Moralitas Euthanasia

  • Uploaded by: Christopher Allen Woodrich
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Moralitas Euthanasia as PDF for free.

More details

  • Words: 2,202
  • Pages: 7
PEMBAHASAN Pembahasan masalah euthanasia dibagai lima, dengan bagian satu sebagai Pengantar, kemudian Pengertian dan Definisi Euthanasia, Studi Kasus, Analisis, Penangkapan, dan Kesimpulan dan Saran. A. Pengantar Secara etimologis, kata ‘euthanasia’ berasal dari kata Yunani kuno ‘eu,’ atau baik, dan ‘thanatos,’ atau mati. Maka, bisa disebut bahwa euthanasia ialah meninggal secara baik. Pada umumnya euthanasia berarti semua jenis pembunuhan, baik pembunuhan orang lain maupun pembunuhdirian, yang tidak menyebabkan rasa sakit; akibatnya, hukum mati dan suisid dengan overdosis obat bisa dianggap euthanasia. Namun, yang menjadi kontroversial belum lama ini ialah voluntary euthanasia (euthanasia yang bersifat sukarela) dan physician-assisted euthanasia (euthanasia yang dilakukan oleh dokter (Kontribusiwan, Euthanasia)). Demi kesingkatan, selanjutnya istilah euthanasia akan dipakai untuk membahas kedua jenis euthanasia di atas. Jenis euthanasia lain, misalnya hukum mati, tidak akan dibahas di sini. Untuk voluntary euthanasia, yang dilakukan oleh pasien sendiri, suisid dilaksanakan dengan mesin khusus apabila pasien masih kuat melakukannya. Apabila pasien terlalu lemah untuk menggunakan mesinnya, pasien diberi alat suntik yang diisi dengan bahan kimia yang mematikan; jenis euthanasia ini juga dianggap assisted suicide. Ini sampai sekarang sangat kontroversial (Kontribusiwan, Euthanasia). Sedangkan, euthanasia yang dilakukan oleh orang lain (non-voluntary) bisa dilakukan dengan atau tanpa izin dari orang yang dieuthanasiakan. Namun, dalam kasus-kasus tertentu, misalnya ketika pasien mengalami koma, izin tidak bisa didapatkan, dan izin didapat dari pihak lain, misalnya pasangan, orang-tua, atau anggota keluarga lain pasien. Oleh sebab ada kemungkinan banyak pihak menganggap diri sebagai wakilnya pasien, bisa terjadi konflik di antara para pihak (Kontribusiwan, Euthanasia). Kini euthanasia diperbolehkan di berbagai negara, di antara lain Belgia, Luksemburg, Belanda, Swiss, dan Thailand. Euthanasia juga diperbolehkan di dua bagian negara Amerika Serikat, yaitu Oregon dan Washington, dan juga di satu kota di Spanyol. Namun, euthanasia di tempat-tempat tersebut hanya diperbolehkan dalam kasus-kasus tertentu dan harus menggunakan proses tertentu. Di Belanda misalnya, euthanasia melalui suntikan adalah cara yang paling umum dan diterima. Pertama-tama peminta euthanasia dikomatoskan dengan injeksi 20 mg/kg Nesdonal (sodium thiopental) dengan cair sebanyak 10 ml. Kemudian, tiga dosis perelaksasi otot dimasukkan ke tubuh melalui pembuluh darah. Ini menyebabkan orang yang dieuthanasiakan meninggal (Kontribusiwan, Euthanasia). Namun, di negara-negara itu pun ada yang menganggap euthanasia imoral dan mencoba menghilangkannya. Akibatnya, kini euthanasia menjadi kontroversi yang sangat memisahkan rakyat. Pada umumnya ada dua kelompok: pro-euthanasia dan anti-euthanasia. Tugas ini ada tujuan untuk menganalisis euthanasia dengan cara menggunakan studi kasus sebagai contoh 1

