ROKET DOUBLE BASE INDONESIA (terbit di KR Rabu 13 januari 2009) Oleh Drs. Kendra Hartaya, M.Si Peneliti Bidang Material Dirgantara, Lapan, Bogor
Tujuh belas Agustus Tahun 1945 adalah hari Kemerdekaan bangsa Indonesia, dan secara umum diartikan sudah tidak adanya penjajahan terhadap bangsa Indonesia. Tidak adanya penjajah disebabkan karena tidak ada satupun bangsa yang mau berpredikat sebagai penjajah di Indonesia. Namun, kemerdekaan dalam arti yang sebenarnya adalah adanya kekuatan yang dimiliki bangsa Indonesia sehingga tidak mudah ditaklukkan oleh bangsa lain, benarkah kita sudah demikian adanya?. Salah satu kekuatan bangsa yang membuat kita tidak mudah ditaklukkan adalah kekuatan militer. Sebagian kekuatan militer ditentukan oleh kekuatan persenjataan yang dimiliki, termasuk di dalamnya kepemilikan roket dan munisi. Bangsa yang merdeka dengan kekuatan militer adalah bangsa yang bisa memenuhi kebutuhannya sendiri (mandiri) dalam peroketan dan kebutuhan munisi, dan tidak tergantung kepada bangsa lain. Oleh karena itu, kemandirian dalam bidang peroketan dan kemandirian dalam bidang munisi mutlak ditegakkan bagi bangsa Indonesia. Hal ini untuk mewujudkan kemerdekaan kita bangsa Indonesia dalam arti yang sebenarnya. LAPAN (Lembaga Penerbangan dan Anatriksa Nasional) adalah salah satu Lembaga Pemerintah yang salah satu tugasnya bergerak di dalam bidang penelitian dan pengembangan peroketan (wahana dirgantara). Telah banyak kemampuan yang dikuasai oleh Lapan perihal peroketan, diantaranya sintesis bahan bakar, struktur, kendali dan sistem peluncuran roket. Tidak ada instansi pemerintah yang menangani penelitian dan pengembangan munisi. Akhir-akhir ini ada beberapa peneliti Lapan yang mencoba mengembangkan munisi. Penelitian ini dikomandani oleh Prof (r). Sukandi Nasir Rohili, dengan sumber dana kementrian Ristek. Penelitian awal ini mengarah kepada pembuatan bahan bakar roket diameter kecil yang disebut Roket FFAR (Folded Fin Aerial Rocket). Roket ini diperlukan oleh angkatan perang kita yang diperoleh dengan cara mengimpor dari luar, dan tidak dibuat oleh Indonesia. Jangkauan roket adalah adalah darat ke
darat, darat ke udara, atau udara ke darat. Roket ini memiliki hulu ledak yang berkemampuan menghancurkan sasaran. Roket FFAR menggunakan bahan bakar double base, dengan komponen utama nitroselulos (NC) dan nitrogliserin (NG). Istilah bahan bakar double base mungkin masih asing bagi masyarakat kebanyakan. Jika kedalam double-base ditambahkan nitroguanidin maka dihasilkan bahan bakar yang disebut triple base, dan jika hanya nitroselulos saja sebagai bahan bakarnya disebut sebagai bahan bakar single-base. Diantara nitroselulos, nitrogliserin dan nitroguanidin, masingmasing individu bisa digunakan sebagai bahan bakar karena dalam bahan bakar tersebut sudah terkandung oksigen sebagai oksidator. Sedangkan roket besar yang dikembangkan Lapan selama ini berbahan bakar komposit dalam arti keberadaan oksidator terpisah secara fisis dari bahan bakarnya. Komposisi utama double base adalah nitroselulos dan nitrogliserin ditambah bahan aditif yang berperan sebagai plasticizer(pemlastis), stabilizier (penyetabil), dan lain-lain. Riset yang dikomandani oleh Prof. Sukandi Nasir telah berhasil mensintesis NG dan NC dengan menggunakan bahan baku teknis gliserin dan selulos (kapas) yang murah dan mudah diperoleh di dalam negeri dengan proses reaksi kimia sederhana. Dengan mencampur antara NG, NC dan aditif dipenilamine dan atau dibutil ptalat akan menghasilkan bahan bakar double base yang bisa dicetak dalam bentuk silinder hollow (bolong tengah memanjang) dan siap dirakit kedalam tabung roket FFAR. Selain digunakan sebagai bahan bakar roket FFAR, NG dan NC juga bisa digunakan sebagai bahan baku isian peluru. Kandungan utama isian peluru ini adalah NC dan NG. Di Indonesia ini, hampir tidak ada institusi yang melakukan penelitian dan pengembangan bahan-bahan ini. Selain memiliki bahaya peledakan, pengembangan dan penelitian bahan-bahan itu melibatkan alat-alat uji yang tidak lazim. Hal ini mengingat pengujian bahan-bahan itu dengan resiko ledakan akan berefek pada instrumen-instrumen kimia yang tidak murah. Beruntunglah Indonesia memiliki Lapan yang dengan segala kemampuan yang dimiliki melakukan riset terhadap bahan-bahan tersebut. Dengan keberhasilan penelitian itu, sangat mungkin sekali penguasaan teknologi pembuatan bahan-bahan yang berhubungan dengan roket FFAR dan pensenjataan bisa dikembangkan untuk Indonesia. Dengan
menjalin beberapa lembaga terkait, impian untuk mewujudkan produksi roket dan persenjataan akan menjadi kenyataan. Melalui kemandirian dalam hal roket dan pensenjataan, kekuatan militer kita akan terus terjada, dan tidak dapat diintervensi oleh negara lain. Berikut ini disajikan beberapa peralatan (reaktor) yang digunakan dalam pembuatan Ng dan NC berikut uji nyala bahan bakar double base-nya, sekaligus nyala bahan bakar double base FFAR sebagai pembanding. Rektor terdiri dari freezer, labu leher-3, corong pisah, pencatat waktu, termometer (termokopel), pengaduk.
Alat Pembuatan Nitrogliserin dan Nitroselulos
Nyala BB FFAR
Nyala BB Double Base