Nutritional_care_for_cancer_patients_wit.docx

  • Uploaded by: Rahmi Hijriani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nutritional_care_for_cancer_patients_wit.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,001
  • Pages: 42
PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) PADA PASIEN KANKER KANDUNG EMPEDU KOMPLIKASI HEMATEMESIS MELENA + ANEMIA + MALNUTRIS

Disusun Oleh RESTU HERLI YUNITA

BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Kantung empedu merupakan kandung berbentuk seperti buah pir yang terletak dibagian sebelah dalam hati antara lobus kanan dan lobus kiri hati. Kandung empedu berfungsi sebagai reseivor (wadah) dari cairan empedu sedangkan fungsi primer dari kandung empedu adalah memekatkan empedu dengan absorpsi air dan natrium. Kanker kandung empedu adalah tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan kandung empedu, kanker kandung empedu yang merupakan titik awal kanker lebih jarang ditemukan, perbandingan tumbuhnya kanker kandung empedu pada pria dan wanita adalah 1 : 2, terutama wanita yang berumur 60 ke atas lebih gampang terkena penyakit ini, prognosisnya kurang bagus, kemungkinan jangka waktu hidup 5 tahun hanya 3%. Di Amerika kanker kandung empedu menduduki peringkat ke 5 dari seluruh keganasan Gastrointestinal. Kanker pada kandung empedu sering terjadi pada wanita tua dan 90 % biasanya berhubungan dengan batu empedu. Penyebaran cholangiocarcinoma biasanya secara lokal infiltrasi kehati, duktus hepatikus komunis dan duktus kholedokus serta ke usus disekitarnya. Faktor resiko kanker kandung empedu yaitu peradangan empedu, kelainan saluran empedu, infeksi, hepatotilithiasis, hepatitis C dan sirosis (Feldman, 2010). Salah satu komplikasi pada perjalanan penyakit kanker kandung empedu adalah terjadinya hematemesis melena. Karena pada pasien kanker kandung empedu pasien cenderung tidak nafsu makan dan mengalami anoreksia. Hematemesis melena merupakan keadaan yang diakibatkan oleh perdarahan saluran cerna bagian atas (upper gastrointestinal tract). Kebanyakan kasus hematemesis adalah keadaan gawat di rumah sakit yang menimbulkan 8%-14% kematian di rumah sakit. Faktor utama yang berperan dalam tingginya angka kematian adalah kegagalan untuk menilai masalah ini sebagai keadaan klinis yang gawat dan kesalahan diagnostik dalam menentukan sumber perdarahan. Di negara barat perdarahan karena tukak

peptik menempati urutan terbanyak sedangkan di Indonesia perdarahan karena ruptura varises gastroesofagus merupakan penyebab tersering yaitu sekitar 50% - 60%, gastritis erosif hemoragika sekitar 25% - 30%, tukak peptik sekitar 10% - 15% dan karena sebab lainnya < 5%. Kecenderungan saat ini menunjukkan bahwa perdarahan yang terjadi karena mengkonsumsi minuman beralkohol menempati urutan terbanyak sebagai penyebab perdarahan Saluran Cerna Bagian Atas (SCBA) yang datang ke Unit Gawat Darurat (UGD). Mortalitas secara keseluruhan masih tinggi yaitu sekitar 25%, kematian pada penderita ruptur varises bisa mencapai 60% sedangkan kematian pada perdarahan non varises sekitar 9% - 12%. Pada pasien kanker kandung empedu yang disertai hematemesis melena apabila nafsu makan terus menurun dan terjadi perubahan berat badan dapat menyebabkan komplikasi lain yaitu salah satunya malnutrisi. Menurut Moehyi, 1998 malnutrisi dapat timbul sejak sebelum dirawat di rumah sakit karena penyakitnya atau asupan zat gizi yang tidak cukup namun tidak jarang pula malnutrisi ini timbul selama dirawat inap. Hasil studi menunjukkan bahwa kurang lebih 75% penderita yang dirawat di rumah sakit menurun status gizinya dibandingkan dengan status gizi saat mulai dirawat. Hal ini membuktikan bahwa penurunan status gizi terjadi di rumah sakit. Penurunan status gizi dapat menyebabkan angka mortalitas naik dan memperpanjang lama hari rawat di rumah sakit. Asupan zat gizi yang adekuat bagi pasien yang dirawat inap di rumah sakit sangat diperlukan dalam upaya mencegah penurunan satatus gizi yang terjadi selama masa perawatan. Gizi merupakan bagian integral dengan pengobatan atau proses penyembuhan serta memperpendek lama rawat inap (Soegih, dkk 1998). Asupan yang tidak adekuat ini juga dapat menyebabkan anemia defesiensi Fe. Pasien dengan kanker kandung empedu yang disertai dengan pendarahaan di saluran cerna atas biasanya terkena anemia yang ditandai dengan pada pemeriksaan kadar Hb dibawah kadar normal, maka dari itu perlu dilakukan asuhan gizi klinik pada pasien dengan diagnosa Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi

1.2

TUJUAN

1.2.1 Tujuan Umum Melaksanakan Proses Asuhan Gizi Terstandar pada Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi 1.2.2 Tujuan Khusus 1. Menentukan status gizi pasien/klien dengan Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi 2. Melakukan penapisan gizi (nutrition screening) pada pasien secara individu pada pasien Cvd Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi 3. Melakukan pengkajian gizi (nutrition assessment) pasien dengan komplikasi pasien Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi 4. Melakukan diagnosis gizi (nutrition assessment) pasien dengan komplikasi pasien Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi 5. Melaksanakan intervensi gizi pada pasien dengan komplikasi pasien Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi 6. Melakukan edukasi gizi pada keluarga pasien dengan pasien Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi 7. Melakukan monitoring dan evaluasi pada pasien pasien Pasien Kanker Kandung Empedu Metastase Herpar + Hematemesis Melena ec. Gastritis Erosif + Anemia + Malnutrisi

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Definisi Kanker

kandung

empedu atau cholangiocarcinoma merupakan

tumor ganas yang tumbuh di dalam jaringan kandung empedu yang berada di dalam hati (intrahepatik) atau luar hati (ekstrahepatik), yang salah satunya disebabkan oleh infeksi cacing hati khususnya Opisthorchus viverrini dan Clonorchis sinesis. Wilayah Asia Tenggara seperi Thailand, yang endemik terhadap cacing hati ini sangat umum dengan kanker saluran empedu ekstrahepatik hati ini (Dooley, 2011). Hematemesis melena adalah muntah darah dan pengeluaran feses atau tinja

berwarna hitam seperti teh yang disebabkan oleh adanya

pendarahan saluran makan bagian atas. Biasanya terjadi hematemesis bila ada perdarahan di daerah proksimal jejunum dan melena dapat terjadi tersendiri atau bersama-sama dengan hematemesis. Warna hematemesis tergantung pada lamanya kontak antara darah dengan asam lambung dan besar kecilnya perdarahan, sehingga dapat berwarna seperti kopi atau kemerah-merahan dan bergumpal-gumpal (Nettina, 2001). Warna merah gelap atau hitam feses berasal dari konversi Hb menjadi hematin oleh bakteri setelah 14 jam. Sumber perdarahannya biasanya juga berasala dari saluran cerna atas. Paling sedikit terjadi perdarahan sebanyak 50 – 100 ml, baru di jumpai keadaan melena. Banyaknya darah yang keluar selama hematemesis atau melena sulit dipakai sebagai patokan untuk menduga besar kecilnya perdarahan saluran cerna bagian atas (Sylvia, 2005). Anemia defisiensi besi adalah kurang darah yang timbul akibat berkurangnya penyediaan besi untuk eritropoesis, karena cadangan besi kosong (depleted iron store) yang pada akhirnya mengakibatkan pembentukan hemoglobin berkurang yang ditandai oleh penurunan cadangan besi, konsentrasi besi serum, dan saturasi transferin yang rendah, dan konsentrasi hemoglobin atau nilai hematokrit yang menurun (Abdulmuthalib, 2009).

