Panduan.docx

  • Uploaded by: Famila Kirana
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Panduan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,802
  • Pages: 18
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Kesehatan gigi dan mulut sering diabaikan oleh sebagian orang. Mereka belum memahami bahwa rongga mulut menjadi salah satu akses masuknya kuman dan bakteri sehingga dapat menimbulkan penyakit. Keluhan terhadap gigi berlubang masih banyak ditemukan pada anak-anak maupun dewasa. Masalah kesehatan gigi yang tidak ditangani akan mempengaruhi kualitas hidup seseorang (Kemenkes RI, 2014). Hasil survey Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) pada tahun 2013 prevalensi masalah kesehatan gigi mulut adalah 25,9% dengan prevalensi karies aktif adalah 53.7 %. Kesehatan Gigi dan Mulut merupakan bagian integral dari kesehatan tubuh secara keseluruhan, sehingga pemeliharaan kesehatan gigi dan mulut penting dilaksanakan dan Pemerintah Pusat dan Pemerintah Daerah bertanggungjawab terhadap penyelenggaraan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut yang aman, bermutu, dan terjangkau oleh masyarakat. Upaya kesehatan gigi dan mulut diharapkan dapat memenuhi kualitas peningkatan mutu pelayanan sarana kesehatan, dapat dipenuhi melalui penerapan standar untuk sarana kesehatan dan standar pelayanan medis. Standar pelayanan kesehatan gigi di Puskesmas sangatlah diperlukan dan harus dilaksanakan agar dapat disebut berkualitas. B. Ruang Lingkup Ruang lingkup pelayanan meliputi penanganan kegawatdaruratan berupa: 1. Prafasilitas pelayanan kesehatan 2. Intrafasilitas pelayanan kesehatan 3. Antarfasilitas pelayanan kesehatan

C. Definisi Operasional 1. Puskesmas Puskesmas

adalah

Kota/Kabupaten

unit

yang

pelaksana

teknis

Dinas

Kesehatan

bertanggung

jawab

menyelenggarakan

pembangunan kesehatan di suatu wilayah kerja. 2. Pelayanan Kesehatan gigi dan mulut Pelayanan Kesehatan Gigi dan mulut adalah Segala upaya pencegahan dan pengobatan penyakit, serta pemulihan dan peningkatan kesehatan gigi dan mulut yang dilaksanakan atas dasar hubungan antara dokter gigi dan atau tenaga kesehatan gigi lainnya dengan individu/masyarakat yang membutuhkan. 3. Pelayanan Kesehatan gigi Perorangan Pelayanan kesehatan gigi yang bersifat pribadi dengan tujuan utama menyembuhkan penyakit dan pemulihan kesehatan gigi perorangan, tanpa mengabaikan pemeliharaan dan pencegahan penyakit 4. Pelayanan Kesehatan Gigi Masyarakat Pelayanan kesehatan gigi yang bersifat umum dengan tujuan utama memelihara dan meningkatkan kesehatan gigi tanpa mengabaikan penyembuhan penyakit dan pemulihan kesehatan gigi. D. LANDASAN HUKUM

BAB II STANDAR KETENAGAAN

A. Kualifikasi Sumber Daya Manusia Pola ketenagaan dan

kualifikasi sumber daya manusia Pelayanan

Kesehatan Gigi dan Mulut di UPT Puskesmas Sukarasa adalah sebagai berikut. No

Nama Jabatan

Kualifikasi

1

Dokter Gigi

S1

Persyaratan tambahan

profesi Mempunyai STR dan SIPKG

Kedokteran

yang masih berlaku

Gigi

Pernah mengikuti minimal satu dari pelatihan berikut : ACLS,

ATLS,

GELS,

dan

PPGD 2

Perawat Gigi

D

III Mempunyai

STR

yang

Keperawatan masih berlaku Gigi B. Distribusi Ketenagaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut UPT Puskesmas Sukarasa dimulai pada hari kerja, 1. Hari