euthanasia. Dari studi kasus itu, kesimpulan bisa ditarik tentang kemoralan euthanasia (Kontribusiwan, Euthanasia). B. Pengertian dan Definisi Sebelum kemoralan euthanasia bisa dianalisis, harus diketahui apa yang dimaksud dengan moral, nilai kehidupan, kapan hidup dianggap sudah berakhir dan euthanasia. Moralitas adalah sistem kepercayaan tentang bagaimana hidup yang baik dijalani, sebagai keseluruhan; dalam kata lain, etika. Moralitas bermaksud untuk menentukan jalan yang paling benar supaya kehidupan tertip; apabila sebuah peristiwa sesuai dengan moralitas, itu dianggap moral, tapi kalau tidak, itu dianggap imoral. Supaya dianggap moral, sebuah perilaku harus dilakukan dengan maksud yang baik, dan juga adil dan menguntungkan bagi semua pihak, dan pelakunya harus siap bertanggung jawab atas perilakunya sendiri. Kini, di sebagian besar negara sedunia kehidupan setiap manusia dianggap sangat bermakna dan bernilai. Ini berdasarkan dua aspek kehidupan moderne, yaitu agama dan hak asasi manusia. Menurut agama, misalnya agama Nasrani, manusia adalah ciptaan Tuhan yang mencerminkan Dia; demikian, seorang manusia lebih bermakna daripada hewan dan tidak bisa dibunuh sewenang-wenangnya. Sedangkan, dari segi sekular ada Hak Asasi Manusia yang menjadi perlindungan hidup manusia dan pengakuan pemerintah-pemerintah bahwa setiap nyawa bermakna dan harus dilindungi sebisa mungkin (Kontribusiwan, Human Rights). Akibatnya, menurut masyarakat hampir di seluruh dunia, kehidupan perlu dipertahankan asal itu tidak terlalu merugikan orangnya sendiri; oleh sebab itu, pembunuhan, suisid, dan sebagainya dikecam. Sebelum teknologi medis maju hingga tingkat sekarang, orang dianggap sudah meninggal kalau tidak bernafas dan jantungnya tidak berdetak. Namun, sekarang teknologi medis bisa menjaga kehidupan siapapun secara artifisiel. Jantung bisa didetakkan, paru-paru bisa diberi oksigen, dan gizi bisa diberi melalui infus. Akibatnya, kapan orang sudah meninggal menjadi topik debat yang hangat. Akan tetapi, pada umumnya hidup sudah dianggap berakhir apabila tidak ada signal-signal dalam otak. Euthanasia sudah dijelaskan secara singkat di atas. Namun, perlu diketahui lebih dalam apakah euthanasia itu. Demikian, harus diketahui bahwa ada tiga jenis pelaksanaan euthanasia, yaitu euthanasia pasif, euthanasia non-aktif, dan euthanasia aktif; istilah lain untuk euthanasia pasif ialah euthanasia tidak langsung, sedangkan euthanasia non-aktif dan aktif bisa dianggap euthanasia langsung. Euthanasia pasif diartikan sebagai euthanasia yang dilakukan dengan cara menghentikan pemberian obat atau pemberian obat yang terbukti mempunyai kemungkinan untuk membunuh, tetapi juga diperlukan untuk membantu pasien menjadi sembuh. Euthanasia non-aktif ialah euthanasia yang dilakukan dengan cara mematikan mesin life support, yang sudah tentu akan menyebabkan kematian pasien. Cara terakhir ialah euthanasia aktif, yang dilakukan dengan cara menggunakan bahan kimia atau kekerasan yang sudah tentu akan membunuh, tetapi membunuh secara yang tidak merasa sakit (Kontribusiwan, Euthanasia). 2

