Modul Praktikum Seismik.pdf

  • Uploaded by: Yvada Siissy
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Praktikum Seismik.pdf as PDF for free.

More details

  • Words: 5,251
  • Pages: 45
MODUL PRAKTIKUM PENGOLAHAN DATA SEISMIK

Disusun oleh : TIM ASISTEN SEISMIK EKSPLORASI

JURUSAN TEKNIK GEOFISIKA FAKULTAS TEKNIK UNIVERSITAS LAMPUNG 2016

MODUL 1 SEG-D Input dan Reformating 1. Tujuan Percobaan ini bertujuan agar mahasiswa dapat meloading data atau memasukkan data dari format SEG-D kedalam disk dengan format internal Promax. 2. Teori 2.1. Fied Tape Data yang terekam dari lapangan yang disimpan dalam pita magnetic dengan format tertentu. Perekaman data dilakukan dalam bentuk diskrit dan diresample dengan interval tertentu. Pita magnetic yang memuat data lapangan disebut dengan field tape. 2.2. Observer Report Laporan yang dibuat pada saat akuisisi data lapangan sebagai bahan acuan untuk pengolahan data selanjutnya. Parameter-parameternya antara lain: a. Daerah penelitian b. Lintasan penembakan c. Posisi shoot point d. Geometri penembakan yang digunakan e. Kompensasi nomor trace yang mati f. Offset, jarak penembakan dan group interval yang digunakan 2.3. Multiplex Format data pada field tape yang tersusun berdasarkan urutan waktu perekaman dari gabungan beberapa geophone. 2.4. Demultiplex Format data pada field tape yang disusun berdasarkan urutan trace, dimana data disusun berdasarkan nomor sample untuk tiap tracenya. Pada pemrosesan data, format data haruslah berformat demultiplex, sehingga data lapangan yang berformat multiplex harus diubah menjadi demultiplex, proses ini disebut demultiplexing. 3. Prosedur Pada Flow ini dilakukan pembacaan raw data seismik, Pembacaan tersebut dapat dilakukan dari tape maupun disk sesuai dengan media penyimpanan file tersebut. Umumnya file memiliki format SEG-Y adapun format lain seperti SEG-D harus dilakukan proses demultiplex terlebih dahulu. ProMAX

1

menyediakan beberapa processes input untuk raw data dengan format yang berbeda. Urutan subflow pada flow INPUT DATA adalah sebagai berikut: o SEG-Y Input o Disk Data Output 1) Pada SEG-Y Input terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan yaitu: - Type of storage to use pilih Disk apabila data tersimpan di dalam hardisk - Enter DISK file path name tuliskan path sesuai dengan tempat tersimpannya data. Ex : /home/promax/Desktop/XXX-09.segy - Max trace per ensamble isikan dengan maksimal trace

- Tahapan kedua dapat dipermudah dengan memilih browse 2) Pada Disk Data Output parameter yang perlu diperhatikan adalah

-

Output Dataset Filename, pilih invalid (= masuk dataset) buat dataset dengan nama Raw-

2

Data, enter > pilih data yang baru dibuat dengan perintah select. - Klik EXECUTE Data hasil output akan tersimpan kedalam DATASET, sehingga data dapat digunakan pada FLOW selanjutnya. Untuk melihat tampilan data kita bias menggunakan flow Display Gather berikut. DISPLAY GATHER Flow ini digunakan untuk melihat tampilan data seismik dalam bentuk gather. Urutan subflow pada flow INPUT DATA adalah sebagai berikut: o Disk Data Input o Trace Display 1) Pada Disk Data Input terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan - Read Data From other Line/survey Digunakan untuk memilih data yang pada LINE atau AREA yang berbeda – - Select Data Digunakan untuk memilih data yang tersimpan dalam DATASET, Ex : Pilih “Raw-Data” pada Select Data - Trace Read Option pilih Get All Digunakan untuk memilih semua header yang tersedia dalam DATASET untuk ditampilkan damam Display

-

Terdapat pilihan lain yaitu Sort Digunakan untuk memilih header data yang akan ditampilkan dalam Display

3

-

Interactive Data Access Pilih Yes agar pada display gather bisa dilakukan perintah next previous - Select Primary Trace Header Adalah header utama yang dipilih sebagai sort - Sort order list for dataset Adalah order yang digunakan untuk membatasi hasil sort Ex : “ */ ” , tanda “ * ” digunakan untuk memasukan semua header yang dipilih pada Select Primary Trace Header, untuk men-sort data maka dapat digunakan batasan angka missal : 1-10 dan diakhiri dengan /. Apabila Secondary Trace gunakan tanda “ : “ untuk memisahkan antara Primary dan secondary 2) Pada Trace Display beberapa parameter yang perlu diperhatikan adalah.

