BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Setiap suku atau bangsa mempunyai stereotype masing-masing di mata bangsa lainnya. Sebagai contoh, stereotype orang Jawa (menurut orang luar Jawa) itu halus, kalem, serta “kemayu” dan lain-lain. Faktanya, stereotype ini seringkali berupa penilaian klise yang kadang tidak mencerminkan realitas yang sebenarnya. Penilaian-penilaian itu lebih banyak didasarkan pada pengalaman empiris suku atau bangsa yang menilai tersebut dalam berinteraksi dengan suku atau bangsa yang dinilai, dimana penilaian tersebut hanyalah penyederhanaan dan pemukulrataan suatu kesimpulan saja terhadap sifat dan karakter suku atau bangsa yang dinilai. Begitu juga yang terjadi pada suku Madura. Mereka juga punya stereotype yang melekat di benak suku atau bangsa lain. Stereotype orang Madura ini lebih banyak yang negatif daripada yang positif. Stereotype ini antara lain mengatakan bahwa sifat dan karakter orang Madura itu keras perilakunya, kaku, ekspresif, temperamental, pendendam, dan suka melakukan tindak kekerasaan. Padahal sifat-sifat dan karakter-karakter tersebut tidak semuanya benar. B. Rumusan Masalah Oleh karena hal-hal yang telah telah disebutkan di atas, maka penulis akan memaparkan masalah tentang stereotype orang Madura itu sebagai berikut. 1) Apa yang dimaksud dengan stereotype? 2) Bagaimana stereotype orang Madura (menurut orang luar Madura)? 3) Bagaimana stereotype orang Madura itu muncul? 4) Bagaimana sifat dan karakter orang Madura yang sebenarnya? Pertanyaan-pertanyaan di atas akan penulis jawab dalam makalah ini.
1
C. Tujuan Maksud dan tujuan pembuatan makalah ini selain untuk memenuhi tugas individu mata kuliah Ilmu Sosial Dasar, adalah juga untuk memberikan gambaran tentang apa stereotype itu, bagaimana stereotype orang Madura menurut orang luar Madura dan bagaimana sifat dan karakter orang Madura yang sebenarnya dengan latar belakangnya agar tidak timbul kesan-kesan negatif terhadap orang Madura. Sehingga perspektif orang luar Madura terhadap orang Madura bisa lebih baik.
2
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian Stereotype Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia yang disusun oleh Pusat Bahasa Departemen Pendidikan Nasional, stereotype adalah konsepsi mengenai sifat suatu golongan berdasarkan prasangka subjektif dan tidak tepat. Karena kata stereotype ini berasal dari bahasa Inggris, maka perlu penulis juga artikan kata stereotype ini dari bahasa Inggris itu sendiri. Arti stereotype dalam bahasa Inggris itu sebagai berikut: Stereotype is an image or idea of a particular type of person or thing that has become fixed through being widely held.1 (stereotype adalah suatu gambaran atau gagasan tentang suatu
pribadi/suku tertentu atau barang tertentu dimana hal itu telah menjadi ketetapan/ketentuan yang dipegang/diyakini secara luas). Sedangkan menurut Jeanny M Fatimah2, stereotype merupakan gambaran tertentu mengenai sifat-sifat dan watak pribadi individu atau golongan lain yang bercorak negatif akibat tidak lengkapnya informasi dan sifatnya subjektif, dimana penilaian-penilaiannya mengandung penyederhanaan dan pemukulrataan secara berlebih-lebihan. Dari dua pengertian stereotype diatas dapat disimpulkan sebagai berikut: stereotype adalah pandangan atau penilaian mengenai sifat-sifat dan watak pribadi suatu individu atau golongan lain yang bersifat subjektif , tidak tepat dan cenderung negatif karena tidak lengkapnya informasi yang didapatkan. Maka, yang dimaksud stereotype orang Madura dalam tulisan ini adalah pandangan atau penilaian mengenai sifat-sifat dan watak atau karakter orang Madura oleh orang-orang luar Madura yang bersifat subjektif dan cenderung tidak tepat serta negatif karena tidak lengkapnya informasi yang diterima oleh orang-orang luar Madura tersebut. 1 2
The Tenth Edition of the Concise Oxford Dictionary Dosen Psikologi Komunikasi FISIP Universitas Hasanuddin.