: Senin s.d Sabtu

2. Jam Pelayanan

: 07.30 s.d 14.30

3. Petugas Pemberi Layanan Kesehatan Gigi dan Mulut minimal 2 orang dokter Gigi dan 2 orang Perawat Gigi. Jika dokter gigi pelaksana berhalangan hadir, maka tugas dokter pelaksana didelegasikan kepada perawat pelaksana. Perawat dapat berkonsultasi pada dokter melalui telepon dan WA. C. Jadwal Kegiatan 1. Pendaftaran Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Waktu pendaftaran pelayanan kesehatan gigi dan mulut di mulai pukul 07.00 s.d 11.30 WIB 2. Pelaksanaan Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut Pelaksanaan Kesehatan Gigi dan Mulut di mulai Pukul 07.30 s.d 14.30 WIB, petugas pelasakana adalah dokter gigi dibantu dengan perawat gigi

D. Wewenang, tanggung jawab dan uraian tugas 1. Dokter Pelaksana Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut a. Wewenang dan tanggungjawab 1) Bertanggung jawab atas pelayanan yang diberikan kepada pasien 2) Memberi pengarahan dalam hal tatalaksana pelayanan kesehatan gigi dan mulut kepada perawat gigi 3) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang dokter gigi 4) Menyusun rencana kerja dan kebijaksanaan teknis pelayanan kesehatan gigi. 5) Menentukan pola dan tata cara kerja. 6) Melaksanakan pengawasan,pengendalian dan evaluasi kegiatan pelayanan kesehatan gigi. 7) Merencanakan, melaksanakan dan mengawasi kegiatan mutu pelayanan kesehatan gigi. b. Uraian tugas 1) Memimpin pelaksanaan kegiatan pelayanan kesehatan gigi. 2) Melaksanakan pelayanan kesehatan gigi dan mulut preventif dan kuratif 3) Mangisi rekam medik dengan lengkap 4) Merujuk pasein yang tidak dapat di tangani ke rumah sakit lain yang memiliki fasilitas yang di perlukan 5) Mengikuti rapat yang di selenggarakan puskesmas 6) Mendelegasikan tugas dokter kepada perawat pelaksana jika berhalangan hadir dan tidak dapat digantikan 7) Mengadakan kerjasama yang baik dengan unit lain. 8) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan. 2. Perawat Gigi a. Wewenang dan tanggungjawab 1) Bertanggungjawab langsung kepada Dokter Gigi

Puskesmas

Sukarasa 2) Meminta informasi dan konsultasi Dokter Gigi 3) Menandatangani surat dan dokumen yang ditetapkan menjadi wewenang perawat gigi

b. Uraian tugas 1) Menyipakan Alat dan ruangan sebelum pelayanan di mulai 2) Membantu Dokter Gigi dalam Pelayanan 3) Melaksanakan Dental Assistent 4) Memberikan Edukasi kepada Pasien yang berkunjung ke Ruang Pelayanan Kesgilut 5) Memiliki perilaku yang baik 6) Mengerti tentang obat obatan yang tersedia Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 7) Datang dan pulang tepat pada waktunya 8) Melakukan tugas dokter gigi sesuai dengan delegasinya 9) Mengantarkan pasein yang hendaka di konsultasikan kepada unit pelayanan lain 10) Mengikuti rapat yang di selenggarakan puskesmas 11) Menerima delegasi tugas dokter dan apoteker jika berhalangan hadir dan tidak dapat digantikan 12) Mengisi register pasien harian 13) Mengisi SIKDA dan Pcare 14) Membuatkan rujukan kepada pasien untuk tindakan yang tidak dapat dilakukan di Puskesmas 15) Memeriksa ketersediaan BMHP, dan alat Gigi lalu melaporkannya 16) Mengadakan kerjasama yang baik dengan unit lain. 17) Menciptakan dan memelihara suasana kerja yang baik antara petugas, pasien dan keluarganya, sehingga memberi ketenangan.

