Rabu

  • December 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Rabu as PDF for free.

More details

  • Words: 3,265
  • Pages: 11
RABU, 2007 DESEMBER 05

Metode Pembelajaran 1. Pengertian Metode Pembelajaran Metode secara harfiah berarti cara. Dalam pemakaian yang umum, metode diartikan sebagai cara melakukan suatu kegiatan atau cara melakukan pekerjaan dengan menggunakan fakta dan konsep-konsep secara sistematis. Dalam dunia psikologi, metode berarti prosedur sistematis (tata cara berurutan) yang biasa digunakan untuk menyelidiki fenomena (gejala-gejala) kejiwaan. Maka metode pembelajaran artinya cara yang berisi prosedur baku untuk melaksanakan kegiatan kependidikan, khususnya kegiatan penyajian materi pelajaran kepada siswa. 2. Kedudukan Metode Pembelajaran Metode pembelajaran memiliki tiga kedudukan, yaitu: a. Motivasi ekstrinsik sebagai alat pembangkit motivasi belajar. b. Metode sebagai strategi pengajaran dalam menyiasati perbedaan individual anak didik. c. Metode sebagai alat untuk mencapai tujuan, metode dapat meningkatkan daya serap materi bagi siswa dan berdampak langsung terhadap pencapaian tujuan. 3. Nilai Strategis Metode Pembelajaran Metode merupakan alat atau fasilitas untuk mengantarkan bahan pelajaran mencapai tujuan. Oleh karena itu bahan pelajaran yang disampaikan tanpa memperhatikan pemakaian metode justru akan mempersulit guru dalam mencapai tujuan pengajaran. Pengalaman membuktikan bahwa kegagalan pengajaran salah satunya disebabkan oleh pemilihan metode yang kurang tepat. Kelas yang kurang bergairah dan kondisi anak didik yang kurang kreatif dikarenakan penentuan metode yang kurang sesuai dengan sifat bahan dan tidak sesuai dengan tujuan pengajaran. Karena itu, dapat dipahami bahwa metode adalah suatu cara yang memiliki nilai strategis dalam kegiatan pembelajaran. Dikatakan demikian karena metode dapat mempengaruhi jalannya kegiatan belajar mengajar. 4. Ciri-Ciri Umum Metode yang Baik

Ciri-ciri umum metode yang baik, terutama dalam Pendidikan Agama Islam, adalah sebagai berikut: a. Berpadunya metode dari segi tujuan dan alat dengan jiwa dan ajaran akhlak Islam yang mulia. b. Bersifat luwes, fleksibel dan memiliki daya sesuai dengan watak siswa dan materi. c. Bersifat fungsional dalam menyatukan teori dengan praktek dan mengantarkan siswa pada kemampuan praktis. d. Tidak mereduksi materi, bahkan sebaliknya justru mengembangkan materi. e. Memberikan keleluasaan pada siswa untuk menyatakan pendapatnya. f. Mampu menempatkan guru dalam posisi yang tepat, terhormat dalam keseluruhan proses pembelajaran. 5. Prinsip-Prinsip Penentuan Metode Terdapat enam prinsip penentuan metode, antara lain: a. Prinsip motivasi dan tujuan belajar. b. Prinsip kematangan dan perbedaan individual. c. Prinsip penyediaan peluang dan pengalaman praktis. d. Integrasi pemahaman dan pengalaman. e. Prinsip fungsional. f. Prinsip menggembirakan. 6. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Metode Pemilihan dan penentuan metode dipengaruhi beberapa faktor, antara lain: a. Tujuan yang berbeda dari masing-masing mata pelajaran. b. Perbedaan latar belakang individual anak. c. Perbedaan situasi dan kondisi dimana pendidikan berlangsung. d. Perbedaan pribadi dan kemampuan pendidik. e. Fasilitas yang berbeda, baik dari segi kualitas mauipun kuantitas.

7.

