Pedoman Pelrad New.docx

  • Uploaded by: rsbhy
  • 0
  • 0
  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Pedoman Pelrad New.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,406
  • Pages: 35
KEPOLISIAN NEGARA REPUBLIK INDONESIA DAERAH JAMBI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA

BAB I PENDAHULUAN 1.1. Latar Belakang Pembangunan kesehatan bertujuan untuk mewujudkan derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat. Salah satu yang tertuang dalam Undang-undang No 36 tahun 2009 tentang kesehatan bertujuan melindungi pemberi dan penerima jasa pelayanan kesehatan serta memberi kepastian hukum dalam rangka meningkatkan, mengarahkan

dan

memberi

dasar

bagi

pembangunan

kesehatan.

Dalam

pembangunan kesehatan perlu dilakukan peningkatan pelayanan kesehatan termasuk peningkatan Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit. Pelayanan radiologi merupakan bagian integral dari pelayanan medik Rumah sakit yang perlu mendapat perhatian khusus, karena sebagaimana diketahui bahwa Pelayanan Radiologi selain telah dirasakan besar manfaatnya, namun oleh karena didalam pengoperasian peralatan radiologi menggunakan zat radioaktif atau sumber radiasi pengion lainnya sehingga ada resiko bahaya radiasi baik terhadap pekerja, pasien, maupun lingkungannya, dengan demikian Pelayanan Radiologi harus dikelola oleh mereka yang benar-benar profesional dalam bidang radiologi demi keselamatan kerja terhadap radiasi. Pelayanan Radiologi merupakan pelayanan penunjang medis Rumah Sakit Bhayangkara Jambi, yang mempunyai falsafah perwujudan dari disiplin dan profesionalisme. Untuk mencapai hal-hal tersebut diperlukan Standar Pelayanan Instalasi Radiologi ini disusun dari berbagai buku acuan dan standar yang berlaku, yang disesuaikan dengan kondisi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi sehingga dapat memberikan gambaran Pelayanan Instalasi Radiologi dari sisi landasan hukum. mekanisme pelayanan, sarana pendukung SDM, logistik dan fasilitas serta peralatan, sanitasi dan K3, dan tak kalah penting pembiayaan dan pengawasan dan pengendalian mutu. Buku standar pelayanan Instalasi Radiologi ini juga merupakan acuan bagi pelaku pelayanan dalam melaksanakan kegiatan sehari-hari.

1

1.2. Tujuan Pedoman 1. Tersedianya pedoman bagi petugas di Instalasi radiologi dalam memberikan pelayanan radiologi kepada pasien. 2. Sebagai pedoman pelayan Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi

1.3. Ruang Lingkup Pelayanan Radiologi di Rumah Sakit Bhayangkara Jambi mempunyai ruang lingkup Radiodiagnostik Konvensional,Intervensional dan Imeging. 1. Pelayanan radiodiagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi pengion, antara lain pelayanan X-ray konvensional, dan CT- Scan. 2. Pelayanan imejing diagnostik adalah pelayanan untuk melakukan diagnosis dengan menggunakan radiasi non pengion, antara lain pemeriksaan dengan Ultrasonografi (USG) 1.4. Batasan Operasional Pemeriksaan radiodiagnostik yang diselenggarakan harus mampu mendeteksi kelainan-kelaian pada pemeriksaan Rontgen, USG dan CT- Scan. 1. Pemeriksaan dengan dan tanpa media kontras meliputi pemeriksaan : a. Tractus Gastrointenstinal (oesophagus, gaster, duodenum, jejunum, ileum, colon, sigmoid, rectum ) b. Tractus Billiaris c. Tractus urinarius d. Tractus Respiratorius e. System muskoloskeletal ( Cranium, collumna vertebralis, extremitas, articulation, pelvis ) 2. Pemeriksaan USG yang mendeteksi kelainan-kelainan : a. Hepar b. Vesica Fellea (gall bladder/kantong empedu ) c. Ginjal d. Pancreas e. Lien f. Vesica Urinaria g. Organ genitalia interna h. Kelenjar Thyroid i.

Mammae 2

3. Pemeriksaan Ct-Scan yang dapat dilakukan adalah : a. Kepala, dengan dan tanpa media kontras b. Abdomen, dengan dan tanpa media kontras c. Thorax, dengan dan tanpa media kontras d. Sinus Paranasalis, dengan dan tanpa media kontras e. Pelvis f. Ekstremitas 1.5. Landasan Hukum 1. Undang-Undang No 36 Tahun 2009 tentang Kesehatan 2. Peraturan Pemerintah No . 11 tahun 1975 tentang Keselamatan Kerja Terhadap Radiasi. 3. Peraturan Pemerintah No. 12 tahun 1975, tentang Izin pemakaian zat radioaktif dan atau sumber radiasi lainnya. 4. Peraturan MENKES No.366.MENKES/PER/V/1997, tentang Penyelenggaraan Pelayanan Radiologi 5. Buku Pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit dan Sarana Pelayanan Kesehatan Lainnya. 6. Surat

Edaran

Dirjen

Yan

Medik

Depkes

RI

No.

943/Yanmed/RS-

Umdik/VII/1985, tentag Rekomendasi Penggunaan Zat Radio aktif dan Sumber Radiasi lainnya dibidang kesehatan, serta Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No. 627/Yanmed/RS-Umdik/VI/1991 tentang Penyempurnaan Surat Edaran Dirjen Yan Medik Depkes RI No. 943/Yanmed/Rs-Umdik/VII/1985 7. Peraturan Pemerintah No. 32 tahun 1992 tentang Tenaga Kesehatan 8. Surat

Keputusan

Bersama

Menteri

No.525/Menkes/VIII/1989-/VIII/1989

-

Kesehatan No

dan

Dirjen

01.01/94/DJ/89

BATAN tentang

Pendelegasian Wewenang Pemeriksaan Terhadap Pemakaian Zat Radioaktif dan atau Sumber Radiasi Lainnya Di Bidang Kesehatan Dari BATAN kepada Departemen Kesehatan R.I 9. Keputusan menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 1014/MENKES/ SK/XI/2008 tentang Standar Pelayanan Radiology Diagnostik Di Sarana Pelayanan Kesehatan 10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia No. 780/ MENKES/ PER/ VIII/2008 tentang penyelenggaraan pelayanan Radiologi 11. 3

BAB II STANDAR KETENAGAAN PELAYANAN RADIOLOGI

2.1. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara mempunyai bagan struktur organisasi dan uraian tugas yang jelas bagi semua klasifikasi pegawai yang ada. Kegiatan Radiologi harus dilakukan oleh petugas yang memiliki kualifikasi pendidikan dan pengalaman yang memadai serta memperoleh kewenangan untuk melaksanakan kegiatan yang menjadi tanggung jawabnya. Instalasi Radiologi RS Bhayangkara menetapkan petugas yang bertanggung jawab terhadap pelaksanaan berbagai kegiatan pelayanan Radiologi berdasarkan standar mutu dan keamanan kerja.

