Nurul Afriani Kadar_paper Refleksi_manajemen Keperawatan.docx

  • Uploaded by: Nurulafriani Kadar
  • 0
  • 0
  • November 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Nurul Afriani Kadar_paper Refleksi_manajemen Keperawatan.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 1,541
  • Pages: 6
Peran Dan Tanggung Jawab Perawat Di Rumah Sakit Dan Kesesuaiannya Dengan Fungsi Manajemen dalam Model Praktek Keperawatan Profesional (MPKP) Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011), MPKP adalah penataan struktur dan proses system berian asuhan keperawatan pada tingkat ruang rawat sehingga memungkinkan pemberian asuhan keperawatan profesional. Pengembangan MPKP merupakan upaya berbagai Negara untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Berdasarkan hasil observasi yang dilakukan pada tanggal 14 Maret 2019 pukul 08.00 12.30 Wita, MPKP yang diterapkan di Rumah Sakit Pendidikan Universitas Hasanuddin, khususnya di Ruang Rawat Kelas 2/3 menggunakan metode modifikasi Tim-Primer. Model MAKP tim dan primer digunakan secara kombinasi dari kedua sistem, yakni tim dan primer. Metode ini menjadi penting sehingga perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi dapat mengarahkan dan membimbing perawat lain di bawah tanggung jawabnya. Pada Observasi kali ini, ada beberapa poin yang berhasil diamati. Beberapa poin yang berhasil di observasi meliputi : A.

Model Pelayanan Keperawatan/Metode Penugasan Yang Diterapkan Di Ruang Rawat Kelas 2/3. Model asuhan keperawatan yang diterapkan di Ruang Rawat Kelas 2/3 RSP Unhas adalah metode modifikasi tim primer karena ruangannya terbagi atas 2 kelas, maka dibagi menjadi 2 tim yaitu tim A kelas 2 dan tim B kelas 3. Pada setiap shift jumlah Perawat Asossiate 5-6 orang sehingga tiap kelas akan dibagi menjadi 2 tim lagi dengan pembagian tim terdiri atas 1 Perawat Primer, 3 PA shift pagi, 3 PA shift siang dan 3 Perawat Asossiate shift malam. Adapun jumlah bed kelas 2 adalah 24 bed sedangkan kelas 3 adalah 30 bed. Pembagian kelasnya sesuai jaminan kesehatannya, BPJS

98%

dan

umum

2%

serta

pembagian

pasien

berdasarkan

derajat

ketergantungannya. BOR (mutu tempat tidur) di Ruang Rawat Kelas 2/3 90-100%, hal

ini tidak sesuai dengan rentang normal yang ditetapkan oleh Depkes 80%. TOI (rentang bed kosong) di Ruang Rawat Kelas 2/3 menurun karena berdasarkan hasil diskusi rentang kosong bed biasanya ada keluarga pasien yang memesannya terlebih dahulu dan bed kosong pagi di isi siang, hal ini tidak sesuai dengan teori karena rentang normal TOI 2-3 hari. Aulos ( lama rawat inap) di Ruang Rawat Kelas 2/3 lama rawat inapnya berbeda-beda berdasarkan clinical pathway dan berdasarkan hasil diagnose. Menurut (Sitorus R. , 2006) apabila lama hari rawat yang ditetapkan tidak bisa dipenuhi oleh pasien, hal itu dianggap sebagai suatu variasi yang memerlukan analisis sehingga dipertimbangkan tindakan selanjutnya. Menurut Kepala Ruangan, di Ruang Rawat Kelas 2/3 sangat kekurangan sumber daya manusia sehingga pada saat semua bed terisi dengan pasien maka 1 PA akan bertanggung jawab 9 pasien. Hal ini tentu saja berbeda dengan teori bahwa satu perawat menangani 7-8 pasien, Perawat Assosiate hanya bertanggung jawab 5 pasien total care dan 2 partial care setiap shift. Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011) pada Model Praktik Keperawatan Professional (MPKP) ada beberapa kegiatan yang biasa dilakukan seperti operan, prepost conference keperawatan, orientasi bagi pasien baru dan keluarga, ronde keperawatan, seminar atau diskusi, dan dokumentasi keperawatan. Berdasarkan hasil diskusi dengan kepala ruangan, perawat melakukan operan di nurse station yang dilakukan oleh PA shift malam dan PA shift pagi serta Perawat Primer. Jika kepala ruangan terlambat datang maka operan ini dipimpin oleh Perawat Primer atau penanggung jawab shift. Operan terbagi atas 2, pertama operan di nurse station dan operan di ruangan pasien. Operan dibuka oleh perawat primer atau penanggung jawab shift malam. Menurut kepala ruangan, pada malam hari akan ada penanggung jawab shift sebagai perpanjangan tangan Perawat Primer sedangkan pada