Macam-Macam

Metode

Pembelajaran

Metode pembelajaran terdiri dari beberapa macam, mulai dari yang tradisional-konvensional sampai yang modern-kontemporer. Ada beberapa metode yang sering digunakan dalam pembelajaran, yaitu: a. Metode ceramah, ialah sebuah cara melaksanakan pembelajaran yang dilakukan guru

secara monolog dan hubungan satu arah (one way communication). b. Metode diskusi, ialah metode mengajar yang sangat erat hubungannya dengan belajar

memecahkan masalah (problem solving). c. Metode tanya jawab, ialah penyampaian pelajaran dengan jalan guru mengajukan

pertanyaan dan siswa menjawab. d. Metode demonstrasi, ialah metode mengajar dengan cara memperagakan barang,

kejadian, aturan, dan urutan melakukan suatu kegiatan, baik secara langsung maupun melalui penggunaan media pembelajaran yang relevan dengan pokok bahasan atau materi yang disajikan. e. Metode eksperimen, ialah metode pembelajaran dengan cara guru dan siswa bersama-

sama mengerjakan sesuatu sebagai latihan praktis dari apa yang diketahui. f.

Metode resitasi (pemberian tugas), ialah cara guru dalam memberikan tugas yang harus dilakukan siswa, baik selama di kelas maupun di luar kelas.

g. Metode sosiodrama, ialah metode mengajar dengan mendramakan/memerankan cara

tingkah laku di dalam hubungan sosial. h. Metode karyawisata, ialah suatu metode yang dilaksanakan dengan jalan mengajak anakanak ke luar kelas untuk dapat memperlihatkan hal-hal atau peristiwa-peristiwa yang ada hubungannya dengan bahan pelajaran.

Mengurangi Kebosanan Siswa Melalui berbagai Metode Mengajar April 25, 2008 in Artikel Pada suatu waktu, saya diberi tugas oleh seorang teman untuk membantu mengamati micro teaching pada sebuah pendidikan dan latihan (DIKLAT) yang dilaksanakan oleh Dinas Pendidikan Kota Banjarbaru yang bekerjasama dengan POKJA PMPB Kota Banjarbaru dan LPMP Kalsel. Karena tugas ini dianggap tidak terlalu berat maka saya pun akhirnya menerima tawaran tersebut dan kemudian dilaksanakan dan dapat diselesaikan dengan baik.