1. Jenis Kualifikasi Dan Jumlah Petugas di Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi: No Jenis Tenaga

Jumlah

Keterangan

1 2 3 4 5

2 orang 5 orang 1 orang 1 orang 1 orang

SIP Memiliki STR Memiliki SIB SMU / sederajat SMU / sederajat

Dokter Spesialis Radiologi Radiografer Petugas PPR Operator Tenaga Administrasi

2. Uraian Tugas Petugas Instalasi Radiologi 1. Dokter Radiologi Dokter Radiologi sebagai Kepala Instalasi Radiologi adalah penanggung jawab organisasi mempunyai uraian tugas adalah : a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan di Instalasi Radiologi. b. Menyusun

Standar Prosedur Operasional pelayanan di Instalasi

Radiolgi. c. Membuat dan mengevaluasi program kerja Instalasi Radiologi. d. Menyelesaikan masalah yang timbul di lingkungan radiologi sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan e. Melakukan pemeriksaan USG f. Melakukan pemeriksaan radiologi khusus. g. Memberikan Expertise. 4

2. Kepala Ruangan Radiologi a. Mengkoordinasikan seluruh kegiatan di Radiologi b. Menganalisa dan mengusulkan kebutuhan sumber daya di radiologi. c. Membuat jadwal jaga personil d. Membuat laporan kegiatan pelayanan di Instalasi Radiologi e. Merencanakan peningkatan SDM di Instalasi Radiologi. f. Membuat uraian tugas bawahannya. g. Mengawasi semua kegiatan di Instalasi Radiologi h. Menyelesaikan masalah yang timbul di lingkungan radiologi sehubungan dengan kegiatan pelayanan yang tidak dapat diselesaikan oleh bawahan. i. Melaksanakan tugas lain yang diberikan oleh atasan langsung atau yang terkait dengan kegiatan Instalasi radiologi 3. Petugas Proteksi Radiasi. a. Mengurusi ijin pemakaian pesawat sinar X. b. Mengkoordinasikan

dengan

instalasi

lain

yang

terkait

masalah

pengukuran dan kalibrasi alat sinar X c. Menyelenggarakan film TLD dan mencacat laju ukur paparan dosis radiasi d. Membuat prosedur pemakaian alat – alat proteksi radiasi. e. Melaporkan bila ada kejadian luar biasa. f. Melaporkan masa kalibrasi dan paparan / pengajuan kalibrasi ulang. g. Mengawasi dan menjaga agar setiap petugas bekerja sesuai prinsip proteksi radiasi. 4. Radiografer Pelaksana a. Menghidupkan dan mematikan alat. b. Melaksanakan pemeriksaan. c. Mengerjakan pemeriksaan foto kontras bersama dengan dokter spesialis radiologi. d. Memberi

penjelasan

pada

pasien

maupun

keluarganya

pemeriksaan yang akan dilakukan. e. Menyiapkan blanko inform concent apabila diperlukan. f. Menyiapkan alat - alat pemeriksaan di Radiologi agar siap pakai

5

tentang

g. Memproses film hasil pemotretan h. Membersihkan peralatan Radiografi bila sudah dipakai 5. Pelaksana Administrasi dan Pengarsipan a. Meregistrasi pasien b. Melaksanakan administrasi pasien dengan perjanjian c. Melaksanakan administrasi hasil radiologi dan pengarsipan d. Melaksanakan tugas lain dari atasan

2.2. Distribusi Ketenagaan Instalasi Radiologi

No

Ruangan

Jumlah

1 2 3 4 6 7

Ruang Baca Ruang USG Kamar RONTGEN Kamar CT-SCAN Administrasi dan Ruang Hasil Supervisor

2 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang 1 orang

Keterangan Dokter Sp.Radiologi 1 dokter, Radografer Radiografer SMU Radiografer

Setiap petugas / personil baru yang bekerja di Radiologi wajib mendapat orientasi mengenai ruang lingkup pekerjaan yang akan ditempati, kesehatan kerja dan keselamatan kerja. Materi orientasi bagi petugas yang baru melingkupi : 1. Ruang lingkup pekerjaan sesuai dengan bidangnya 2. Pengenalan bahan dan zat berbahaya yang ada di Radiologi 3. Pengenalan alat pelindung diri ( APD ) 4. Pengenalan Keamanan Radiasi 5. Prosedur Proteksi dan Keselamatan Radiasi 6. Cara penanggulangan dan penanganan kecelakaan Radiasi 7. Cara penanganan pasien kritis 2.3. Pembinaaan Tenaga Peningkatan kompetensi tenaga radiologi dilakukan melalui pendidikan dan pelatihan. Pendidikan dan Pelatihan dilaksanakan sesuai prioritas dan ketersedian anggaran, dikoordinir oleh Bidang SDM. Pelatihan untuk peningkatan kompetensi tenaga radiologi bisa melalui pelatihan dan seminar, yaitu program pelatihan yang diselenggarakan oleh rumah sakit. 6

Pelatihan yang dapat diikuti oleh SDM radiologi adalah: pelatihan manajemen meliputi: Membangun team work, manajemen konflik, Komunikasi organisasi, manajemen perubahan, Problem Solving, manajemen informasi, manajemen pelaporan, manajemen arsip, manajemen Pengendalian infeksi rumah sakit, Pengendalian bahaya kebakaran dan pelatihan bantuan hidup dasar (BHD), Pelatihan perilaku berupa membangun komitmen, service exelent, dan komunikasi asertif. Pelatihan tehnis radiologi berupa Pemeliharaan peralatan, penanganan reaksi alergi, penanganan kegawat daruratan bagi petugas rumah sakit, pelatihan computer billing sistem. 2.4. Pengaturan Jaga Instalasi radiologi perlu melaksanakan pelayanan rutin da gawat darurat Terbuka 24 jam yang terbagi dalam : 1. Pagi

: pukul 07.00 – 14.00 WIB

2. Siang

:pukul 14.00 – 20.00 WIB

3. Malam

:pukul 20.00 – 07.00 WIB

2.5. Evaluasi Penilaian Orientasi Pegawai Baru Evaluasi Penilaian Orientasi Pegawai Baru dilakukan setelah masa magang pegawai berakhir, penilaian dilakukan selama 3 bulan masa magang pegawai. Penilian tersebut mencakup sebagai berikut : 1. Kedisiplinan dalam berdinas 2. Kejujuran 3. Kesetiakawanan 4. Kecakapan 5. Sopan santun dan ramah terhadap pasien dan rekan kerja 6. Kemampuan bekerja sendiri 7. Tanggung jawab 1. Kolom Nilai Nilai dari < 65 - >85 2. Kolom Keterangan Kolom total nilai keseluruhan berisi tentang nilai yang diperoleh karyawan. Beri nilai < 65 hingga > 85 untuk masing-masing faktor penilaian yang ada pada kolom penilaian tersebut dan setiap faktor dijumlah untuk mendapatkan hasil 7

nilai terakhir dengan berdasarkan nilai terbaik atau tertinggi yang diperoleh karyawan yang bersangkutan, dengan pengertian : Nilai

:

a. Kurang (D)

= < 65

b. Cukup (C)

= 66-75

c. Baik (B)

= 76-85

d. Sangat Baik (A)

= > 85

Setelah penilaian dilakukan dapat ditentukan apakah pegawai baru tersebut layak atau tidak diterima sebagai pegawai tetap di Rumah Sakit Bhayangkara Jambi.

8

BAB III STANDAR FASILITAS RADIOLOGI

3.1 Denah Instalasi Radiologi

.

9

3.2. Standar Fasilitas Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara memiliki ruang pemeriksaan/ ruang kerja yang nyaman dan sudah memenuhi standar nasional, undang-undang dan peraturan yang berlaku. Semua ruang pemeriksaan sudah dilengkapi dengan timbal, beberapa ruangan sudah dilengkapi dengan AC. Berikut adalah kondisi ruangan pemeriksaan radiologi dan sarana untuk proteksi radiasi Instalasi Radiologi Rumah Sakit : 1. Ruang baca dokter -

panjang

: 2,4 meter

-

lebar

: 3,6 meter

-

tinggi

: 3 meter

10

2. Ruang pemeriksaan Ruang pemeriksaan terbagi menjadi 2 ruang pemeriksaan a. Ruang pemeriksaan Rontgen - panjang

: 3,6 meter

- lebar

: 3 meter

- tinggi

:3 meter

- Tidak ada jendela dalam ruangan. - Tebal dinding

: tembok setebal 30 cm.

- Ruang kontrol pemeriksaan dilengkapi kaca Pb ukuran 30 cm x 30 cm 3.

Ruang CT- SCAN - panjang

: 5 meter

- lebar

: 3,6 meter

- tinggi

: 3 meer.

- Tebal dinding

tembok setebal 30 cm.

- Tebal dinding

: 30 cm ( batu bata)

- Pintu dilapisi

: 2 mm Pb

- Sistem Keamanan

: lampu merah tanda bahaya radiasi di atas pintu

masukPemeriksaan - AC yang terus menyala - Ruang operator CT-Scan dilengkapi dengan kaca Pb ukuran 120 x 60 cm

d. Ruang USG

4.