3
B. Stereotype orang Madura. B.1. Bentuk-bentuk stereotype orang Madura Sesuai pengertian stereotype di atas maka stereotype orang Madura yang penulis maksud dalam tulisan ini adalah penilaian- penilaian orang-orang luar Madura terhadap sifat dan karakter orang -orang Madura yang subjektif dan cenderung negatif serta tidak tepat. Bentuk-bentuk stereotype ini antara lain mengatakan bahwa orang Madura itu keras perilakunya, kaku, ekspresif, temperamental, pendendam, dan suka melakukan tindak kekerasan. Dan parahnya stereotype semacam ini sering kali mendapatkan pembenaran, ketika terjadi kasus-kasus kekerasan dimana pelakunya adalah orang Madura. Bahkan, di Madura sendiri tingkat kriminalitas yang berupa kekerasan (pembunuhan dan penganiayaan berat) sangat tinggi.
B.2. Faktor-faktor pencetus stereotype negatif orang Madura. B.2.1. Tingkat kriminalitas kekerasan di Madura yang tinggi. Dari Tabel 1 dapat kita baca bahwa tingkat terjadinya kriminalitas kekerasan yang berupa pembunuhan dan penganiayaan berat di Madura cukup tinggi. Selama kurun waktu 10 tahun (1985-1994) telah terjadi sebanyak 2.048 kasus kriminalitas berupa kekerasan. Data ini menunjukkan telah terjadi kasus tersebut rata-rata lebih dari 200 kasus setiap tahun, atau setiap minggunya ratarata hampir 4 kasus. Data statistik tentang kriminalitas berupa kekerasan yang termuat di bawah ini semakin mempunyai arti secara signifikan apabila diperbandingkan dengan jumlah penduduk yang ada di Madura. Sebagai gambaran, pada tahun1994 di seluruh Madura telah terjadi tindakan kriminalitas kekerasan (pembunuhan dan penganiayaan berat) sebanyak 185 kasus , sedangkan jumlah penduduk Madura pada saat itu 2.976.943 jiwa3. Artinya dalam setiap 100.000 jiwa penduduk Madura telah terjadi 6 kasus tindakan kekerasan.
3
Biro Pusat Statistik Online.
4
Tabel 1 Data Kriminalitas Kekerasan di Wilayah Hukum Madura (1985-1994)4 Tahun 1985 1986 1987 1988 1989 1990 1991 1992 1993 1994 Jumlah
Tindakan Kriminalitas Kekerasan Pembunuhan Penganiayaan Berat n % n % 54 20,9 204 79,1 46 21,8 165 78,2 51 22,8 173 77,2 110 37,5 183 62,5 53 24,8 161 75,2 41 24,7 125 75,3 42 29,4 101 70,6 45 28,3 114 71,7 48 24,6 147 75,4 45 24,3 140 75,7 535 26,1 1513 73,9
Jumlah Kasus N 258 211 224 293 1214 166 143 159 195 185 3048
Jika dibandingkan dengan data kriminalitas kekerasan seluruh propinsi Jawa Timur dan seluruh wilayah Indonesia, tingkat terjadinya kriminalitas kekerasan di Madura dua kali tinggi dibanding seluruh Jawa Timur dan satu setengah kali lebih tinggi dibanding seluruh Indonesia (Tabel 2) Apabila tingginya tingkat terjadinya tindakan kekerasan ini dikaitkan dengan beberapa stereotype negatif orang Madura, maka pandangan-pandangan negatif itu memperoleh pembenaran. Bahkan orang-orang luar Madura cenderung mengartikan bahwa semua orang Madura suka melakukan tindakan kekerasan.
Tabel 2 Proporsi Jumlah Tindakan Kriminalitas Kekerasan Terhadap Jumlah Penduduk Madura, Jawa Timur dan Indonesia Tahun 19945 4
Sumber: Kantor Kepolisian Resort seluruh Madura. Data telah diolah kembali.