Selama proses micro teaching berlangsung, banyak pengalaman baru yang saya dapatkan ketika itu. Di antaranya fenomena psikologis para peserta DIKLAT yang akan diuji. Mungkin anda pun heran, kok sudah mengajar –sudah lama menjadi guru—begitu lama, tapi tampaknya ketika akan dinilai oleh si pelatih masih ada bebarapa peserta me rasa “takut”, malu, gak PD, stress, gemetar dan lain-lain saat mempersiapkan dan melaksanakan kegiatan tersebut. Mungkin menurut sebagian orang ini aneh tapi inilah kenyataannya. Barangkali memang karena kita gak terbiasa di evaluasi, diamati dan dikomentari orang lain, sehingga karena itulah muncul gejala-gejala tadi. Adanya kegiatan tersebut memang sangat bermanfaat untuk melatih diri untuk lebih PD dalam mengajar. PD dalam arti yakin akan kemampuan (kompetensi) dan yakin akan profesinya. Fenomena kedua yang saya amati adalah tidak bervariatifnya metode atau model pembelajaran yang dilakukan. Dari 9 (sembilan) orang guru yang saya amati sekitar 80 % yang menggunakan metode yang sama. Ya tentunya hal ini sangat membosankan, tapi itulah yang terjadi saat itu. Seakan-akan di dunia ini hanya ada dua atau tiga metode mengajar. Padahal bila kita mau jujur sangat banyak dan bervariatif metode mengajar yang telah disampaikan oleh para pakar pendidikan kita baik luar maupun dalam negeri. Karena itulah tulisan ini sengaja dibuat untuk menjawab persoalan di atas, yakni beberapa metode pembelajaran untuk memperkaya pengetahauan para guru dalam memberikan materi kepada peserta didik nantinya. Banyak metode mengajar yang telah disampaikan oleh pakar, diantaraya yaitu (1) The Power of Two yaitu guru melemparkan masalahnya; masing-masing siswa berupaya mencari jawaban sendiri-sendiri; bertukar pikiran dengan teman sebelah; diambil jawaban yang mendekati kebenaran; siswa mempresentasekan jawaban; lalu dipilih jawaban yang paling benar. (2) Every one is a techer here yaitu guru memberikan bahan bacaan, siswa membaca sebentar; masing-masing siswa membuat pertanyaan dalam sebuah kartu; kartu diambil dan dibagikan secara acak kepada siswa; masing-masing membaca pertanyaan dan jawabannya secara bergantian; lalu siswa lain diberi kesempatan memberikan tanggapan. (3) Critical Incident yaitu siswa mengingat dan mendiskripskan pengalaman masa lalu yang menarik dan berkaitan dengan pokok bahasan; siswa lain mengulas dan memberikan solusi (deskripsi tidak harus dengan lisan, bisa juga dengan tertulis). (4) Snowballing yaitu guru melempakan masalah; masing-masing siswa berfikir; diskusi dengan teman sebelah; diskusi dengan teman sebangku lain; dibagi menjadi dua kelompok besar; masing-masing kelompok presentase. (5) Card Sort yaitu motivasi dari guru; bagi kartu kosong secara acak; guru mencari kata kunci di papan; siswa mencari kata sejenis (satu tema) dengan temannya; diskusi kelompok berdasarkan temanya; menyusun kartu di papan dan masing-masing kelompok mempresentasekan hasilnya. (6) Information Search yaitu guru menentukan topik, membagikan teks (materi Pelajaran); siswa membaca secara berkelompok; guru memberikan pertanyaan untuk dijawab siswa; kelompok siswa membuat jawaban; presentase. (7) Learning Start with Question yaitu guru membagikan teks yang relatif baru (asing); siswa membaca secara kelompok (minimal 2 org); mengutarakan isi bacaan sesuai yang dipahami; siswa yang lebih memahami materi memberi jawaban dan tanggapan. (8) Team Quiz yaitu guru membentuk tiga kelompok; tugas secara bergantian untuk membuat soal, jawaban dan penilaian; buat skor; masing-masing jawaban tiga kelompok (cocok untuk pendalaman pada pertemuan akhir untuk evaluasi). (9) Debat Aktif yaitu guru membentuk dua kelompok; mengemukakan permasalahan yang kontroversial; siswa mempersiapkan argumentasi; berdebat saling membuat pertanyaan dan

tanggapan. (10) Brainstorming yaitu menentukan topik; siswa mencurahkan pendapat, ide, dan gagasannya; guru menulis dan menginventarisasi; pendapat yang ada di seleksi dan diambil yang benar. (11) Elitasi yaitu menentukan topik; siswa mencurahkan pendapat; ide, gagasannya; guru menyeleksi dan menulis di papan tulis. (12) Mind Mapping : Guru membagikan bacaan sesuai pokok bahasan; siswa mencari kata-kata kunci; siswa membuat skema (peta konsep); presentase, menjelaskan hubungan antarkonsep yang ada. (13) Role Playing yaitu guru mengangkat berita aktual yang terkait dengan pokok bahasan; menunjuk dua orang untuk memerankan karakter tokoh yang berbeda; keduanya berdialog; peserta lainnya mengamati; guru meminta pemeran untuk menceritakan perasaannya; guru meminta komentar siswa lainnya (M. Nurdin, 2004: 104110 dalam Suparlan, 2006,,hlm 47-49). Demikian beberapa metode pembelajaran di atas, dengan harapan bahwa para guru nantinya tidak lagi monoton dalam menyampaikan materi pelajaran di sekolah. Penerapan berbagai metode ini akan sangat membantu siswa untuk memahami sebuah materi yang diberikan. Hal ini beralasan karena pada dasarnya siswa tidak terlalu suka pada sesuatu yang monoton dan statis, sebaliknya siswa lebih suka akan kedinamisan dan perubahan. Mungkin karena ia “takut” sehingga cara atau metode belajar apa pun yang digunakan oleh guru siswa tidak pernah protes. Harapan kedua adalah sikap kita terhadap inovasi pendidikan haruslah lebih terbuka, arif dan bijaksana dan tidak menutup diri. Jika ada informasi tentang metode, model, pendekatan, strategi pembelajaran yang baru, maka seharusnyalah kita terima dengan tangan terbuka, sehingga hasil pembelajaran yang kita hasilkan bisa lebih baik. Sebaliknya, peserta didik pun dapat memaksimalkan potensi dirinya melalui berbagai metode, model, pendekatan dan strategi yang kita terapkan tadi. PRINSIP DASAR DALAM METODE MENGAJAR Tue, 10/10/2000 - 17:00 — admin Jenis Bahan PEPAK: Artikel Mengajar adalah suatu seni. Guru yang cakap mengajar dapat merasakan bahwa mengajar Sekolah Minggu adalah suatu hal yang menggembirakan, yang membuatnya melupakan kelelahan. Selain itu guru juga dapat mempengaruhi muridnya melalui kepribadiannya. Guru yang ingin murid-muridnya mengalami kemajuan, perlu mengadakan pengamatan dan penelitian terhadap teori dan praktek mengajar sehingga ia dapat terus-menerus meningkatkan cara mengajar. Sepuluh jenis prinsip dasar dalam cara mengajar yang disajikan di bawah ini, dapat dipakai sebagai petunjuk oleh para guru Sekolah Minggu guna meningkatkan cara mengajar mereka.