siang hari ada Perawat Primer yang bertanggung jawab. Berdasrkan hasil observasi, operan yang dilakukan di ruangan pasien tidak dilaksanakan secara efektif karena perawat tidak melakukan validasi kondisi pasien serta kurangnya koordinasi antara perawat yang shift malam dan pagi yang berakibat ada beberapa cairan pasien yang habis total. Kegiatan pre-post conference di Ruang Rawat Kelas 2/3 disatukan dengan operan, menurut kepala ruangan kegiatan ini tidak efektif karena pada saat perawat melakukannya dokter pun melakukan visit. Pre-post conference telah dilaksanakan, akan tetapi tidak seformal yang telah dipelajari. Pre-post conference yang dilaksanakan tidak berkumpul dalam satu titik akan tetapi langsung dilaksanakan pada saat Perawat Primer dan Perawat Asosiate melakukan dokumentasian. Ronde keperawatan di Ruang Rawat Kelas 2/3 pernah dilaksanakan pada bulan Februari bersama mahasiswa keperawatan. Ronde keperawatan ini membahas tentang pasien lansia post-op karena lama perawatannya ± 13 hari. Menurut kepala ruangan, di RSP sendiri sebenarnya sudah menerapkan MPKP, akan tetapi pelaksanaannya di Ruang Rawat Kelas 2/3 masih belum optimal akibat kurangnya sumber daya manusia di RSP karena ada banyak yang resign, sehingga kepala ruangan mengoptimalkan pembagian tugas ke perawat serta mempertahankan dan meningkatkan mutu pelayanan di Ruang Rawat Kelas 2/3. B.

Peran Dan Tanggung jawab Karu, CCM, Perawat Primer/Katim Dan Perawat Asosiate Di Ruang Rawat Kelas 2/3 RSP Unhas. Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011) terdapat penataan 4 komponen yang menjadi karakteristik model MPKP, yaitu jumlah tenaga keperawatan di suatu ruang rawat ditetapkan berdasarkan derajat ketergantungan pasien seuai dengan metode Douglas (1992), jenis tenaga, standar renpra, dan metode modifikasi keperawatan

primer. Melalui penataan keempat komponen tersebut, hubungan perawat (PA & PP) dengan

pasien

atau

keluarga

menjadi

berkesinambungan

sehingga

dapat

dipertanggungjawabkan dan dipertanggungugatkan. Sifat hubungan ini memfasilitasi pemberian asuhan keperawatan yang didasarkan pada nilai-nilai profesional. Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011)

jenis tenaga keperawatan ditetapkan

berdasarkan modifikasi keperawatan primer. Suatau ruang rawat diperlukan minimal 25 perawat, dengan menggunakan metode ini diperlukan 3 orang PP dengan kualifikasi S.Kp/Ners serta seorang kepala ruangan yang juga kualifikasi S.Kp/Ners. Oleh karena itu, terdapat 21 orang PA dengan kualifikasi pendidikan terdiri dari 3 orang lulusan D3 dan 17 orang SPK. Untuk membimbing serta mengarahkan PP dan timnya dalam memberikan asuhan keperawatan diperlukan perawat dengan kemampuan yang lebih tinggi. Pada proACT Model yang dikembangkan oleh Tonges (1987) yang dikutip dalam (Sitorus & Panjaitan, 2011) disebut dengan Clinical Care Manager (CCM). CCM adalah seorang megester keperawatan. Namun, pada uji coba MPKP ini yang berperan sebagai CCM adalah fasilitator peneliti dan tim, karena pada saat itu belum ada lulusan magister spesialis keperawatan. Di Ruang Rawat Kelas 2/3 juga memiliki jenis tenaga keperawatan seperti Karu, CCM, 2 Perawat Primer, 5-6 PA/shift serta Perawat Administrasi. Namun sejak 2018 CCM di RSP sudah tidak ada lagi. Berdasarkan hasil observasi di Ruang Rawat Kelas 2/3 kekurangan tenaga keperawatan sehingga PA keteteran dalam melakukan asuhan keperawatan. Bahkan waktu itu hanya 4 orang PA yang shift pagi. Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011) Kepala Ruangan memiliki peran mengatur pembagian jadwal dinas, mengadakan diskusi dengan staf untuk memecahkan masalah di ruang rawat, memonitor kegiatan PP dan PA sesuai jadwal kegiatan, mengorientasikan perawat baru, residen, mahasiswa kedokteran maupun keperawatan

