Organization

  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Organization as PDF for free.

More details

  • Words: 1,832
  • Pages: 8
KEORGANISASIAN Ass.Wrb. Dan Salam Demokrasi kawan-kawan. organisasi adalah sebuah umbrella yang mampu melindungi kita dari derasnya hujan serta panasnya trik matahari yang mampu membakar perlahan kulit hingga terasa ke tulang-tulang. Hari ini saya diminta membawakan materi tentang keorganisasian tapi sebagai pembuka diskusi kita, saya ingin membacakan seuntai kalimat dari seorang penyair: “Bila telah kehilangan semangat untuk maju, maka pergilah ke gua telanjang lalu bunuh diri, karna kehilangan semangat untuk maju lebih sakit daripada kehilangan nyawa itu adalah pilihan terbaik ketimbang menjadi sampah, debu dan buih ditengah pertarungan gelombang besar”. Hidup tidak pernah memberikan kepastian tapi ia menyedikan banyak pilihan dan hidup adalah pilihan tingal bagaimana kita melewatinya, mau memilih surga atau disebelahny surga, mau memilih kaya atau disebelahnya kaya, mau memilih pintar atau disebelahnya pinatar, itupun tidak cukup bermodal keyakinan, tapi butuh hasrat dan kebutuhan untuk maju dan berkembang. So kata yang terbaik dalam perjuangan kita adalah ‘TERLIBAT’. Mahasiswa sebagai kaum elit dunia pendidikan dan kita adalah sebagian orang yang mengkelaim diri kita terpendidik dari sekian juta orang yang mengaku dirinya terpendidik atau kaum intelektual, jika mengupas kata intelektual sebagai dominasi pemikiran untuk selajutnya menjadi risalah pergerekan kolektif, maka minimal akan ditemukan alur berpikir dari hal-hal yang sifatnya tekstual ke kontekstual. Dari dekonsentrasi nalar yang sifatnya teoritis kepada implementasi pisiokomotorik. Yang secara singkatnya dari teori menuju praktek. Bahkan istilah yang diberikan oleh Mohammad Hatta ‘minoritas yang berkualitas’, ada yang menarik dari intelektual iran, Ali Syari’ati mengibarat kan masyarakat sebagai sebuah kerucut. Pada ranah paling bawah ada masyarakat grass root (alit) dalam jumlah banyak sedangakan pada bagian puncak terdapat kaum elit yang didalamnya kaum intelektual bergabung dengan kaum elit lainnya. Dari sini dapat dicandra bahwasanya minimalis kaum elit didalamnya masih terdapat pula sebagian jumlah kaum intelektual sehinnga patut diperbincangkan harus

kemanakah mahasiswa yang ‘pasrah’ tergolong menjadi kaum terpelajar? Kalau tadi kita membahas tentang ruang lingkup mahasiswa dalam masyarakat luas dan klasifikasinya, maka sekarang saya akan membahas klasifikasi mahasisiwa dalam ruang lingkup kampus dan masyarakatnya sendiri di dalam mengemban ilmu dengan teman-teman sejawat atau teman-teman sejerawatnya. Mahasiswa

sebagai

kaum

intelektual

didalam

kampus

ataupun

masyarakatnya terbagi menjadi tiga bagian yaitu: 1) Apatis 2) Oportunis 3) Aktif Dan saya akan coba menjelasakan satu persatu dari ketiga kelasifikasi ini 1) Apatis: Adalah mereka kaum intelektual yaitu mahasiswa yang tidak tau permasalahan kampusnya, dirinya sendiri atau masyarakatnya, lebih cenderung menutup diri yang ahirnya mereka hanya bisa datang kuliah dan tidak pernah tau tentang bagaimana kampusnya dan masyarakatnya atau disebut kaum ‘pasrah’ dan lebih cenderung membagakan kata Gaul sebagai sebuah komonitas dengan rambut moha atau poni lempar dengan menggunakan celana pensil (Stylisme) adalah hal yang lebih baik daripada berorganisai atau berdikusi karna menurut mereka organisasi