BAB III STANDAR FASILITAS

A. Denah Ruangan (Denah ruangan puskesmas)

B. Standar Fasilitas 1) Kelengkapan ruangan a. Ruang Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut 1) Meja (3buah) 2) Kursi pasien (3 buah) 3) Lemari obat, peralatan, dan BMHP (3 buah) 4) Lemari dokumen dan Tas (2 buah ) 5) Dental Unit (2 buah) 6) Wastafel (2 buah) 7) Lap kering (2 buah) 8) Sabun cuci tangan (1 buah) 9) Tissue (1 buah) 10) Tempat sampah medis (1 buah) 11) Tempat sampah non medis (2 buah) 12) Safety Box (2 buah) 13) Penerangan (2 buah) 14) Rak susun dokumen ( 2 buah) 15) Ballpoint ( 4 buah)

BAB IV TATALAKSANA PELAYANAN

A. Lingkup kegiatan 1. Pelayanan Preventif 2. Pelayanan Kuratif 3. Pelayanan Konsultasi Ibu Hamil K1 4. Pengisian informed consent 5. Pelayanan rujukan

B. Metode 1. Pelayanan Preventif Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi Perangkat kerja : Dental unit, Oral Diagnostic set, scaler, bahan TAF, rekam medik, ATK 2. Pelayanan Kuratif Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi Perangkat kerja : Dental unit, Oral Diagnostic set, rekam medik, ATK, set alat + bahan penambalan, set alat + bahan pencabutan 3. Pelayanan Konsultasi Ibu Hamil K1 Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi Perangkat kerja : Dental unit, Oral Diagnostic set, rekam medik, ATK 4. Pengisian informed consent Petugas penanggung jawab : Perawat Gigi Perangkat kerja : formulir inform consent tindakan 5. Pelayanan rujukan Petugas penanggungjawab : Dokter Gigi/Perawat Gigi Perangkat kerja : Rekam Medik, Pcare

C. Langkah kegiatan 1. Tatalaksana Pelayanan Preventif Tatalaksana pelayanan preventif adalah sebagai berikut : a. Pasien melakukan pendaftran di bagian pendaftaran b. Dokter gigi/perawat gigi melaksanakan pemanggilan pasien berdasarkan nomor urut pasien c. Dokter gigi/perawat gigi melakukan identifikasi pasien d. Dokter gigi/perawat gigi melakukan tindakan scalling atau pengaplikasian PP-ACP

e. Dokter gigi/perawat gigi memberikan edukasi agar pasien melaksanakan kunjungan rutin minimal /6bulan f. Dokter gigi/perawat gigi menulis rekam medis dengan lengkap

2. Tatalaksana Pelayanan Kuratif Tatalaksana pelayanan kuratif adalah sebagai berikut : a. Pasien melakukan pendaftran di bagian pendaftaran b. Dokter gigi/perawat gigi melaksanakan pemanggilan pasien berdasarkan nomor urut pasien c. Dokter gigi/perawat gigi melakukan identifikasi pasien d. Dokter gigi/perawat gigi melakukan pemeriksaan kesgilut dan menjelasakan tentang keadaan kesgilut dan tindakan yang perlu ditangani e. Dokter gigi/perawat gigi melakukan tindakan kuratif seperti penambalan dan pencabutan gigi f. Dokter gigi/perawat gigi memberikan edukasi post tindakan yang dilakukan dan edukasi agar pasien melaksanakan kontrol rutin minimal /6bulan g. Dokter gigi/perawat gigi menulis rekam medis dengan lengkap

3. Tatalaksana Pelayanan Konsultasi Ibu Hamil K1 Tatalaksana pelayanan konsultasi ibu hamil k1 adalah sebagai berikut : a. Pasien dikonsulkan dari Ruang KIA b. Dokter gigi/perawat gigi melaksanakan pemanggilan pasien c. Dokter gigi/perawat gigi melakukan identifikasi pasien d. Dokter gigi/perawat gigi melakukan pemeriksaan kesgilut dan menjelasakan tentang keadaan kesgilut dan tindakan yang perlu ditangani e. Dokter gigi/perawat gigi memberikan edukasi terkait pentingnya menjaga kesehatan gigi dan mulut pada saat kehamilan dan menganjurkan tindakan yang perlu dilakukan berdasarkan kasus kesehatan gigi dan mulut pasien tersebut. f. Dokter gigi/perawat gigi menulis rekam medis dengan lengkap

