NOTULENSI kelompok 5
Muhammad Hafidz Rahman (F0117076) Putri Irfiani Mustarifah (F011789) Sinta dewi Laksmi (F0117108)
1. Luvi Khasanah o Pertanyaan Ada pertanyaan, mengetaskan kemiskinan tentang program subsidi. Sekarang kan subsidi sudah ga sebanyak dulu, dulu subsidi banyak diberikan ke masyarakat tapi malah membuat masyarakat malas. Menurut kalian seberapa efektif itu dan kalau ada cara lain bagiamna itu o Jawab Jika disesuaikan dengan yang ada dibuku, setidaknya ada 4 indikator kesuksesan yaitu tentnag ketepatan untuk mengatasi kemiskinan absolut, kemudian ada pemberian lebih berfokus pada peningkatan kemandirian, kemudian tidak menghendaki orang yang sudah produktif mendapatkan insentif atau subsidi. Sedangkan yang terkahir adanya ketidak sukaan dari orang yang sudah bekerja tidak suka dengan pemberian subsidi lantaran hasil tidak jauh berbeda dengan mereka. 2. Yofna Daniel Theodorus o Pertanyaan Di poin 5.5 pilihan kebijakan dalam ketimpangan pendapatan, ada program bantuan tenaga kerjaan apa itu mirip program kartu sakti pra kerja? o Jawaban Jadi apa yang ada di 5.5 dengan kartu pra kerja jokowi itu berbeda, dikarenakan kartu kerja jokowi memiliki penekanan yang berbeda. Menurut 5.5 dengan studi kasus Bangladesh itu bantuan tenaga kerjaan berbentuk pekerjaan yang diberikan pemerintah dalam proses swasembada dimereka yang dilakukan 100hari. Sedangkan dalam Indonesia itu hanya pada pemberian pelatiahan ketenaga kerjaan bukan pada pemberian pekerjaannya. 3. Fatihul Muhtasim o Pertanyaan “Pendapat tentang BLT, termaksud sukses atau ngga?” o Jawab “kalau dilihat dari jaman SBY tersebut belum dapat dikatakan berhasil dikarenakan masih banyak kesalahan sasaran dalam target pemberian dan lagi yang harus dilihat juga dalam takaran pemberiannya hanya sebatas bantuan untuk memenuhi kebutuhan hidup perwarga bukan bantuan untuk dia mengembangkan wirausaha” 4. Faiz Fiki Hilal o Pertanyaan “Masyarakt cenderung menabung di tingkat suku bunga tinggi. sementara sumber cnbc, Negara sperti swedia dan jepang memiliki suku bunga yang negative dengan guna
o
sebagai penekan tingkat konsumsi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Kenapa Indonesia tidak meniru ?” Jawab “kalau mengingat dari apa yang sudah pak lukman jelaskan, bahwa ga semua kebijakan luar dapat diterapkan seutuhnya di Indonesia. Harus ada penyesuaian dalam kebijakan tersebut agar berlangsung maksimal. Bila dilihat contohnya saja ketika Indonesia meniru adanya pembuatan OJK seperti di inggris walau di Negara itu sendiri sudah ditiadakan” Jawab “kuni Fiatus sholehah “mengingat sebagian besar pendapatan diindonesia itu terfokus pada sektor konsumsi itu sendiri sepertinya tidak cocok kalau melihat pemberian suku bunga negative, dikarenakan kita masih membutuhkan konsumsi yang tinggi”