Options

  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Options as PDF for free.

More details

  • Words: 5,249
  • Pages: 25
Options Disable

Get Free Shots

www.usahabersama.net Direktori Bisnis & Usaha Bersama (UB) Indonesia • • • • • • • •

Home Profil Kontak Download Forum BPRSAI Event Seminar UMKM

• • •

Lowongan Buku Tamu

Lembaga Keuangan BPR Syariah Amanah Insani 9 02 2008

PT.BPR SYARIAH AMANAH INSANI yang biasa disingkat BPRSAI adalah Lembaga Keuangan atau Bank yang berizin operasional secara SYARIAH. BPRSAI sudah beroperasi belasan tahun dimana tepatnya berdiri pada tanggal 14 Oktober 1997 melalui Keputusan Menteri Keuangan Republik Indonesia Nomor : Kep-540/KM.17/1997.

Tujuan BPRSAI mendapatkan izin syariah adalah semata-mata untuk ikut berperan mengambil bagian bersama pemerintah mendorong prtumbuhan ekonomi yang mandiri, untuk kepentingan masyarakat luas agar terhindar dari unsur pengaruh RIBA. Sejalan dengan motto kami : “melindungi dan mengembangkan” dimaksudkan agar masyarakat luas mendapatkan manfaat ganda atau mutual benefit yaitu HALAL & RASA AMAN bersama BPR SYARIAH AMANAH INSANI. Saat ini kami telah memiliki sumber daya manusia yang lebih kuat, baik yang ada di Dewan Syariah/Dewan Komosaris serta Karyawan/wati karena berpegang teguh kepada Syariah Islam yang benar (HAQ), dengan mengedepankan sifat jati diri yang JUJUR dan AMANAH namun tetep menjunjung tinggi profesionalisme didalam pengelolaannya. Demikian, semoga BPR Syariah Amanah Insani yang sudah menjadi Bank Syariah milik kita bersama dapat berkembang luas, selamat, lancar, sehingga menjadi Bank Syariah yang sehat dan barokah untuk kepentingan “Ummat”.

STRUKTUR ORGANISASI Berikut ini struktur organisasi BPRSAI: DEWAN KOMISARIS 1.H. Achmad Kuntjoro,SE.MBA 2.H. Mochamad Yusuf 3.H. Soeratno, Bc.TT DEWAN SYARIAH 1.KH. Kasmudi Assidiqi 2.KH. Abdul Syukur 3.H. Ir. Prasetyo Sunaryo,M.Si DIREKTUR UTAMA 1.H. Muh. Taufik Darmansyah, SE 2.Melani Mardhasari, Bc. Acct.

PRODUK-PRODUK BPRSAI PENGHIMPUNAN/PENYIMPANAN DANA A. Deposito Investasi Mudhorobah B. Tabungan Mudhorobah (Amin/Pelajar) C. Tabungan Haji/Tabungan Qurban (Wadiah Al-Dhomanah) D. Zakat, Infaq & Shodaqoh (ZIS)/Wadiah PRODUK PENYIMPANAN DANA A.Deposito Investasi Mudhorobah Investasi simpanan pihak ketiga (perorangan/badan hukum) yang penarikannya hanya dapat dilakukan dalam jangka waktu tertentu (pada saat jatuh tempo) dengan mendapatkan imbalan keuntungan Bagi hasil (nisbah) yang disepakati bersama antara bank dan nasabah. Jangka waktu : 1 bulan, 3 bulan, 6bulan dan 12 bulan, Saldo awal minimal Rp 500.00,00

B.Tabungan Mudhorobah (amin/pelajar) Simpanan pihak ketiga (perorangan/badan hukum) di Bank Syariah yang penarikannya dapat dilakukan setiap saat atau beberapa kali sesuai dengan perjanjian antara bank dan nasabah. Dalam hal ini bank bertindak sebagai pengelola dana (Mudhorib) dan penabung sebagai penyandang dana (Shohibul Maal), bank sebagai pengelola dana akan memberikan keuntungan kepada penabung sesuai dengan bagi hasil (nisbah) yang disepakati bersama. Pembagian keuntungan dilakukan setiap bulan berdasarkan saldo minimal yang mengendap selama periode tersebut. Saldo awal minimal Rp 10.000,00 dan setoran selanjutnya minimal Rp 5.000,00. Biaya penutupan rekening Rp 5.000,00. C.Tabungan Wadiah (Titipan) Pengertian : harta yang dititipkan kepada bank yang memiliki fungsi sebagai barang titipan (Wadiah). Contoh : Tabungan haji, Tabungan Qurban (Wadiah Al Dhomanah), Zakat, Infaq & Shodaqoh (ZIS/Wadiah Amanah) C.1. Zakat, Infaq & Shodaqoh (ZIS/Wadiah Amanah) Bank menerima titipan amanah yang berupa dana zakat, infaq dan shodaqoh dari nasabah/masyarakat yang ingin menyisihkan sebagian harta bendanya untuk keperluan zakat,infaq dan shodaqoh. Karena bank dapat menjadi perpanjangan tangan baitul maal dalam menyimpan dan menyalurkan dana ummat kepada yang berhak menerimanya, agar dapat bermanfaat secara optimal. Wadiah amanah ini bersifat benar-benar titipan (amanah) tidak mendapatkan bagi hasil atau bonus. C.2. Tabungan Haji/Tabungan Qurban (Wadiah Al-Dhomanah) Bank menerima tabungan nasabah yang bertujuan ingin Menunaikan ibadah haji/ibadah Qurban, nasabah dapat menarik sebagian atau seluruh saldo tabungan hanya pada saat menjelang setoran ONH/saat menjelang bulan Dzulhijah (Idul Adha). Bank memperoleh izin dari nasabah untuk memanfaatkan dana tersebut selama mengendap dibank dan menjamin pembayaran kembali tabungan tersebut, semua keuntungan atas pemanfaatan dana tersebut adalah sepenuhnya milik bank. Tetapi pada rekening tabungan ini bank dapat memberikanimbalan keuntungan/bonus yang berasal dari pemanfaatan dana tersebut kepada nasabah dari waktu ke waktu tanpa ada perjanjian/ketentuan sebelumnya antara bank dan nasabah. Saldo awal minimal Rp 10.000,00 dan setoran selanjutnya Minimal Rp 10.000,00 Biaya penutupan rekening Rp 10.000,00 KEUNGGULAN 1. Aman dan bebas dari riba, karena diterapkannya sistim bagi hasil sebagai pengganti sistim bunga. 2.Keuntungan/imbalan bagi hasil yang diperoleh terjamin kehalalannya. 3.Dapat dijadikan sebagai jaminan pembiayaan. 4.Berpeluang memperoleh bonus dari jenis tabungan Wadiah (titipan). PERSYARATAN UMUM DEPOSITO MUDHOROBAH 1.Fotocopy KTP/SIM/PASPOR 2.Mengisi formulir pembukaan simpanan dengan dibubuhi materai Rp 6.000,00