- Panjang

: 3 meter

- Lebar

: 3 meter

- Tinggi

: 3 meter

Ruang tunggu pasien Ruang tunggu bagi pasien yang akan dilakukan tindakan radiologi, fasilitas yang tersedia kursi tunggu. - Air yang mengalir dalam bak pencuci atau automatic processor

5.

Ruang Ganti Baju Pasien - Panjang

: 1 meter

- Lebar

: 1 meter

- Tinggi

: 3 meter 11

3.3. Jenis dan Jumlah Alat di Instalasi Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi

No 1 2 3 4

Jenis Pesawat

Kemampuan

CT Scan ( TOSHIBA ) U S G (TOSHIBA ) MOBILE ( TOSHIBA ) CR + PRINTER ( KONICA MINOLTA)

16 Slice 3 dimensi 250 mAs DRYPRO MODEL 873

Jumlah

Kondisi

1 unit 1 unit 1 unit

Baik Baik Baik

1 unit

Baik

Perawatan seluruh peralatan sinar-X yang ada dilakukan secara teratur dan terjadwal. Pemeliharaan dilakukan oleh petugas radiologi dan Kaur Jangmed Rumah Sakit Bhayangkara. Perawatan CT Scan oleh PT yang menyediakan alat. Kalibrasi alat-alat X-Ray dilakukan setiap satu tahun sekali. Kalibrasi dilakukan untuk memastikan bahwa nilai output/ nilai keluaran alat X-Ray sesuai antara faktor yang disetting dengan nilai yang keluar/ yang diterima oleh pasien. Seluruh alat X-Ray yang digunakan dalam pelayanan radiologi

memiliki ijin

pengoperasian yang diterbitkan oleh BAPETEN (Ijin dalam proses). Ijin berlaku untuk jangka waktu 3 ( tiga ) tahun, dan harus diajukan untuk diperpanjang pada masa berakhirnya ijin tersebut. Selain tersedianya alat dalam jumlah yang cukup baik dari segi jenis maupun jumlah dan kemampuannya, juga harus tersedia obat-obatan dan peralatan basic life support untuk mengatasi keadaan gawat darurat akibat reaksi terhadap bahan kontras. Peralatan yang harus tersedia antara lain persediaan peralatan suntik ( needle dan wing needle ), infusion set, standar infus, spuilt 10 cc, spuilt disposible 50 cc, kasa, kapas alkohol. Obat-obatan basic life support yang harus tersedia antara lain Aminophylline, dexametason, dopamine, alkohol, cairan NaCl 0,9% dan betadine. Juga harus tersedia central oksigen yang selalu terkontrol isinya

12

BAB IV TATA LAKSANA PELAYANAN

Pelayanan Radiologi rutin dan gawat darurat terbuka 24 jam, pelaksanaan pelayanan radiologi dan diagnostik imaging mempunyai alur pelayanan yang adequate, teratur sesuai kebutuhan pasien. Adapun alur pelayanan pemeriksaan radiologi sebagai berikut : 4.1. Pendaftaran Pemeriksaan a. Petugas pendaftaran menerima formulir permintaan radiologi dari poliklinik, rawat jalan atau rawat inap serta klinik luar / dokter luar. b. Memilah / menyeleksi jenis pemeriksaan yang diminta untuk pasien rawat jalan: 1. Pemeriksaan Khusus ( dengan kontras ) a. Untuk pasien rawat jalan : 1. Dipersiapkan terlebih dahulu ( dipuasakan jika diperlukan). 2. Diberi penjelasan tentang pemeriksaan yang akan

dilakukan,

persiapan pasien, rincian biaya dan waktu pemeriksaan dilakukan baik secara lisan dan tertulis. 3. Dijanjikan tanggal dan jam pemeriksaan. 4. Menandatangani persetujuan tindak medik ( informed concent ) 5. Jika membutuhan hasil cek laboratorium diharuskan untuk membawa hasil cek labor 6. Jika membuhkan obat media kontras akan diberikan resep dari Radilog yang bisa ditebus di Instalasi farmasi b. Untuk pasien rawat inap : Semua persiapan pemeriksaan dilakukan oleh perawat jaga yang telah berkoordinasi terlebih dahulu dengan petugas instalasi radiologi 2. Pemeriksaan Rutin a. Pasien Rawat Jalan Pemeriksaan rutin bisa langsung dikerjakan setelah melalui persyaratan teknis administrasi. b. Pasien Rawat Inap Jika kondisi pasien kooperatif bisa langsung diantar ke ruangan radiologi oleh perawat ruangan 13

3. Pasien umum tunai wajib diberikan penjelasan tentang biaya / selisih biaya pemeriksaan yang harus dibayar. 4. Pasien perusahaan wajib mendaftar ke loket pendaftaran pasien rawat jalan atau IGD terlebih dahulu dan mendapat surat pengantar dari dokter spesialis di Rumah Sakit Bhayangkara Jambi.

4.2. Persiapan Pemeriksaan Pemeriksaan radiologi untuk tujuan diagnostik hanya dilakukan sesuai dengan permintaan yang tercantum pada formulir permintaan pemeriksaan radiologi. Dalam surat permintaan tersebut dicantumkan keadaan klinis pasien. Untuk pemeriksaan tanpa persiapan bisa langsung dikerjakan sedangkan untuk pemeriksaan dengan persiapan akan dibuatkan penjadwalan di buku penjadwalan dan akan diberitahukan tentang persiapan yang harus dilaksanakan. Sesuai kemampuan dan ketetapan yang telah disepakati untuk penjadwalan pemeriksaan radiologi setiap harinya adalah sebagai berikut : a. Pemeriksaan CT Scan dengan kontras 2 (dua) pasien sehari b. Pemeriksaan USG 10 (Sepuluh) pasien pada dinas siang c. Pemeriksaan Konvensional dengan kontras 2 (dua) pasien sehari Untuk pemeriksaan dengan kasus cito bisa langsung dikerjakan jika radiolog ada ditempat atau jam dinas. Namun jika diluar jam dinas Radiolog maka perlu menghubungi Radiolog terlebih dahulu. Untuk penjadwalan pada jam kerja dilayani oleh petugas pendaftaran dan penjadwalan diluar jam kerja / hari libur dilayani oleh petugas jaga saat itu. 1. Persiapan pemeriksaan dilakukan untuk pasien pemeriksaan khusus yang meliputi Oesofagus Maag Duodenum/ OMD (lambung) , Colon In Loop (usus besar), Apendicogram (usus buntu), BNO-IVP, Uretrocistogram (ginjal dan saluran kencing), HSG (saluran peranakan), USG Abdomen, . 2. Persiapan pasien untuk pemeriksaan Colon In Loop adalah a. satu hari sebelum pemeriksaan pasien hanya diperbolehkan makan bubur kecap/makanan rendah serat b. makan terakhir pada pukul 22.00 wib pada pukul 00.00 wib pasien minum obat urus-urus (dulcolak) dan puasa sampai dengan pemeriksaan selesai

14

c. Pagi harinya diharapkan pasien buang air besar (untuk pasien rawat inap bisa dilakukan klisma) untuk membersihkan usus dari sisa kotoran makanan d. Mengisi dan menandatangi Informed Consent sebelum pemeriksaan dilakukan 3.

