghrib surat at-thur" (HR. Bukhari, Kitab Adzan).” Analissi dari hadis tersebut adalah : 1) Sanadnya bersambung karena semua rawi dari hadits tersebut mendengar dari gurunya. 2) Semua rawi pada hadits tersebut dhobit 3) Tidak syadz karena tidak ada pertentangan dengan hadits yang lebih kuat serta tidak cacat. 2. Hadist Hasan a. Pengertian Hadist Hasan ُ ض ْب ُ سنُ ه َُوال َح ِدي ُ ال َح ِد ي طهُ َغي ُْر شا َ ٍذ َوالَ ُمعَلَّ ٍل َّ سنَدُهُ بِنَ ْق ِل َعدْ ٍل خ َ َف َ ص َل َ ْث ال َح َ َّ ْث الَّذِى اِت Artinya : “Hadis hasan adalah hadis yang bersambung sanadnya, diriwayatkan oleh rawiyang adil, yang rendah tingkat kekeuatan daya hafalnya, tidak rancu dan tidak bercacat”. Dari definisi-definisi tersebut di atas dapat dikatakan bahwa hadist hasan hampir sama dengan hadist shahih, hanya saja terdapat perbedaan dalam soal ingatan perawi.
8
Pada hadist shahih, ingatan atau daya hafalannya harus sempurna, sedangkan pada hadist hasan, ingatan atau daya hafalannya kurang sempurna. Dengan kata lain bahwa syarat-syarat hadist hasan dapat dirinci sebagai berikut : 1) Sanadnya bersambung 2) Perawinya adil 3) Perawinya dhabit, tetapi ke dhabit-tanyaa di bawah ke dhabitan perawi hadist hasan 4) tidak terdapat kejanggalan (syadz) 5) tidak ada illat (illat) [8] b. Contoh hadist hasan : ي َع ْن َي ِزيدَ ب ِْن أَ ِبي َ ي ْبنُ ْال َح ُّ ِيم التَّي ِْم ُّ س ِن ْال ُكو ِف ُّ َحدَّثَنَا َع ِل َ ي َحدَّثَنَا أَبُو َيحْ َيى ِإ ْس َم ِعي ُل ْبنُ ِإب َْراه َّ صلَّى َّ سو ُل سلَّ َم ُ ب قَالَقَا َل َر ِ الرحْ َم ِن ب ِْن أ َ ِبي لَ ْيلَى َع ْن ْال َب َر ٍ از َّ ِز َيا ٍد َع ْن َع ْب ِد َ َّللاُ َعلَ ْي ِه َو َ َِّللا ِ اء ب ِْن َع ُب أ َ ْه ِل ِه فَإِ ْن لَ ْم َي ِجدْ فَ ْال َما ُء لَه َّ َح ٌّق َعلَى ْال ُم ْس ِل ِمينَ أ َ ْن َي ْغت َ ِسلُوا َي ْو َم ْال ُج ُم َع ِة َو ْل َي َم ِ س أ َ َحد ُ ُه ْم ِم ْن ِطي ٌِطيب Artinya: “Berkata Ali ibn Hasan Al Kufiy, berkata Abu Yahya Isma’il ibn Ibrahim At Taimiy, dari Yazid ibn Abi Ziyad, dari Abdurrahim ibn Abi Laila, dari Al Bara’i ibn Ngazib berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Adalah hak bagi orang-orang Muslim mandi di hari Jum’at. Hendaklah mengusap salah seorang mereka dari wangi-wangian keluarganya. Jika ia tidak memperoleh, airpun cukup menjadi wangiwangian.”
9
3. Hadist Dhaif a. Pengertian Hadist Dhaif Kata dhaif menurut bahasa bararti lemah, sebagai lawan dari kata kuat. Maka sebutan hadist dhaif dari segi bahasa berarti hadist yang lemah atau hadist yang tidak kuat. Secara istilah, diantara para ulama terdapat perbedaan rumusan dalam mendefinisikan hadist dhaif ini. Akan tetapi, pada dasarnya, ini isi dan maksudnya adalah sama. ُ ش ُر ْو ُ ش ُر ْو ُ َص َّح ِة َوال ُ ما َ ل ْم ى ُْو َجدْ ِف ْى ِه س ِن َّ ط ال َ ط ْالح Artinya : “hadist yang didalamya tidak terdapat syarat-syarat hadist shahih dan syarat-syarat hadist hasan”. b. Contoh hadist dhaif : ُ سه ْ ََم ْن نا َ َم بَ ْعدَاْلع َ س َع ْقلُهُ فَالَ يَلُ ْو َم َّن اِالَّ نَ ْف َ َص ِر فَآجْ تَل Artinya : “Barangsiapa tidur sesudah ashar kemudian akalnya terganngu maka jamgan menyalakan siapa-siapa kecuali dirinya sendiri”. [11] Hadis ini merupakan hadis dha’if. Karena perawinya tidak adil, tidak dhabit, dan ada kejanggalan dalam matan.
10
BAB III PENUTUP
A. Kesimpulan Pembagian hadits bila ditinjau dari kuantitas sanadnya dapat dibagi menjadi dua, yaitu hadits mutawatir dan hadits ahad. Sedangkan hadis bila di tinjau dari kualitas sanadnya dapat dibagi menjadi tiga, yaitu hadits shahih, hadits hasan, dan hadits dhaif. B. Saran Setelah penulis menguraikan kesimpulan diatas maka penulis sangat membutuhkan saran-saran dari pembaca, yang mana dari saran tersebut dapat membantu adanya perbaikan makalah ini. Dan disarankan kepada semua pembaca untuk mencari informasi-informasi mengenai pembagian hadits baik dari segi kuantitas maupun kualitas.
11
DAFTAR PUSTAKA
Mudasir.Ilmu Hadist.Bandung:CV Pustaka Setia.1999 Dr.Nuruddin ‘Itr.Ulumul Hads.Bandung.PT Remaja Rosdakarya.2012 M.Nashiruddin Al-Albani.Silsilah Hadts Dhaif dan Maudhu’.Jakarta:Gema Insani.1995 http://mugnisulaeman.blogspot.com/2013/03/makalah-hadits-shahih-hasan-dandhaif.html http://muslimdaf.blogspot.com/2012/03/contoh-macam-hadist-ahad.html
12