4

-

-

-

-

-

-

Specify display START time dan Specify display END time Digunakan untuk menentukan batas awal dan akhir waktu yang ingin ditampilkan dalam display gather. Number of ENSEMBLES Digunakan untuk menambahkan jumlah ensamble dalam satu display Trace Display MODE Digunakan untuk memilih Mode tampilan apakah Grayscale, Trace atau Color Primary trace Adalah tampilan header primary pada display dan berhubungan dengan sort pada data input Secondary trace Adalah tampilan header Secondary pada display dan berhubungan dengan sort pada data input Setelah selesai mengatur parameter jalankan flow dengan, klik Execute.

5

4. Tugas 1) Buatlah trace display dengan header CHAN (Hasil di Printscreen) 2) Buatlah trace display dengan header SIN (Hasil di Printscreen) 3) Buatlah trace display dengan header FFID (Hasil di Printscreen) 4) Jelaskan perbedaan jenis data seismic SEG-D, SEG-Y, SEG-A, SEG-C 5) Jelaskan jenis jenis data seismic marine dengan bahasamu sendiri!

6

MODUL 2 Geometri 1. Tujuan Dala praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengerti dan dapat mengaplikasikan field geometri, trace labeling, dan juga CDP. 2. Teori 2.1. Field geometri Pendefinisian geometri penembakan dengan acuan observer report yang ada. Hasil output dari field geometry berupa stacking chart yang sesuai dengan geometri penembakan yang dilakukan pada akuisisi data. 2.2. Trace Labeling Proses pendefinisian identitas setiap trace-trace yang berhubungan dengan shot point, posisi di permukaan, offset dan nomor CMP (Common Mid Point) pada hasil demultiplexing. 2.3. Pengenalan CDP (Common Deep Point) CDP (Common Deep Point) adalah istilah dalam pengambilan data seismik untuk konfigurasi sumber-penerima dimana terdapat satu titik tetap dibawah permukaan bumi. Untuk kasus reflektor horisontal (tidak miring) CDP kadang-dagang dikenal juga dengan CMP (Common Mid Point).

7

3. Prosedur Pada flow ini akan dilakukan pencocokan geometri dari data yang telah dimasukan sebelumnya (Raw-Data) dengan data penembakan dilapangan, agar data yang kita olah sesuai dengan geometri pada saat pengambilan data dilapangan. Informasi mengenai geometri akan menjadi suatu identitas (header) dari trace seismik dalam ProMAX, dan akan menjadi suatu tahapan yang sangat vital untuk untuk proses selanjutnya. Flow Geometri akan dibagi menjadi dua 8

tahap pengerjaan. Urutan subflow pada flow GEOMETRY adalah sebagai berikut: o 2D Marine Geometry Spreadsheet o > – Add Flow Comment -- < o Disk Data Input o Inline Geom Header Load o Disk Data Output Aktifkan hanya prosess pada tahapan pertama 1) 2D Marine Geometry Spreadsheet, Klik EXECUTE Pada process ini perlu diperhatikan parameter sebagai berikut

-

Pilih Setup Isikan Geometry Setup dengan data yang sesuai dengan Observe Report. Observe Report adalah data konfigurasi dilapangan mengenai jarak interval, jumlah channel dan sebagaimya.

