Pelatih Dan Perkembangan Teknologi.docx

  • Uploaded by: Leo Iwan Fals
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pelatih Dan Perkembangan Teknologi.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,926
  • Pages: 9
Peran Pelatih Pembina Pramuka Masa Kini Gerakan Pramuka sebagai salah satu wadah untuk mendidik karakter generasi muda Indonesia memiliki peran vital di tengah-tengah masyarakat. Dalam setiap kegiatannya dituangkan dalam suatu proses pendidikan Kepramukaan yang mengandung nilai-nilai luhur. Proses pendidikan dimaksudkan disini adakah cara menata dan mengatur kegiatan yang berkaitan dan berkesinambungan. Mursitho (2010) menerangkan bahwa sistem pendidikan dalam Gerakan Pramuka adalah sistem yang mengatur dan menata proses pendidikan bagi anggota Gerakan Pramuka. Kemudian Tim Esensi Gerakan Pramuka (2012) menjelaskan bahwa sebagai wadah pendidikan non formal, Gerakan Pramuka menggunakan Prinsip Dasar Kepramukaan dan Metode Kepramukaan. Proses pendidikan Kepramukaan pada hakikatnya berbentuk kegiatan menarik yang mengandung pendidikan, bertujuan pendidikan, dilandasi nilai-nilai pendidikan, dilaksanakan di luar lingkungan pendidikan sekolah. Pendidikan Kepramukaan sesuai dengan gagasan penciptanya. Lord Boden Powell, yang mula-mula dituangkan dalam buku Scouting For Boys, pada dasarnya ditujukan kepada pembinaan anak-anak dan pemuda, bukan untuk orang dewasa. Namun untuk menunjang keberhasilan pembinaan peserta didik itu, perlu adanya pendidikan untuk orang dewasa, yang akan bertindak sebagai pamong dengan sikap sesuai dengan sistem among, membawa peserta didik kepada tujuan Gerakan Pramuka. Dengan demikian maka fungsi pendidikan Kepramukaan akan berbeda yaitu untuk anak-anak dan pemuda berfungsi sebagai permainan atau kegiatan yang menarik, sedangkan bagi orang dewasa merupakan pengabdian dari para sukarelawan. Maka, untuk menunjang proses pendidikan Kepramukaan berjalan sebagaimana mestinya, dibutuhkan pembina-pembina Pramuka berkualitas di setiap satuan. Dan para pembina Pramuka berkualitas tersebut dapat terwujud dengan sokongan pelatih pembina yang berkualitas pula. Oleh karenanya, dalam makalah ini akan dibahas peran-peran pelatih pembina Pramuka masa kini dalam meningkatkan kualitas pendidikan Kepramukaan bagi pembina Pramuka pada khususnya, dan bagi kegiatan Pramuka pada umumnya. Makalah ini ditulis dalam konteks global yang berkaitan dengan pendidikan orang dewasa. Agar mempermudah pembahasan makalah dan menetapkan tujuan penulisan makalah ini, penulis merumuskan masalah yang diangkat dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut: 1. Apakah peran pelatih pembina Pramuka masa kini dalam konteks pendidikan orang dewasa? 2. Bagaimana urgensi peran tersebut dalam pendidikan Kepramukaan?

Berdasarkan rumusan masalah yang di angkat, tujuan penulisan makalah ini adalah sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui peran pelatih pembina Pramuka masa kini dalam kaitannya dengan pendidikan orang dewasa; dan 2. Untuk menjelaskan peran strategis tersebut dalam meningkatkan kualitas pendidikan Kepramukaan. Fungsi Pendidikan Kepramukaan Prinsip Dasar, Metode dan Kode Kehormatan Pramuka merupakan Ikatan yang tidak dapat dipisahkan dalam Proses pendidikan kepramukaan. Saka Wirakartika Kayen (2011) menjelaskan bahwa Baden-Powell sebagai penemu sistem pendidikan kepramukaan telah menyusun prinsip-prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan, lalu menggunakannya untuk membina generasi muda melalui pendidikan kepramukaan. Beberapa prinsip itu didasarkan pada kegiatan anak atau remaja sehari-hari. Prinsip Dasar dan Metode Kepramukaan itu harus diterapkan secara menyeluruh. Bila sebagian dari prinsip itu dihilangkan, maka organisasi itu bukan lagi gerakan pendidikan kepramukaan.Berdasarkan AD/ART Gerakan Pramuka maka pendidikan Kepramukaan mempunyai fungsi sebagai berikut: 

Kegiatan menarik bagi anak atau pemuda

Kegiatan menarik di sini dimaksudkan kegiatan yang menyenangkan dan mengandung pendidikan. Karena itu permainan harus mempunyai tujuan dan aturan permainan, jadi bukan kegiatan yang hanya bersifat hiburan saja. Karena itu lebih tepat kita sebut saja kegiatan menarik. 

