Nama : Fiqih Arafah R.K (24)
LTM Agama Islam
Sunnah/Hadis A.Pengertian Sunnah/Hadis Menurut wasiat Nabi yang menjadi pedoman umatnya dari kehidupan beliau adalah Sunnah, tetapi juga dikenal dengan istilah hadis. Istilah hadis menurut para ahli hadis adalah sesuatu yang dinisbahkan kepada Nabi Muhammad saw, baik berupa perbuatan, perkataan, maupun persetujuan beliau. Kata sunnah menurut kamus bahasa Arab bermakna jalan, arah, peraturan, mode atau cara tentang tindakan atau sikap hidup. Jadi Sunnah bermakna keteladanan kehidupan Nabi (yang benar-benar dilakukannya). Sedang hadis mempunyai arti cerita, riwayat atau kabar yang dinisbahkan kepada Nabi. Sebuah hadis mungkin tidak mencakup Sunnah, atau boleh jadi hadis bisa merangkum lebih dari sebuah Sunnah. B. Sejarah Sunnah/Hadis Pada abad ke-1 Hijriyah, ketika para ahli hadis mengumpulkan dan menuliskan hadis-hadis Nabi, terdapat banyak sekali hadis. Untuk menguji validitas dan kebenaran suatu hadis, para muhadisin (pengumpul hadis) menyeleksi berbagai riwayat tentang hadis dengan memperhatikan jumlah dan kualitas jaringan periwayat hadis tersebut yang dikenal dengan sanad. C. Klasifikasi Sunnah/Hadis Ditinjau dari segi bentuknya, hadis diklasifikasikan kepada: 1) Fi’li (perbuatan Nabi) 2) Qauli (perkataan Nabi) 3) Taqriri (keizinan atau persetujuan Nabi) Ditinjau berdasarkan jumlah perawinya (dari segi jumlah orang yang menyampaikan hadis, Atau sanadnya), hadis dapat diklasifikasikan menjadi:
1) Mutawatir, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak yang menurut akal tidak mungkin mereka bersepakat dusta. 2) Masyhur, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh orang banyak, tetapi jumlahnya tidak sampai ke derajat mutawatir. 3) Ahad, yaitu hadis yang diriwayatkan oleh seorang atau lebih yang tidak sampai pada tingkat masyhur maupun mutawatir. Ditinjau dari kualitasnya, hadis dibagi menjadi: 1) Shahih, yaitu hadis yang sehat, yang diriwatkan oleh orang-orang yang baik dan kuat hafalannya, materinya baik dan persambungkan sanadnya dapat dipertanggungjawabkan. 2) Hasan, yaitu hadis yang memenuhi persyaratan menjadi hadis shahih kecuali dari segi hafalannya yang kurang baik. 3) Dhaif, yaitu lemah, baik karena terputus salah satu sanadnya atau karena salah seorang pembawanya kurang baik. 4) Maudhu’, yaitu hadis palsu, hadis yang dibikin oleh seseorang dan dikatakannya sebagai sabda atau perbuatan Nabi. D. Kedudukan dan Fungsi Sunnah/Hadis Dalam konteks sumber ajaran Islam, Sunnah/Hadis mempunyai kedudukan berikut: a) Sunnah adalah sumber ajaran agama Islam kedua setelah Al-Qur’an. Perintah untuk menjadikan Sunnah sebagai sumber ajaran Islam antara lain disebutkan dalam Q.S 8 ( Al-Anfal) : 20:
Artinya: “Hai orang-orang yang beriman, taatlah kepada Allah dan Rasul-Nya, dan janganlah kamu berpaling dari pada-Nya, sedang kamu mendengar (perintah-perintah-Nya)” (QS.8:20)
b) Kepatuhan kepada Sunnah Rasullulah berarti patuh dan cinta kepada Allah. Di dalam QS. 4 (An-Nisa’) : 80 Allah berfirman:
Artinya: “Barangsiapa yang mentaati Rasul itu, sesungguhnya ia telah mentaati Allah. Dan barangsiapa yang berpaling (dari ketaatan itu), maka Kami tidak mengutusmu untuk menjadi pemelihara bagi mereka.” (QS.4:80) c) Sebagai petunjuk tata cara pelaksanaan ketentuan Allah dalam Al-Qur’an yang tidak dijelaskan oleh Al-Qur’an seperti tata pelaksanaan shalat, puasa, zakat dan haji.
Kitab-kitab hadis banyak sekali, dan diantara kitab-kitab tersebut ada 7 kitab hadis yang dianggap para ulama sebagai kitab hadis yang utama sehingga disebut Kutub Sab’ah, yaitu: a) Shahih Bukhari b) Shahih Muslim c) Sunan Abu Daud d) Sunan Nasai e) Sunan Tirmidzi f) Sunan Ibnu Majah g) Musnad Imam Ahmad