UNTUK PERUSAHAAN 1.Fotocopy KTP/SIM/PASPOR Pengurus/Pemilik 2.Fotocopy legalitas perusahaan CATATAN : 1.Simpanan jenis mudhorobah akan mendapatkan bagi hasil berdasarkan saldo rata-rata harian, menurut nisbah yang diperjanjikan. 2.Simpana jenis wadiah (titipan) tidak memperoleh bagi hasil namun bank dapat saja memberikan bonus. PRODUK PENYALURAN DANA/PEMBIAYAAN A. Profit Sharing (Bagi Hasil) A.1. Al-Musyarokah A.2. Al-Modhorobah B. Sale and Purchase (Jual-Beli) B.1. Murobahah B.2. Qardlu (Al-Qhardul Hasan) BAGI HASIL A.1. Al Musyarokah (kerja sama untuk memperoleh keuntungan bagi hasil) Pembiayaan bank untuk proyek/investasi usaha nasabah, dimana Bank dan nasabah sama-sama menyediakan dana guna membiayai Suatu proyek/investasi usaha nasabah. Manajemen dikelola bersama, bagi hasil keuntungan dan resiko kerugian ditanggung bersama atas dasar kesepakatan (negosiasi) kedua belah pihak (bank dan nasabah) A.2. Al Mudhorobah (Pembiayaan untuk memperoleh keuntungan bagi hasil) Pembiayaan Bank untuk proyek/investasi usaha nasabah,dimana dana sepenuhnya dari bank dengan prinsip bagi hasil keuntungan atas dasar kesepakatan perjanjian tertulis. Nasabah sebagai pengelola dana bertanggung jawab penuh atas manajemen proyek/investasi usaha tersebut,serta bertanggung jawab atas kerugian yang diakibatkan kelalaian yang dilakukan dengan sengaja oleh nasabah (kerugian yang bukan konsekuensi bisnis). Apabila terjadi kerugian karena konsekuensi bisnis/kelalaian yang tidak sengaja,maka bank ikut menanggung kerugian tersebut sesuai dengan kesepakatan (negosiasi) bank dan nasabah. A.JUAL-BELI B.1. Murobahah (jual beli barang pada harga asal ditambah margin keuntungan yang telah disepakati bersama). Pembiayaan bank untuk nasabah dalam rangka pemenuhan kebutuhan produksi modal kerja (inventory) untuk perputaran usaha yang berjangka sama dengan atau kurang dari satu tahun (Short Run Financing). Bank membelikan barang yang dibutuhkan produksi/modal kerja untuk perputaran usaha yang dibutuhkan oleh nasabah. Kemudian bank menjual barang tersebut kepada nasabah pada tingkat harga yang telah disepakati bersama (harga pembelian + margin keuntungan) untuk dibayar dalam jangka waktu yang telah disepakati.

B.2. Qardh (Al-Qhardul Hasan) : Pinjaman uang Penerapan/aplikasi qardh dalam perbankan biasanya dalam 4 (empat) hal yaitu : 1. Sebagai pinjaman tabungan haji,dimana nasabah calon haji diberikan pinjaman tabungan untuk memenuhi syarat penyetoran biaya perjalanan haji. Nasabah akan melunasinya sebelum keberangkatan haji. 2.Sebagai pinjaman tunai (cash advanced) dari produk kartu kredit syariah,dimana nasabah diberi keleluasaan untuk menarik uang tunai milik bank melalui ATM. Nasabah akan mengembalikannya sesuai waktu yang diperlukan. 3.Sebagai pinjaman kepada pengusaha kecil,dimana menurut perhitungan bank akan memberatkan si pengusaha bila diberikan pembiayaan dengan skema jual beli,ijaroh, atau bagi hasil. 4. Sebagai pinjaman kepada pengurus bank, dimana bank menyediakan fasilitas ini untuk memastikan terpenuhinya kebutuhan pengurus bank. Pengurus bank akan mengembalikannya secara cicilan melalui pemotongan gaji. KEUNGGULAN 1. Aman dan bebas dari riba, karena diterapkannya sistim bagi hasil dan jual beli sebagai pengganti sistim bunga. 2. Lebih mandiri dari pengaruh gejolak moneter baik didalam maupun luar negeri. 3. Tidak membebani nasabah sejak awal dengan kewajiban membayar biaya secara tetap. 4. Tidak ada diskriminasi terhadap nasabah yang didasarkan atas kemampuan ekonominya. 5. Memberikan kesempatan yang luas dan sama kepada siapapun untuk berusaha. PERSYARATAN UMUM 1.Surat permohonan pembiayaan 2.Fotocopy KTP Suami/istri 3.Fotocopy Kartu Keluarga 4.fotocopy NPWP pribadi/perusahaan 5.Surat Keterangan penghasilan/gaji 6.Fotocopy rekening Koran tiga bulan terakhir TAMBAHAN BAGI PENGUSAHA 1.Proposal Usaha 2.Fotocopy SIUP 3.Fotocopy Neraca dan Laba Rugi 4.Fotocopy Akte Pendirian Perusahaan 5.Fotocopy Surat Order (PO) JAMINAN 1.Sertifikat tanah (SHM) 2.Sertifikat Deposito 3.Keendaraan bermotor (BPKB) 4.Dll