 Setup Dalam mengisi Geometry Setup terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan diantaranya - Assign midpoints by Pada parameter ini menyediakan pilihan metode binning yang akan digunakan, masukan yang diberikan dalam parameter ini mempengaruhi pilihan-pilihan yang disediakan oleh menu yang lainnya. Ex: - pilih > Matching pattern number using first live chan and station Pilihan ini digunakan karena kita akan mencocokan pola menggunakan first live chan dan station - Nominal receiver station interval Adalah jarak antar interval receiver (jarak antar channel) lihat Observe report - Nominal source station interval Adalah jarak antar interval source (jarak antar shot point) lihat Observe report - Nominal sail line azimuth Parameter ini membutuhkan input nominal azimuth yang diukur sepanjang arah lintasan ke arah bertambahnya nomor receiver station atau source station, searah jarum jam dari arah utara dalam

9

-

-



satuan derajat (0). Biasanya terdapat dalam info Observe report Nominal Source Depth Parameter ini membutuhkan info kedalaman source, dihitung dari permukaan air laut. Biasanya terdapat dalam info Observe report Nominal Receiver Depth Parameter ini membutuhkan info kedalaman receiver, dihitung dari permukaan air laut. Biasanya terdapat dalam info Observe report

Auto 2D Adalah table yang digunakan untuk memasukan design penembakan secara 2D berikut adalah beberapa hal yang harus diisi

-

Near Channel Nomor Channel terdekat dengan shot Far Channel Nomor Channel terjauh dengan shot Chan Increament Penambahan Channel Minimum Offset Jarak shot dengan channel terdekat Perpendicular Offset Jarak tegak lurus dari source terhadap lintasan streamer Group Interval Jarak antar hydrophone di dalam streamer Number of Shot

10

-



Jumlah shot dari survey First Shot Station Nomor Station pertama pada saat perekaman Shot Station Number Increament Penambahan nomor station Sail Line Azimuth Arah dari kemiringan streamer Shot Interval Interval Setiap Shot X coordinate of First Shot Nilai Koordinat X Y coordinate of First Shot Nilai Koordinat Y

Source

Tabel Source adalah informasi penembakan yang dicatat dilapangan. Dalam mengisi Source terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan diantaranya - Mark Blok Mark blok adalah column untuk mengedit data-data parameter yang

11

salah atau mengisi parameter secara manual. Ex : mengisi parameter station secara manual,  pilih baris Mark Blok dengan MB1 / memilih banyak Mark Blok shif2 + MB1 (arah ke bawah) / memilih banyak Mark Blok shift + MB2 (arah ke atas) / memilih semua Mark Blok MB3,  klik MB3 pada baris Mark Blok, > klik MB2 pada parameter FFID MB2

MB3

-

-

-

 setelah muncul fill a marked column, isikan starting value dengan nilai awal yaitu 200 dan increment 1 sesuai dengan table station, klik OK. Source Adalah nomor penembakan yang dicatat dilapangan Station Station adalah parameter nomor station pada pengukuran lapangan X X adalah parameter koordinat x pada pengukuran lapangan Y Y adalah parameter koordinat y pada pengukuran lapangan FFID Adalah nilai Field File ID yang ada dilapangan, nilai ini dapat dilihat pada data gather dengan memilih header FFID Src Pattern Adalah ragam pola penembakan yang digunakan, apnila hanya (1) maka masukan (1) Shot Fold * Tabel ini diisi dengan pendefinisian jumlah fold yang terhitung dari setiap penembakan. Umumnya shot fold sama dengan jumlah channel yang hidup pada setiap penembakan. Tanda ”*”

12

menyatakan bahwa parameter ini akan terisi secara otomatis setelah dilakukan binning pada seluruh informasi geometri, dengan demikian untuk sementara tabel shot fold dapat dibiarkan kosong terlebih dahulu



Pattern Pattern adalah pola geometri penembakan di lapangan. Dalam mengisi Pattern terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan diantaranya

13

-

-

-

-

-

-

-

Pattern Adalah pola penembakan yang berasosiasi dengan Source dan Receiver, isikan dengan angka 1 sesuai dengan yang ada pada source Min Chan Adalah nilai channel terkecil yang dipakai pada saat survey penembakan Max Chan Adalah nilai channel terbesar yang dipakai pada saat survey penembakan Chan Inc Adalah nomor penambahan channel antara Min chan dan Max chan Rcvr Min Chan Table ini diisikan dengan nomor receiver station terkecil dalam suatu pola (pattern) geometri penembakan Rcvr Max Chan Table ini diisikan dengan nomor receiver station terbesar dalam suatu pola (pattern) geometri penembakan Rcvr Inc Adalah angka penambahan antara Rcvr Min Chan dan Rcvr Max Chan. Error Error adalah table yang digunakan sebagai koreksi apakah data yang berada dalam Receiver dan Source sesuai dengan pola pada Pattern jika tidak maka error akan terisi ******. Jika hal ini terjadi cek kembali pola Pattern yang dimasukan hingga error tidak muncul lagi.