Persiapan pemeriksaan lambung (OMD) dan Appendicogram, yang meliputi: a. Satu hari sebelum pemeriksaan pasien hanya boleh makan bubur kecap, minum air putih. b. Malam menjelang pemeriksaan pasien harus puasa ( tidak makan / tidak minum ± 8 – 12 jam ). c. Untuk pasien appendicogram, Barium Sulfat diminum sesudah pengambilan foto polos abdomen dan dilakukan pemeriksaan lanjutan

12

jam berikutnya,

kemudian pasien puasa,dan tidak boleh buang air besar sebelum pemeriksaan. d. 12 jam kemudian ( pada hari pemeriksaan ) pasien harus berada di instalasi radiologi dalam keadaan puasa. e. Mengisi dan menandatangi Informed Consent sebelum pemeriksaan dilakukan 4. Persiapan pemeriksaan ginjal + saluran kencing (BNO-IVP) ,yang meliputi: a. Cek Ureum dan Creatinin, jika Creatinum dan Ureum pasien normal pemeriksaan BNO-IVP dapat dilanjutkan, kemudian diberikan resep obat kontras kepada pasien untuk ditebus ke apotik (untuk pasien rawat jalan) sedangkan untuk pasien rawat inap, diserahkan kepada perawat ruangan. b. Satu hari sebelum pemeriksaan pasien hanya boleh makan bubur kecap, minum air putih / teh sekedarnya. c. Malam menjelang pemeriksaan pasien minum obat pencahar, kemudian puasa sampai dengan pemeriksaan selesai d. Keesokan harinya pada hari pemeriksaan

pasien harus berada di radiologi

dalam keadaan puasa. e. Mengisi dan menandatangi Informed Consent sebelum pemeriksaan dilakukan 5. Persiapan pemeriksaan USG Abdomen ( perut ) yang meliputi: a. Satu hari sebelum pemeriksaan pasien sebaiknya makan bubur kecap,minum air putih. b. Malam menjelang pemeriksaan pasien puasa c. Keesokan harinya ( pada hari pemeriksan ) pasien harus berada di instalasi radiologi masih dalam keadaan puasa. d. Khusus pasien dengan USG Liver / kandung empedu, puasa yang mengandung lemak.

15

e. Khusus untuk pasien dengan USG abdomen bawah dan Gynekologi pasien harus banyak minum dan tahan kencing untuk mengisi blass f. Pasien dengan pemeriksaan USG Prostat harus banyak minum air putih dan tahan kencing. 6. Persiapan pemeriksaan saluran reproduksi ( HSG ) yang meliputi : a. Pemeriksaan dilakukan kurang lebih 9-10 hari sesudah menstruasi dari hari pertama. b. Sejak mulai menstruasi pertama sampai dengan saat pemeriksaan pasien dilarang berhubungan badan. c. Mencukur rambut kemaluan d. Datang ke instalasi radiologi sesuai dengan tanggal yang dijanjikan e. Mengisi dan menandatangi Informed Consent sebelum pemeriksaan dilakukan

4.3. Pelaksanaan Pemeriksaan 1. Pemeriksaan radiologi rutin ( non kontras ) terdiri dari pemeriksaan tulang kepala,extremitas atas, thorax ,extremitas bawah, dan tulang belakang. Adapun ketentuan pelaksanaan pemeriksan sebagai berikut: a. Membaca formulir permintaan pemeriksaan radiologi (lihat permintaan tindakan dan klinis ). b. Menjelaskan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan serta rincian biaya . c. Meminta Pasien untuk menunggu panggilan di ruang tunggu pasien d. Mengatur posisi pasien sesuai dengan pemeriksaan yang akan dilakukan e. Mengatur cube pesawat sesuai proyeksi pemeriksaan f. Memasang marker R/L pada kaset g. Memasang identitas pasien no dan nama h. Mengatur kondisi pemotretan ( KV, mA, Sec ) sesuai dengan tabel kondisi. i.

Memberi aba – aba atau perintah menjelang expose.

j.

Melakukan pemotretan dengan menekan tombol exposure ( 2 step Ready Expose). Pemotretan selesai.

k. Memprosessing foto yang telah diekspose dengan image reader dan akan ditampilkan pada layar monitor. l.

Memberitahukan kepada pasien waktu pengambilan hasil kemudian pasien dipersilahkan keluar.

m. Mencocokkan foto rontgen dengan formulir pemeriksaan. n. Memberi / menulis amplop rontgen. 16

o. Menyerahkan foto yang sudah siap baca ke meja dokter. p. Radiolog membaca foto rontgen. 2. Pemeriksaan radiologi Khusus ( dengan kontras media ) terdiri dari pemeriksaan saluran pencernaan , ginjal + saluran kencing dan saluran peranakan dengan ketentuan pemeriksaan sebagai berikut : a. Membaca formulir permintaan pemeriksaan radiologi ( lihat klinis ). b. Menjelaskan tentang pemeriksaan yang akan dilakukan, menjelaskan persiapan pasien yang dibutuhkan dan rincian biaya kemudian memberikan resep obat kontras yang akan digunakan dan menjadwalkan hari pemeriksaan c. Cek ureum dan creatinin di laboratorium d. Pasien datang ke ruang radiologi menyerahkan hasil cek lab dan obat yang telah di beli e. Pasien diminta mengganti baju pasien yang sudah di siapkan f. Mempersiapkan Kaset, Marker dan Identitas Pasien g. Mengatur posisi pasien sesuai Proyeksi pemeriksaan h. Mendampingi radiolog menyuktikkan bahan kontras i.

Mengambil foto sesuai instruksi dokter radiologi.

j.

Memprosessing film yang telah diekspose dengan image reader dan akan ditampilkan pada layar monitor., memberi nama identitas pasien pada amplop film

k. Menyerahkan film/foto yang sudah siap baca ke meja baca dokter l.

Menyerahkan hasil pemeriksaan kepada pasien

3. Pemeriksaan USG a. Meminta formulir permintaan pemeriksaan USG b. Menjelaskan tentang pemeriksaan dan rincian biaya c. Mengarahkan pasien untuk ke loket pembayaran terlebih dahulu d. Memanggil

pasien,

mempersilahkan

pasien

untuk

berbaring

pemeriksaan e. Mempersiapkan Alat USG dan pasien yang akan di periksa Radiolog f. Pemeriksaan dilakukan oleh dokter radiologi g. Menempelkan film USG pada amplop USG h. Menyehkan hasil USG ke ruang baca Radiolog i.

Menyerahkan hasil USG kepada pasien 17

di

tempat

4. Pemeriksaan CT – Scan a. Membaca formulir permintaan pemeriksaan radiologi. b. Menjelaskan pemeriksaan yang akan dilakukan dan rincian biayanya c. Mengarhakan pasien utnuk membayar ke loket pembayaran terlebih dahulu. d. Mengatur posisi pasien sesuai pemeriksaan. e. Menyeleksi gambar yang akan dicetak. f. Mencetak Film.

4.4. Pengolahan film Pencucian film pada konventional x-ray menggunakan system pengolahan Computed radiography.

Sebelum film diproses terlebih dahulu mengetik identitas pasien pada

computer, Pengolahan foto rontgen dengan menggunakan Alat Reader (pembaca) dimulai denganmemasukkan kaset kedalam alat Reader, kemudian foto keluar melalui computer, kemudia film akan keluar melalui alat printer otomatis. Sedangkan pada flim CT Scan proses pencetakan gambar sudah menggunakan

printer yang otomatis langsung akan

keluar dalam bentuk gambaran slice sesuai yg diinginkan

4.5. Pelayanan Diluar Jam Kerja (CITO) Pelayanan radiologi diluar jam kerja di Instalasi radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi biasanya digunakan untuk gawat darurat 24 jam berupa USG dengan dilakukan langsung oleh radiolog, sedangkan jam dinas Radiolog pada pukul 14.00 s/d 16.00. Radiografer atau petugas radiologi menghubungi Radiolog langsung melalui telpon pribadi untuk memberitahukan adanya permintaan radiologi cito. Setelah itu petugas radiologi mempersiapkan alat-alat yang akan digunakan untuk pemeriksaan cito tersebut agar jika radiolog datang pemeriksaan langsung bisa dikerjakan. Kemudian jika pemeriksaan cito bersifat hasil Expertise diluar Jam Dinas Radiolog dimana setelah pasien selesai di foto rontgen hasil film langsung di bawa oleh petugas radiologi/kurir diantar oleh ambulance menuju ketempat Radiolog berada pada saat itu, sebelumnya menghubungi radiolog terlebih dahulu. Radiografer mencatat kegiatan pelaksanaan pemeriksaan cito pada buku pemeriksaan untuk bahan laporan. ( laporan pemakaian film dan pemakaian bahan kontras )