Untuk informasi selengkapnya silahkan langsung menghubungi: PT. BPRS AMANAH INSANI Jl.Raya Jatiwaringin No.109 Pondok Gede Bekasi 17411 Jawa Barat Indonesia Telp: 021-84973337-8, Fax: 021-8480239 E-mail: [email protected] Contact person : Bagian Marketing: Irna Aini Ext.101; Bagian Tabungan: Kuntum Hapsari Ext.104. Melani (Dirop): 08881354402; Arya(Kadiv.Op): 08881354412; Dhani(Kadiv Corporate Secretary): 08881354397 « Rias Pengantin Ruri Salon Bimbel Rumbelita »

Actions Comments rss Trackback

• •

Informations • •

Date : 9 February 2008 Categories : Lembaga Keuangan, Biro Jasa

5 responses to “Lembaga Keuangan BPR Syariah Amanah Insani” 10 02 2008

TAUFIK (12:21:39) : Ayo dong kita besarkan BPRSAI ini , bank syari’ah miliknya kita semua. Banyak lho yang perlu kita bantu JOKAM yang bisnisnya bagus2, tersebar dibanyak skala bisnis dari yang kecil sampai yang besar2 (konglomerat) tapi masih bersentuhan dengan riba. Prihatin kalau kita tidak bisa selamatkan mereka itu semua. 7 05 2008

Kgs.Medice,SE (02:54:06) : Ass.Wr.wb Saya mau nanya sebab kami berada diluar pulau jawa 1.bagaimana cara kami ikut berpartisipasi dalam meminjam dan menabung? 2.apakah sudah ada rencana membuka cabang dikota2 besar seperti Palembang?? ajkk atas jawabannya wasalam 25 06 2008

Erwin Sulaiman AA (03:03:23) :

Assalamu’alaikum w.w. Gimana Pak caranya saya ada rencana mau membeli sebidang tanah di Perumahan Duta Kranji tapi uangnya pinjam dulu dengan jaminan sertifikat tanah (SHM) dan saya sanggup mencicil selama 3-4 tahun, mohon penjelasan Alhd jaza K Khoiro Wassalam, Erwin S 27 06 2008

abdul salam (22:19:18) : dukung ekonomi syari’ah untukkemandirianekonomi islam 22 09 2008

erlinawati (10:50:57) : Assalamu’alaikum ?.. saya mau bertanyak pak,saya mau pinjam uang dengan jaminan sertifikat tanah. itu syaratnya apa aja ya karena orang tua udah lanjut usia,misalkan pinjaman itu diatas namakan saya bisa tidak ya pak?…saya mampuh membayarnya selama jangkau 5 tahun. makasih atas jawabannya… wassalamu’alikum.

Leave a comment Name (required) Mail (will not be published) (required) Website You can use these tags :
<em> <strike> <strong>

Categories •

'Usaha Bersama [UB] (9)

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Advertising (3) Agraria (1) Akuntan (2) Arsitek (1) Bahan Bangunan (1) Bengkel Mobil (1) Bengkel Motor (2) Biro Jasa (10) Bisnis Online (8) Buku (1) Butik-Fashion (4) Catering (4) Dealer & Aksesoris Motor (3) Desain Grafis (4) Electronic (2) Engineering (1) Forwarder (1) Fotografi (5) Furniture (5) Handphone [HP] (3) Hewan Qurban (1) Industri/Manufacture (2) IT (1) Kerajinan (2) Kesehatan (3) Komputer (4) Konsultan (3) Konveksi (3) Laundry (3) Lembaga Keuangan (1) Makanan & Minuman (4) Pernik [Souvenir] (4) Peternakan (1) Properti (2) Rental Mobil (2) Sekolah [Bimbel] (1) Taksi (1) Taman [Kebun] (2) Tas & Sepatu (2) Tour & Travel (3) Web Design (5) Wedding (8)

Archives

Partner

Recent Comments • • • • •

djoko on Raja Motor: Pusat Sparepart & Aksesoris emil on Lowongan andri354 on Buku Tamu irwan on Jual Beli & Service AC Benny Benyamin on Buku Tamu

Polls Fitur apa lagi yang perlu ditambahkan di Usahabersama.net? • • • • •

Lowongan Pekerjaan Peluang Usaha Bisnis Unik UB/Bisnis Pilihan Profil Jokambiz'ers View Results

Loading ... •

Polls Archive

Meta • • • •

Register Login Entries RSS Comments RSS



WordPress.org

Statistics •

Total Stats • o o o o o

153 Authors 88 Posts 9 Pages 305 Comments 231 Comment Posters

Jok-Blogger • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Admin Blog Akma Suatan Angga Wisnu Agung Darma Ardiansyah Arie W Bagus Alfa Bambang Risnanda Cax Bari Chasan A Citra Dawud_abd Deddy Baros Diaz Candra Dwi Prabowo Enrico AG Farah Forum Soluta Herman Gunadi Ichwan Hadi Iskicha Loveelly Luigi Pralangga Maisara Manshurin M Ied Kavling Kenanga Khazanah Novrina

• • • • • • • • • • • • • • • • • • • • •

Nurkholiman Pahala Prayogi Riskasayang Rostam Effendi Sandy Sovia Subur Anugerah TeGe Tika Tita Totok Purwanta Toyib Ubed Umi Rina Wawan Sbm Wahyu Kuncoro Wahyu Raharjo Wibowo N Wiwid L Zaenal Arifin

Kurs BCA Get the Kurs BCA widget and many other great free widgets at Widgetbox! Copy Right Jokambiz.com © 2007 - All Rigts Reserved

Bagi hasil (profit sharing) atau mudharabah sebagai karakteristik dasar bank syariah July 7, 2006 — kamale Pernah dengar istilah bagi hasil khan..? Nah benar, jadi bagi hasil atau profit sharing ini dapat diartikan sebagai sebuah bentuk kerjasama antara pihak investor atau penabung, istilahnya shahibul maal dengan pihak pengelola atau mudharib, dan nantinya akan ada pembagian hasil sesuai dengan persentase jatah bagi hasil (nisbah) sesuai dengan kesepakatan ke dua belah pihak.