Malnutrisi adalah keadaan dimana tubuh tidak mendapat asupan gizi yang cukup, malnutrisi dapat juga disebut keadaaan yang disebabkan oleh ketidak seimbangan di antara pengambilan makanan dengan kebutuhan gizi untuk mempertahankan kesehatan. Ini bias terjadi karena asupan makan terlalu sedikit ataupun pengambilan makanan yang tidak seimbang. Selain itu, kekurangan gizi dalam tubuh juga berakibat terjadinya malabsorpsi makanan atau kegagalan metabolik (Burton, 2007).

2.2 Etiologi Faktor resiko yang paling umum untuk kanker kantung empedu adalah Primary Sclerosing Cholangitis (PHC). Faktor resiko lainnya adalah infeksi saluran empedu oleh cacing hati Opisthorchus viverrini dan clonorchis sinesi. Kemudian Zat –zat karsinogen seperti thorotrast dan dioxin: Thorotrast merupakan suatu agen kontras yang dahulu digunakan untuk pencitraan. Paparan terhadap thorotrast dapat menyebabkan suatu pembuluh – pembuluh darah dalam hati, dan yang terakhir faktor resiko kanker kandung empedu ialah hepatitis C dan sirosis. Kelainan gastritis erosiva salah satu faktor resiko hematemesis melena yang meliputi gastritis dimana penderita mengeluh nyeri ulu hati dan mual muntah, dan pada umumnya sifat perdarahan timbul spontan dan massif. Sebelum timbul hematemesis terlebih didahului muntah-muntah hebat yang pada akhirnya baru timbul pendarahan. Biasanya disebabkan oleh karena terlalu sering muntah-muntah hebat dan terus-menerus yang menyebabkan iritasi lambung, biasanya sebelum muntah penderita mengeluh nyeri ulu hati. Penderita tukak lambung apabila mengalami dispepsi berupa mual, muntah, nyeri ulu hati dan sebelum hematemesis didahului rasa nyeri dan pedih di epigastrium yang berhubungan dengan makanan. Menurut Bakta (2006) anemia defisiensi besi dapat disebabkan oleh karena rendahnya asupan besi, gangguan absorbsi, serta kehilangan besi akibat perdarahan menahun. Faktor nutrisi, yaitu akibat kurangnya jumlah besi total dalam makanan (asupan yang kurang) atau kualitas besi yang

rendah. Kebutuhan besi meningkat seperti pada prematuritas dan gangguan absorbsi besi, seperti pada gastrektomi dan kolitis kronik, atau dikonsumsi bersama kandungan fosfat (sayuran), tanin (teh dan kopi), polyphenol (coklat, teh, dan kopi), dan kalsium ( susu dan produk susu). Malnutrisi dapat disebabkan dua faktor, yaitu faktor yang terkait penyakit (disease-related malnutrition) dan faktor eksternal. Malnutrisi terkait penyakit, baik yang bersifat akut maupun kronis, dipengaruhi beberapa sebab, secara garis besar yang paling berperan adalah asupan yang kurang, pada penyakit kronis seperti kanker, Acquired Immunodeficiency Syndrome (AIDS), efek samping obat seperti kemoterapi, analgesik, antibiotik, sedatif dan lain-lain yang dapat menimbulkan anoreksia, mual, muntah dan rasa tidak nyaman pada saluran pencernaan sehingga mengurangi asupan makanan. Meningkatnya kebutuhan energi dan protein, pada keadaan akut, misalnya trauma, infeksi atau luka bakar, sebagai respon tubuh terjadi perubahan metabolisme dan pelepasan mediator inflamasi seperti sitokin. Kehilangan makro dan mikronutrisi akibat diare, muntah dan pengeluaran urine juga merupakan salah satu penyebab malnutrisi (Burton, 2007).

2.3 Patofisiologi Kanker kandung empedu disebabkan oleh sumbatan pada saluran kandung empedu dengan stasis bilier dan menyebabkan penurunan fungsi hati. Sumbatan pada bilier menyebabkan disfungsi hepatoseluler, malnutrisi yang progresif, koagulopathi, pruritus, disfungsi ginjal dan kolangitis. Inflamasi yang sangat lama dengan perkembangan dan peradangan yang kronis adalah kanker kandung empedu merupakan komplikasi akhir dari tumor kandung empedu. Organisme parasit yang memacu perubahan DNA dan mutasi memacu produksi karsinogen dan radikal bebas dan stimulasi dari proliferasi sel pada epitel kandung empedu yang menyebabkan kanker. Pasien kanker biasanya mengalami keluhan nafsu makan menurun, dan mual muntah terus-menerus. Asupan yang tidak adekuat disertai

dengan mual muntah dapat mengakibatkan

lambung mengalami

peradangan lokal atau menyebar pada mukosa lambung yang berkembang bila mekanisme protektif mukosa dipenuhi dengan bakteri atau bahan iritan lain. Peradangan yang terus menerus pada gastritis dapat menimbulkan

pendarahan

pada

lapisan

lambung.

Pendarahan

menyebabkan tinja berwarna kehitaman dan cairan lambung menjadi kemerahan dan jika sangat berat, tekanan darah bisa turun. Perdarahan bisa meluas dan berakibat fatal. Pada sebagian besar kasus, gejalanya amat ringan bahkan asimptomatis. Keluhan itu misalnya nyeri pada ulu hati yang biasanya ringan (Adi, 2007). Pendarahan pada gastritis dapat mengakibatkan timbulnya gejala anemia. Selain kurang nya asupan Fe dikarenakan asupan makan menurun dan mual muntah terus menerus anemia dapat terjadi karena pendarahan yang hebat pada gastritis. Dampak lain dari kanker kandung empedu ini ialah timbulnya malnutrisi yang disebabkan karena kurang nya asupan dan mual muntah terus menerus dan dapat memperburuk kondisi pasie. Penderita kanker dengan malnutrisi mempunyai resiko mengalami infeksi yang lebih tinggi dibandingkan dengan penderita yang berstatus gizi baik. (Sjaifoellah, 1998). 2.4 Klasifikasi Klasifikasi kanker kandung empedu (Cholangiocarcinoma) lebih baik diklasifikasikan secara anatomi kedalam 3 kelompok besar, yaitu intrahepatik, perihilar dan distal. Pengklasifikasian ini ditujukan untuk mempermudah tatalaksana. Bismuth – Corlette juga mengklasifikasikan tumor perihilar menjadi 4 klasifikasi seperti pada tabel : Tabel 2.1. Klasifikasi Bismuth- Corlette Klasifikasi Kanker Empedu (Cholangiocarcinoma) Type I