Jenis-jenis euthanasia di atas merupakan pertengahan di antara membunuh dan membiarkan orang meninggal secara alamiah, tetapi keduanya dilakukan secara yang meminimalkan rasa sakit penderita. Euthanasia tidak langsung merupakan jenis euthanasia yang paling mengarah kematian alamiah karena masih ada kesempatan untuk orangnya mempertahan diri. Namun, euthanasia langsung (khususnya euthanasia aktif) mengarah pembunuhan karena ada aksi tertentu yang menyebabkan kematian seseorang. Akibatnya, walaupun euthanasia pasif sering dilakukan di rumah sakit dan tidak kontroversial, euthanasia langsung sampai sekarang sangat kontroversial (Kontribusiwan, Euthanasia). C. Ringkasan Kasus Tom ialah seorang pemuda yang berusia 17 tahun. Di kota tinggalnya, dia terkenal sebagai pemuda yang sangat aktif dan senang bermain basket, hingga dia bermain basket untuk SMA-nya. Namun, di perjalanan pulang dari suatu kompetisi, bis yang mengantar Tom dan kawan-kawan tim basket kecelakaan dan sebanyak 13 orang tewas. Tom tidak meninggal, tetapi masih dilempar sejauh 50 metre dari bis, dan, ketika diketemui oleh ambulans, sudah tidak sadar lagi. Ketika dia sampai ke rumah sakit, orang tuanya sudah menunggu. Tom diantar ke UGD dan diperiksa oleh dokter. Dia tidak sadar, dan akhirnya dokter mengakui bahwa dia sedang mengalami koma karena otaknya terluka. Selama 5 tahun Tom tidak keluar dari kamar rumah sakitnya, dan tidak pernah menjadi sadar lagi. Orang-tuanya menjadi semakin depresi karena Tom tidak bisa pulang lagi, dan mulai putus asa. Akhirnya, ayah Tom ingin Tom dieuthanasiakan oleh dokter, tetapi ibunya tidak setuju. Mereka bertengkar, dan hubungan mereka menjadi semakin lemah. Lama-lama ibu Tom tidak berbicara lagi dengan suaminya. Demikian, bapak Tom ambil keputusan sendiri bahwa kehidupan Tom harus diakhiri, demi ketenangan semua. Bapak itu memikir Tom, apabila akhirnya tidak mengalami koma lagi, tidak akan bisa tahan karena dia kehilangan lima tahun. Akhirnya, mesin life support dimatikan oleh dokter, dan Tom menjadi korban tewas terakhir dari kecelakaan tersebut. D. Analisis Kasus Hampir di seluruh dunia, kini pembunuhan orang lain termasuk kejahatan. Itulah juga pandangan yang kadang digunakan oleh pemerintah-pemerintah untuk mengatur euthanasia aktif hingga belum lama ini. Sedangkan, euthanasia voluntary dipandang menurut hukum-hukum tentang suisid (Otlowski, 175 – 177). Namun, berbagai pihak mengargumentasikan bahwa setiap penderita penyakit terminal mempunyai kebebasan untuk memilih kematian, baik penderita yang bunuh diri maupun dibantu oleh orang lain. Akibatnya, di berbagai negara liberal euthanasia sudah diperbolehkan dalam kasus-kasus tertentu, misalnya ketika seseorang sudah dianggap tidak ada harapan lagi atau ketika sudah lama komatos (Kontribusiwan, Euthanasia). Alasan mengapa ada gerakan tersebut cukup simpel: apabila penderita tidak dibunuh secara sah melalui euthanasia, mereka masih akan meninggal; kematian wajar mereka tidak akan 3