5
Wilayah
Jumlah Penduduk
Madura Jawa Timur Indonesia
2.976.934 32.370.441 194.754.808
Jumlah Tindakan Kriminalitas6 185 955 8.267
Proporsi 6:100000 3:100000 4:100000
B.2.2. Kurangnya informasi yang benar tentang orang Madura. Sedikitnya informasi yang didapatkan orang-orang luar Madura tentang orang Madura yang benar menjadi salah satu penyebab timbulnya penilaianpenilaian negatif dan bersifat subjektif tentang orang Madura. Para peneliti terutama ilmuwan sosial banyak yang enggan meneliti tentang kebudayaan Madura. Mereka menganggap bahwa kebudayaan Madura merupakan “ekor” dari kebudayaan Jawa, sehingga perhatian terhadap masyarakat Madura dan kebudayaan Madura relatif sedikit dibandingkan dengan perhatian terhadap masyarakat dan kebudayaan lain (De Jonge, 1989 : vii). Dan pada gilirannya, studi yang secara khusus mempelajari tentang masyarakat dan kebudayaan Madura belum banyak dilakukan. Sebagai bukti konkret, penulis dalam menyusun makalah ini sangat kekurangan literatur tentang Madura dari segala aspek. Dengan demikian maka orang luar Madura kurang mendapat informasi tentang keluhuran budaya-budaya Madura. Di lain pihak media massa terutama televisi dalam menyajikan programprogram yang isinya memunculkan masyarakat atau kebudayaan Madura lebih banyak menampilkan sisi negatif masyarakat dan kebudayaan Madura, yang kadang ditampilkan secara berlebihan. Misalnya dalam sinetron-sinetron yang mereka tayangkan dimana sinetron itu memunculkan tokoh orang Madura, di situ tokoh Madura ditampilkan sebagai tokoh yang sok jago, keras, bandel dan “ngeyel”. Bahkan terkadang lebih seram lagi dengan menggambarkan seakanakan kekerasan (carok)7 menjadi budaya orang Madura. 5
6 7
Sumber: Kantor Kepolisian Resort Seluruh Madura dan Biro Pusat Statistik Online. Data telah diolah kembali. Kriminalitas kekerasan yang berupa pembunuhan dan penganiayaan berat. Konflik kekerasan orang Madura yang dilatarbelakangi persoalan harga diri.
6
Media massa jarang sekali menampilkan budaya-budaya dan adat-adat Madura yang luhur seperti pada Budaya Nale’e paghar 8 pada prosesi adat perkawinan tradisional Madura atau adat Taneyan Lanjang9 yang filosofis. Mereka juga jarang menampilkan keberhasilan-keberhasilan tokoh Madura seperti Jendral R.Hartono (mantan Kasad), Prof.Dr.Ing. Wardiman Djojodiningrat (mantan Mentri Pendidikan), Didik J Rahbini (ahli Ekonomi), dan lain-lain. Sehingga terjadi kekurangan informasi yang berujung pada penyederhanaan dan pemukulrataan informasi tentang masyarakat dan kebudayaan Madura oleh orang-orang luar Madura. B.3. Karakter dan sifat orang Madura yang sesungguhnya. Sebenarnya, orang Madura memiliki karakter dan sifat yang terbuka terhadap perubahan. Maka tidak heran jika majalah Tempo berdasarkan riset pada tahun 1980-an pernah menempatkan suku Madura dalam lima besar suku yang paling sukses di negara ini. Hampir di tiap daerah, bisa ditemukan “Sate Madura” yang seolah menjadi trade-mark orang Madura (Tempo Interaktif, 16-8-2006). Semua itu membuktikan bahwa orang Madura mempunyai semangat yang sangat kuat untuk melakukan perantauan kemana pun. Di tanah rantau pun, orang Madura masih tetap dikenal sebagai sosok yang rajin, ulet dan berkinerja tinggi. Karakter dan sifat lain yang juga melekat dengan orang Madura adalah perilaku yang selalu apa adanya dalam bertindak. Suara yang tegas dan ucapan jujur serta apa adanya kiranya merupakan salah satu bentuk keseharian yang bisa dirasakan ketika berkumpul dengan orang Madura. Pribadi yang keras dan tegas adalah bentuk lain dari karakter dan sifat umum yang dimiliki oleh orang Madura. Di dalam masyarakat Madura juga berlaku filsafat Babu’ Buppa’ Guru Rato10, dimana filsafat ini mengagungkan guru dengan menempatkan posisi mereka setelah kedua orang tua. Dalam hal ini guru yang dimaksudkan adalah kyai (ulama’ / tokoh agama Islam). Kedudukan kyai dalam filsafat orang Madura 8