Pengabdian bagi orang dewasa

Bagi orang dewasa kepramukaan bukan lagi permainan, tetapi suatu tugas yang memerlukan keikhlasan, kerelaan, dan pengabdian. Orang dewasa ini mempunyai kewajiban untuk secara sukarela membaktikan dirinya demi suksesnya pencapaian tujuan organisasi. 

Alat bagi masyarakat dan organisasi

Kepramukaan merupakan alat bagi masyarakat untuk memenuhi kebutuhan masyarakat setempat, dan juga alat bagi organisasi untuk mencapai tujuan organisasinya. Jadi kegiatan kepramukaan yang diberikan sebagai latihan berkala dalam satuan pramuka itu sekedar alat saja, dan bukan tujuan pendidikannya. Tujuan Proses Pendidikan Kepramukaan Gerakan Pramuka bertujuan mendidik anak-anak dan pemuda Indonesia dengan prinsipPrinsip Dasar dan Metode Kepramukaan yang pelaksanaannya disesuaikan dengan keadaan, kepentingan dan perkembangan bangsa dan masyaraka indonesia dengan tujuan agar: 1. Anggota Pramuka menjadi manusia yang berkepribadian dan berwatak luhur serta tinggi mental, moral, budi pekerti dan kuat keyakinan beragamanya. 2. Anggota Pramuka menjadi manusia yang tinggi kecerdasan dan keterampilannya. 3. Anggota Pramuka menjadi manusia yang kuat dan sehat fisiknya. 4. Anggota Pramuka menjadi manusia yang menjadi warga negara Indonesia yang berjiwa Pancasila, setia dan patuh kepada Negara Kesatuan Republik Indonesia,

sehingga menjadi anggota masyarakat yang baik dan berguna, yang sanggup serta mampu menyelenggarakan pembangunan bangsa dan negara. Tujuan tersebut merupakan cita-cita Gerakan Pramuka. Karena itu semua kegiatan yang dilakukan oleh semua unsur dalam Gerakan Pramuka harus mengarah pada pencapaian tujuan tersebut. Sementara itu, Tugas pokok Gerakan Pramuka adalah menyelenggarakan pendidikan kepramukaan bagi anak dan pemuda Indonesia, menuju ke tujuan Gerakan Pramuka, sehingga dapat membentuk tenaga kader pembangunan yang berjiwa Pancasila dan sanggup serta mampu menyelenggarakan pembangunan masyarakat, bangsa dan negara. Dalam melaksanakan pendidikan kepramukaan tersebut Gerakan Pramuka selalu memperhatikan keadaan, kemampuan, kebutuhan dan minat peserta didiknya (Pramuka Ma’arif, 2011). Pengertian dan Tujuan Konsep Pendidikan Orang Dewasa Konsep pendidikan orang dewasa atau dengan kata lain sering disebut dengan andragogi, merupakan sebuah konsep yang tepat dalam implementasi pendidikan dan pelatihan pembina Pramuka. Pelatih pembina dapat mengadopsi atau berpedoman pada konsep Andragogi ketika melaksanakan pendidikan dan pelatihan Kepramukaan bagi pembina Pramuka. Andragogi berasal dan bahasa Yunani “Andros” artinya orang dewasa, dan “Agogus” artinya memimpin. lstilah lain yang kerap kali dipakai sebagai perbandingan adalah “Pedagogi” yang ditarik dari kata “Paid” artinya anak dan “Agogus” artinya memimpin. Maka secara harfiah pedagogi berarti seni dan pengetahuan mengajar anak. Karena itu, pedagogi berarti seni atau pengetahuan mengajar anak, maka apabila memakai istilah pedagogi untuk orang dewasa jelas kurang tepat, karena mengandung makna yang bertentangan. Sementara itu, menurut (Kartini Kartono, 1997), andragogi adalah ilmu membentuk manusia; yaitu membentuk kepribadian seutuhnya, agar ia mampu mandiri di tengah lingkungan sosialnya (Muta’alimin, 2009). Berdasarkan pengertian di atas, dapat disimpulkan bahwa andragogi merupakan cara untuk belajar secara langsung dari pengalaman yang bermakna suatu proses pendidikan kembali yang dapat mengurangi konflik-konflik sosial, melalui kegiatan-kegiatan antar pribadi dalam kelompok belajar itu. Selain itu, andragogy juga merupakan suatu proses belajar yang diarahkan sendiri, dimana kira secara terus menerus dapat menilai kembali kebutuhan belajar yang timbul dari tuntutan situasi yang selalu berubah. Tujuan pendidikan orang dewasa adalah untuk membantu mereka melakukan penyesuaian psikologis dengan kondisi sosial. Kemudian andagogi dapat melengkapi keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi. Andagogi juga untuk menolong merubah kondisi sosial orang dewasa. Selain itu, andagogi memberi bantuan agar orang dewasa menjadi individu bebas dan otonom (Suprijanto, 2007). Maka benang merah yang dapat ditarik dari konsep pendidikan orang dewasa di atas adalah bahwa Gerakan Pramuka dalam pelatihan pembina Pramuka sangat erat bertumpu pada konsep andragogi tersebut. Andragogi adalah proses untuk melibatkan peserta didik dewasa ke dalam suatu struktur pengalaman belajar seperti yang dilakukan dalam kegiatan-kegiatan Gerakan Pramuka. Hal penting lainya yang perlu diperhatikan dalam penerapan konsep