bellow the confluence

Type II

Confined to the confluence

Type IIIa

Ekstensi kedalam saluran hepatik kanan

Type IIIb

Ekstensi kedalam saluran hepatik kiri

Type IV

Ekstensi ke saluran hepatik kanan dan kiri

(Singal, 2012) Klasifikasi Hematemesis melena memiliki beberapa klasifikasi yang dibuat untuk menentukan keparahan yang terjadi. Palmer dan Brick mengusulkan penggolongan varises esofhagus menjadi ringan, sedang, dan berat berdasarkan bentuk, warna, tekanan dan panjang varises. Sementara itu Baker mengusulkan untuk membagi varises menjadi 0, 1+, 2+, dan 3+. Untuk kemudahan penggolongan varises, konsensus inggris dan beveno IIII menganjurkan penggunaan klasifikasi seperti berikut :  Tingkat 1 : Varises yang kolaps pada saat inflasi esophagus oleh udara  Tingkat 2 : Varises antara tingkat 1 dan 3  Tingkat 3 : Varises yang cukup untuk menutup lumen esophagus.

Sedangkan klasifikasi derajat anemia menurut WHO dari ringan , sedang dan berat diantaranya ialah : 1. Anemia ringan sekali

: Hb 10,0 gr % - 13,0 gr %

2. Anemia ringan

: Hb 8,0 gr % - 9,90 gr %

3. Anemia sedang

: Hb 6,0 gr % - 7, 9 gr %

4. Anemia berat

: Hb < 6,0 gr %

2.5 Gejala Klinis Kanker kandung empedu pada umumnya tidak memiliki gejala awal sampai akhirnya mencapai tahap lanjut. Gejala yang paling umum seperti nyeri, berkeringat di malam hari, anoreksia, kehilangan berat badan dan penurunan kinerja tubuh (Feldman, 2010). Gejala yang biasanya timbul pada penyakit hematemesis melena ialah muntah darah, buang air besar berwarna kehitaman, pasien denyut nadi yang cepat, dan tekanan darah rendah. Pada pemeriksaan fisik akral teraba dingi dan basah, disertai nyeri perut dan nafsu makan menurun. Jika terjadi perdarahan yang berkepanjangan dapat menyebabkan terjadinya anemia seperti mudah lelah, pucat, nyeri dada dan pusing.

Pada penderita anemia gejala yang timbul berupa badan lemah, lesu, cepat lelah, mata berkunang- kunang serta teling berdenging. Pada pemeriksaan fisik dijumpai pasien yang pucat, terutama pada konjungtiva dan jaringan dibawah kuku (Bakta, 2006). Pada pemeriksaan laboratorium didapatkan hasil kadar hemoglobin < 7 gr/dL.

2.6 Diagnosis Diagnosis kanker empedu penyebab penyumbatan, ditegakkan berdasarkan hasil pemeriksaan CT Scan atau kalangiografi langsung. Untuk memperkuat diagnosis, bisa dilakukan biopsi (pengambilan contoh jaringan untuk diperiksa mikroskop). Pada

diagnosis

hematemesis

melena

dilakukan

dengan

pemeriksaan radiologik yang diperiksa pada bagian esofagus dan diteruskan dengan pemeriksaan double contrast pada lambung dan duodenum dan melihat ada/ tidaknya varises. Kemudian pemeriksaan endoskopi untuk menentukan dengan tepat tempat asal dan sumber pendarahan. Dan pemeriksaan ultrasonografi dan scanning hati untuk dapat mendeteksi penyakit hatikronik seperti sirosis hati yang mungkin sebagai penyebab pendarah saluran makan bagian atas. (Davey, 2005). Anemia hanyala suatu sindrom, bukan kesatuan penyakit (disease entity), yang dapat disebabkan oleh berbagai penyakit dasar (underlying disease). Hal ini penting diperhatikan dalam diagnosis anemia. Tahap – tahap dalam diagnosis anemia adalah (Bakta, 2009) : 1. Menentukan adanya anemia 2. Menentukan jenis anemia 3. Menentukan etiologi atau penyakit dasar anemia 4. Menentukan ada atau tidaknya penyakit penyerta yang akan mempengaruhi hasil pengobatan.

2.7 Komplikasi Komplikasi kanker kandung empedu adalah hepatitis C dan sirosis hati dikarenakan angka kejadian kanker kandung empedu dalam hati lebih cenderung meningkat ini disebabkan kanker kandung empedu disebabkan infeksi cacing hati. Pada hematemesis melenan komplikasi yang terjadi ialah koma hepatik yaitu suatu sindrom neuropsikiatrik yang ditandai dengan perubahan kesadaran, penurunan intelektual, dan kelainan neurologis yang menyertai kelainan parenkim hati). Syok hipovolemik atau kehilangan volume darah sirkulasi sehingga curah jantung dan tekanan darah menurun selain itu juga dapat terjadi aspirasi pneumoni atau infeksi paru yang terjadi akibat cairan yang masuk dalam saluran napas. Anemia juga merupakan suatu komplikasi dari penyakit hematemesis melena yaitu anemia defisiensi besi atau kehilangan darah ynag mendadak dan tidak disadari (Mubin, 2006)

BAB III PROSES ASUHAN GIZI TERSTANDAR (PAGT) PADA PASIEN HEMATESIS MELENA EC. GASTRITIS EROSIF + SUSP. KANKER KANTUNG EMPEDU METASTASE HEPAR +ANEMIA + MALNUTRISI 3.1 Gambaran Umum Pasien Tn. S berusia 48 tahun, pekerjaan sopir angkot dan pendidikan terakhir SMA. Tn. S sejak ± 1 bulan sebelum masuk rumah sakit mengeluh muntah – muntah setiap hari. Os muntah sebanyak 2x/ hari dan muntah apa yang dimakan. Demam (-), nafsu makan menurun (+), batuk (-), sesak (-), BAB berwarna hitam dan BAK tidak ada keluhan. Os lalu berobat ke Rs. Muhammadiyah dan didiagnosa kanker kantong empedu, Os lalu dirujuk ke RS. Muh. Hoesin Palembang. 1 tahun yang lalu pada tahuN 2015 os pernah menjalani operasi pengangkatan tumor empedu. TB : 170 cm BB : 40 kg dengan IMT :13,8 kg/m2 (Malnutrisi) Tn. S mengalami penurunan berat badan sebesar 33 % selama 1 tahun terakhir. Tn. S memiliki kebiasaan makan 3x makanan utama dan 1-2x selingan dan pada tahun awal 2015 pasien masih mengonsumsi minuman beralkohol dan minum kopi. Tn. S menyukai makanan yang tinggi lemak dan pedas. Sebelum masuk rumah sakit nafsu makan pasien sudah menurun dengan rata-rata asupan < 80 %. A. Data Umum Pasien (CH.1.1) Nama

: Tn. S

Tanggal Lahir

: 1 Mei 1968

Agama

: Islam

Tanggal Masuk RS

: 4 Oktober 2016

Tanggal skrining

: 6 Oktober 2016

Diagnosia Medis

: Hematesis Melena ec. Gastritis Erosif + Kanker Kantong Empedu Metastase Hepar. + Anemia + Malnutrisi

B. Riwayat Medis (CH.2.1) CH.2.1.1 Keluhan Pasien

: Pasien mengeluh mual dan muntah dengan frekuensi 2x/ hari.

