Paper.docx

  • Uploaded by: dudi
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Paper.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,288
  • Pages: 8
PAPER Pemeriksaan 12 Saraf Kranial Diajukan Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Medikal Bedah III Dosen Pengampu: Dewi Prasetyani, M.Kep

Disusun Oleh: 1. Hana Fahrun Nisa

(108116009)

2. Fitri Wulandari

(108116024)

3. Isnaeni Romayanti

(108116030)

4. Sukma Wardhana

(108116031)

5. Yola Amelia

(108116034)

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN STIKES AL-IRSYAD AL-ISLAMIYYAH CILACAP TAHUN 2018/2019

PEMERIKSAAN 12 SARAF KRANIAL

A. Tujuan Pemeriksaan 1. Untuk mengevaluasi keadaan fisik klien secara umum dan juga menilai apakah ada indikasi penyakit lainnya selain kelainan neurologis. 2. Mengukur ketajaman penglihatan atau visus dan menentukan apakah kelainan pada visus disebabkan oleh kelainan okuler lokal atau kelainan saraf. 3. Menilai fungsi penciuman dan ketajaman serta lapang pandang 4. Menilai gerakan bola mata, kelopak mata, dan kontriksi pupil 5. Menilai gerakan bola mata ke bawah dan kedalam 6. Menilai fungsi motorik (mengunyah) dan sensorik (sensasi wajah) 7. Menilai gerakan bola mata kea rah lateral atau melirik 8. Menilai fungsi motorik dan sensorik pada bagian otot wajah 9. Menilai fungsi pendengaran dan keseimbangan 10. Menilai fungsi menelaan dan pembentukan suara dan artikulasi Bahasa 11. Menilai fungsi pergerakan kepala 12. Menilai fungsi gerakan lidah waktu menelan dan bicara

B. Indikasi Pemeriksaan Saraf Kranial 1. Gangguan penciuman 2. Gangguan penglihatan seperti kebutaan monocular, penurunan lapang pandang, marcus gunn pupil, nystagmus, ptosis, dilatasi pupil, diplopia. 3. Gangguan sensori seperti anestesi, kehilangan sensasi wajah 4. Paralisis : paralisis fasial baik sebagian maupun komplit 5. Parestesi 6. Gangguan keseimbangan 7. Gangguan koordinasi 8. Gangguan pendengaran seperti tuli atau tinnitus 9. Gangguan sensasi pada faring atau palatum 10. Gangguan rasa

11. Disfonia 12. Kelemahan : kelemahan otot sternokleidomastoideus atau trapezius, kelemahan atau deviasi lidah 13. Gangguan menelan

C. Prosedur Pemeriksaan Saraf Kranial 1. Nervus Olfaktorius/ N ( sensorik ) Nervus olfaktorius diperiksa dengan zat – zat (bau-bauan) seperti : kopi, the dan tembakau. Pada pemeriksaan ini yang perlu diperhatikan adalah adanya penyakit intranasal seperti influenza karena dapat memberikan hasil negative atau hasil pemeriksaan menjadi samar/tidak valid. Cara pemeriksaan : tiap lubang hidung diuji terpisah. Pasien atau pemeriksaan menutup salah satu lubang hidung pasien kemudian passion disuruh mencium salah satu zat dan tanyakan apakah pasien mencium sesuatu dan tanyakan zat yang dicium. Untuk hasil yang valid, lakukan dengan beberapa zat/bau-bauan yang berbeda, tidak hanya pada 1 macam zat saja. Penilaian : pasien yang dapat mengenal semua zat dengan baik desebut daya cium baik (normosmi). Bila daya cium kurang disebut hiposmi dan bila tidak dapat mencium sama sekali disebut anosmi.

2. Nervus Optikus/ N II ( sensorik ) Kelainan-kelainan pada mata perlu dicatat sebelum pemeriksaan misalnya : katarak, infeksi konjungtifa atau infeksi lainya. Bila pasien menggunakan kaca mata tetap diperkenankan dipakai. a. Ketajaman penglihatan Pasien disuruh membaca buku dengan jarak 35 cm kemudian dinilai apakah pasien dapat melihat tulisan dengan jelas, kalau tidak bisa lanjutkan dengan jarak baca yang dapat digunakan klien, catat jarak baca klien tersebut. Pasien disuruh melihat satu benda, tanyakan apakah benda yang dilihat jelas/kabur, dua bentuk atau tidak sama sekali/buta. b. Lapangan penglihatan

Cara pemeriksaan : alat yang digunakan sebagai objek biasanya jari pemeriksaan. Fungsi mata diperiksa bergantian. Pasien dan pemeriksa duduk atau berdiri berhadapan, mata yang akan diperiksa berhadapan sejajar dengan mata pemeriksa. Jarak antara pemeriksaa dan pasien berkisar 60-100 cm. mata yang lain ditutup. Objek digerakkan oleh pemeriksa pada bidang tengah kedalam sampai pasien

melihat objek, catat beberapa derajat lapang penglihatan

klien.

3. Nervus okulomotorius/N III ( motoric ) Merupakan nervus yang mempersarafi

otot-otot bola mata eksterna,

levator palpeora dan konstriktor pupil. Cara pemeriksaan : Dioperasikan apakah terdapat edema kelopak mata, hipermi konjungtiva,hipermi sklerata kelopak mata jatuh (ptosis), celah mata sempit (endophtalamus), dan bola mata menonjol (exophtalamus).