18

4.6. Pemberian Expertise Ekspertise foto Rontgen baik di dalam maupun di luar jam kerja dilakukan oleh Dokter Spesialis Radiologi. 1. Pada Jam kerja Foto Rontgen akan diekspertise dan bisa ditunggu hasilnya dalam jangka waktu ≤ dari 3 jam dengan ketentuan foto tersebut dilaksanakan ≤ jam 14.00 WIB siang hari pemeriksaan. 2. Di atas jam 14.00 wib hasil akan dibaca sesuai jadwal radiolog yang berdinas 3. Untuk foto atau pemeriksaan di atas pukul 22.00 wib hasil akan di baca esok harinya 4. Untuk hasil saat pemeriksaan dilakukan pada hari libur, maka hasil bisa diambil keesokan harinya saat Radiolog berdinas 5. Di luar jam kerja / kasus cito Foto dapat dipinjam dengan ketentuan setelah dilihat oleh dokter pengirim harus segera dikembalikan ke bagian Radiologi untuk di ekspertise oleh Dokter Spesialis Radiologi. Dokter Spesialis Radiologi akan memberitahukan secepatnya kepada dokter yang mengirim apabila ditemukan halhal serius. 4.7. Penyerahan Hasil 1. Sebelum menyerahkan hasil, Petugas akan memeriksa kecocokan data kwitansi dari pasien sesuai dengan nama, tanggal pemeriksaan, umur dan nomor rekam medis. 2. Mengarsipkan hasil pemeriksaan

4.8. Pelayanan medik diluar Rumah Sakit 1. Rumah Sakit Bhayangkara menawarkan pelayanan diluar Rumah Sakit untuk setiap pasien yang memerlukan pemeriksaan yang bersifat radiodiagnostik dan lainnya yang tidak tersedia atau dikarenakan alat di RS Bhayangkara dalam perbaikan. Rumah Sakit yang dipilih merupakan Rumah Sakit yang memiliki rekam jejak kinerja yang baik berdasarkan rekomendasi dari Rumah Sakit dan memenuhi undangundang serta peraturan yang berlaku. 2. Pasien yang akan dirujuk diberitahu tentang pelayanan yang akan dilakukan dan hubungan-hubungan dokter yang merujuk pasien dengan pelayanan radiologinya. 3. Rumah sakit siloam dipilih untuk menjadi rumah sakit rujukan pelayanan radiologi keseluruhan meliputi Rontgen, Mammografi, Panoramik, Ultra Sonography, CTScan, dan Magnetic Resonance Imaging. 4. Rumah sakit bhayangkara mereview dan menerima hasil kontrol mutu dari masingmasing rumah sakit rujukan berupa hasil pemeriksaan yang akurat dan sertifikat terakreditas yang terakhi 19

BAB V LOGISTIK

Perbekalan kesehatan yang diperlukan oleh Radiologi secara rutin tiap bulan berupa Alkes dan ATK yang mana barang tersebut diajukan ke Instalasi Farmasi dan pengadaan dengan mengacu pada pemakaian bulan sebelumnya, untuk cadangan Alkes disimpan di gudang farmasi sedang yang ada di Radiologi untuk pemakaian selama satu bulan, apabila sebelum satu bulan ada Alkes yang sudah habis petugas Radiologi membuat nota dinas untuk meminta Alkes yang diperlukan ke gudang Instalasi farmasi, dalam keadaan dimana bekkes di Radiologi sudah menipis dan koordinasi dengan gudang farmasi ternyata belum bisa mendukung untuk pelayanan pasien diprioritaskan kepada pasien Rawat inap / cito. 5.1. Alur Pengadaan Alkes, Obat-Obat Emergency . Adm. Radiologi Farmasi

KARU Radiologi Pengadaan

Farmasi

CV penyedia ALKES

Pengadaan

Pengadaan

Adm. Radiologi

5.2. Alur Pengadaan Film, Jelly USG, Amplop Film Adm. Radiologi Adm. Radiologi

KARU Radiologi Pengadaan

Pengadaan CV penyedia Film

KARUMKIT Pengadaan

5.3. Alur pengadaan ATK Adm. Radiologi

KARU Radiologi

Adm. Radiologi

Pengadaan

Pengadaan

CV penyedia ATK

20

KARUMKIT

Pengadaan

KARUMKIT

Pengadaan alat dan bahan di instalasi radiologi ada 2 macam yaitu : 1. pengadaan bahan dan alat non medis 2. pengadaan bahan dan alat medis, termasuk obat dan alat kesehatan.

1. Pengadaan bahan dan alat non medis Contoh bahan dan alat non medis adalah barang alat tulis kantor, cetakan, barang keperluan rumah tangga, barang elektronik dan sebagainya. 2. pengadaan bahan dan alat medis, termasuk obat dan alat kesehatan Contohnya bahan dan alat medis adalah media kontras, spuit, film x – ray, cairan chemical dan sabagainya.

5.4. Persediaan Barang No

Persediaan Barang

Jumlah Barang

A. X-RAY 1

Dry Film 14 x 17

1 Box

2

Dry Film 11 x 14

2 Box

3

Dry Film 10 x 12

1 Box

4.

Xolmetras 50 cc

20 Vial

5

Barium Sulfat

1 Set

6

Amplop USG

100 lembar

7

Amplop film Rontgen

1500 lembar

8

Kaset Film

4 Buah

9

Grid

2 Buah

10

Apron

4 Unit

11

Paper Print USG

10 Roll

B. ALKES 1

Spuit Disp. 50 cc

20 buah

2

Jelly USG

1 jerigen

3

Aquades

10 buah

4

Alkohol

2 Liter

5

Masker

2 Box

6

Oksigen kecil

1 Tabung

21

7

Wing needle 18

No 8

1 Box

Nama Barang

Jumlah Barang

Kapas gulung

1 Buah

C. Alat Tulis Kantor 1.

Spidol marker

5

2

Spidol Boardmarker

2

3

Lem kertas

1

4

Isi stapler kecil

4

5

Bolpoint

4

6

Kertas A4 dan F4

7

tempat CD

500 Buah

8

CD Kosong

500 Buah

1 Rim / 1 Rim

5.5. Permintaan Permintaan obat-obat Emergency, dan alat medis dilakukan setiap satu bulan sekali sesuai kebutuhan ke Instalasi Farmasi, menggunakan formulir Bon Permintaan Barang. Apabila ada kebutuhan mendesak dan stok barang di radiologi kosong maka permintaan barang bisa dilakukan sewaktu – waktu pada jam kerja sesuai kebutuhan. Permintaan Barang Radiologi berupa DRY film, Jelly USG, Amplop Film dilakukan tiap bulan ke bagian pengadaan dan dilakukan pengecekan tiap bulan ke bagian pengadaan, jika stok sudah menipis maka di buat permintaan pengajuan Barang Radiologi untuk Stok

5.6. Penyimpanan Penyimpanan dilakukan di lemari radiologi .

5.7. Penggunaan Penggunaan obat – obatan dan Bahan Medis dengan memperhatikan waktu kadaluarsa. Barang yang memiliki waktu kadaluarsa paling pendek digunakan terlebih dulu.

22

BAB VI K3 dan PROTEKSI RADIASI

6.1. Struktur Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi

Kepala Rumah Sakit KOMPOL Dr,Wahono Edhi Prastowo,Sp.PD

Petugas Proteksi Radiasi Penda Saprizal, Amd. Rad

1. 2. 3. 4. 5.