cepat atau tanpa rasa sakit, tetapi terjadi dalam masa yang lama dan merasa seperti penyiksaan. Akibatnya, euthanasia disebut perilaku manusiawi oleh gerakan tersebut karena rasa sakit dihindari. Menurut kelompok ini, apabila seorang penderita penyakit terminal disuruh menahan kehidupannya sendiri itu melarang hak asasi manusianya untuk bebas berpendapat dan hidup bebas dari penyiksaan (Kontribusiwan, Euthanasia). Sedangkan, juga ada pihak-pihak yang sangat tegas bahwa euthanasia tetap imoral karena itu masih pembunuhan. Pihak-pihak ini mengargumentasikan bahwa selalu ada kemungkinan bahwa penderita bisa diselamatkan dengan teknologi baru, maka seharusnya mereka tidak diperbolehkan putus asa. Keputusan untuk bunuh diri disebut dampak dari depresi yang terjadi karena penderita putus asa, Tanpa pemberian harapan ini, bisa terjadi depresi dan dampak negatif lain. Menurut kelompok ini, apabila euthanasia diperbolehkan itu menyiasiakan kehidupan seseorang yang, apabila mereka tidak sakit terminal, tidak mungkin mengambil keputusan itu (Kontribusiwan, Euthanasia). Dalam lingkungan dengan sesama juga ada pengaruh. Kedua kelompok setuju bahwa keluarga tetap berduka, baik apabila penderita dieuthanasiakan maupun bila hidupnya ditahankan. Namun, juga ada perbedaan dalam pendapat kedua kelompok. Menurut kelompok yang pro-euthanasia, keluarga dan kawan-kawan paling berduka apabila mereka melihat orang yang mereka sayang merasa sakit terus-menerus. Sedangkan, kelompok anti-euthanasia berpendapat bahwa keluarga dan kawan-kawan orang yang ambil keputusan untuk dieuthanasiakan paling berduka apabila orang tersebut dieuthanasiakan tanpa mendiskusikan keputusan itu dengan mereka (Kontribusiwan, Euthanasia). Pendapat tentang pragmatisnya euthanasia juga ada dua. Pendapat kelompok proeuthanasia ialah bahwa euthanasia lebih hemat untuk rumah sakit di mana penderita penyakit terminal ditempatkan. Oleh sebab banyak penderita penyakit terminal harus diselamatkan dengan penggunaan mesin khusus yang menghabisi listrik, apabila mereka diperbolehkan bunuh diri dengan bantuan orang lain pengeluaran rumah sakit akan lebih sedikit. Juga dinyatakan bahwa tempat yang sebelumnya diduduki oleh penderita penyakit terminal bisa diisi oleh orang lain yang mungkin diselamatkan, dan demikian bermanfaat untuk mempermudah keselamatan mereka (Kontribusiwan, Euthanasia). Namun, juga ada keraguan tentang euthanasia dari segi pragmatis. Oleh sebab yang dieuthanasiakan sudah meninggal dan tidak bisa menjadi saksi, ada ketakutan bahwa pembunuhan-pembunuhan yang sebenarnya bukan euthanasia akan disebut euthanasia oleh pembunuh supaya pembunuh bisa bebas dari hukuman. Akibatnya, tidak ada ketertipan dalam wilayah masyarakat tanpa pengaturan pelaksanaan euthanasia. Negara-negara yang sudah mengizinkan euthanasia menentukan proses yang tepat supaya tidak ada pemanfaatan izin tersebut. Juga harus dimengerti bagaimana euthanasia mempengaruhi kehidupan keluarga dan teman penderita. Menurut kelompok pro-euthanasia, sekeluarga penderita penyakit terminal merasa sakit hati ketika melihat penderita dalam keadaan yang tidak sehat, dan sulit percaya 4