Riwayat Penyakit Dulu dan Sekarang a. Riwayat Penyakit Dulu (CH.2.1) Pasien pernah menderita tumor kantung empedu pada 1 tahun yang lalu. b. Riwayat Penyakit keluarga (CH.2.1) tidak ada riwayat penyakit dalam keluarga C. Riwayat Sosial Budaya (CH.3.1) a. Faktor Sosio Ekonomi

: Menengah kebawah

b. Situasi Rumah

: Pasien tinggal dirumah sederhana bersama ayah, istri dan ketiga anaknya.

c. Masalah Dirumah

: Pasien sempat menolak untuk dibawa berobat karena masalah biaya.

d. Dukungan sosial dan kesehatan : Baik e. Letak geografis rumah

: Pasien tinggal didesa yang jauh dari kota, dengan jarak 52 km dari rumah sakit dan ditempuh selama 1 jam 23 menit dengan menggunakan kendaraan mobil.

f. Pekerjaan

: Sopir angkot, Istri sebagai IRT

g. Agama

: Islam

D. Skrining Gizi Hasil Malnutrition Screening Tool (MST) yang diisi oleh ahli gizi dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.1. Malnutrition Screening Tool (MST) Parameter Skor Perubahan berat badan

4

asupan berkurang karena penurunan nafsu makan

1

Total

5

Penilaian : Pasien bersiko malnutrisi tinggi dengan penilaian MST didapatkan skor nilai 5 E. Perawatan/ Terapi/ Pengobatan Alternative (CH.2.2) 1) Obat –Obatan Yang Diberikan Di Rumah Sakit Obat-obatan yang diberikan kepasa pasien selama berada di rumah sakit dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.2. Pemberian Obat-obatan Nama Obat Omeprazol

Penggunaan 1 x 40 gr

Interaksi Dengan Makanan  Penghambat pompa proton dan menghambat sekresi asam dan absorpsi vitamin B12 dan zat besi.

KSR

1x 600

 Meningkatkan efek/ toksisitas obat yang mengandung kalium seperti garam kalium dari penisilin.

Ondansentron

3x2 IU

 Penanggulangan mual dan muntah akibat kemoterapi dan radioterapi serta operasi.

Neurodex

1x1 tab po

 Mengobati gejala kekurangan vitamunin neurotropik, dan muntah-muntah selama 3 bulan. Dapat diminum bersamaan dengan makanan.

Ciprofloxacin

 Gangguan perut, muntah, nyeri perut dan

2x1

inflamasi yang menyebabkan diare. Tidak diminum dengan susu den cairan yang mengandung Ca.

3.2 Assesment Gizi 1. Riwayat Gizi/ Makanan (FH.1) A. Asupan Makanan dan Zat Gizi (FH.1) a.

Asupan makan pasien sebelum masuk rumah sakit Sebelum masuk rumah sakit Tn. S memiliki nafsu makan yang

kurang sejak operasi tumor kantung empedu setahun yang lalu yaitu 3x makanan utama dan 1 x cemilan. Tn. S tidak memiliki kebiasaan makan 3x makanan utama dan 1-2x selingan, Tn. S pada tahun 2015 masih suka mengonsumsi minuman beralkohol 5x/ minggu, dan minum kopi 3x/ hari serta gorengan apa saja 3-4x/ hari. Tn. S suka mengonsumsi makanan yang tinggi lemak dan pedas. - Makanan Pokok

:

berupa nasi 3x makan dalam sehari yaitu 100 gr atau dalam URT 3/4 gelas dalam 7 hari,

- Lauk Nabati

:

berupa tempe 4-5x dalam seminggu yaitu 50 gr.

- Lauk Hewani

:

Berupa ayam 5-7 x dalam seminggu yaitu 50 gr

- Sayuran

:

2-3x dalam seminggu yaitu 50 gr.

Asupan Makan Pasien Sebelum Masuk Rumah Sakit Energi (kal) Asupan Oral Kebutuhan % Asupan

Protein (gr)

Lemak (gr)

KH (gr)

945,7

56,3

21,8

130,8

1741,02

87,05

29,01

282,91

54 %

64 %

75 %

46 %

Penilaian : Asupan makan sebelum masuk rumah sakit < 80 % ini dikarenakan pasien sudah mengalami penurunan nafsu makan yang disertai mual dan muntah. Rata- rata asupan energi 54 % dalam kategori Kurang, protein 64 % dalam kategori kurang, lemak 75 % dalam kategori kurang dan KH 46 % dalam kategori buruk. b. Asupan Makan Pasien Setelah Masuk Rumah Sakit Selama perawatan diruang rawat inap, telah dilakukan wawancara recall 24 jam terhadap pasien selama 5 Oktober 2016 – 22 Oktober 2016 untuk mengetahui tingkat konsumsi makan pasien. Selama perawatan, pasien tidak menghabiskan makanan yang diberikan. Berikut adala persentase asupan gizi pasien hari pertama : Asupan Makan Pasien Hari Pertama Masuk Rumah Sakit Energi (kal) Asupan Oral Kebutuhan % Asupan

Protein (gr)

Lemak (gr)

KH (gr)

725,9

27,46

20,5

113,32

1741,02

87,05

29,01

282,91

35 %

26 %

70 %

34 %

Penilaian : Dilihat dari asupan pasien pada hari pertama adalah energi 35 % kategori buruk, Protein 26 % dengan kategori buruk, Lemak 70 % dengan kategori sedang dan karbohidrat 34 % dengan kategori buruk.

c.

Asupan Parenteral (FH.1.3.2) Selama perawatan pasien diberikan nutrisi parenteral sebanyak 3 x

/ 1L yaitu Clinimix, guna membantu kebutuhan nutrisi karena pendarahan yang terjadi pada pasien hematemesis melena. Jumlah 1000 ml

Kandungan Kalori : 1000 kal / L Non protein : 400 kkal Karbohidrat dan protein 4 kkal.g Calcium :2,3 mmol Natrium : 35 mmol Glukosa : 200 gr Nitrogen : 9 gr

d. Kesadaran terhadap gizi dan kesehatan a) Pengetahuan Dan Kepercayaan Terhadap Rekomendasi Diet Pasien mengetahui kepercayaan terhadap rekomendasi diet yang telah diberikan. b) Edukasi Dan Konseling Gizi Yang Sudah Didapat Dimasa Lalu Pasien pernah mendapat edukasi dan konseling gizi setahun yang lalu ketika pasien menjalani operasi pengangkatan tumor kantung empedu. c) Aktifitas Fisik Aktifitas berat d) Ketersedian Makan Pasien biasanya makanan di warung makan, apabila sedang rame penumpang pasien hanya membeli cemilan gorengan.