pendidikan orang dewasa dalam Gerakan Pramuka adalah bahwa filosofi pendidikan Ki Hajar Dewantara dimana pembina merupakaan teladan bagi sesama Pramuka. Dengan berpedoman dan mengacu pada kajian teoritis pada bab sebelumnya, maka penulis dapat membuat suatu sintesis bahwa pelatih pembina sebagai orang yang memberikan dan menerapkan pendidikan orang dewasa memiliki peran-peran diantaranya: sebagai pelopor, sebagai mediator, dan sebagai motivator. Untuk lebih jelasnya, ketiga peran tersebut dijabarkan dalam pembahasan di bawah ini: Sebagai Pelopor Dalam ilustrasi sederhana pelopor adalah seseorang yang pertama kali memasuki daerah tertentu, sehingga ia harus menemukan jalan untuk kemajuan daerah tersbut. Karakteristik untuk pekerjaan pelopor (yang disebut pionir) adalah kesulitan yang mereka jalani dan usaha besar yang harus mempertahankan banyak fitur yang masih hilang. Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) pelopor berarti yg berjalan terdahulu; yang berjalan di depan. Dalam kaitannya dengan pelatih pembina, pelatih pembina harus mampu menjadi yang pertama dalam menggagas pembinaan Kepramukan yang berkualitas oleh para pembina. Pelatih pembina harus memastikan bahwa pembina memiliki kompetensi yang memadai untuk membina satuan Pramuka. Jadi pelatih pembina identik sebagai sosok individu yang berusia produktif dan mempunyai karakter khas yang spesifik yaitu revolusioner, optimis, berpikiran maju, memiliki moralitas, dsb. Kelemahan mecolok dari seorang pelatih pembina adalah kontrol diri yang matang dengan kelebihan pelatih pembina yang paling menonjol adalah mau menghadapi perubahan, baik berupa perubahan sosial maupun kultural dengan menjadi pelopor perubahan itu sendiri. Peran penting dari seorang pelatih pembina lainnya adalah pada kemampuannya melakukan perubahan. Perubahan menjadi indikator suatu keberhasilan dalam Gerakan Pramuka. Perubahan menjadi sebuah kata yang memiliki daya magis yang sangat kuat sehingga membuat gentar orang yang mendengarnya, terutama mereka yang telah merasakan kenikmatan dalam iklim status quo. Kekuatannya begitu besar hingga dapat menggerakkan kinerja seseorang menjadi lebih produktif. Keinginan akan suatu perubahan melahikar sosok pribadi yang berjiwa optimis. Optimis bahwa hari depan Gerakan Pramuka pasti lebih baik. Pelatih pembina sebagai pelopor menuntut pelatih pembina agar memberikan kesempatan kepada para pembina untuk mengembangkan pribadinya, bakatnya, kemampuannya, citacitanya melalui konsep andragogi. Dalam hal ini, pelatih pembina mengedepankan proses pendidikan yang berorientasi pada peserta didik (Students-Centered). Selain itu, pelatih pembina Pramuka wajib bersikap dan berperilaku yang sesuai dengan kode kehormatan Pramuka. Kemudian pelatih pembina Pramuka dapat menerapkan model pembisaaan dalam rangka memainkan perannya sebagai pelopor. Hal ini sejalan dengan pendidikan karakter dalam Al Quran yang menekankan keseimbangan antara ilmu dan amal, praktik keilmuan melalui pembiasaan. Islam sangat memperhatikan aspek penerapan ilmu karena proses pendidikan perilaku tanpa didukung dengan pembiasaan diri, maka pendidikan itu hanya menjadi angan-angan belaka (Syafri, 2012). Sebagai Mediator