hanya

membuang-buang

waktu,

menyita

kuliah,

memperlambat wisuda. 2) Oportunis: Adalah golongan mahasiswa yang berorganisasi namun tidak memiliki loyalitas dan rasa sosial padahal mereka tau permasalahan dirinya sendiri, kampusnya, dan masyarakatnya namun tidak mau berbuat dan bersifat individualis karna menurut mereka itu hanya menyibukkan, semua berasal dari sifat individualis lalu terlahir sikap mementingkan diri sendiri dan mahasiswa seperti inilah yang menjadikan kaum intelektual menjadi penghamba atau penjilat pada birokrasi karna ia takut kehilangan frame sebagai seorang organisator bukankah penjilat indentik dengan anjing yang mencari makan ditong-

tong sampah kotor. Dan orang-orang seperti inilah yang dikatakan mahasiswa kurang ajar, dan bimbang. Dalam masyarakat yang kiat carut marut dengan persoalan perut atau masyarakat intelektual kedua katagori mahasiswa diatas terlahir dari rasa individualisme, malas, tidak mau keritis dan tidak mempunyai keberpihakan yang jelas terhadap suatu permasalahan. Bahkan ketika lulus nanti akan menjadi penindas-penidas baru dengan watak imperalisme, akan menjadi sarjana-sarjana kaget yang siap dijual murah. Karna pada hakekatnya, alam berfikir mahasiswa dilingkupi oleh keinginan untuk memiliki dan menumpuk-numpuk kekayaan secara pribadi, inilah penyebab mahasiswa dalam kelas-kelas sosial dimasukkan dalam golongan borjuis (Penindas) kecil. 3) Aktif: golangan ketiga ini adalah minoritas yang minimalis yang terdiri dari sekumpulan orang-orang yang cinta ilmu pengetahuan, suka berdiskusi karna mereka adalah orang-orag yang sadar dan mempunyai rasa sosial yang tinggi tahu permasalahan dirinya, kampusnya, dan masyarakatnya dan mau berbuat karna terlahir dari sosialisme mereka sebagai masyarkat yang satu sama lain saling membutuhkan bahkan kalau menurut Rosiady Sayuti adalah sekumpulan mahasiswa/pemuda yang membangun sebuah teradisi dimana factor intelektualitas sebagai faktor utamanya dengan membentuk suatu komonitas dimana anggotanya terdiri dari orang-orang yang mencintai ilmu pengetahuan, menghargai kecerdasan dan lebih mengedepankan sopan santun dalam berintraksi. Atau yang kita sebut dengan Berorganisasi, dan mahasiswa seperti inilah yang indentiknya disebut Aktifis atau organisatoris yang aktif dan massif perjuangannya baik untuk dirinya, kampus dan masyarakatnya. Seorang Antonio Gramsci pernah membagi kategori makna inelektual menjadi dua yakni intelektual tradisional dan intelektual organik. Intelektual tradisional dalam pengertiannya adalah mereka yang kurang peduli dan mengambil jarak terhadap perubahan sosial dan penderitaan masyarakat. Biasanya mereka lebih senag duduk di belakang meja menghitung rumus matimatis pada