Misalkan investor, dalam hal ini adalah nasabah bank itu menaruh uangnya sebagai bentuk investasi untuk dikelola oleh mudharib yakni pihak bank dengan nilai nisbah, misalnya 60 persen bagi pengelola dan 40 persen bagi investor. Mudharabah ini dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu mudharabah muthlaqah, yaitu bagi hasil yang bersifat tidak terbatas (unrestricted), dan mudharabah muqayyadah, yaitu bagi hasil yang bersifat terbatas (restricted). Untuk mudharabah muthlaqah, pihak pengelola yaitu pihak bank memiliki otoritas penuh untuk menginvestasikan atau memutar uangnya. Sedangkan untuk mudharabah muqayyadah, pemilik dana memberi batasan kepada pihak pengelola. Misalnya, adalah jenis invetasi, tempat investasi, serta pihak-pihak yang diperbolehkan terlibat dalam investasi. Namun pada perkembangannya transaksi yang ada pada bank syariah itu tidak hanya pada wadi’ah dan mudharabah saja, tetapi meluas pada transaksi musyarakah, murabahah, bai as-salam, bai al-istishna, ijarahϑ, dan lain-lain. Hmm.. banyak juga jenisnya yaa.. Posted in ekspresionis ekonomi syariah.

26 Responses to “Bagi hasil (profit sharing) atau mudharabah sebagai karakteristik dasar bank syariah” 1.

itha Says: October 10, 2006 at 8:52 am

ass!! mau tanya neh pak, dalam pembagian hasil pada pembiayaan mudharabah itu yang dibagi profit setelah pajak ya? kemudian pendistribusian ke depositors juga profit stlh dipotong paja?? kalo iya berarti ada double tax dong? tolong dijawab ya pak, syukur kalo langsung ke imel saya, mau saya jadikan topik kajian skripsi neh, trims. wassalam

PRAKTEK PEMBIAYAAN BANK SYARIAH DAN PROBLEMATIKANYA oleh : Dr. H. Amir Mu'allim, MIS. MSI-UII.Net - 7/8/2004

Pendahuluan Gus Dur, dalam wawancaranya dengan salah satu TV mengenai Fatwa MUI tentang Pengharaman Bunga Bank mengatakan bahwa bunga bank tidak haram, karena

bunga bank tidak identik dengan riba. Komentar Gus Dur tersebut bersambut gayung dengan komentar yang lain, salah satunya dikemukakan oleh Syafi’i Maarif yang mengatakan bahwa fatwa MUI tersebut terlalu terburu-buru. Berbagai komentar ini ditanggapi kembali oleh MUI yang menjelaskan bahwa MUI belum mengeluarkan fatwa bahwa bunga bank haram, pengharaman bunga bank baru sebatas usulan komisi fatwa MUI. Pro-kontra antara haram-makruh-mubah-halal adalah perdebatan yang sudah lama menjadi wacana masyarakat luas, tidak hanya kalangan elit agama. Penulis berpendapat bahwa pro-kontra pengharaman bunga bank tidak seharusnya menjadikan akademisi dan praktisi lembaga keuangan syariah, termasuk perbankan syariah surut melangkah dalam memajukan lembaga keuangan syariah. Sebagaimana teori-teori dan praktek yang lain, teori dan praktek perbankan syariah akan eksis dan menjadi model saat ia mampu menyelesaikan problem-problem yang terjadi di masyarakat, dan ditinggalkan apabila dipandang tidak mampu menyelesaikan problem-problem yang terjadi di mayarakat, terutama problem kemiskinan dan pengangguran yang terjadi karena ketidakadilan. Bertolak dari pendapat ini, akademisi dan praktisi perbankan syariah harus selalu mengevaluasi dan memperbaiki konsep dan praktek-praktek yang tidak mampu menyelesaikan problem-problem di masyarakat. Tulisan berikut akan membahas konsep-konsep pembiayaan dan aplikasinya serta beberapa problem yang perlu dievaluasi dan kemudian dikembangkan dalam kerangka mengembangkan peran dalam menyelesaikan problem-problem ekonomi umat. Fokus pembiayaan merupakan konsep dan praktek penting dalam perbankan syariah mengingat dari produk pembiayaan inilah yang berhubungan langsung dengan masalah pendanaan ke nasabah, yang harapannya pada gilirannya nanti akan mampu mengurangi kemiskinan dan memberi peluang kepada terbukanya lahan-lahan baru lapangan pekerjaan. Produk pembiayaan inilah yang mempunyai peluang untuk memajukan sektor riil. Secara sistematis tulisan ini diawali dengan mendeskripsikan konsep dan praktek pembiayaan bank syariah; kemudian dilanjutkan dengan problem-problem yang muncul dalam konsep dan praktek pembiayaan; alternatif pengembangan pembiayaan bank syariah; dan terakhir kesimpulan sebagai rangkuman dan rekomendasi dari pembahasan tulisan ini.

Konsep-Konsep Pembiayaan Bank Syariah Produk bank syariah yang berkaitan dengan penyaluran dana, dalam istilah bank syariah dikenal dengan pembiayaan (sama dengan kredit dalam istilah bank konvensional) menerapkan beberapa sistem. Dalam Surat Keputusan Direksi Bank Indonesia No. 32/34/KEP/DIR tanggal 12 Mei 1999 Bab VI Pasal 28 tentang Kegiatan Usaha[1] disebutkan bahwa bank wajib menerapkan prinsip syariah dalam kegiatan usahanya yang meliputi: 1. Menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan yang meliputi a. giro berdasarkan prinsip wadiah, b. tabungan berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah, c. deposito berjangka berdasarkan prinsip mudharabah, atau d. bentuk lain berdasarkan prinsip wadiah atau mudharabah. 2. Melakukan penyaluran dana melalui: a. murabahah, b. istisna c. ijarah d. salam e. jual-beli lainnya 3. Pembiayaan bagi hasil berdasarkan prinsip a. mudharabah b. musyarakah c. bagi hasil lainnya 4. Pembiayaan lainnya berdasarkan prinsip a. hiwalah b. rahn c. qard. Pada prakteknya, seperti Bank BNI Syariah produk pembiayaan yang diaplikasikan adalah Jual-Beli (murâbahah), Bagi-Hasil (Mudhârabah), Sewa-Beli (Ijârah bai’ at Ta’jiri), dan kongsi (musyârakah).[2] Ulasan produk-produk pembiayaan tersebut sebagai berikut:

1. Murabahah Murabahah adalah pembiayaan di mana pihak bank syariah menyediakan dana untuk membeli barang yang dibutuhkan nasabah/umat. Secara operasional, praktek murabahah ini adalah jual-beli barang sebesar harga perolehan atau harga jual (harga beli ditambah biaya transportasi, PPN dan sebagainya) ditambah dengan keuntungan (margin) yang disepakati di mana penjual harus memberitahukan kepada pembeli mengenai harga beli produk dan menyatakan jumlah keuntungan yang ditambahkan pada harga perolehan tersebut. Keuntungan Bank Syari’ah berdasarkan prinsip kepatutan. Pembayaran sejumlah harga beli oleh nasabah dilakukan secara tangguh dan menurut batas waktu yang ditentukan bersama. 2. Mudharabah Mudharabah adalah pembiayaan untuk masyarakat yang memiliki keahlian tetapi tidak punya modal, Bank Syariah bersedia membiayai sepenuhnya suatu proyek usaha. Bank Syari’ah sebagai shohibul mal (pemilik modal) memberikan pinjaman modal usaha pada masyarakat (mudhorib) untuk dikelola secara baik. Rasio keuntungan misqalnya 30%:70%, 35%:65% atau 40%:60% sesuai kesepakatan yang dibuat antara Bank Syari’ah dengan nasabah. Apabila terjadi kerugian dari proyek yang dijalankan nasabah masing-masing pihak secara berimbang menanggung kerugian tersebut. 3. Bai’ al Istisna Bai’ al Istisna yaitu kontrak order yang ditandatangani bersama antara pemesan dengan produsen untuk pembuatan suatu jenis barang tertentu. 4. Ijarah Ijarah adalah perjanjian antara pemilik barang dengan penyewa yang memperbolehkan penyewa untuk memanfaatkan barang dengan membayar sewa sesui dengan perjanjian kedua pihak. 5. Musyarokah

Musyarokah yaitu pembiayaan modal kerja atau investasi di mana Bank Syari’ah menyediakan sebagian modal usaha keseluruhan, dan dalam proses manajemen pihak Bank Syari’ah dapat dilibatkan secara langsung sehingga keduanya berserikat dalam usaha. Pembiayaan musyarokah ini berdasarkan prinsip bagi hasil sesuai dengan proporsi penyertaan. Rasio keuntungan misalnya 50%:50 %, atau sesuai dengan kesepakatan yang dibuat. 6. Bai’ Bitsaman Ajil Bai’ Bitsaman Ajil yaitu jual beli dengan suatu akad sebagaimana terjadi dalam prinsip murobahah tetapi pembayaran sejumlah harga beli oleh nasabah dilakukan secara berangsur. 7. Bai’ As-Salam Bai’ As-Salam yaitu pembiayaan di mana nasabah memesan barang lewat Bank Syari’ah. Jenis barang dan harganya telah ditentukan dan nasabah melunasi harga barang tersebut pada saat akad (nasabah telah menitipkan uang tunai pada Bank Syari’ah), kemudian pihak Bank Syari’ah menyediakan barang yang dipesan pada waktu jatuh tempo, sedang keuntungan bank hanya berupa jasa dari nasabah 8. Hiwalah Hiwalah pembiayaan ini terjadi apabila seseorang memiliki utang kepada orang lain kemudian yang bersangkutan mengajukan permohonan kepada Bank Syari’ah untuk membayar hutangnya setelah Bank Syari’ah melunasi hutang orang yang bersangkutan maka status hutangnya berdasarkan akad perjanjian yang dibuat beralih kepada Bank Syari’ah. 9. Rahn Rahn adalah gadai yang dilakukan secara suka-rela atas dasar tolong menolong tanpa mencari keuntungan. Rahn berlaku untuk semua harta, baik yang bergerak maupun yang tidak bergerak. 10. Qordul Hasan Qordul Hasan yaitu Pembiayaan kebijakan yang diberikan Bank Syari’ah kepada nasabah tanpa pengutan bagi hasil. Dalam hal ini nasabah hanya dibebani tanggung jawab mengembalikan pembiayaan sejumlah yang diterimanya dari Bank Syari’ah tanpa tambahan apapun, dan membayar biaya administrasi. Apabila peminjam tidak mampu mengembalikan dalam jumlah yang sama dan pada waktu yang telah

ditentukan, maka peminjam tidak boleh dikenai sanksi. Atas kerelaannya peminjam dibolehkan memberikan imbalan kepada pemilik barang/uang. Operasional Bank Syari’ah dalam Pembiayaan Dalam pembiayaan atau penyaluran dana Bank Syari’ah menggunakan sistem bagi hasil dan pengambilan keuntungan berdasarkan syari’at Islam. Adapun mekanismenya adalah: 1. Permohonan pembiayaan oleh nasabah dengan ketentuan sebagai berikut: a.

Memberikan kejelasan tentang platform pembiayaan yang dimohon

b.

Memberikan kejelasan tentang rencana penggunaan dana

c.

Memberikan kejelasan tentang rencana jangka waktu pelunasan pembiayaan..

d.

Memberikan kejelasan tentang rencana jaminan atas pembiayaan yang dimohon

e.

Memberikan laporan keuangan perusahaan minimal 2 tahun terakhir

f.