B.

Data Antropometri (AD.1.1)

TB

: 170 cm

BB

: 40 kg

BB dulu

: 60 kg

Penurunan BB

:Penurunan berat badan sebesar 33 % (selama 1 tahun terakhir)

BBI

: 63 kg

IMT

: 𝑇𝐵²𝑚 = 1,70 = 2,89 = 13,8 kg/m2

𝐵𝐵

40

40

Penilaian : Status gizi pasien berdasarkan IMT masuk dalam kategori malnutrisi yang ditandai dengan hasil IMT sebesar 13,8 kg/m2.

C. Data Biokimia Data Biokimia awal pasien dapat dilihat pada tabel dibawah ini : Tabel 3.3. Hasil Pemeriksaan Laboratorium Jenis Pemeriksaan Hasil Nilai Rujukan

Ket.

3-10-2016 Hemoglobin

5,1

11,40 – 15,00 g/dl

Rendah

Leukosit (WBC)

2,33

4,73 – 10,89 103/mm3

Rendah

Hematokrit

17

41 – 51 %

Rendah

Albumin

3,2

3,5 – 5,0 g/dL

Rendah

Protein total

5,8

6,4 – 8,3 g/dL

Rendah

MCV

70,4

85 – 95 fl

Rendah

Kolesterol HDL

22

>55 mg/dL

Rendah

Kolesterol LDL

106

< 100 mg/dL

Tinggi

Penilaian : Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium didapatkan kadar hemoglobin dan hematokrit rendah, ini berkaitan dengan pendarahan yang terjadi akibat penyakit hematemesis melena. Kadar leukosit rendah menandakan adanya gangguan pada liver dan inflamasi karena penyakit kanker yang diderita. Kadar albumin rendah menandakan adanya kerusakan organ hati yang disebabkan oleh penyakit kanker kandung empedu pasien yang bermetastase ke hati. Kadar MCV rendah menandakan terjadi anemia defesiensi besi.

D. Pemeriksaan Fisik dan Klinis (P.D) h. Fisik a. Tn. S tampak lemah b. Konjungtiva anemis c. Nyeri perut d. Mual dan muntah 

Klinis 3 Oktober 2016

Jenis Pemeriksaan

Hasil

Nilai Normal

Keterangan

TD

120/80

120/80 mmHg

Normal

Nadi

80

75 – 110 x/menit

Normal

Suhu

36,5°C

36 – 37,5 0C

Normal

RR

20

20 – 30 x/menit

Normal

Penilaian

: Dari hasil pemeriksaan klinis dapat dilihat pada tekanan darah,

nadi, suhu dan respiration rate pasien adalah normal. 3.3. Prioritas Masalah Gizi Prioritas masalah gizi dapat dilihat pada tabel di bawah ini : Proses Asuhan Gizi Terstandar Asupan menurun

Catatan Hasil recall E = 54%, P = 64 %, L= 75 % dan Kh =46 %

Antropometri

40 kg (malnutrisi)

Biokimia

Hemoglobin, leukosit, albumin, protein total, MCV, dan kolesterol HDL rendah Kolesterol LDL tinggi

3.4 Diagnosa Gizi Domain Asupan NI. 2.1

Asupan Oral Tidak Adekuat berkaitan dengan terbatasnya daya terima makanan akibat faktor fisiologis ditadai dengan estimasi asupan makan kurang dari kebutuhan yaitu E = 54 %, P = 64 %, L= 73% dan Kh =46 %

NI.5.1

Peningkatan kebutuhan berkaitan dengan penurunan fungsi organ terkait fungsi GI ditandai dengan menurunnya kadar albumin dan protein total.

Domain Klinis NC. 3.2.

Penurunan berat badan yang tidak diharapka berkaitan dengan penyebab fisiologis yang meningkatkan kebutuhan gizi ditandai dengan kehilangan berat badan hingga 23 %

2. Intervensi Gizi a. Diagnosa 1 Diagnosa gizi

NI. 2.1

Asupan Oral Tidak Adekuat berkaitan dengan

terbatasnya daya terima makanan akibat faktor fisiologis berupa mual muntah ditandai dengan estimasi asupan makan kurang dari kebutuhan yaitu E = 54 %, P = 64 %, L= 73% dan Kh =46 %

Tujuan

Mencapai asupan energi, protein, lemak, dan karbohidrat

Intervensi

>80 %. Kebutuhan E : 1741,02 kal, Protein : 87,05 gr Lemak : 29,01 gr, KH : 304,67 gr Jenis Diet

Rencana

Cair Lambung 375 cc 1x1 roti regal 1x40 gr susu peptisol (Porsi Kecil Tapi Sering)

Frekuensi

3x makanan utama 2x Selingan

Jadwal Pemberian

Pagi : 07.00 Snack : 10.00 Siang : 12.00 Snack : 15.00 Sore : 17.00

Route

Oral

b. Diagnosa 2 Diagnosa gizi

NI.5.1 Peningkatan kebutuhan berkaitan dengan penurunan fungsi organ terkait fungsi GI ditandai dengan menurunnya kadar albumin dan protein total.

Tujuan

Mencapai nilai albumin normal

Intervensi Kebutuhan E : 1741,02 kal (65 %), Protein : 87,05 gr (20%) Lemak : 29,01 gr (15%), KH : 305,67 gr (65%) Jenis Diet Rencana

Cair Lambung 375 cc 1x1 roti regal 1 x 40 gr susu peptisol

Frekuensi

3x makanan utama 2x Selingan

Jadwal Pemberian

Pagi : 07.00 Snack : 10.00 Siang : 12.00 Snack : 15.00 Sore : 17.00

Route

Oral

c.

Diagnosa 3

Diagnosa gizi

NC. 3.2.

Penurunan berat badan yang tidak diharapka

berkaitan dengan penyebab fisiologis yang meningkatkan kebutuhan gizi ditandai dengan kehilangan berat badan hingga 23 %

Tujuan

Mencegah terjadi penurunan berat badan

Intervensi Kebutuhan E : 1741,02 kal (65%), Protein : 87,05 gr (20%) Lemak : 29,01 gr (15%), KH : 304,67 gr (65%) Jenis Diet Rencana

Cair Lambung 375 cc 1x1 roti regal 1 x 40 gr susu peptisol

Frekuensi

3x makanan utama 2x Selingan

Jadwal Pemberian

Pagi : 07.00 Snack : 10.00 Siang : 12.00 Snack : 15.00 Sore : 17.00

Route

Oral

d. Menghitung Kebutuhan pasien Menggunakan Rumus miffilin Energi : BMR

: (10 x BB ) + (6,25 x TB) – (5xU) + 5 : (10 x 40 ) + (6,25 x 170) – (5 x 48) + 5 : 400 + 1062,5 – 240 + 5 : 1217,5 kal

TEE

: 1217,5 kal x FA x FS : 1217,5 x 1,1 x 1,3 : 1741,02 kal

Kebutuhan zat gizi makro Protein

:

Lemak

:

Kh

:

20 % 𝑥 1741,02 𝑘𝑎𝑙 4 15 % 𝑥 1741,02 𝑘𝑎𝑙 9

= 87,05 gr

= 29,01 gr gr

65 % 𝑥 1741,02 𝑘𝑎𝑙 4

= 304,67 gr

Kebutuhan Zat Gizi Mikro Vitamin A : 600 mcg

Fe : 13 mg

Vitamin D : 15 mcg

Magnesium : 350 mg

Vitamin B12 : 2,4 mcg

Seng :13 mg

Asam folat : 400 mcg (sumber : AKG 2013)

3. Implementasi Diet Nama Diet Formula Cair lambung I

Tanggal Pemberian

Route

Frekuensi

Kebutuhan Zat Gizi

5 oktober 2016 Oral

3 x 375 cc

E = 1538,2 Kal

– 21 oktober

2x 200 cc

P = 63,3 gr

- penambahan roti regal 2016

L = 57,5 gr

2 x1

KH = 238,6 grr

- susu peptisol 1x40 gr

4. Edukasi dan Konseling Gizi a.

Tujuan

: Memberikan Informasi gizi kepada pasien dan keluarga

b.