Pelatih pembina sebagai mediator adalah orang yang mampu membantu menyelesikan permasalahan pembinaan Kepramukaan di satuan atau di daerahnya. Mediator adalah pihak netral yang membantu para pihak dalam proses perundingan guna mencari berbagai kemungkinan penyelesaian sengketa tanpa menggunakan cara memutus atau memaksakan sebuah penyelesaian. Jadi, peran mediator hanyalah membantu para pihak dengan cara tidak memutus atau memaksakan pandangan atau penilaiannya atas masalah-masalah selama proses mediasi berlangsung kepada para pihak. Dalam konteks yang lebih luas Gerakan Pramuka bisa digunakan sebagai mediator pembentukan karakter bangsa untuk menanamkan nilai positif dari keanekaragaman budaya yang dimiliki bangsa Indonesia. oleh karena itu, pelatih pembina harus lebih dulu mengambil alih peran mediator tersebut sebelum mendidik dan melatih para pembina Pramuka dan para anggota Pramuka secara luas agar menjadi agen atau mediator perubahan karakter generasi muda. Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman yang cukup tentang media pendidikan Kepramukaan karena hal tersebut merupakan alat komunikasi guna lebih mengefektifkan proses pendidikan Kepramukaan. Dengan demikian jelaslah bahwa Gerakan Pramuka merupakan dasar yang sangat diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan di Indonesia. Sebagai mediator pelatih pembina hendaknya menciptakan kualitas lingkungan yang interaktif secara maksimal, mengatur arus kegiatan pembina, menampung semua persoalan yang diajukan para pembina dan mengembalikan lagi persoalan tersebut kepada pembina yang lain untuk dijawab dan dipecahkannnya, lalu pelatih pembina bersama pembina lainnya harus menarik kesimpulan atas jawaban masalah sebagai hasil belajar. Untuk itu pelatih pembina harus terampil mempergunakan pengetahuan tentang bagaimana orang berinteraksi dan berkomunikasi. Pelatih pembina sebagai mediator juga menempatkan pelatih pembina sebagai sumber belajar yang berarti bahwa mereka menjadi kunci dalam setiap latihan dan kegiatan Kepramukaan. Pelatih pembina harus merencanakan, mengimplementasikan, dan mengevaluasi setiap latihan yang diberikan. Kegiatan Kepramukaan harus dilakukan dalam bentuk kegiatan nyata dengan contoh-contoh nyata, dimengerti dan dihayati, atas dasar minat dan karsa para peserta didik. Dalam hal ini pelatih pembina dituntut untuk memiliki seperangkat pengetahuan dan wawasan yang luas. Pelatih pembina wajib mempunyai ilmu dan keterampilan khusus yang diperoleh dari pendidikan dan pelatihan yang sesuai. Apabila pelatih pembina memiliki kompetensi yang memadai, tentu saja proses pembinaan Kepramukaan dapat menjamin meningkatnya pengetahuan dan keterampilan para pembina lainnya. Hal ini sejalan dengan konsep andragogy bahwa pendidikan ornag dewasa dapat melengkapi keterampilan yang diperlukan orang dewasa untuk menemukan dan memecahkan masalah yang menekankan pemecahan dengan keterampilan bukan isi (Suprijanto, 2007). Sebagai Motivator Peran pelatih pembina sebagai motivator harus memastikan para pembina lain mempunyai semangat dan motivasi yang tinggi. Dalam hal ini, pelatih Pembina dapat memperhatikan unsur-unsur pendidikan melalui proses (1) belajar untuk berfikir; (2) belajar untuk