4. Tatalaksana Pengisian Informed Consent Tatalaksana pengisian informed consent tindakan adalah sebagai berikut : a. Perawat pelaksana menjelaskan tujuan, risiko dan komplikasi yang mungkin terjadi dari tindakan b. Perawat pelaksana memastikan pasien mengerti c. Perawat pelaksana meminta pasien mengisi dan menandatangani informed consent tindakan sebagai tanda setuju dan mengerti prosedur yang akan dilakukan

d. Formulir informed consent ditaruh di rekam medis

5. Tatalaksana Pelayanan Rujukan a. Pasien yang telah diperiksa oleh dokter gigi/perawat gigi dengan kasus yang tidak bisa ditangani di puskesmas akan dirujuk ke rumah sakit tipe c b. Perawat gigi akan memberikan rujukan setelah menginput data pasien di aplikasi pcare sesuai diagnosa yang perlu ditangani c. Lembar rujukan perlu ditandatangani oleh DPJP d. Perawat gigi memberikan surat rujukan dan informasi kepada pasien tentang prosedur pendaftaran pasien di rumah sakit, kapan waktu dan tanggal pelayanan di rumah sakit yang dituju serta masa berlaku surat rujukan e. Dokter gigi/perawat gigi menulis rekam medis dengan lengkap

BAB V LOGISTIK

Rincian peralatan medis yang tersedia adalah sebagai berikut : 1. Dental Unit (2 buah) 2. Handpice hight speed (3buah) 3. Handpice low speed (2 buah) 4. Contra piece (2 buah) 5. Kompresor (2 buah) 6. Sterilisator ( 1 buah) 7. Scaler Ultrasonic (2buah) 8. Kaca Mulut (25 buah) 9. Pinset (29 buah) 10. Sonde (28 buah) 11. Eskavator (32 buah) 12. Sement stoper (10 buah) 13. Plastik instrumen (14 buah) 14. Tensimeter (1 buah) 15. Stetoskop (1 buah) 16. Penlight (2 buah) 17. Timbangan (1buah) 18. Citoject (2 buah) 19. Gunting Jaringan (1buha) 20. Arteri clamp (1 buah) 21. Nedle Holder (2 buah) 22. Bein (8 buah) 23. Criyer (1 set) 24. Tang Gigi Anak RA (11 buah) 25. Tang Gigi Anak RB (12 buah) 26. Tang Gigi Dewasa RA (26 buah) 27. Tang Gigi Dewasa RB (12 buah) 28. Bak instrument ( 3 buah) 29. Sonde Dycal (2 buah) 30. Burnisher (5 buah) 31. Amalgam stopper (4 buah) 32. Sement stopper (4 buah )

33. Spatula (10 buah) 34. Baki Alat kotor (1 buah) 35. Baki rendam klorin (1 buah) 36. Tabung korentang (1 buah) 37. Troli tindakan (1 buah) 38. Korentang (2 buah) 39. BMHP a. Bur Bundar b. Bur fissure c. Bur Inverted d. Handscoon (Ukuran S dan M) e. Masker f. Alkohol 70 % g. Klorin h. Hans Spray i. Betadine j. Chloretyl k. Spuit 3 cc l. Dental Cartridge Nedle m. Celuloid strip n. Articulating papper o. Matrix p. Fuji IX q. Dorident r. Dycal s. Caviton t. Cresotin gel u. Endosepton v. Eugenol w. Kapas x. Kassa Gulung

BAB VII KESELAMATAN PASIEN

A. Pengertian Keselamatan Pasien ( Patient Safety ) adalah suatu sistem dimana puskesmas membuat asuhan pasien lebih aman. Sistem tersebut meliputi : 1. Asesmen resiko 2. Identifikasi dan pengelolaan hal yang berhubungan dengan risiko pasien 3. Pelaporan dan analisis insiden 4. Pembuatan rencana tindak lanjut 5. Implementasi tindak lanjut Sistem ini mencegah terjadinya cedera yang disebabkan oleh : 1. Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan 2. Tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil

B. Tujuan 1. Terciptanya budaya keselamatan pasien di puskesmas 2. Meningkatnya akuntabilitas puskesmas terhadap pasien dan masyarakat 3. Menurunkan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) di puskesmas 4. Terlaksananya program-program pencegahan sehingga tidak terjadi pengulangan Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD )

Standar Keselamatan Pasien 1. Hak pasien 2. Mendidik pasien dan keluarga 3. Keselamatan pasien dan kesinambungan pelayanan 2. Penggunaan metoda-metoda peningkatan kinerja untuk melakukan evaluasi dan program peningkatan keselamatan pasien 1. Mendidik staf tentang keselamatan pasien 2. Peran kepemimpinan dalam meningkatkan keselamatan pasien 3. Komunikasi merupakan kunci bagi staf untuk mencapai keselamatan pasien

Kejadian Tidak Diharapkan ( KTD ) 1. Adverse event : Kejadian yang tidak diharapkan, yang mengakibatkan cedera pasien akibat melaksanakan suatu tindakan atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil, dan bukan karena penyakit dasarnya atau kondisi pasien. Cedera dapat diakibatkan oleh kesalahan medis atau bukan kesalahan medis karena tidak dapat dicegah KTD yang tidak dapat dicegah 2. Unpreventable Adverse Event : Suatu KTD yang terjadi akibat komplikasi yang tidak dapat dicegah dengan pengetahuan Mutakhir Kejadian Nyaris Cedera ( KNC) Near Miss : Kesalahan akibat melaksanakan suatu tindakan ( commission ) atau tidak mengambil tindakan yang seharusnya diambil (omission ), yang dapat mencederai pasien, tetapi cedera serius tidak terjadi : a. Karena “ keberuntungan” b. Karena “ pencegahan ” c. Karena “ peringanan ”

Kesalahan Medis Medical Errors: kesalahan yang terjadi dalam proses asuhan medis yang mengakibatkan atau berpotensi mengakibatkan cedera pada pasien

Kejadian Sentinel Sentinel Event : KTD yang mengakibatkan kematian atau cedera yang serius; biasanya dipakai untuk kejadian yang sangat tidak diharapkan atau tidak dapat diterima, seperti : operasi pada bagian tubuh yang salah. Pemilihan kata “sentinel” terkait dengan keseriusan cedera yang terjadi ( seperti, amputasi pada kaki yang salah ) sehingga pencarian fakta terhadap kejadian ini mengungkapkan adanya masalah yang serius pada kebijakan dan prosedur yang berlaku.

C. Tata Laksana 1. Memberikan pertolongan pertama sesuai dengan kondisi yang terjadi pada pasien

2. Memberikan tindakan sesuai dengan instruksi dokter 3. Mengobservasi keadaan umum pasien 4. Mendokumentasikan kejadian tersebut pada Buku “ Pelaporan Insiden Keselamatan” 5. Melaporkan kejadian kepada Tim mutu dalam waktu 2X 24 jam