Dokter Radiologi 1. Dr. H. Ali Imron, Sp.Rad 2. Dr. H. Husny Edi Taufik, Sp.Rad

Radiografer Beni saka alamsyah, Am. Rad Mona Noffaliya, Amd. Rad Nona Edna, Amd. Rad Nova Ariesta P, SST Vera Yanti Manalu, Amd. Rad

Administrasi Bripka Ardiyansyah

Operator Bripka Fred Joyneri

23

6.2. Keselamatan Pasien Keselamatan pasien ( patient safety ) rumah sakit adalah suatu sistem dimana rumah sakit membuat asuhan pasien lebih aman, dimana pasien merasa nyaman, tidak tersakiti dan tidak cedera baik sebelum, sedang dan setelah dilakukan pemeriksaan di Radiologi. Pengertian Sistem tersebut meliputi: assesmen risiko, identifikasi dan pengelolaaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien, pelaporan dan analisis insiden, kemampuan belajar dari insiden dan tindak lanjutnya serta implementasi solusi untuk meminimalkan timbulnya risiko. Sistem tersebut diharapkan dapat mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak melakukan tindakan yang seharusnya dilakukan 1. Tujuan Keselamatan Pasien antara lain adalah : a. Terciptanya budaya keselamatan pasien di rumah sakit. b. Meningkatakan akuntabilitas rumah sakit terhadap pasien dan masyarakat. c. Menurunnya kejadian tidak diharapkan (KTD) di rumah sakit. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan kejadian tidak diharapkan 2. Tatalaksana Keselamatan Pasien antara lain adalah : a. Pasien yang akan dilakukan pemeriksaan di Radiologi akan diperhatikan terlebih dahulu keadaannya oleh petugas Radiologi. Apabila keadaan pasien sulit untuk dilakukan pemeriksaan, petugas Radiologi akan berkoordinasi dengan perawat pengantar atau keluarga yang mendampingi untuk memegangi ataupun menjaga pasien agar pasien dapat dilakukan pemeriksaan dengan mudah

Perawat / keluarga yang memegangi pasien wajib

dilengkapi /

mengenakan apron sebagai APD. b. Pasien yang alergi terhadap obat kontras saat pemeriksaan atau pasien yang dalam pemeriksaan terjadi keadaan kritis akan ditangani sesuai Standar Prosedur Operasional ( SPO ) yang ada. c. Berikan informasi yang jelas kepada pasien atau pun keluarga pendamping pasien mengenai tata laksana pemeriksaan yang akan dilakukan serta tata cara yang harus dilakukan oleh pasien disaat pemeriksaan dilakukan. Membatasi luas lapangan penyinaran yang akan dilakukan sesuaikan dengan luas lapangan objek yang akan diperiksa, bertujuan untuk mengurangi paparan dosis radiasi yang diterima oleh pasien. Usahakan agar tidak terjadi pengulangan pemotretan dan mempersingkat waktu penyinaran. 24

6.3. Keselamatan Kerja dan Keamanan (K3) Petugas Radiologi dalam menjalankan tugasnya harus professional dan harus mengacu pada pedoman / SPO yang ada, jauhkan diri personil dari sumber radiasi, hindari paparan radiasi primer, analisa bahaya setiap pekerjaan, selalu menggunakan alat pelindung diri/personal dosimeter (APD). Secara berkala setiap setahun sekali semua petugas Radiologi dilakukan pemeriksaan kesehatan. Apabila dalam menjalankan tugas terjadi sesuatu hal yang tidak diharapkan, petugas Radiologi akan berkoordinasi dengan unit K3. Program keamanan dilaporkan dan didokumentasikan satu tahun sekali dan jika ada kejadian atau insiden selalu gunakan handscoon dan masker wajah jika melakukan tindakan yang mengharuskan petugas kontak langsung dengan cairan tubuh dari pasien. Ada 5 waktu yang diharuskan mencuci tangan yaitu : 1. Sebelum kontak dengan pasien 2. Sebelum melakukan tindakan aseptik 3. Setelah terkena cairan tubuh pasien 4. Setelah kontak dengan pasien 5. Setelah kontak dengan lingkungan pasien Pemanfaatan

sinar-X

diagnostik

meliputi

disain

ruangan,

pemasangan

dan

pengoperasian setiap pesawat Sinar-X sesuai dengan spesifikasi keselamatan alat, perlengkapan proteksi radiasi, keselamatan operasional, proteksi pasien, dan uji kepatuhan (compliance test). Keselamatan kerja yang diterapkan antara lain : 1. Dilakukan pengujian pesawat sinar-x dan CT Scan / kalibrasi setiap satu tahun sekali 2. Pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan dalam kondisi yang baik dan dirawat dengan program jaminan kualitas. 3. Ruangan Sinar-X harus dibangun dengan cukup kuat untuk menahan beban perlatan yang ada di dalamnya dan dibangun sedemikian, sehingga memberikan proteksi yang cukup terhadap operator (petugas) dan orang lain yang berada di sekitar ruangan pesawat Sinar-X. 4. Ruang operator terdapat tabir Pb dan dilengkapi dengan kaca intip dari Pb sehingga dapat melindungi operator dari radiasi bocor dan hamburan. Pintu ruang 25

pesawat Sinar-X dan Pesawat CT Scan terdapat penahan radiasi yang cukup sehingga terproteksi dengan baik. 5. Lampu merah sebagai tanda radiasi harus terpasangdi atas pintu, yang dapat menyala pada saat pesawat Sinar-X digunakan dan terdapat tanda peringatan radiasi. 6. Apron pelindung yang mempunyai ketebalan minimum yang setara dengan 0,25 mm Pb dengan ukuran yang cukup pada bagian badan dan gonad untuk pemakai dari radiasi langsung. 7. Terdapat fasilitas untuk imobilisasi pasien, untuk mengurangi pergerakan pasien pada saat pemeriksaan dengan Sinar-X dan CT Scan. 8. Tersedia peralatan untuk mencegah atau mengendalikan bahaya konvensional seperti kebakaran, banjir, dan kedaruratan yang berkaitan dengan listrik. 9.

Arah berkas utama dari pesawat Sinar-X tidak diarahkan ke panel kontrol.

10. Orang yang membantu memegang pasien anak-anak atau orang yang lemah pada saat penyinaran dilakukan oleh orang dewasa / keluarga dengan menggunakan apron, tidak dilakukan oleh petugas Usaha yang dilakukan dalam melaksanakan penyinaran Sinar-X sedemikian rupa sehingga diperoleh hasil yang baik dengan paparan minimum pada pasien atau petugas. 11. Selama penyinaran, tidak seorangpun kecuali petugas yang berhubungan dan pasien berada dalam ruang penyinaran. 12. Pesawat Sinar-X dilarang dioperasikan oleh petugas yang tidak berwenang. 13. Apabila terjadi kerusakan pesawat, perbaikan peralatan Sinar-X dilakukan oleh teknisi yang telah diberi mandat oleh penguasa yang berwenang. Teknisi tersebut mempunyai keahlian dan latar belakang proteksi radiasi untuk mengerjakan pekerjaannya dengan aman. 14. Terdapat peralatan monitoring personil yaitu TLD untuk memantau paparan radiasi yang diterima setiap satu bulan sekali

6.4. Prosedur Penanggulangan Keadaan Darurat a. Jika terjadi kebocoran radiasi yang disebabkan oleh tegangan yang tidak stabil dapat dilakukan dengan memutuskan arus listrik pada pesawat dan mencacat pada buku laporan kecelakaan darurat. Melaporkan kejadian pada Kepala Ruangan dan Petugas Proteksi Radiasi. Kemudian PPR melaporkan hal tersebut ke BPFK Medan Untuk di tindak lanjuti, diadakan uji kebocoran hingga pesawat layak pakai kembali.

26

b. Jika terjadi keadaan darurat berupa kebakaran atau gempa bumi, 1) alur evakuasi yang diterapkan oleh MFK adalah keluar dari ruangan ikuti tanda panah,

jalan tengah sebagai jalan poros

berkumpul pada titik kumpul evakuasi/titik hitam 2) Prosedur Evakuasi a) Tetap tenang, jangan panik, jangan berlari, ikuti petunjuk arah evakuasi atau dari petugas petugas evakuasi b) Jangan mencoba mengambil barang yang tertinggal c)

Lepaskan sepatu hak tinggi

d) Jalan merangkak menuju tangga darurat, bila lorong dipenuhi asap e) Tutup hidung dan mulut dengan saputangan atau tissue yang telah dibasahi air guna menghindari dari kemungkinan menghirup zat-zat beracun f)

Keluar menuju tempat berhimpun dihalaman rumah sakit atau tempat lapang yang bebas bencana