Materi

: - Menjelaskan tentang diet yang diberikan - Makanan yang tidak dianjurkan - Makanan yang dianjurkan dikonsumsi

c.

Sasaran

: Pasien dan Keluarga

3.5 Monitoring Dan Evaluasi 1. Rencana Monitoring Parameter Asupan makan

Antropometri

Biokimia

Evaluasi Recall asupan E : 54 %, P : 64 %, L : 73 % KH : 46 % BB 40 kg IMT 13,8 kg/m2 Persentase penurunan BB 33% dalam 1 tahun terakhir Albumin :3,2 g/dL

Target  80 %

Pelaksanaan Setiap hari

Kenaikan BB 0,5 – 1 kg/ minggu

1 minggu sekali

3,5 – 5,0 g/dL

Setiap kali dilakukan pemeriksaan

2. Hasil Monitoring dan evaluasi a. Tanggal 05-Okt16 06-Okt16 07-Okt16 08-Okt16 09-Okt16 10-Okt16 11-Okt16 17-Okt16 18-Okt16 19-Okt16 20-Okt16 21-Okt16

Hasil Recall Asupan Rs Jenis Diet cair lambung cair lambung cair lambung cair lambung cair lambung cair lambung cair lambung

Energi

% asupan

Protein

% asupan

Lemak

% asupan

KH

% asupan

762,5

44 %

30,4

34 %

27,7

71 %

118,7

41 %

753,2

43 %

28,4

32 %

29,1

75 %

100,6

35 %

862

49 %

44,8

51 %

31,2

80 %

163,4

57 %

1593,7

91 %

58

66 %

34,9

95 %

240,9

85 %

1122,4

64 %

34,6

39 %

33,4

86 %

162,2

57 %

1381,2

79 %

44,9

51 %

34,2

88 %

199,2

70 %

1508,4

86 %

65,8

75 %

35,2

91 %

250,4

88 %

Puasa cair lambung cair lambung cair lambung cair lambung

1635,4

93 %

63,9

73 %

30,5

78 %

250,7

88 %

1337,5

76 %

56,8

65 %

34,6

80 %

211,5

75 %

1262,4

72 %

49,7

57 %

31,2

80 %

192,02

67 %

1497,1

85 %

57,2

65 %

35,1

90 %

228,1

80 %

rata-rata

1246,89

71 %

48,5909

55 %

32,4636

83 %

192,52

67 %

kebutuhan

1741,02

87,05

29,01

282,91

Penilaian : Dari data asupan diatas rata- rata asupan selama 12 hari yaitu energi 66 % dengan kategori kurang, Protein 53 % dengan kategori kurang, Lemak 82 % dengan kategori Kurang dan karbohidrat 63 % dengan kategori kurang.

b. Hasil Data Antropometri BB

TB

Status Gizi

Hari pertama intervensi

40

170

Malnutrisi

Setelah intervensi

39

170

Malnutrisi

Penilaian : Pada hasil antropometri didapatkan status gizi pasien masuk dalam kategori malnutrisi, dan terjadi penurunan berat badan sebanyak 2,5 % selama intervensi. c.

Hasil Laboratorium Hasil Pemeriksaan Laboratorium Selama Intervensi

Jenis Pemeriksaan 03-Okt-16 14-Okt-16 16-Okt-16 19-Okt-16 Leukosit 9,8 9,8 11,4 17,6 Hemoglobin 5,2 7,3 8,2 10,8 Hematokrit 17 24 28 35 MCV 70,4 74,1 77,5 76,3 Albumin 3,2 HDL 22 LDL 106 Penilaian : Selama intervensi telah dilakukan 3 kali pemeriksaan, yaitu pada tanggal 3 oktober, 14, 16 dan 19 oktober 2016

d. Hasil Fisik dan Klinis Hasil Pemeriksaan Klinis Hari Mual Muntah

Nyeri Tekanan perut Darah 1 + + + 120/80 2 + + + 100/70 3 + + + 100/60 4 + + + 110/70 5 + + + 90/80 6 + + + 100/70 7 + + + 100/70 8 + + + 100/70 9 + + 110/70 10 + 110/80 11 + 100/90 12 + 100/70 Penilaian : Selama intervensi pemeriksaan

Suhu

RR

Nadi

36,5 20 80 36 20 84 36,4 20 80 36 20 80 36 20 80 36 18 80 36,2 18 76 35 20 84 37 18 88 36,8 23 74 37 20 92 36,6 20 80 fisik pasien masih mengeluh

mual sampai pada hari terakhir, untuk keluhan muntah mulai berkurang pada hari ke 10-12 intervensi. Sedangkan pada pemeriksaan klinis pasien tergolong normal.

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN 4.1 Antropometri Berdasarkan hasil pengamatan berat badan selama 12 hari dapat dilihat pada grafik berikut : Waktu

5-10-16 11-10-16 22-10-16

Berat badan (kg) 40 40 39

Status Gizi 13,8 kg/m2 13,8 kg/m2 13,6 kg/m2

Keterangan

Malnutrisi Malnutrisi Malnutrisi

Sebelum masuk rumah sakit pasien mengalami penurunan berat badan sebesar 33 % sejak 1 tahun terakhir (dari 60 kg menjadi 40 kg). Nafsu makan berkurang setelah pasien menjalani operasi pengangkatan tumor kandung empedu 1 tahun yang lalu, serta pola makan yang tidak teratur. keadaan ini lah yang menyebabkan pasien menderita hematemesis melena. Berat badan pasien mengalami penurun selama 12 hari intervensi. Berat badan pada saat hari pertama intervensi adalah 40 kg dan pada akhir intervensi turun menjadi 39 kg. Pengukuran berat badan menggunakan timbangan injak, karena pasien masih bisa berdiri. Pengukuran dilakukan selama seminggu sekali, yaitu pada tanggal 5, 11 dan 22 oktober 2016. Hasil yang diperoleh adalah penurunan sebesar 1 kg dari berat badan sebelumnya selama 12 hari intervensi. Status gizi pasien (IMT) dari awal hingga akhir intervensi mengalami penurunan dan masih dalam kategori status gizi malnutrisi. Penurunan berat badan pasien ini dikarenakan asupan makan pasien masih belum mencapai target serta pasien masih mengalami mual dan muntah yang menyebabkan penurunan nafsu makan. Berat badan adalah parameter antropometri yang sangat labil. Dalam keadaan normal, dimana keadaan kesehatan baik dan keseimbangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan

berkembangan antara konsumsi dan kebutuhan zat gizi terjamin, berat badan berkembang mengikuti pertambahan umur. Sebaliknya dalam keadaan yang abnormal, terdapat dua kemungkinan perkembangan berat badan, yaitu dapat berkembang cepat atau lebih lambat dari keadan normal. Berat badan harus selalu dimonitor agar memberikan informasi yang memungkinkan intervensi gizi yang preventif sedini mungkin guna mengatasi kecendrungan penurunan atau penambahan berat badan yang tidak dikehendaki (Anggraeni, 2012) 4.2 Monitoring Biokimia 120