Memenuhi ketentuan umum administrasi.

g. Penerimaan berkas permohonan oleh petugas Bank Syari’ah Pada prinsipnya permohonan pembiyaan diajukan secara tertulis namun dalam keadaan di mana cara ini sulit atau tidak mungkin dilakukan permohonan dapat diajukan secara lesan langsung antara nasabah dengan petugas. h. Mempelajari berkas permohonan Berkas permohonan yang diterima kemudian dipelajari sampai didapatkan suatu kesimpulan bahwa permohonan tersebut layak untuk ditindak lanjuti. i. Survey Lapangan survey lapangan dilakukan setelah didapatkan suatu kesimpulan yang jelas bahwa suatu permohonan pembiayaan yang diajukan pemohon dipandang layak untuk ditindak lanjuti. j. Melakukan analisa pembiayaan Analisa pembiayaan adalah serangkain kegiatan dalam rangka menilai informasi, data-data serta fakta di lapangan sehubungan diajukannya permohonan pembiayaan oleh seseorang.

2. Contoh Perhitungan Praktis Pembiayaan

Dari beberapa konsep-konsep pembiayaan-pembiayaan di atas, secara riil dapat dicontohkan, antara laian, sebagai berikut: a.

Al-Murabahah misalkan seseorang nasabah ingin memiliki sepeda motor. Ia dapat mengajukan permohonan agar Bank Syari’ah membelikannya. Melalui prosedur yang teliti kemudian dinyatakan Bank Syari’ah setuju, maka bank syariah membelikan motor tersebut dan diberikan kepada nasabah, jika harga motor tersebut Rp 4.000.000,- dan Bank Syari’ah ingin mendapatkan keuntungan Rp 800.000,- selama dua tahun. Harga yang ditetapkan kepada nasabah seharga Rp 4.800.000,- nasabah dapat mencicil pembayaran tersebut Rp 200.000,- per bulan.

b.

Al-Mudharabah misalkan seorang pedagang yang memerlukan modal untuk berdagang dapat mengajukan permohonan untuk pembiyaan bagi hasil seperti mudharabah di mana Bank Syari’ah bertindak selaku shohibul mal dan nasabah selaku mudhorib. Caranya adalah dengan menghitung dulu perkiraan pendapatan yang akan diperoleh nasabah dari proyek yang bersangkutan. Misalnya dari modal Rp 30.000.000,- diperoleh pendapatan Rp 5.000.000,- per bulan. Dari pendapatan ini harus disisihkan dahulu untuk tabungan pengembalian modal, misalnya Rp 2.000.000,- selebihnya dibagi antara bank dengan nasabah dengan kesepakatan di muka, misalnya 60% untuk nasabah dan 40% untuk bank.

c.

Musyarokah misalnya Pak Usman adalah seorang pengusaha yang akan melaksanakan suatu proyek usaha tersebut membutuhkan modal sejumlah Rp 100.000.000,- ternyata setelah dihitung, Pak Usman hanya memiliki Rp 50.000.000,- dari modal yang diperlukan. Pak Usman kemudian datang ke Bank Syari’ah untuk mengajukan pembiayaan dengan model musyarokah. Dalam hal ini kebutuhan terhadap modal sejumlah Rp. 100.000.000,- dipenuhi 50% dari nasabah dan 50% dari Bank Syari’ah . Setelah proyek selesai nasabah mengembalikan dana tersebut bersama bagi hasil yang telah disepakati untuk Bank Syari’ah. Seandainya keuntungan dari proyek tersebut adalah Rp 20.000.000,- dan nisabah atau porsi yang disepakati 50:50%, pada akhir proyek

Pak Usman harus mengembalikan dana sebesar Rp 50.000.000,- ditambah Rp 10.000.000,- (50% dari keuntungan untuk bank). Prakteknya secara umum, misalnya pada pembiayaan murabahah, bank syariah bukan murni sebagai penjual barang seperti pada industri perdagangan yang menjual secara langsung kepada pembeli karena pada kenyataannya bank syariah tidak mempunyai persediaan barang. Hampir 80% pengadaan barang yang dijual kepada nasabah diwakilkan kepada nasabah bersangkutan untuk membelinya. Artinya nasabah membeli barang sendiri setelah diberikan fasilitas dana oleh bank syariah. Beberapa transaksi juga terjebak pada jual-beli fudhul, yaitu barang dijual belum benar-benar menjadi milik penjual atau milik bank syariah sudah dijual lagi kepada nasabah. Secara formal bentuk akad atau perjanjian pembiayaan murabahah merupakan akad jual beli antara bank syariah selaku penjual dan nasabah selaku pembeli, namun hakekatnya bank syariah sebatas menawarkan produk pembiayaan atau pendanaan kepada calon nasabah yang membutuhkan pendanaan, baik untuk kebutuhan produktif maupun konsumtif. Praktek ini masih mirip dengan mekanisme pada bank konvensional. Murabahah: Idola Pembiayaan Bank Syariah Masyarakat awam mempunyai kesan bahwa bank syariah adalah bank dengan sistem bagi hasil. Semua produk dianggap menggunakan bagi hasil. Padahal bank syari’ah dari fungsi penyaluran dana atau dalam bentuk pembiayaan banyak menawarkan produk pembiayaan dengan model pembiayaan murabahah (jual-beli). Hampir semua bank syariah di dunia didominasi dengan produk pembiayaan murabahah. Sistem penyaluran dana pembiayaan dengan bagi hasil dan lainnya masih sangat sedikit direalisasikan. Sebagaimana pada tabel di bawah ini menunjukkan bahwa produk murabahah masih merupakan produk primadona yang mendominasi dibandingkan produk penyaluran dana yang lain. Produk murabahah rata-rata di atas 50% kecuali di negara Turki yang didomiasi produk ijaroh. Tabel Penyaluran Dana dalam Produk Bank Syariah di Beberapa Negara[3] Jenis Murabahah