3) Prosedur Penggunaan APAR a) Jika APAR berada dalam kaca, dalam keadaan darurat pecahkan kaca b) Tarik Keluar segel pengaman handle picu c) Angkat nozel ke area bebas d) Tekan handle picu sedikit sampai gas CO2 powder keluar e) Bawa APAR ke titik api f) Arahkan nozel ketitik api dan tekan handle g) Jarak APAR dengan titik api 2 meter 4) Prosedur Bantuan Hidup Dasar ( BHD) a) Jika suatu keadaan ditemukan seseorang/pasien terdapat gangguan tersumbatnya jalan nafas, tidak ditemukannya denyut nadi b) Pastikan keamanan penolong dan pasien ( Aman Diri, Aman Pasien Aman Lingkungan) c) Nilai respon pasien, periksa pembuluh darah carotis dan denyut jantung d) Segera berteriak minta tolong atau panggilan teman sebagai saksi atau bisa hubungi tempat sarana kesehatan terdekat e) Posisikan pasien terlentang, jika denyut carotis teraba tapi denyut jantung tidak lakukan RJP 2 x 30 selama 5 silkus f) Jika denyut jantung terasa denyut carotis tidak laukan mouth to mouth atau bantuan nafas ( 2x hembusan nafas) g) Posisikan pasien miring, penolong berada dibelakang pasien 27

6.5. Proteksi Radiasi Proteksi radiasi merupakan cabang ilmu pengetahuan atau teknik yang mempelajari masalah kesehatan manusia maupun lingkungan dan berkaitan dengan pemberian perlindungan pada seseorang atau sekelompok orang ataupun kepada keturunannya terhadap kemungkinan yang merugikan kesehatan akibat adanya paparan radiasi. Tujuan proteksi

radiasi

adalah

untuk

mencegah

terjadinya

efek

deterministik

yang

membahayakan dan mengurangi peluang terjadinya efek stokastik. Selain itu proteksi radiasi bertujuan melindungi para pekerja radiasi serta masyarakat umum dari bahaya radiasi yang ditimbulkan akibat penggunaan zat radioaktif atau sumber radiasi lain. Prinsip dasar proteksi radiasi yang diterapkan yaitu pengaturan waktu dimana seorang pekerja radiasi yang berada di dalam medan radiasi akan menerima dosis radiasi yang besarnya sebanding dengan lamanya pekerja tersebut berada di dalam medan radiasi, pengaturan jarak ( Paparan radiasi berkurang dengan bertambahnya jarak dari sumber radiasi ), dan Penggunaan perisai radiasi untuk penanganan sumber-sumber radiasi dengan aktifitas sangat tinggi. Setiap kegiatan yang mengakibatkan paparan radiasi hanya boleh dilaksanakan setelah dilakukan pengkajian yang mendalam dan manfaatnya lebih besar dibandingkan dengan kerugiannya, paparan radiasi dari suatu kegiatan harus ditekan serendah mungkin, dan dosis radiasi yang diterima oleh seseorang dalam menjalankan suatu kegiatan tidak boleh melebihi nilai batas yang telah ditetapkan oleh instansi yang berwenang.

Upaya Proteksi Radiasi Terhadap Pasien, Petugas dan Masyarakat Umum a. Pemeriksaan dengan sinar-X hanya dilakukan atas permintaan dokter. b. Pemakaian perisai maksimum pada sinar primer. c. Pemakaian teknik kV tinggi. d. Jarak fokus ke pasien tidak boleh terlalu dekat. e. Daerah yang disinari harus sekecil mungkin, f. Organ reproduksi dilindungi sebisanya. g. Pasien yang hamil, terutama trimester pertama tidak boleh diperiksa secara radiologis. h. Selama penyinaran berlangsung, petugas berdiri di belakang penahan radiasi. i.

Sedapat mungkin petugas tidak berada dalam kamar pesawat sinar-X pada waktu dilaksanakan radiografi.

j.

Pintu berpenahan radiasi timbal selalu ditutup selama dilakukan penyinaran. 28

k. Selama

penyinaran

berlangsung,

setiap

orang

termasuk

perawat

yang

menyertainya harus berlindung di balik penahan radiasi.

Proteksi radiasi merupakan hal penting dan mutlak harus diperhatikan, untuk menjaga keselamatan pasien, petugas dan masyarakat dari dampak radiasi. Ruang pemeriksaan Radiologi semuanya harus dilengkapi / dilapisi dengan timbal, semua pesawat kondisinya layak pakai dan secara rutin dikalibrasi satu tahun sekali.

APD yang ada di Radiologi diantaranya : 1. Apron 2. Tabir Timbal yang ditempatkan di Ruang Rontgen Langkah-langkah pencegahan bahaya radiasi : a. Pemasang stiker bahaya radiasi di setiap pintu pemeriksaan b. Pemasangan lampu warna merah di atas pintu pemeriksaan c. Pemasangan gambar wanita hamil harap lapor petugas d. Penggunaan kolimator sesuai objek yang di foto e. Pengaturan kondisi expose dengan cermat f. Penggunaan APD ( pelindung gonad ) untuk organ sensitive yang tidak diperiksa g. Penggunaan apron untuk petugas / keluarga pasien bila diperlukan bantua h. Meminimalisasi / menghindari proses pengulangan foto i.

Petugas melarang orang yang tidak berkepentingan berada diruang pemeriksaan pada saat pemeriksaan berlangsung.

j.

Unit Radiologi menolak permintaan foto rontgen untuk pasien wanita hamil kecuali ada indikasi penting, dan pada pelaksanaan pemotretan daerah abdomen ditutup dengan apron.

k. Secara berkala petugas PPR mengecek keadaan dan kelayakan semua alat peralatan yang diperlukan l.

Dalam menjalankan tugasnya semua petugas Radiologi dilengkapi / memakai personal monitoring untuk memonitor paparan radiasi yang diterima yang setiap 3 bulan sekali dikirim ke BATAN untuk diproses hasil evaluasi TLD dikirim kembali ke radiologi untuk dicatat dalam kartu dosis dan diarsipkan. Pengukuran Paparan Sinar X dan Kalibrasi Pesawat Sinar X

m. Setiap setahun tahun sekali dilakukan kalibrasi pesawat sinar X dan pengukuran paparan radiasi disekitar ruang rontgen.

29

n. Apabila ada pesawat sinar X baru atau perubahan bangunan ruang rontgen maka PPR koordinasi dengan Instalasi Pemeliharaan Peralatan Medis untuk melakukan kalibrasi dengan pengukuran paparan radiasi disekitar ruang rontgen yang akan dilakukan oleh BPFK.

30

BAB VII PENGENDALIAN MUTU

Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, di era dimana pengetahuan masyarakat akan pelayanan kesehatan semakin tinggi bukanlah perkara yang mudah. Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan beragam. Untuk dapat memberikan pelayanan kesehatan yang bermutu, di era dimana pengetahuan masyarakat akan kesehatan semakin tinggi bukanlah perkara mudah. Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi dituntut untuk dapat memenuhi kebutuhan masyarakat yang semakin meningkat dan beragam. Prosedur evaluasi akan menilai profesionalisme dalam pelayanan radiologi dan pengalaman etika profesi setiap staf. Sehubungan dengan hal tersebut, maka suatu keharusan

bagi

Instalasi

Radiologi

untuk

selalu

dapat

meningkatkan

kualitas

pelayanannya. Upaya peningkatan mutu pelayanan radiologi dituangkan dalam bentuk program-program. Agar upaya peningkatan mutu di RS.Bhayangkara dapat dilaksanakan secara efektif dan efisien maka diperlukan adanya kesatuan bahasa tentang konsep dasar upaya peningkatan mutu pelayanan.

Mutu Pelayanan Instalasi Radiologi RS Bhayangkara Jambi 1. Pengertian Mutu a. Mutu adalah tingkat kesempurnaan suatu produk atau jasa. b. Mutu adalah expertise, atau keahlian dan keterikatan (komitmen) yang selalu dicurahkan pada pekerjaan. c. Mutu adalah kepatuhan terhadap standar. d. Mutu adalah kegiatan tanpa salah dalam melakukan pekerjaan. 2. Definisi Mutu Pelayanan RS Bhayangkara Jambi Adalah derajat kesempurnaan pelayanan RS. Bhayangkara Jambi untuk memenuhi kebutuhan masyarakat konsumen akan pelayanan kesehatan yang sesuai standar dengan menggunakan potensi sumber daya yang tersedia di RS Bhayangkara Jambi secara wajar, efisien dan efektif serta diberikan secara aman dan

31

memuaskan sesuai dengan norma, etika, hukum dan sosial budaya dengan memperhatikan kemampuan RS Bhayangkara Jambi dan masyarakat konsumen.