melakukan; (3) belajar untuk menjadi dirinya sendiri; dan (4) belajar untuk hidup bersama. Selain itu, pelatih pembina dapat pula memperhatikan konsep andragogi seperti yang telah dijelaskan pada bab dua makalah ini. Adisusilo (2012) menjelaskan bahwa motivasi adalah daya dorong yang memungkinkan peserta didik untuk bertindak atau melakukan sesuatu. Oleh karena itu, pelatih pembina sangat berperan dalam menumbuhkan motivasi dengan cara menunjukkan pentingnya pengalaman dan materi Kepramukaan bagi kehidupan pembina secara khusus dan peserta didik di kemudian hari. Dalam Islam, motivasi harus diberikan dengan mengikuti fitrah manusia karena motivasi menyentuh sifat dasar manusia (fitrah) yang menyukai kebaikan dan membenci keburukan, motivasi ini akan menyeimbangkan aspek akal, jasmani, serta jiwa atau hati. Ketiganya harus seimbang, tidak pincang (Syafri, 2012). DAFTAR PUSTAKA Adisusilo, Sutarjo. 2012. Pembelajaran Nilai-Karakter: Konstruktivisme dan VCT sebagai Inovasi Pendekatan Pembelajaran Afektif. Depok: Rajagrafindo Persada, PT. Mursitho, Joko. 2010. Pembaharuan Bahan Kursus KMD Tahun 2010. Jakarta: Pusdiklatnas. Muta’allimin, M. 2009. Konsep dan Metode Pembelajaran untuk Orang Dewasa (Online). Dapat diakses pada: http://nasacenter.blogspot.com/2009/11/konsep-dan-metodepembelajaran-untuk.html. NN. 2005. Kepres RI No. 104 Tahun 2004 dan SK Kwarnas No. 086 tahun 2005 tentang Anggaran Dasar dan Anggaran Rumah Tangga Gerakan Pramuka. Jakarta: Kwarnas. Pramuka Ma’arif. 2011. Saka Wirakartika (Online). Dapat http://scoutingmaarif.wordpress.com/sakasatuan-karya/ saka-wira-kartika.

diakses

Saka Wirakartika Kayen. 2011. Saka Wirakartika pada: http://sakawirakartikakayen.blogspot.com/

Dapat

(Online).

pada:

diakses

Suprijanto,H. 2007. Pendidikan Orang Dewasa; dari Teori hingga Aplikasi. Jakarta: Bumi Aksara. Syafri, Ulil Amri. 2012. Pendidikan Karakter Berbasis Al-Qur’an. Depok: Rajagrafindo Persada, PT. Tim Esensi Gerakan Pramuka. 2012. Mengenal Gerakan Pramuka. Jakarta: Penerbit Erlangga.

ARTIKEL PERAN PRAMUKA DALAM IPTEK Pramuka Indonesia juga memiliki kewajiban untuk ikut serta dalam memajukan teknologi berdasarkan bidang dan kemampuanya, yang berarti tidak menyia-nyiakan kesempatan dan kepercayaan yang telah diberikan masyarakat seiring dengan kemajuan teknologi sekarang ini. Kemajuan teknologi adalah suatu yang tidak bisa kita hindari dalam kehidupan ini karena kemajuan teknologi akan berjalan sesuai dengan kemajuan ilmu pengetahuan.Sebagai rakyat muda yang suka berkarya, memajukan teknologi merupakan hal mutlak yang harus ada dalam segi kehidupan di bidang Kepramukaan khususnya. World Scout Bureu (2002) mengemukakan bahwa tema-tema paling kuat dalam program yang telah dikembangkan oleh Baden Powell adalah mengamati proses-proses alam, memahami dan melindunginya. Dengan melakukan kegiatan di alam terbuka dapat menunjukkan bagaimana orang berpikir kritis tentang beberapa fenomena sains, bagaimana memanfaatkan dengan teknologi yang ada. kegiatan perkemahan yang bersifat kompetisi IPTEK juga sudah sering dilaksanakan untuk mendorong mereka dekat dengan IPTEK tersebut. Contohnya Kemnas (Perkemahan Nasional) yang memiliki tujuan mendekatkan anggota pramuka dengan sains dan teknologi, Semua ini dibuktikan lewat ajang demonstrasi robot semaphore dan roket dsb. Harapannya, pramuka dari seluruh Indonesia tidak asing lagi dengan sains dan teknologi di masa depan, melalui pembinaan karakter generasi muda yang berhubungan dengan teknologi, khususnya Robotika, roket air, dan teknologi ICT lainnya. Gerakan Pramuka juga mengadakan Jamboree On The Air dan Jamboree On The Internet atau yang biasa disingkat JOTA-JOTI. Kegiatan ini bukan hanya diikuti oleh anggota Pramuka golongan Penegak atau Pandega, tapi juga diikuti oleh anggota Pramuka golongan Penggalang. Maksud diadakannya kegiatan ini yaitu untuk mengarahkan anggota Gerakan Pramuka untuk lebih tahu dan mengerti dalam