Malays 86,2%

Bahrain 69,9%

B.desh 61,0%

Emirat 96,3%

Jordan 43,9%

Turki 17,3%

Ijarah Mudharabah Musyarakah Lainnya

8,7% 1.7 3.4

13,3% 7,6% 9,2%

13% 3,2% 12,9% 9,9%

1,6% 2,1% -

2,8% 53,3%

60,6% 0,7% 21,4%

Di Indonesia sendiri, dari kasus BNI Syariah bahwa pada akahir tahun 2001 menunjukkan 99% penyaluran dana dalam bentuk pembiayaan murabahah dan pada akhir tahun 2002 menunjukkan angka 91%.[4] Data Bank Indonesia per Maret 2003 jumlah pembiayaan murabahah mencapai 71,20%, sedangkan pembiayaan bagi hasil, seperti musyarakah dan mudharabah masing-masing baru 1,92% dan 14,57%. Dari total pembiayaan perbankan syariah sebesar Rp 3,662 triliun, Rp 2,607 triliun di antaranya berupa murabahah. Parahnya lagi, persentase dari transaksi murabahah ini mayoritas untuk konsumsi, bahkan ada cabang bank syariah yang menyalurkan pembiayaannya 90% untuk kredit motor.[5] Persentase ini menunjukkan lebih tinggi daripada praktek murabahah di negara manapun di atas. Bank Syariah: Problematika dan Solusinya Dominasi pilihan yang jatuh pada murabahah tersebut disebabkan karena untuk jual-beli itulah kebutuhan riil masyarakat. Apabila dominasi tersebut dihubungkan dengan hasil penelitian di salah satu bank syariah di Surakarta tentang Tanggapan Masyarakat Terhadap Bank Syari’ah yang menghasilkan temuan di antaranya bahwa alasan yang paling utama dari beberapa nasabah yang memperoleh pembiayaan di Bank Syari’ah utama yaitu ingin menghindari riba (65,96%). Alasan dari beberapa pengusaha yang tertarik untuk menabung dan memperoleh pembiyaan dari Bank Syari’ah ini cukup beragam. Alasan mengapa mereka tertarik pada Bank Syari’ah setelah diperdalam dengan pertanyaan-pertanyaan yang berkaitan dengan keuntungan maka faktor kesesuaian dengan syari’at Islam ini menjadi melemah. Hal ini berarti bahwa ketertarikan masyarakat terhadap Bank Syari’ah masih sangat terbatas pada faktor-faktor yang bersifat emosional, sementara faktor-faktor yang berkaitan dengan akses dan mutu pelayanan belum mendapat perhatian utama.[6] Alasan ini memperlihatkan bahwa seseorang memilih bank syariah adalah alasan emosional-ideologis, bukan alasan yang memberi solusi pada nasabah, yang membantu nasabah dalam menyelesaikan problem-problemnya secara lebih baik, memberikan

perbaikan pada kondisi sosio-ekonomi masyarakat lemah dan pada tujuannya memberikan rahmah pada alam semesta. Solusi yang dimaksud di sini adalah alasan lebih adil, menolong, resiko ringan. Artinya, secara riil keberadaan bank syariah di dunia, khususnya di Indonesia baru dipandang sebagai penyelamatan diri secara emosionalideologis, bukan penyelamatan (solusi) dari problem ekonomi, bahkan secara makro penyelamatan eksistensial, yang menyelamatkan kemanusiaan dari kekuatan kapital yang merongrong eksistensi kemanusiaan, yang berujung pada problem kemanusiaan. Merujuk pada prinsip dasar perbankan syariah bahwa pola bagi hasil sesuai syariat Islam semestinya produk-produk perbankan yang berupa bagi hasil lebih unggul daripada produk-produk lainnya. Kenyataan inilah yang menimbulkan kesan bahwa bank syariah Indonesia sebenarnya bukan bank bagi hasil, melainkan “Bank Murabahah”. Sebagian orang bahkan memelesetkan nama Bank Muamalat Indonesia menjadi “Bank Murabahah Indonesia”, Bank Syariah Mandiri menjadi “Bank Syariah Murabahah”. Semestinya pembiayaan bagi hasil lebih tinggi daripada pembiayaan yang lain, karena pembiayaan bagi hasil inilah yang dapat mempercepat pengembangan ekonomi masyarakat dan meningkatkan kesejahteraan umat. Logikanya, umumnya pembiayaan profit and lose sharing atau revenue sharing tersalur ke sektor riil. Fenomena ini tidak hanya dipacu oleh kondisi umat yang lebih berorientasi konsumtif, namun juga dipengaruhi oleh di antaranya kesulitan menembus pembiayaan bagi hasil tersebut. Prosedur yang memberatkan seperti adanya lamannya bidang pekerjaan bagi nasabah yang mengajukan permohonan perlu dirubah dengan mengadakan pendampingan atau dengan personal guarantee atau ad dlaman. Untuk mengatasi hal ini, bank syariah sebenarnya bisa membangun jaringan dengan ulama atau tokoh masyarakat setempat. Jadi bukan menolak permohonan pembiayaan produktif, tetapi menerima dengan pendampingan. Bank syariah dalam prakteknya selama ini juga cenderung melakukan akad murabahah, karena bank syariah ingin memperoleh pendapatan yang tetap (fixed income), dari tingkat keuntungan murabahah yang telah ditentukan. Lebih ironis lagi beberapa kebijakan bank syariah untuk sektor pembiayaan masih relatif sama dengan kebijakan bank konvensional. Padahal kebijakan bank konvensional tersebut tidak tepat untuk diterapkan pada operasional bank syariah, khususnya mengenai kebijakan pada