Axis Title

100 80 60 40 20

0 leukosit

hemogl hemato obin krit

MCV

albumi n

HDL

LDL

3.2

22

106

03-Okt-16

9.8

5.2

17

70.4

14-Okt-16

9.8

7.3

24

74.1

16-Okt-16

11.4

8.2

28

77.5

19-Okt-16

17.6

10.8

35

76.3

Pada pemeriksaan data biokimia dilakukan pemeriksaan sebanyak tiga kali selama melakukan intervensi dan belum terjadi perubahan mencapai normal. Pada pemeriksaan kedua dan pemeriksaan selanjutnya tidak dilakukan nya pemeriksaaan pada kadar albumin, HDL dan LDL. Pemeriksaan hemoglobin dan hematokrit dilakukan secara rutin untuk melihat keadaan pendarahan yang terjadi. Pemeriksaan biokimia merupakan penilaian status gizi secara langsung. Pemeriksaan biokimia dapat memberikan gambaran tentang kadar zat gizi dalam darah, urine dan organ lain, perubahan metabolik tbuh akibat kurangnya konsumsi zat gizi tertentu dalam waktu lama serta cadangan gizi dalam tubuh (Murray, 2009)

4.3 Monitoring Fisik Klinis Hari Mual Muntah 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 12

+ + + + + + + + + + + +

+ + + + + + + + + -

Nyeri perut + + + + + + + + -

Tekanan Darah 120/80 100/70 100/60 110/70 90/80 100/70 100/70 100/70 110/70 110/80 100/90 100/70

Suhu

RR

Nadi

36,5 36 36,4 36 36 36 36,2 35 37 36,8 37 36,6

20 20 20 20 20 18 18 20 18 23 20 20

80 84 80 80 80 80 76 84 88 74 92 80

Data klinis merupakan data yang diperoleh dari penampakan atau yang dapat dilihat secara langsung oleh pasien ataupun dokter, termasuk apa dirasakan oleh pasien namun tidak dapat diukur. Hasil pengamatan data fisik pasien selama 12 hari diperoleh hasil pasien masih tampak kurus, nyeri perut berkurang pada hari ke sembilan intervensi. Mual masih dirasakan sampai hari terakhir intervensi tetapi muntah sudah mulai berkurang pada hari kesepuluh hipertensi. Pada pemeriksaan tekanan darah rendah pada hari kedua sampai hari keduabelas intervensi. Pada pemeriksaan nadi respiraton rate dan suhu didapatkan hasil yang normal. Pemeriksaan fisik dan klinis adalah sebuah proses dari seorang ahli medis memeriksa tubuh pasien untuk menemukan tanda klinis penyakit. Biasanya, pemeriksaan fisik dilakukan secara sistematis, mulai dari bagian kepala dan berakhir pada anggota gerak yaitu kaki. Pemeriksaan klinis meliputi tekanan darah, suhu, pernafasan dan denyut nadi (Bates, 1998).

4.4 Monitoring Asupan Berdasarkan pengamatan selama 12 Hari persentase asupan dapat dilihat pada grafik berikut ini : A. Asupan Energi

energi 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

93

91

86

85

79

76

72

64 44

43

1

2

49 energi

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Pada diagram diatas menunjukkan bahwa asupan pasien naik turun dan rata – rata asupan hanya mencapai 62 % tidak sesuai target, dan yang sudah mencapai target 70 % hanya pada hari keenam, tujuh, kesepuluh, sebelas dan hari terakhir intervensi. Pada hari ke delapan terjadi penurunan asupan secara signifikan karena pada hari ke delapan pasien puasa karena pasien menjalani pemeriksaan USG abdomen. Pasien diberikan diet cair lambung 375 cc dengan frekuensi 3x 375 cc makanan utama dan 2 x 200 cc selingan. Asupan energi tertinggi yaitu sebesar 73 % pada intervensi hari ke 12 dan terendah pada hari ke delapan karena pasien puasa. Asupan pasien masih rendah dikarenakan pasien masih mengeluh mual dan muntah apabila mengkonsumsi makanan apapun. Pada hari ke keempat, tujuah dan kesepeuluh diberikan asupan parenteral clinimix 1000 ml dengan kecepatan 2,5 mL dalam waktu > 8 jam

Jumlah 1000 ml

Kandungan Kalori : 1000 kal / L Non protein : 400 kkal Karbohidrat dan protein 4 kkal.g Calcium :2,3 mmol Natrium : 35 mmol Glukosa : 200 gr Nitrogen : 9 gr

B. Asupan Protein

protein 80

75

73

66

70

65

65 57

60

51

51

50 40

34

39

32

protein

30 20 10 0 1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Pada grafik diatas asupan protein selama 12 hari intervensi didapar rata-rata asupan 52 %. Pada hari kedelapan asupan turun secara signifikan sama halnya dengan asupan energi, asupan menurun dikarenakan pasien puasa. Selain itu juga pasien diberi nutrisi parenteral clinimix, yang didalam nya mengandung protein 4 kkal/ gr. Selain itu clinimix 1 L juga mengandung asam amino dengan nitrogen total 9 g/dL.

C. Asupan Lemak

lemak 100 90 80 70 60 50 40 30 20 10 0

95

71

75

86

80

88

91

90 78

80

80

lemak

1

2

3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Pada diagram perkembangan asupan lemak menunjukkan selama intervensi asupan mengalami kenaikan ddan penurunan dari hari pertama hingga hari ke duabelas intervensi. Rata-rata asupan lemak selama intervensi adalah 79 %. Asupan lemak tertinggi yaitu pada hari ke sepuluh dan hari ke 4 sebesar 90 % dan 95 %. Ini dikarenakam pad ahari keempat, tujuh dan sepuluh pasien diberikan nutrisi parenteral berupa clinimix 1L selama 12 jam. Sedangkan asupan lemak paling rendah terdapat pada hari intervensi ke delapan dikarenakan pasien berpuasa. D. Asupan Karbohidrat