Menguasai Isi Pengajaran

Hukum yang pertama dalam teori "Tujuh Hukum Mengajar" dari John Milton Gregory berbunyi: "Guru harus mengetahui apa yang diajarkan." Jika guru sendiri mengetahui dengan jelas inti pelajaran yang akan disampaikan, ia dapat meyakinkan murid dengan wibawanya, sehingga murid percaya apa yang dikatakan guru, bahkan merasa tertarik terhadap pelajaran.

Mengetahui dengan Jelas Sasaran Pengajaran

Pengajaran yang jelas sasarannya membuat murid melihat dengan jelas inti dari pokok pelajaran itu. Mereka dapat menangkap seluruh liputan pelajaran, bahkan mengalami kemajuan dalam proses belajar. Empat macam ciri khas yang harus diperhatikan pada saat memilih dan menuliskan sasaran pengajaran:

1.

Inti dari sasaran harus disebutkan dengan jelas.

2.

Ungkapan penting dari sasaran harus bertitik tolak dari konsep murid.

3.

Sasaran harus meliputi hasil belajar.

4.

Hasil sasaran yang dapat dicapai. Contoh: 1.Murid mengetahui dengan jelas hal-hal yang terjadi pada waktu perjalanan PI Paulus yang pertama kali. 2.Murid memahami inti sari keselamatan atau dilahirkan kembali. 3.Murid sudah dapat mempelajari pelajaran mengampuni orang lain. 4.Murid dapat menguasai tehnik ber-PI pribadi.

Contoh-contoh di atas telah menjelaskan empat macam hasil belajar yang berbeda: pengetahuan, pengertian, sikap, dan ketrampilan. Utamakan Susunan yang Sistematis

Pengajaran yang tidak bersistem bagaikan sebuah lukisan yang semrawut, tidak memberikan kesan yang jelas bagi orang lain. Tidak adanya inti, tidak tersusun, tidak sistematis, akan sulit dipahami dan sulit diingat. Oleh sebab itu inti pengajaran harus disusun dengan teratur dan sistematis.

Banyak Gunakan Contoh Kehidupan

Pada saat Yesus mengajar, Ia sering menggunakan contoh atau perumpamaan kehidupan sehari-hari, misalnya dalam khotbah di atas bukit, Ia telah menggunakan contoh-contoh sebagai berikut:

1.

Keadaan alam (Mat 5:45-46)

2.

Tumbuh-tumbuhan dan binatang (Mat 6:26-30)

3.

Organ tubuh manusia (Mat 5:29-30).

4.

Kehidupan sehari-hari (Mat 7:9-11)

5.

Proyek bangunan (Mat 7:24-27)

6.

Hukum pemerintah (Mat 5:23-26)

7.

Kehidupan beragama (Mat 6:5-8)

Contoh kehidupan adalah jembatan antara kebenaran Alkitab dengan kehidupan yang nyata, yang membuat teori tidak terpisahkan dari kehidupan.