bahwa penderita tidak bisa menjadi seperti dahulu. Euthanasia, maka, menjadi pelepasan perasaan mereka dan membantu mereka menenangkan diri. Akibatnya, mereka bisa menjalani hidup mereka seperti biasa (Kontribusiwan, Euthanasia). Sedangkan, kelompok anti-euthanasia menganggap kehancurmusnahan harapan keluarga dan teman penderita lebih buruk daripada rasa sakit hati yang mereka mengalami ketika merawat sang penderita. Menurut kelompok ini, orang-orang yang menyayangi penderita masih menjaga harapan yang membantu mereka menjaga ketenangan, dan apabila harapan ini dihapus, mereka tidak bersemangat hidup lagi (Kontribusiwan, Euthanasia). Dalam kasus ini, Tom mengalami kehilangan teman-teman dan waktu yang sangat panjang karena dia komatos selama lima tahun. Andai dia tidak dieuthanasiakan, pasti dia merasa tertinggal tempo. Keberadaannya di rumah sakit terus juga menjadi keberatan finansial untuk keluarganya dan menutupi kamar yang mungkin bisa digunakan untuk orang yang bisa diselamatkan dengan teknologi yang sudah ada; juga ada keberatan emosional dalam lingkungan keluarga karena situasi itu. Namun, Tom sendiri bukanlah yang ambil keputusan untuk mengadakan euthanasia; itu diambil oleh ayahnya. Oleh sebab Tom belum tentu setuju dengan pendapat ayahnya, ada kemungkinan Tom lebih memilih hidup komatos. Oleh sebab keputusan untuk euthanasia diambil secara sepihak, kemungkinan sangat besar bahwa keluarga Tom akan semakin diperberat dan mungkin orang-tuanya akan cerai. Ini pun bisa dihindari dengan kesabaran; masih ada kemungkinan bahwa Tom bisa diselamatkan dengan teknologi baru, apabila dia tidak dieuthanasiakan. E. Penangkapan Dari studi kasus di atas bisa kelihatan bagaimana euthanasia diperlukan dan moral dalam kasus-kasus tertentu, walaupun dalam kasus lain mungkin imoral. Ada banyak faktor yang harus dilihat sebelum kemoralan euthanasia bisa dinilai. Dalam kasus ini, penderitaan Tom sangat besar dan tidak ada fungsi otak, sepertinya dia tidak bisa diselamatkan, dan keluarganya menjadi terpisah. Walaupun secara moral kehidupannya harus dijaga, secara medis Tom bisa dianggap sudah meninggal; oleh karena keempat hal itu, sebenarnya konsekuensi buruk dari euthanasianya lebih sedikit daripada hasilnya, dan memang menjadi pilihan yang moral. Andai Tom tidak dieuthanasiakan, ada kemungkinan besar orang-tuanya akan cerai. Tom tetap di kamar rumah sakitnya terus, menghabisi uang orang-tuanya dan jasa rumah sakit untuk menjaga kehidupannya. Oleh karena Tom tidak pergi ke mana-mana, tempatnya tidak bisa digunakan untuk orang lain yang memerlu perawatan, dan demikian antri rumah sakit menjadi panjang. Ini bisa lanjut selama masih ada keinginan untuk menjaga kehidupannya sampai saat Tom meninggal. Akibat dari keadaan-keadaan seperti itu sangat merugikan bagi masyarakat, dan berdampak negatif dalam kehidupan orang lain. Namun, euthanasianya imoral andai Tom masih ada kemungkinan untuk diselamatkan ataupun sudah diselamatkan. Dalam kasus itu, karena saga Tom sudah selesai dan Tom bisa 5

kembali menjalani hidupnya, seharusnya kehidupannya dijaga supaya dia bisa sembuh. Andai dia dieuthanasiakan secara non-voluntary dalam keadaan seperti itu, itu sangat mendekati pembunuhan. Sama seperti orang tidak dihukum mati kalau berjudi, keputusan untuk mengeuthanasiakan orang yang sehat dan sembuh tidak boleh diambil kecuali dengan izinnya. Maka, ditangkap bahwa memang dalam kasus yang memerlukannya, euthanasia adalah perilaku yang moral karena itu meminimalkan penderitaan penderita dan kerugian orang lain. Namun, kalau disalahgunakan euthanasia tidak jauh berbeda dari pembunuhan, khususnya euthanasia aktif. Oleh sebab itu, keperluan untuk euthanasia harus dibuktikan sebelum euthanasia dilakukan. F. Kesimpulan Euthanasia diartikan sebagai kematian yang baik, atau meninggal secara tidak menyakitkan. Walau euthanasia pada umumnya merupakan hal yang diterima oleh masyarakat, dua jenis euthanasia, yaitu voluntary euthanasia dan physician-assisted euthanasia, hingga kini menjadi topik yang sangat kontroversial karena moralitasnya dipertanyakan. Secara umum ada dua kelompok, yaitu yang pro-euthanasia dan yang anti-euthanasia. Kedua kelompok mempunyai informasi pendukung yang cukup kuat untuk mendorong pendapat mereka; akibatnya, euthanasia perlu didiskusikan lebih lanjut supaya ada persetujuan tentang moralitasnya.

6

DAFTAR PUSTAKA Kontribusiwan Wikipedia. 2009. ”Euthanasia.” http://en.wikipedia.org/wiki/Euthanasia. Download Maret 2009. Kontribusiwan Wikipedia. 2009. “Human rights.” http://en.wikipedia.org/wiki/Human_rights. Download Maret 2009. Otlowski, Margaret. 1997. Voluntary Euthanasia and the Common Law, Oxford: Oxford University Press

7

Related Documents

Moralitas Euthanasia
June 2020 2
Euthanasia
April 2020 25
Euthanasia
November 2019 29
Euthanasia
June 2020 20
Euthanasia
June 2020 15
Euthanasia
May 2020 19

More Documents from "Dedy Adrr"