KH 100

88

85

80 57 41

35

1

2

80

75

70

60 40

88

67

57 KH

20 0 3

4

5

6

7

8

9

10

11

12

Pada data perkembangan asupan karbohidrat, persentase asupan karbohidrat juga mengalami naik turuh dari hari pertama sampai hari terakhir intervensi. Rata-rata asupan karbohidrat selama dua belas hari adalah sebesar 59 %. Asupan karbohidrat tertinggi terjadi pada hari terakhir intervensi yaitu 80 % sedangkan asupan terendah yaitu pada hari kedua (35%) dan hari kedelapan (0%). Asupan karbohidrat pada hari ke keduabelas tinggi dikarenakan pada hari tersebut nafsu makan pasien sudah mulai membaik. Asupan juga meningkat pada hari ke empat, tujuh dan sembilan, dikarenakan pasien diberikan nutrisi parenteral berupa clinimix 1L selama 12 jam. Sumber karbohidrat terdapat pada komposisi makanan cair yaitu tepung susu full cream, tepung beras dan gula yang diberikan dalam 375 ml formula cair. Persentase asupan yang mencapai target monitoring (70%) hanya pada hari ketujuh, sepuluh dan hari terakhir intervensi. Asupan makan adalah semua jenis makanan dan minuman yang dikonsumsi tubuh setiap hari. Umumnya asupan makanan dipelajari untuk hubungkan dengan keadaan gizi masyarakat suatu wilayah atau individu. Informasi ini dapat digunakan untuk perencanaan pendidikan gizi khususnya untuk menyususn menu atau intervensi untuk meningkatkan sumber daya manusia (SDM), mulai dari keadaan kesehatan dan gizi serta produktivitasnya. Mengetahui asupan makan suatu kelompok masyarakat atau individu merupakan salah satu cara untuk menduga keadaan gizi kelompok masyarakat atau individu bersangkutan (Andarina, 2006)

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan 1. Hasil skrining dengan menggunakan Malnutrition Screnning Tool (MST) yang diisi oleh ahli gizi, pasien beresiko malnutrisi tinggi dengan skor nilai 5 2. Berdasarkan proses asuhan gizi terstandar didapatkan hasil : Assesment : a. Antropometri : BB 39 kg TB 170 cm, IMT 13,8 kg/m2 dengan status gizi malnutrisi Terjadi penurunan berat badan sebanyak 1 kg dalam 12 hari/ selama intervensi. b. Biokimia : Data laboratorium yang berhubungan dengan penyakit yaitu leukosit, hematokrit dan hemoglobin tinggi. c. Fisik/ Klinis : Tampak kurus, mual muntah dan nyeri perut Data klinin yang dapat dilihat yaitu suhu, pernapasan, dan nadi. d. Dietary History : SMRS pasien memiliki kebiasaan pola makan 2-3 x sehari dan terkadang suka jajan (gorengan, bakwan, tahu, pempek). Pasien tidak memiliki alergi pada makanan apapun. Sebelum sakit pasien suka mengkonsumsi makanan tinggi lemak dan pedas serta 1 tahun yang lalu masih mengonsumsi minuman alkohol e. Diagnosa Gizi : NI. 2.1 Asupan Oral Tidak Adekuat berkaitan dengan terbatasnya daya terima makanan akibat faktor fisiologis ditadai dengan estimasi asupan makan kurang dari kebutuhan yaitu E = 54 %, P = 64 %, L= 73% dan Kh =46 % NI.5.1

Peningkatan kebutuhan berkaitan dengan penurunan fungsi organ terkait fungsi GI ditandai dengan menurunnya kadar albumin dan protein total.

NC. 3.2.

Penurunan berat badan yang tidak diharapka berkaitan dengan penyebab fisiologis yang meningkatkan kebutuhan gizi ditandai dengan kehilangan berat badan hingga 23 %

f. Intervensi gizi pasien diberikan diet cair Lambung I 375 cc karena berhubungan dengan penyakit hematemesis melena yang diderita, dengan frekuensi 3x 375 cc makanan utama dan 2 x 200 cc selingan g. Pemberian edukasi kepada keluarga pasien tentang diet yang diberikan. h. Memotivasi pasien untuk menjalankan diet guna proses penyembuhan. i. Memonitoring asupan pasien terhadap perubahan berat badan selama pengamatan. 3. Dari hasil intervensi asupan makan pasien selama 12 hari didapatkan asupan rata-rata adalah energi 71 %, protein 55 %, lemak 83 % dan karbohidrat 67 %

e. Saran 1. Kepada keluarga pasien untuk tidak membawa makanan dari luar guna mempercepat proses penyembuhan. 2. Kepada pasien dan keluarga dapat menjalankan anjuran diet yang telah di anjurkan oleh ahli gizi dengan baik dan benar tidak hanya dirumah sakit tetapi saat pulang kerumah dapat menerapkan diet yang dijalani. 3. Kepada keluarga dapat memotivasi pasien untuk menghabiskan makanan yang diberikan demi proses penyembuhan.

DAFTAR PUSTAKA Abdulmuthalib, 2009. Kelainan Hematologik. Dalam: Saifuddin, A. B., Rachimhadhi, T., Wiknjosastro, G.H., penyunting. Ilmu Kebidanan Sarwono Prawirohardjo --- Ed. 4, Cet. 2 --- Jakarta : PT Bina Pustaka, 774- 780 Andarina, D. & Sumarni, S., (2006). Hubungan Konsumsi Protein Hewani dan Zat Besi dengan Kadar Hemoglobin Pada Balita Usia 13-36 bulan. The Indonesian Journal of Public Healt. 3 (1). 19-23 Anggraeni, A. C. 2012. Asuhan Gizi Nutritional Care Process. Yogyakarta: Graha Ilmu. Bakta, I Made. 2006. Hematologi Klinik Ringkas. Jakarta: EGC.1-2,9.11 Bates, Barbara. 1998. Pemeriksaan Fisik dan Riwayat Kesehatan. Jakarta. EGC Burton, J.L., et al., 2007. Oxford Concise Medical Dictionary. 7th ed. New York: Oxford University Carpenito, Lynda Juall. 2000. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 8. Penerbit: EGC. Jakarta. Davey P, 2006. Hematemesis & Melena: dalam At a Glance Medicine. Jakarta: Erlangga. Hlm 36-7 Djumhana A, 2011. Perdarahan Akut Saluran Cerna Bagian Atas. Dooley, Lok, Burroughs dan Heathcote. 2011. Sherlock Diseases of The Liver and Biliary System. 12th Edition. Singapore: Willey-Blackwel Feldman,

Friedman,

dan

Fordtrans’s.Gastrointestinal

Brandit and

Liver

.2010. Sleisenger Disease.

dan

Pathophysiology/

Diagnosis/ Manajemen. Ninth Edition. Canada: Saunders Elsevier. Hadi S, 2002. Perdarahan Saluran Makan : dalam Gastroenterologi. Bandung: PT Alumni. Hlm 281-305 Murray, R. K., Granner, D. K., & Rodwell, V. W. Biokimia harper (27 ed.). Jakarta: Buku Kedokteran EGC; 2009

Nettina, S.M. (2001). Pedoman Praktik Keperawatan. Jakarta: EGC Rince, Sylvia A. 2006. Patofisiologi Volume 2 Edisi 6. Jakarta : EGC Kapita Selekta Kedokteran. Jakarta : Media Aesculapius

L A M P I R A N

Foto pasien

Contoh diet cair lambung

Sisa makan pasien

More Documents from "Rahmi Hijriani"