Cakap Menggunakan Bentuk Cerita

Bentuk cerita tidak hanya diutarakan dengan kata-kata, namun juga boleh dicoba dengan menambahkan gerakangerakan, yang memperdalam kesan murid. Bentuk yang paling lazim adalah menggunakan perumpamaan untuk menjelaskan kebenaran.

Menggunakan Panca Indera Murid

Penggunaan bahan pengajaran yang berbentuk audio visual berarti menggunakan panca indera murid. Bahan pengajaran audio visual bukan saja cocok untuk Sekolah Minggu anak-anak, juga untuk Sekolah Minggu pelbagai usia. Ensiklopedia adalah buku yang sering dipakai oleh para ilmuwan, namun di dalamnya terdapat banyak penjelasan yang menggunakan gambar-gambar. Itu berarti bahwa para ilmuwan pun perlu bantuan gambar untuk mengadakan penelitian. Para ahli pernah mengadakan catatan statistik selama 15 bulan, sebagai hasilnya mereka mendapatkan persentase dari isi pelajaran yang masih dapat diingat oleh murid: bagi murid yang hanya tergantung pada indera pendengaran saja masih dapat mengingat 28%, sedangkan bagi murid yang menggunakan indera pendengaran ditambah dengan indra penglihatan dapat mengingat 78%.

Melibatkan Murid dalam Pelajaran

Melibatkan murid dalam pelajaran dapat menambah ingatan mereka, juga motivasi dan kegemaran mereka. Cara itu dapat menghilangkan kesalahpahaman yang mungkin terjadi ditengah pertukaran pikiran antara guru dan murid, selain mengurangi tingkah laku yang mengacau. Misalnya: biarkan murid menggunakan kata-katanya sendiri untuk menjelaskan argumentasi atau pendapatnya; biarlah murid menggali dan menemukan hubungan antar konsep yang berbeda, biarlah murid bergerak sebentar. Jika murid sibuk melibatkan diri dengan pelajaran, maka tidak ada peluang lagi untuk mengacau atau membuat ulah.

Menguasai Kejiwaan Murid

Guru yang ingin memberikan pelajaran yang sesuai dengan kebutuhan murid, tentu harus memahami perkembangan jiwa murid pada setiap usia. Ia juga harus mengetahui dengan jelas kebutuhan dan masalah pribadi mereka. Pengertian antara guru dan murid adalah syarat utama untuk komunikasi timbal balik. Komunikasi yang baik dapat membuat penyaluran pengetahuan menjadi lebih efektif.

Gunakanlah Cara Mengajar yang Hidup

Sekalipun memiliki cara mengajar yang paling baik, namun jika terus digunakan dengan tidak pernah diubah, maka cara itu akan hilang kegunaannya dan membuat murid merasa jemu. Cara yang terbaik adalah menggunakan cara mengajar yang bervariasi dan fleksibel, untuk menambah kesegaran.

Menjadikan Diri Sendiri Sebagai Teladan

Masalah umum para guru adalah dapat berbicara, namun tidak dapat melaksanakan. Pengajarannya ketat sekali, namun kehidupannya sendiri banyak cacat cela. Cara mengajar yang efektif adalah guru sendiri menjadikan diri sebagai teladan hidup untuk menyampaikan kebenaran, dan itu merupakan cara yang paling berpengaruh. Kewibawaan seseorang terletak pada keselarasan antara teori dan praktek. Jikalau guru dapat menerapkan kebenaran yang diajarkan pada kehidupan pribadinya, maka ia pun memiliki wibawa untuk mengajar.

Published in e-BinaAnak, 11 October 2000, Volume 2000, No. 16



Previous story: Editorial



Next story: Mengajar dengan Alat Peraga

Kategori Bahan PEPAK: Metode dan Cara Mengajar Sumber Judul Buku: Pembaruan Mengajar Pengarang: Dr. Mary Go Setiawani Halaman: 76 - 79 Penerbit: Yayasan Kalam Hidup Kota: Bandung

BAB 1 PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah Kegiatan belajar mengajar melibatkan beberapa komponen, yaitu peserta didik, guru (pendidik), tujuan pembelajaran, metode mengajar, dan media. Selain itu peranan seorang pendidik/pengajar juga tidak kalah penting, yaitu bagaimana seorang pengajar bisa mengembangkan potensi kegiatan pengajarannya dan potensi siswanya, dalam rangka mentransfer ilmu pengetahuan, agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara optimal.