memaksimalkan pemanfaatan teknologi informasi untuk hal positif dan sebagai sarana komunikasi yang efektif dan efisien bagi anggota Pramuka di seluruh Nusantara. Pada akhirnya, potensi sumber daya manusia Pramuka harus terus digali dan dikembangkan sehingga tujuan Gerakan Pramuka untuk menjadikan Pramuka sebagai penggerak pembangunan bangsa di masa yang akan datang dapat tercapai[1]. Gerakan pramuka memiliki tujuan yang salah satunya adalah sebagai penggerak pembangunan bangsa. Hal ini diwujudkan dengan diselenggarakannya berbagai kegiatan yang menambah energi positif bagi semangat pembangunan di kalangan pemuda khususnya. Karena pramuka memiliki kepanjangan praja muda karana yang artinya pemuda yang berkarya. Pramuka terus memupuk pemuda untuk terus berkarya meskipun dalam keadaan yang mendesak sekalipun. Di dalam Jambore atau perkemahan yang diselenggarakan oleh pramuka tidak pernah terlewatkan untuk menguji setiap anggota pramuka, seberapa besar rasa kritisnya terhadap dirinya, kelompoknya, alam dan masyarakat. Tentunya dengan tantangan-tantangan yang tidak lain akan terjawab dengan ilmu pengetahuan dan teknologi yang mereka ketahui yang akan membentuk pramuka yang berintelektual tinggi, mampu mengintegrasikan antara ilmu pengetahuan dan teknologi dengan kegiatan di alam seperti penggunaan kompas, saat di lapangan tanpa ada cahaya sehingga memanfaatkan sandi morse suara sebagai alat berkomunikasi, membuat sumber api, membuat tempat istirahat sederhana dan sebagainya. Teknologi yang ada pun tidak disia-siakan dengan mengadakan berbagai lomba teknologi seperti membuat alat penangkap sinyal wifi, membuat roket air, dan lain sebagainya. Bukan bertujuan untuk menjadikan masyarakat yang harus terus bergantung dengan alam dan kesederhanaan, namun tidak dapat dipungkiri bila seluruh teknologi yang ada sekarang juga karena proses kesederhanaan di alam yang kemudian diadopsi dengan kode-kode dan teknik tertentu sehingga menjadi teknologi mutakhir yang memberi manfaat bagi masyarakat sekarang. Akan tetapi tidak selamanya manusia akan terus bertahan dengan teknologi ini

karena kondisi dapat saja berubah karena sesuatu hal yang menuntut kembalinya manusia keprinsip awal teknologi yaitu kesederhanaan. Dalam hal ini gerakan pramuka akan terus melatih anggota pramuka untuk terus aktif dan produktif secara positif, dan tidak menutup kemungkinan juga akan menciptakan teknologi mutakhir yang bermanfaat seperti para ilmuwan. Pendidikan pramuka di kelas pun tidak akan kalah dengan pendidikan praktek lapangannya. Karena banyak materi yang berupa pengetahuan yang dibagikan kepada anggota pramuka dan akan dapat membantu terlaksananya pembangunan mental dan fisik mereka untuk di lapangan yang mungkin akan membantu anggota pramuka dalam proses studinya dijenjang sekolah maupun perkuliahan. Saat melatih pramuka di dalam kelas yang menggunakan teknologi seperti presentsi dengan LCD dengan bentuk materi power point juga dapat melatih pembina untuk terus meningkatkan kualitas pengajaran juga dapat membantu mencerdaskan bangsa dengan memproses pendidik-pendidik yang baik dan handal. Oleh karena itulah pramuka menjadi sebuah gerakan sarat akan nilai positif untuk dikembangkan demi kemajuan bangsa lewat pencetakan pemuda sebagai tunas bangsa yang berisi, berintelektual, mempunyai sikap mental yang kuat dan dapat mengaplikasikan teknologi dengan ilmu pengetahuan dan dapat berkontribusi kepada masyarakat lewat bina masyarakat yang masih tertinggal maupun terpencil di bumi Indonesia maupun di Internasional nantinya. Itulah mengapa pramuka mempunyai peran yang cukup vital untuk dikembangkan di bidang ilmu pengetahuan dan teknologi, bahkan untuk pembangunan bangsa Indonesia lebih baik. Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Make Google view image button visible again: https://goo.gl/DYGbub

Related Documents


More Documents from ""