4. Nervus Trokhlearis/ N IV ( motoric ) Pemeriksaan pupil dengan menggunakan penerangan senter kecil. Yang diperiksa adalah ukuran pupil (miosis bila ukuran pupil < 2 mm, normal dengan ukuran 4-5 mm, pin point pupil bila ukuran pupil sangat kecil dan mdiriasis dengan ukuran >5 mm), bentuk pupil, kesamaan ukuran antara kedua pupil (isokor / sama, anisokor / tidak sama), dan reak pupil terhadap cahaya (positif bila tampak kontraksi pupil, negative bila tidak ada kontraksi pupil. Dilihat juga apakah terdapat perdarahan pupil (diperiksa dengan funduskospi).

5. Nervus trigeminus / N V ( motorik dan sensorik ) Merupakan saraf yang mempersarafi sensoris wajah dan otot pengunyah. Alat yang digunakan : kapas, jarum, botol berisi air panas, kuliper/jangka dan garpu penala. a. Sensibilitas wajah.

1) Rasa raba : pemeriksaan dilakukan dengan kapas yang digulung memanjang, dengan menyentuhkan kapas kewajah pasien dimulai dari area normal ke area dengan kelainan. Bandingkan rasa raba pasien antara wajah kiri dan kanan. 2) Rasa nyeri : dengan menggunkan tusukan jarum tajam dan tumpul. Tanyakan pada klien apakah merasakan rasa tajam dan tumpul. Dimulai dari area normal ke area dengan kelainan. 3) Rasa suhu : dengan cara yang sama tapi dengan menggunakan botol berisi air dingin dan aie panas, diuji dengan bergantian (panas-dingin). Pasien disuruh menyebutkan panas atau dingin yang dirasakan. 4) Rasa sikap : dilakukan dengan menutup kedua mata pasien, pasien diminta menyebutkan area wajah yang disentuh (atas atau bawah) 5) Rasa getar : pasien disuruh membedakan ada atau tidak getaran garpu penala yang disentuhkan ke wajah pasien. b. Otot pengunyah Cara pemeriksaan : pasien disuruh mengatup

mulut kuat-kuat

kemudian dipalpasi kedia otot pengunyah (muskulus maseter dan temporalis) apakah kontraksinya baik, kurang atau tidak ada. Kemudian dilihat apakah posisi mulut klien simetris atau tidak, mulut miring. c. Reflek kornea: Cara pemerikasaan: pada saat pasien melihat keatas , lakukan sentuhan ringan dengan sebuah gumpalan kampas kecil di daerah temporal masing-masing kornea bila terjadi kedipan mata, dan keluarnya air mata adalah respon yang normanl.

6. Nervus abdusen / N VI ( motorik ) Fungsi otot bola mata dinilai dengan keenam arah utama yaitu lateral. Latera atas, medial atas, medial bawah, lateral bawah, keatas dan kebawah. Pasien disuruh mengikuti arah pemeriksaan yang dilakukan

pemeriksa sesuai dengan keenam arah tersebut. Normal bila pasien dapat mengikuti arah dengan baik. Terbatas bila pasien tidak dapat mengikuti dengan baik karrena kelemahan otot mata, ninstagmus bila gerakan bola mata pasien bolak balik involuntor.

7. Nervus fasialis/N VII ( motorik dan sensorik ) Cara pemeriksaan : dengan memberikan sedikit berbagai zat di 2/3 lidah bagian depan seperti fula, garam dan kina. Pasien disuruh menjulurkan lidah pada waktu diuji dan selama menentukan zat-zat yang dirasakan klien disebutkan atau ditulis dikertas oleh klien.

8. Nervus akustikus / N VIII ( sensorik ) a. Pendengaran : diuji dengan mendekatkan, arloji ketelinga pasien di ruang yang sunyi. Telinga diuji bergantian dengan menutup salah satu telinga yang lain. Normal klien dapat mendengar detik arloji 1 meter. Bila jaraknya kurang dari satu meter kemungkinan pasien mengalami penurunan pendengaran. b. Keseimbangan : dilakukan dengan memperhatikan apakah klien kehilangan

keseimbangan

(keseimbangan

menuurun)

hingga dan

tubuh

normal

bergoyah-goyah

bila

pasien

dapat

berdiri/berjalan dengan seimbang.

9. Nervus glosso-faringeus/ N IX ( motorik dan sensorik ) Cara pemeriksaan dengan menyentuhkan tongspatel keposterior faring pasien. Timbulnya reflek muntah adalah normal (positif), negative bila tidak ada reflek muntah (motorik).

10. Nervus vagus /N X ( motorik dan sensorik ) Cara pemeriksaan pasien disuruhn membuka mulut lebar-lebar dan disuruh berkata “aaah” kemudian dilihat apakah terjadi regurgitasi

kehidung. Lihat kesimetrisan pita suara dan observasi denyut jantung klien apakah ada takikardi atau brakardi.

11. Nervus aksesorius/N XI ( motorik ) Cara pemeriksaan : dengan menyuruh pasien menengok kesatu sisi melawan tangan pemeriksa sedang mempalpasi otot wajah test angkat bahu dengan pemeriksa menekan bahu pasien ke bawah dan pasien berusaha

mengangkat

bahu

keatas.

Normal

bila

klien

dapat

melakukannya dengan baik, bila tidak dapat kemungkinan klien mengalami parase.

12. Nervus hipoglosus ( motorik ) Cara pemeriksaan : pasien disuruh menjulurkan lidah dan menarik lidah kembali,

dilakukan

berulang

kali.

Normal

bila

gerakan

lidah

terkoordinasi dengan baik, parese /miring bila terdapata lesi pada hipoglosus.

DAFTAR PUSTAKA

https://www.alomedika.com/tindakan-medis/neurologi/pemeriksaan-nervuskranialis/indikasi Diunduh pada tanggal 8 November 2018 https://dokumen.tips/documents/pemeriksaan-12-pasang-saraf-kranial.html Diunduh pada tanggal 8 November 2018

More Documents from "dudi"