Dalam proses belajar mengajar, tentulah harus menggunakan berbagai metode yang sesuai dengan kondisi yang ada, agar tercipta suatu lingkungan belajar (class orcestra) yang efektif dan efisien, yang membuat si peserta didik menjadi fun, dan senang melakukannya. Dari sekian banyak metode pembelajaran, metode ceramah adalah metode yang paling umum dipakai oleh para pengajar, baik ditingkat Sekolah Dasar, hingga Perguruan Tinggi sekalipun. Namun apa yang menyebabkan itu semua, apa itu metode ceramah, bagaimana metode ceramah itu dapat dilakukan dengan efektif dan efisien, segala kelebihan, termasuk kekurangannya, akan kami bahasa pada bab berikutnya. B. Identifikasi Masalah C. Tujuan Penulisan makalah ini, dimaksudkan untuk menginformasikan apa itu metode ceramah, dan bagaimana metode cermah yang baik, agar tidak terdapat kekeliriuan dalam cara penyampaian materi, yang merupakan metode yang banyak dipakai oleh banyak orang. BAB 2 PEMBAHASAN A. Pengertian Metode Ceramah Metode ceramah (preaching method) adalah sebuah metode mengajar dengan menyampaikan informasi dan pengetahuan secara lisan kepada sejumlah siswa, yang pada umumnya mengkuti secara pasif. Metode ceramah dapat dikatakan sebagai satusatunya metode yang paling ekonomis untuk penyampaian informasi, dan paling efektif dalam mengatasi kelangkaan buku dan alat bantu peraga. Metode ini bersifat terpusat, sehingga menghasilkan komunikasi yang searah, yaitu proses penyampaian informasi dari pengajar kepada peserta didik, sementara proses belajar yang baik adalah adanya interaksi dalam melakukan suatu kegiatan, sehingga terjadi proses belajar yang efektif dan menyenangkan, serta tujuan pembelajaran pun dapat tercapai dengan baik. B. Metode Ceramah yang Menyenangkan Metode ceramah yang monoton, memanglah dirasakan sangat membosankan bagi para peserta didiknya, apalagi bila disajikan dalam bentuk dongeng, yang berfungsi sebagai pengantar siswanya untuk tidur di malam yang hening, bahkan kadang kala si pengajar melenceng dari materi yang semestinya disampaikan, justru ia malah menceritakan tentang keadaan keluarganya, sampai ke para tetangganya, seolah-olah si guru itu curhat kepada muridnya. Hal ini serupoa dengan sebuah situs dari internet yang