menara gading. Sedangkan intelektual organik, masih menurt Gramsci adalah para intelektual yang telibat dengan peroses-peroses kebijakan publik atau isu yang berkembang di masyarakat. Dan sebagai mahasiswa dan sejatinya pemuda sebagai kaum intelektual anda telah dihadapkan (confronted) dengan pilihan tinggal bagaimana anda memilih dan mana yang patut ada pilih, duduk diam berpangku tangan mengharapkan kecerdasan dan perubahan itu jatuh dari langit atau menjadi seorang yang sadar mempunyai rasa sosial yang tinggi dengan memperaktikannya karna pikiran yang benar didapatkan dari hasil refleksi manusia atas perktek sosialnya. Bahkan meminjam istilah Ahmad Dani “tak ada yang turun dari langit dengan Cuma-Cuma semuanya butuh usaha dan do’a”. Pola pikir lah yang menentukan pola laku. Berorganisasi adalah hal yang sangat penting karna dalam organisasi kita diajarkan mengedepankan rasa kebersamaan tidak bersifat individualis dan akan melahirakan sifat menghargai kecerdasan dan dari hal itu maka kita akan menjadi orang-orang yang cinta ilmu pengetahuan, dan orang-orang yang cinta ilmu pengetahuan adalah oarang-orang yang mengedepankan sopan santun dalam berintraksi. Apa yang paling penting dalam organisasi? Pertanyaan diatas akan mengantarkan kita dalam pembahsan organisasi lebih mendalam. Dan jawaban pertanyaan diatas adalah IDEOLOGI dan MANAJEMEN. IDEOLOGI, itulah suku kata yang kini kurang diperbincangkan namun menjadi lahapan aktual bagi setiap pergerakan menuju perubahan kehidupan sosial (sosial movement) dan teologis, walau pada awal abad ke 20 muncul pandangan mengenai kematian ideologi (the end of ideology) sebagaimana dilansir oleh pemikir-pemikir keritis moderenisme sekelas Daniel Bell dan Francis Fukuyama. Tetapi dinyatakan sebagai pemberi sepirit dan semangat juang dalam mempengaruhi kehidupan sejarah kemanusian karna masih dianggap sebagai teori perjuangan instrument gerakan yang menjadi acuan dalam berpikir dan bertindak. (Mujadid Muas, 2003: 03)

Ideologi menurut Riberu pada tahun 1964 dinyatakan sebagai sistim paham atau seperangkat pemikiran yang menyeluruh, yang bercita-cita menjelaskan dunia dan sekaligus mengubahnya. Sedangkan Ali Syari’ati mengartikan ideologi sebagai ilmu tentang keyakinan dan cita-cita oleh kelompok tertentu, kelas sosial tertentu, atau suatu bangsa dan ras tertentu. Sementara dalam Collins Dictionary of Sociology (Jary, 1991: 295) di sebutkan ideologi adalah “any system of ideas underlying and informing social and political action”. Sedangakan menurut Vago (1989: 90), ideologi adalah “a complex belief system that explains social arguments and relationship”. Dari pendapat-pendapat di atas bisa kita simpulkan bahwa ideologi adalah sistim paham atau kerangka ide yang di anut oleh kelompok-kelompok tertentu menuju cita-cita sosial tertentu pula yang berjalan dengan selaras karna dibentuk dari cita-cita yang Sama. Jadi jelas yang paling penting dalam organisasi adalah keyakinan dan cita-cita (ideologi) dan difinisi organisasi secara hakekatnya adalah sekumpulan orang-orang yang mempunyai tujuan dan cita-cita yang sama. Bukankah bangsa tercinta ini adalah organisasi yang lahir dari cita-cita dan tujuan yang sama karna ketertindasan penjajahan walau kita banyak berbeda. Coba kita lirik pendapat para ahli tentang organisasi seperti: -

James

D

Mooney.

Mooney,

eksekutif

general

motors,

dia

mendepinisikan organisasi sebagai kelompok, dua atau lebih, orang yang bergabung untuk tujuan tertentu. -

Chaster I. Bernand ( 1886-1961), dia seorang president perusahaan Bell Telephone di New Jersey, menulis bermacam-macam subyek manajemen dalam bukunya The Functions of the Executive yang di tulis pada tahun 1938 Dia memandang organisasi sebagai system kegiatan yang di arahkan pada tujuan. Pandangan Barnard adalah perumusan tujuan dan pengadaan sumber daya-sumber daya yang di butuhkan untuk mencapai tujuan.

Dan saya yakin hari ini kawan-kawan adalah orang-orang yang mempunyai tujuan yang sama dengan EZC dan jika kawan-kawan tidak mempunyai tujuan yang sama dengan EZC kawan-kawan boleh keluar sekarang juga.