penentuan tarif keuntungan (margin/laba), jangka waktu pembiayaan, jaminan pembiayaan. Beberapa kendala yang lain sebagai berikut; Pertama, Money Circulation yaitu sumber dana bank atau lembaga keuangan Islam yang sebagian berjangka pendek tidak dapat digunakan untuk pembiayaan bagi hasil yang biasanya berjangka panjang. Kedua, adverse selection, yaitu (1) pengusaha dengan bisnis yang memiliki keuntungan tinggi cenderung enggan menggunakan sistem mudarabah, (2) pengusaha dengan bisnis beresiko rendah enggan meminta pembiayaan mudarabah, sebaliknya justru yang beresiko tinggi yang sering menggunakan sistem mudarabah, (3) pengusaha memberikan prospektus proyek yang terlalu optimis (hanya) agar pihak bank tertarik. Ketiga, moral hazard yaitu pengusaha mempunyai dua pembukuan, yaitu (1) yang diberikan kepada bank; yang tingkat keuntungannya kecil, sehingga porsi keuntungan yang diberikan juga kecil, padahal pembukuan yang (2) sebenarnya mempunyai keuntungan berjumlah besar. Idealisme perbankan Syariah adalah perbankan yang dilandasi teori, prinsip ekonomi dan perangkat undang-undang yang mantap. Pelaku-pelakunya mempunyai akhlak yang itqan (tekun), dan Ihsan (profesional) dalam bidang ekonomi, baik yang berperan sebagai produsen, konsumen, pengusaha, dan karyawan. Setiap langkah bisnis harus didasari al-amanah, al-istiqamah, at-taqwa, as-sidq, al-haq dan al-qulb. Antisipasi pada kecenderungan penyimpangan dapat diterapkan metode reward dan punishment (insentif dan sanksi) setiap kali terjadi dalam transaksi. Hal ini untuk mengeliminir kecurangan dan menjaga agar nasabah yang amanah tetap tegar. Perjalanan perbankan syariah yang masih sangat muda memberikan kesempatan untuk berkembang secara lebih pesat dan dengan dinamika yang agresif dan secara bertahap (gradual). Dasar pijakan yang bisa digunakan adalah penelitian-penelitian tentang perbankan syariah yang dilakukan oleh pihak perbankan syariah, dewan syariah, dan akademisi. Agresivitas dan dinamika yang dilakukan oleh perbankan syariah dilakukan dalam bingkai semangat perbaikan terus menerus. Kesimpulan Fenomena yang terjadi pada praktek bank syariah menunjukkan bahwa bank syariah sebagai bagian dari sistem ekonomi Islam belum menunjukkan perannya yang

signifikan dalam pengembangan ekonomi dan kesejahteraan ekonomi umat. Kekuatan bank syariah selama ini hanya bertumpu pada pijakan emosional-ideologis yang memang menjadi kekuatan yang terbesar. Namun akan sangat rentan apabila perkembangan bank syariah tidak menunjukkan perannya yang lebih signifikan pada pengembangan ekonomi dan kesejahteraan umat. Hal-hal yang perlu dilakukan adalah membuka konsep-konsep pembiayaan yang masih mungkin digulirkan, dengan prosedur yang lebih mudah dan tetap hati-hati. Beberapa perbaikan berkaitan dengan problema di atas adalah peningkatan mutu sistem pembiayaan yang lebih baik. Secara riil adalah menghindari transaksi jual-beli fudhul dan memprioritaskan pembiayaan kepada sektor riil yang membuka peluang lapangan pekerjaan dan memperkecil kemiskinan. Prosedur yang memberatkan seperti adanya masa pekerjaan bagi nasabah yang mengajukan permohonan perlu dirubah dengan mengadakan pendampingan. Jadi bukan menolak permohonan pembiayaan produktif, tetapi menerima dengan pendampingan atau dengan personal guarantee atau ad dlaman. Dengan model ini lapangan kerja akan lebih terbuka dan pada gilirannya kesejahteraan akan menjadi lebih luas sebarannya. Daftar Bacaan Ahmad Dahlan, 2002, “Implementasi Pembiayaan Mudarabah di BMT Mentari Artha Kota Tegal (Studi Kasus Tahun 1996-2001),” Tesis Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia. Bahauddin, 2003, “Evaluasi Praktek Produk Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank BNI Syariah Yogyakarta),” Tesis Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia. Buku Pedoman Perusahaan BNI Syariah, 2000, Petunjuk Pelaksanaan Pembiayaan, Jakarta: BNI Syariah Majalah MODAL, “Rubrik Gagas, Ulas, Nyeleneh” No. 9/I Juli 2003. Muhammad, 2003, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah: Mudharabah dalam wacana Fiqh dan Praktik Ekonomi Modern, Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam STIS Yogyakarta Muhammad dan Sholihul Hadi, 2003, Pegadaian Syariah, Yogyakarta, Salemba Diniyah. Sudin Haron, 1996, Prinsip dan Operasional Prinsip Perbankan Islam, Kuala Lumpur, Berita Publishing Syamsudin, 2003, “Praktek Perbankan Bebas Riba: Studi Kasus di Bank Syari’ah,” Tesis MSI UII Yogyakarta.

[1] Muhammad, Konstruksi Mudharabah dalam Bisnis Syariah: Mudharabah dalam wacana Fiqh dan Praktik Ekonomi Modern, (Yogyakarta: Pusat Studi Ekonomi Islam STIS Yogyakarta, 2003), hal. 22-23. [2] Buku Pedoman Perusahaan, Petunjuk Pelaksanaan Pembiayaan, (Jakarta: BNI Syariah, 2000) hal. 2-6. [3] Sumber dari Sudin Haron, 1996, Prinsip dan Operasional Prinsip Perbankan Islam, Kuala Lumpur, Berita Publishing; dikutip dari Bahauddin, “Evaluasi Praktek Produk Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank BNI Syariah Yogyakarta),” Tesis Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia, Tahun 2003, hal. 8.

[4] Bahauddin, Evaluasi Praktek Produk Pembiayaan Murabahah pada Bank Syariah (Studi Kasus Pada Bank BNI Syariah Yogyakarta), Tesis Magister Studi Islam Universitas Islam Indonesia, Tahun 2003, hal. 9. [5] Majalah MODAL No. 9/I Juli 2003, “Rubrik Gagas, Ulas, Nyeleneh”, hal. 82. [6] Syamsudin, Praktek Perbankan Bebas Riba (Studi Kasus di Bank Syari’ah), Tesis MSI UII Yogyakarta Tahun 2003.

Related Documents

Options
November 2019 54
Options
November 2019 54
Options
October 2019 56
Options
October 2019 56
Options
November 2019 28
Options
December 2019 29