3. Pihak yang berkepentingan dengan Mutu Pelayan Radiologi a. Konsumen / pasien b. Dokter Pengirim Pemeriksaan c. Manajemen RS Bhayangkara Jambi Setiap

kepentingan

yang

disebut

di

atas

berbeda

sudut

pandang

dan

kepentingannya terhadap mutu. Karena itu mutu adalah multi dimensional. 4. Tujuan dari program peningkatan kualitas pelayanan radiologi antara lain: a. Meningkatnya mutu pelayanan radiologi Rumah Sakit Bhayangkara Jambi sejalan dengan

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi serta

kebutuhan pasien di era globalisasi. b. Meningkatkan kepercayaan pasien/ pelanggan terhadap pelayanan instalasi radiologi c. Meminimalkan kemungkinan munculnya komplain dari pasien akan hasil pemeriksaan yang kurang bermutu. d. Meminimalkan kemungkinan munculnya komplain dari Dokter Pengirim akan hasil pemeriksaan yang kurang bermutu. 5. Sasaran dari program peningkatan kualitas radiologi antara lain: a. Meningkatnya kecepatan dan ketepatan pelayanan radiologi. b. Menurunnya prosentase film gagal. c. Meningkatnya mutu tampilan administrasi radiologi 6. Evaluasi mutu pelayanan radiologi dilakukan dengan 2 (dua) cara yaitu: a. Melalui angket mutu pelayanan instalasi radiologi yang diisi oleh pasien yang diperiksa di Instalasi Radiologi. b. Melalui Checklist evaluasi pemeriksaan yang berisi tentang , identitas pasien, jenis pemeriksaan, dokter pengirim, jam diperiksa dan selesai diperiksa, kemudian jam hasil selesai di expertise dan bukti pengambilan hasil oleh pasien. c. Melalui angket evaluasi ekspertise instalasi radiologi yang diisi oleh dokterdokter yang merujuk pasien

Angket mutu pelayanan Instalasi Radiologi yang diisi oleh pasien akan direkap tiap bulan dan akan dilakukan analisa dan evaluasinya, kemudian akan 32

ditentukan tindak lanjutnya. Angket mutu ini berisi evaluasi terhadap kecepatan pelayanan radiologi yang dihitung sejak pasien melakukan pemeriksaan radiologi sampai pasien menerima hasil foto lengkap dan ekspertisenya, evaluasi terhadap keramahan staf dalam melayani. Penyebaran angket evaluasi dilakukan selama sebulan dan dievaluasi selama setahun sekali. Angket evaluasi ekspertise instalasi radiologi yang diisi oleh dokter-dokter yang merujuk pasien akan direkap tiap 6 (enam) bulan dan akan dilakukan analisa-analisa evaluasinya, kemudian akan ditentukan tindak lanjutnya. Angket evaluasi untuk dokter pengirim berisi evaluasi terhadap evaluasi hasil ekspertise foto-foto rontgen, USG,

yang dibuat oleh dokter spesialis radiologi,

evaluasi terhadap kualitas foto rontgen (ketepatan posisi, ketepatan faktor eksposi) . Mutu pelayanan radiologi selain ditentukan oleh mutu sumber daya manusia juga sangat tergantung pada pelayanan peralatan radiologi yang harus selalu dalam keadaan prima baik secara fisik maupun fungsinya. Untuk mendapatkan kondisi peralatan yang selalu prima dan siap pakai perlu dilakukan pemeriksaan yang dapat menjamin kualitas dan keselamatan (safety) peralatan radiologi serta peralatan penunjangnya.

1. Pemeriksaan-pemeriksaan yang dilakukan terhadap peralatan tersebut antara lain: Pemeriksaan fisik alat secara visual yang dilaksanakan sebelum arus listrik dihubungkan ke suatu rangkaian pengendali, rangkaian pembangkit dan rangkaian pengaman dari suatu jaringan listrik. Pemeriksaan tidak hanya penglihatan tetapi juga dengan meraba, menyentuh, menggerakkan pada bagian yang memang dapat digerakkan dengan memutar, menekan atau menarik. Pemeriksaan yang dilakukan untuk meyakinkan bahwa peralatan dalam keadaan aman pada kedudukan atau posisinya, sehingga peralatan dapat digunakan secara benar. Pemeriksaan fisik dilakukan oleh petugas secara kontinyu sebelum peralatan dipakai.

Pemeriksaan fisik alat secara manual meliputi: 

Arus Listrik



Tegangan / daya



Rangka dan konstruksi



Badan alat dan permukaan



Mekanikal



Meja Pemeriksaan 33



Kolimator (conus/diafragma)



Lampu indikator dan tombol



Pencahayaan ruang



Kondisi udara Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dilakukan oleh radiografer dan atau

bagian teknik Rumkit RS Bhayangkara Jambi.

2. Pemeriksaan secara kuantitatif dan kualitatif yang meliputi: 

Pemeriksaan meja control (control table) untuk memastikan indikator besaran listrik antara lain tegangan, arus, daya, dan frekuensi harus dalam keadaan baik.



Pemeriksaan akurasi kilo volt (kV) untuk mengetahui kV yang ditunjukkan oleh kV meter sesuai dengan kV yang dikeluarkan oleh High Tension Transformator (HTT).



Pemeriksaan linierisasi mA (reciprocity mAs) adalah untuk mengetahui perubahan penghitaman film dengan adanya perubahan mA dan s pada tingkat mAs yang sama.



Pemeriksaan focal spot, dilakukan untuk mengetahui ukuran lapangan focal spot.



Pemeriksaan kolimator untuk mengetahui ketepatan titik sentrasi penyinaran dan luas lapangan.



Pemeriksaan out put pesawat untuk pemakaian radiografi, untuk mengetahui dosis paparan radiasi yang diterima oleh pasien pada pemeriksaan radiografi.



Pengukuran radiasi bocor, untuk mengetahui apakah ada kebocoran radiasi pada tabung X-Ray ( dilakukan oleh BPFK ).



Pengukuran paparan radiasi hambur, untuk mengetahui dosis paparan radiasi yang ada di lingkungan sekitar ruang radiologi (dilakukan Oleh BPFK ). Pemeriksaan-pemeriksaan tersebut di atas dilakukan oleh badan pelaksana yang ditunjuk oleh rumah sakit.

34

BAB VIII PENUTUP

Pedoman Pelayanan Radiologi Rumah Sakit Bhayangkara jambi merupakan standar yang baku dalam penyelenggaraan Radiologi di Rumah Sakit Bhayangkara i. Buku Pedoman ini berisi falsafah dan tujuan Instalasi Radiologi, fasilitas dan peralatan, kebijakan dan prosedur, pengembangan staf dan program pendidikan serta evaluasi dan pengendalian mutu Instalasi Radiologi. Penyusunan buku pedoman ini mengacu pada beberapa sumber yang telah ditetapkan oleh Departemen Kesehatan Republik Indonesia maupun badan-badan lain seperti Badan Pengawas Tenaga Nuklir (BAPETEN). Diharapkan penerapan pedoman pelayanan Radiologi ini dapat mewujudukan pelayanan Radiologi yang prima, bermutu dan aman. Selanjutnya perlu dilakukan evaluasi yang berkelanjutan terhadap hasil dari penerapan Pedoman Pelayanan ini untuk kemudian dapat dilakukan perbaikan-perbaikan sehingganya tercapai tujuan Pelayanan Radiologi yang telah ditetapkan. Dalam perjalanan waktu, sesuai perkembangan dan tuntunan Pedoman Pelayanan ini akan kita revisi bila diperlukan.

Ditetapkan di

: Jambi

Pada tanggal

:

September 2015

KEPALA RUMAH SAKIT BHAYANGKARA JAMBI

dr. WAHONO EDHI P., Sp. PD KOMISARIS POLISI NRP 78020928

35

Related Documents

Pedoman Pelrad New.docx
December 2019 17
Pedoman
August 2019 96
Pedoman
August 2019 103
Pedoman Ppra.pdf
May 2020 23

More Documents from "Astryy Caiyankk Dy"