menceritakan Ini adalah contoh nyata dari bumi belahan lain di dunia pendidikan, oleh karena itu kita sebagai calon guru masa depan yang baik, haruslah mempersiapkan segala sesuatunya, baik itu dari segi disiplin ilmu, pemahaman segala konsep dan teknik segala keterampilan, hubungan sosial terhadap lingkungan, serta akhlak dari personal kita sendiri, karena bukanlah tidak mungkin, kisah dosen tadi terjadi pada diri kita, menjadi seorang pengajar yang membosankan, tidak menarik, bahkan sampai dijuluki ‘monster’ oleh anak didik kita sendiri. Lalu bagaimana sebenarnya metode ceramah yang baik dan menyenangkan? Maka jawabnya adalah : · Seorang guru harus menciptakan situasi belajar (class orcestra) yang efektif, efisien dan menyenangkan bagi siswanya, karena dengan senangnya itu, si anak akan mau belajar (khusunya dalam pembelajaran matematika), dan menjadi pintar, bukan gurunya saja yang pintar. · Menggunakan strategi yang tepat, jadi sang guru itu harus menguasai berbagai macam metode, teknik, dan pendekatan, serta mempunyai keterampilan khusus dalam penyampaian materi. · Kreatif, sehingga siswa tidak bosan, karena terdapat inovasi dalam penyampaian materi. · Menggunalkan lebih dari satu metode, yang biasa kita sebut ‘Metode Ceramah Plus’, jadi dengan metode ceramah plus ini, kita dapat menggabungkan metode ceramah dengan metode lainnya, seprti dengan metode diskusi, yang disisipi tanya jawab sehingga siswa tidak pasif, dengan drill method, siswa langsung mempraktekan sendiri keterampilan yang sedang diajarkan, bagaimana cara membuatnya, menggunakannya, apa manfaatnya dan sebagainya, dengan metode demonstrasi, yang langsung memperagakan alat peraganya, dan banyak lagi metode yang dapat digabungkan dengan metode ceramah, bahkan akan menjadi lebih banyak lagi jika anda sebagai calon guru masa depan, memanfaatkan otak anda untuk berkreatifitas dalam menciptakan teknik pembelajaran. · Memanfaatkan teknologi, penyajian ceramah pastinya akan menjadi sangat menarik jika disajikan dengan bantun LCD, seorang guru hanya membawa laptop, sambungkan ke LCD, muncullah bahan/materi-materi yang akan disampaikan, jadi guru dapat menjelaskan semenarik mungkin kepada siswa, yang tidak akan membuat siswa menjadi bosan dan mengantuk, dan tentunya materi yang disampaikan menjadi lebih sistematis, karena telah dirancang sebelumnya. C. Kelebihan Metode Ceramah · Dapat menampung banyak siswa, sehingga setiap siswa mempunyai kesempatan yang sama untuk mendengarkan si pengajar, dan biaya pun menjadi relatif lebih murah. · Guru dapat memberikan tekanan terhadap hal-hal yang dianggap penting, sehingga waktu dan energi dapat digunakan se efektif mungkin · Dapat menyelesaikan kurikulum/silabus dengan lebih mudah dan lebih cepat. · Sangat baik, jika terbatasnya jumlah buku dan alat peraga.

D. Kekurangan Metode Ceramah · Kegiatan belajar mengajar akan mejadi tidak efektif, bahkan membosankan, karena tidak adanya interaksi dalam kegiatan itu. · Terlalu banyaknya materi yang di ceramahkan (disampaikan) akan membuat si anak tidak mampu menguasai semua materi. · Pembelajaran melalui ceramah, cenderung lebih mudah terlupakan dibanding dengan belajar dengan melakukan (learning to do). · Sistem pembelajaran si anak lebih ke arah hafalan (rote learning), sehingga akan kebingungan bila ditanya pengertian dan asal muasal suatu rumus misalnya dalam pembelajaran matematik.

BAB 3 PENUTUP A. Kesimpulan 1. Metode mengajar yang bervariasi perlu dimiliki oleh pendidik dan dipraktikkan pada saat mengajar. 2. Pendidik yang bijaksana dalam pelaksanaan pengajaran, selalu berfikir bagaimana murid-muridnya, apakah murid-muridnya dapat mengerti apa yang disampaikan, apakah murid mengalami proses belajar, apakah materinya sesuai dengan pemahaman dan kematangan anak, dan sebagainya. 3. Pengajaran dengan metode yang efektif dan menyenangkan, akan menghasilkan tujuan pembelajaran yang optimal. B. Saran 1. Bagi mereka yang terlibat dalam dunia keguruan, hendaknya secara antusias untuk meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan, khusunya yang terkait baik langsung maupun tidak langsung dalam dunia pendidikan, dan juga semakin memperbaiki hubungan sosial, dan personal diri kita sendiri. 2. Meningkatkan gaya pengajaran, dengan memahami berbagai metode, teknik, dan pendekatan yang sesuai dengan kondisi. 3. Memanfaatkan teknologi, agar terdapat variasi dalam proses belajar mengajar. Diposkan oleh muhammad roni budiman di 19:14

Related Documents

Rabu
December 2019 22
Rabu Abu.docx
May 2020 10
Mah Rabu
July 2020 8
Kompas, Rabu 28
December 2019 10
Pr, Rabu 28
December 2019 10