Sekarang kita memasuki tahap ke dua yaitu MANAJEMEN. Manajemen berasal dari bahasa inggris (manage) yang artinya mengatur namun ditambahkan dengan suffix (ment) maka berubah arti menjadi pengaturan. Seperti banyak bidang studi lainnya yang menyangkut manusia, manajemen sulit didefinisikan.Dalam kenyataannya, tidak ada definisi manajeman yang telah diterima secara universal. Mary parker follet mendepinisikan manajemen sebagai seni dalam menyelesaikan pekerjaan melalui orang lain. Definisi ini mengandung arti bahwa para pemimpin mencapai tujuan-tujuan organisasi melalui pengaturan orang-orang lain untuk melaksanakan berbagai tugas yang mungkin diperlukan, atau berarti dengan tidak melakukan tugas-tugas itu sendiri. Siapa yang membutuhkan manajemen? Pertanyaan ini sering dijawab: Perusahaan (bisnis)”! Tentu saja benar sebagian, tetapi tidak lengkap, karena manajemen juga dibutuhkan untuk semua tipe kegiatan yang di organisasi dan dalam semua tipe organisasi dalam praktek, manajemen dibutuhkan di mana saja orang-orang bekerja bersama (organisasi) untuk mencapai tujuan bersama. Mengapa Manajemen Dibutuhkan? Manajemen dibutuhkan oleh semua organisasi, karna manajemen, semua usaha akan sia-sisa dan pencapaian tujuan akan lebih sulit. Ada tiga alasan utama diperlukannya Manajemen: 1) Untuk mencapai tujuan .Manajemen dibutuhkan untuk mencapai tujuan organisasi dan pribadi. 2) Untuk menjaga keseimbangan di antara tujuan-tujuan yang saling bertentangan. Manajemen dibutuhkan untuk menjaga keseimbangan antara tujuan-tujuan, sasaran- sasaran dan kegiatan-kegiatan yang saling bertentangan dari pihak-pihak yang berkepentingan dalam organisasi. 3) Untuk mencapai efisiensi dan efektivitas. Suatu kerja organisasi dapat diukur dengan banyak cara yang berbeda. Salah satu cara yang umum adalah efisiensi dan efektivitas.

Efisinsi dan efektivitas Dua konsepsi utama untuk mengukur prestasi kerja (performance) manajemen adalah efisiensi dan efektivitas. efisiensi adalah kemampuan untuk menyelesaikan suatu pekerjaan dngan benar. Ini merupakan konsep matematik, atau merupakan ratio antara keluaran (output) dan masukkan (input). Efektivitas merupakan kemampuan untuk memilih tujuan yang tepat atau peralatan yang tepat untuk pencapaian tujuan yang telah ditetapkan. Dengan kata lain, seorang pemimpin efektif dapat memilih pekerjaan yang harus di lakukan atau metode (cara) yang tepat untuk mencapai tujuan. Menurut ahli manjemen Peter drucker dalam bukunya, Managing for Result, tahun 1964 halaman 5, Efektifitas adalah melakukan pekerjaan yang benar (doing the right things), sedang Efisiensi adalah melakukan pekerjaan dengan benar (doing thing right). Pertanyaan yang paling penting adalah bukan bagaimana melakukan prkerjaan dengan benar, tetapi bagaimana menemukan pekerjaan yang benar untuk dilakukan, dan memusatkan sumberdaya dan usaha pada pekerjaan tersebut. Dari paparan diatas tentang keorganisasian saya mengharapkan kawankawan sebelum menjadi anggota EZC kawan-kawan memahami betul apa itu organisasi. Dan keorganisasian akan kita bahas lebih dalam pada leadership trining (pelatihan kepemimpinan) itupun kalau kawan-kawan lulus ‘see you in there’. Dan sebagai penutup diskusi ini saya ingin membacakan sastra English dari miliknya Carl Rogers: “You know that I don’t believe that anyone has ever taught anything to anyone. I question efficacy of teaching. The only thing that I know is that anyone who wants to learn will learn. And may be a teacher is fasilisator, a person who puts things down and shows people how exciting and wonderful it is and asks them to eat.” (Carl Rogers) Mataram, Medio Desember 2007

Pembina EZC FPBS IKIP MATARAM

Related Documents

Organization
May 2020 20
Organization
May 2020 31
Organization
June 2020 24
Air Organization
November 2019 25
Organization Climate
July 2020 6