Adat meminang perempuan Madura dalam tradisi Perkawinan adat Madura Pola pemukiman tradisional Madura yang memanjang dari arah Barat ke Timur sesuai dengan urutan kelahiran anak-anak perempuan 10 Ibu, Bapak, Guru (kyai) dan Raja (pemimpin/pemerintah). 9
7
berada di atas kedudukan raja yang dalam hal ini raja yang dimaksudkan adalah Pemimpin atau Pemerintah. Dengan demikian kedudukan kyai menjadi sangat vital bagi masyarakat Madura yang mayoritas muslim (data BPS terakhir menunjukkan 99,9% penduduk Madura memeluk agama Islam / muslim)11. Kyai menjadi tokoh sentral yang sangat dihormati dan segala ucapannya diikuti oleh masyarakat Madura. Program Pemerintah tidak akan berjalan sebagaimana mestinya jika tidak melibatkan figur kyai. Sebagai contoh, dulu ketika Pemerintahan Orde Baru menggalakkan program Keluarga Berencana, program KB ini di Madura tidak sukses. Tapi kemudian ketika Pemerintah mengikutsertakan kyai dalam program tersebut, maka hasilnya menjadi berbeda, program tersebut menjadi cukup sukses di Madura.
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN Stereotype adalah prasangka atau penilaian mengenai sifat-sifat dan watak pribadi suatu individu atau golongan lain yang bersifat subjektif , tidak tepat dan cenderung negatif karena tidak lengkapnya informasi yang didapatkan. 11
Biro Pusat Statistik Online
8
Stereotype orang Madura adalah pandangan atau penilaian mengenai sifat-sifat dan watak atau karakter orang Madura oleh orang-orang luar Madura yang bersifat subjektif dan cenderung tidak tepat serta negatif karena tidak lengkapnya informasi yang diterima oleh orang-orang luar Madura tersebut. Berdasarkan kesimpulan di atas, kiranya dapat dikemukakan beberapa saran sebagai berikut: 1. Perlu upaya penelitian yang lebih intensif dan mendalam terutama oleh ilmuwan-ilmuwan sosial Madura sendiri tentang masyarakat dan kebudayaan Madura sehingga apa dan bagaimana masyarakat dan kebudayaan Madura yang sesungguhnya diketahui oleh orang-orang luar Madura. 2. Dibutuhkan upaya penyadaran masyarakat akan hukum dengan jalan peningkatan kualitas pendidikan dan keagamaan agar tingkat kriminalitas kekerasan (pembunuhan dan penganiayaan berat) dapat diminimalisir. 3. Diperlukan adanya peran serta dari para tokoh Madura untuk memperkenalkan kebudayaan Madura yang sebenarnya agar lebih dikenal oleh orang-orang luar Madura yang pada akhirnya nanti dapat mengeliminir stereotype-stereotype negatif tentang orang Madura.
Daftar Pustaka
De Jonge, H, 1989. Agama, Kebudayaan dan Ekonomi: Studi Interdisipliner tentang Masyarakat Madura, Jakarta: Rajawali Press. Fatimah, Jeanny M, Dosen Psikologi Komunikasi FISIP Unhas, “Hilangkan Prasangka dan Stereotype Lewat Interaksi”, (27 Januari 2007, komentar).
9
M. Suryakusumah, 1992. Sopan, Hormat, dan Islam: Ciri-Ciri Orang Madura. Laporan Penelitian. Jember: Pelatihan Penelitian Ilmu-ilmu Sosial Universitas Jember. Oxford University, 2001. The Tenth Edition of the Concise Oxford Dictionary, Oxford, Oxford University Press U.K. Tempo Interaktif, edisi 16-8-2006. Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa Depdiknas, 2005. Kamus Besar Bahasa Indonesia , Jakarta: Balai Pustaka. Wiyata, A. L, 2006. Carok, Konflik Kekerasan dan Harga Diri Orang Madura, Yogyakarta: PT LKiS Pelangi Aksara Yogyakarta. Website, Biro Pusat Statistik Online: http:/www.bps.go.id Website, English-Indonesian Online Dictionaries: http://www.babylon.com
10