yang akan melakukan praktik, melakukan kegiatan administrasi, dan surat menyurat, bekerja sama dengan CCM. Pada hasil wawancara dan observasi menunjukkan bahwa Karu di Ruang Rawat Kelas 2/3 juga memiliki peran dan tanggung jawab atau pun tugas pokok yang harus dicapai dan dilaksanakan. Kepala ruangan telah melakukan tanggung jawab sesuai dengan teori. Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011) CCM berperan dalam melakukan bimbingan dan evaluasi tentang implementasi MPKP (ronde keperawatan), memberi masukan pada diskusi kasus yang dilakukan PP dan PA, mendiskusikan isu-isu baru terkait keperawatan. Sejak 2018 di Ruang Rawat Kelas 2/3 RSP Unhas tidak memiliki CCM. Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011) Perawat Primer (PP) melakukan kontrak dengan pasien dan keluarga pada awal masuk ruangan berdasarkan format orientasi pasien, melakukan pengkajian terhadap pasien baru atau melengkapi pengkajian yang sudah dilakukan PP, menetapkan rencana asuhan keperawatan berdasarkan standar, menetapkan PA yang bertanggung jawab pada setiap pasien. Di Ruang Rawat Kelas 2/3 RSP Unhas sendiri memiliki 2 Perawat Primer yakni Perawat Primer Rawat Kelas 2 dan Perawat Primer Rawat kelas 3. Hasil wawancara dengan perawat primer bahwa perawat primer bertanggung jawab atas semua pasien baik pasien yang awal baru masuk ruangan maupun yang sudah lama. Setelah operan,Perawat Primer langsung menuliskan SAP. Menurut (Sitorus & Panjaitan, 2011) Perawat Asosiate (PA) memiliki tugas membaca renpra yang telah ditetapkan oleh PP, menerima pasien baru (kontrak) jika PP tidak ada di tempat, melakukan tindakan berdasarkan renpra, mengevaluasi yang telah dilakukan, serta mendokumentasikanya pada format yang tersedia.

Dari hasil observasi di Ruang Rawat Kelas 2/3 RSP Unhas, Perawat Asosiate membuat laporan pergantian dinas dan setelah selesai di paraf, membantu tim lain yang membutuhkan, menyiapkan pasien untuk pemeriksaan diagnostik, laboratorium, pengobatan dan tindakan serta memngikuti visit dokter bila PP tidak ada. Namun, PA melakukan tindakan keperawatan masih belum berdasarkan SOP ( pengambilan darah vena PA membendung menggunakan Handscoon bukan tourniquet akibatnya pasien mengeluh kesakitan). C.

Faktor Pendukung Dan Penghambat Pelaksanaan MPKP Di Ruang Rawat Kelas 2/3 RSP Unhas Menurut Kepala Ruangan, faktor pendukung dalam pelaksanaan MPKP pasien mudah dalam mengenali muka perawat kepala ruangan mengatakan bahwa pelaksanaan MPKP dengan model modifikasi tim primer sangat cocok digunakan di Ruang Rawat Kelas 2/3. Sedangkan faktor penghambat dalam pelaksanaan MPKP yaitu kurangnya tenaga keperawatan di Ruang Rawat inap 2/3 serta fasilitas yang kurang memadai.

Kesimpulan : MPKP Di Ruang Rawat Kelas 2/3 masih belum memenuhi 6 dimensi quality care (safety, patient, efficiency, efectieness, timeliness and equity). Berdasarkan hasil observasi safety pasien bagus (tidak dekubitus dan flebitis, monitor infusnya juga bagus pemasangan infus maksimal 3 hari serta pemasangan urin kateter maksimal 78 jam). Namun timely, kurang bagus karena respon perawat ke keluarga/pasien masih kurang akibatnya pasien yang datang ke Nurse Station untuk melepas infusnya. DAFTAR PUSTAKA Sitorus , R. (2006). Model Praktik Keperawatan Profesional di Rumah Sakit : Penataan Struktur & Proses (Sistem) Pemberian Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: EGC. Sitorus, & Panjaitan. (2011). Manajemen Keperawatan: Manajemen Keperawatan di Ruang Rawat. Jakarta: Sagung Seto.

Related Documents


More Documents from ""

Tkp001
April 2020 5
3d_muzeum
December 2019 10
Someone Cares Hungarian
December 2019 15
April 2020 6
Hosszukamion
December 2019 9