BAB VI KESELAMATAN KERJA

A. Pendahuluan HIV / AIDS telah menjadi ancaman global. Ancaman penyebaran HIV menjadi lebih tinggi karena pengidap HIV tidak menampakkan gejala. Setiap hari ribuan anak berusia kurang dari 15 tahun dan 14.000 penduduk berusia 15 - 49 tahun terinfeksi HIV. Dari keseluruhan kasus baru 25% terjadi di Negara - negara berkembang yang belum mampu menyelenggarakan kegiatan penanggulangan yang memadai. Angka pengidap HIV di Indonesia terus meningkat, dengan peningkatan kasus yang sangat bermakna. Ledakan kasus HIV / AIDS terjadi akibat masuknya kasus secara langsung ke masyarakat melalui penduduk migran, sementara potensi penularan dimasyarakat cukup tinggi (misalnya melalui perilaku seks bebas tanpa pelingdung, pelayanan kesehatan yang belum aman karena belum ditetapkannya kewaspadaan umum dengan baik, penggunaan bersama peralatan menembus kulit : tato, tindik, dll). Penyakit Hepatitis B dan C, yang keduanya potensial untuk menular melalui tindakan pada pelayanan kesehatan. Sebagai ilustrasi dikemukakan bahwa menurut data PMI angka kesakitan hepatitis B di Indonesia pada pendonor sebesar 2,08% pada tahun 1998 dan angka kesakitan hepatitis C dimasyarakat menurut perkiraan WHO adalah 2,10%. Kedua penyakit ini sering tidak dapat dikenali secara klinis karena tidak memberikan gejala. Dengan munculnya penyebaran penyakit tersebut diatas memperkuat keinginan untuk mengembangkan dan menjalankan prosedur yang bisa melindungi semua pihak dari penyebaran infeksi. Upaya pencegahan penyebaran infeksi dikenal melalui “ Kewaspadaan Umum “ atau “Universal Precaution” yaitu dimulai sejak dikenalnya infeksi nosokomial yang terus menjadi ancaman bagi “Petugas Kesehatan”. Tenaga kesehatan sebagai ujung tombak yang melayani dan melakukan kontak langsung dengan pasien secara terus menerus tentunya mempunyai resiko terpajan infeksi, oleh sebab itu tenaga kesehatan wajib menjaga kesehatan dan keselamatan darinya dari resiko tertular penyakit agar dapat bekerja maksimal. B. Tujuan 1. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya dapat melindungi diri sendiri, pasien dan masyarakat dari penyebaran infeksi. 2. Petugas kesehatan didalam menjalankan tugas dan kewajibannya mempunyai resiko tinggi terinfeksi penyakit menular dilingkungan tempat kerjanya, untuk menghindarkan paparan tersebut, setiap petugas harus menerapkan prinsip “Universal Precaution”.

C. Tindakan yang beresiko terpajan 1. Cuci tangan yang kurang benar. 2. Penggunaan sarung tangan yang kurang tepat. 3. Penutupan kembali jarum suntik secara tidak aman. 4. Pembuangan peralatan tajam secara tidak aman. 5. Tehnik dekontaminasi dan sterilisasi peralatan kurang tepat. 6. Praktek kebersihan ruangan yang belum memadai.

D. Prinsip Keselamatan Kerja Prinsip utama prosedur Universal Precaution dalam kaitan keselamatan kerja adalah menjaga higiene sanitasi individu, higiene sanitasi ruangan dan sterilisasi peralatan. Ketiga prinsip tesebut dijabarkan menjadi 5 (lima) kegiatan pokok yaitu : 1. Cuci tangan guna mencegah infeksi silang 2. Pemakaian alat pelindung diantaranya pemakaian sarung tangan guna mencegah kontak dengan darah serta cairan infeksi yang lain. 3. Pengelolaan alat kesehatan bekas pakai 4. Pengelolaan jarum dan alat tajam untuk mencegah perlukaan 5. Pengelolaan limbah dan sanitasi ruangan.

BAB VII PENGENDALIAN MUTU

Indikator mutu yang digunakan di Ruang Gigi UPT Puskesmas Sukarasa dalam memberikan pelayanan adalah tindakan yang diberikan kepada pasien 90 % dilaksanakan oleh Dokter Gigi, diharpakan tidak terjadinya kegagalan dalam tindakan yang dilakukan. Dalam pelaksanaan indikator mutu menggunakan odontogram dan format register harian dan dievaluasi setiap bulan pada penanggung jawab mutu.

BAB VII PENUTUP

Demikian Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di UPT Puskesmas Sukarasa ini dibuat. Pedoman akan dievaluasi setiap dalam jangka waktu yang akan ditentukan. Revisi pedoman akan dilakukan jika kedepannya ditemukan perubahan baik dalam hal tata naskah maupun isi pedoman ini. Dengan tersusunnya Pedoman Pelayanan Kesehatan Gigi dan Mulut di UPT Puskesmas Sukarasa, diharapkan dapat membantu pelaksana dalam melakukan pelayanan di Ruang gigi setiap harinya.

Ditetapkan di : Bandung Pada tanggal : Januari 2019 Mengetahui, Kepala UPT Puskesmas Sukarasa

dr.Hj. RR.Theresia Widuri,MM NIP.197702082006042020

More Documents from "Famila Kirana"