14



Binning

Binning adalah menu untuk menghitung data-data yang berasal dari source, receiver dan pattern sehingga menghasilkan parameter lain seperti Shot Fold, CDP dan lainnya yang berada pada menu Trace QC. Dalam menjalankan Binning terdapat tiga langkah yang harus dijalankan - Assign midpoint by : Matching pattern number using first live chan and station Parameter ini harus dijalankan terlebih dahulu untuk mencocokan nomor pola menggunakan first live chan dan station. Pilih Assign Midpoint By > Klik OK 1

-

Bin Parameter ini digunakan untuk mengkalkulasi data-data yang telah masuk pada Source, dan Offset. Pertama Pilih Bin > pilih metode Midpoint, default OFB parameter. klik Ok

15

2

6.25

-

Bin Parameter ini digunakan untuk mengkalkulasi data-data yang telah masuk pada Receiver, dan Offset. Pertama Pilih Bin > pilih metode Receiver. klik Ok

3

-

Finalize Database Parameter ini dijalankan untuk mengakhiri proses Binning geometry. Dan beberapa parameter geometri akan secara otomatis dimasukan kedalam DATABASE. Pilih Finalize Database > klik Ok

16

4



Trace QC Trace QC adalah menu untuk melihat hasil geometri yang telah di masukan sampai dengan binning. Apakah telah sesuai dengan yang ada pada penembakan dilapangan. User dapat melihatnya dalam bentuk grafik sebagai berikut,

-

Pilih View > pilih View All > pilih XY Graph Untuk melihat QC klik MB1 pada parameter CDP dan MB2 pada parameter Offset

17

MB2

-

MB1

Maka akan muncul QC dengan pola sebagai berikut

Aktifkan hanya proses pada tahapan kedua 2) Disk Data Input, - pada Select dataset pilih data dalam DATASET “Raw-Data”

18

3) Inline Geom Header Load Proses ini digunakan untuk me-load data geometri kedalam data seismik

4) Disk Data Output, - Output Dataset Filename Simpan data output kedalam DATASET dengan nama “02 Geometri”

- Klik, Execute Setelah melakukan Inlie Geome Header Load maka data geometri lapangan telah dimasukan kedalam data seismic. Sehingga data seismic “Geometri” telah memiliki header yang lengkap dan siap digunakan untuk proses selanjutnya. 4. Tugas 1) Jelaskan perbedaan geometry marine dan geometry land

19

MODUL 3 EDITING 1. Tujuan Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti mengenai proses editing, killing, dan muting. 2. Teori 2.1. Proses Editing Proses Editing Trace ini merupakan quality control yang diperlukan,dimana pada proses edit ini trace-trace jelek atau mati dihilangkan, disini juga melakukan muting atau pemotongan data jelek yang terletak diatas first break. Pada flow ini akan dilakukan seleksi terhadap trace data seismik dengan kualitas yang buruk atau rusak yang terjadi pada saat akuisisi data sehingga tidak dipergunakan dalam proses selanjutnya. Seleksi dapat dilakukan dengan dua cara yaitu Killing dan Muting. 2.2. Killing Adalah proses menghilangkan satu trace karena trace tersebut buruk atau rusak. 2.3. Muting Adalah proses memotong data seismic pada batas atas(top), tengah(surgical) ataupun bawah(bottom) agar data yang buruk tidak terbawa sehingga data seismic lebih bersih dan rapih. Ada 3 jenis muting pada pemrosesan data seismic: a. External Muting Yaitu pemotongan data yang tidak diperlukan di atas fungsi yang didefinisikan dari time 0 sampai time far offset. b. Internal muting Yaitu pemotongan data yang tidak diperlukan dibawah fungsi yang didefinisikan dari time 100 sampai time time far offset. c. Surgical Muting Yaitu pemotongan data yang tidak diperlukan pada daerah diantara dua fungsi yang didefinisikan. 3. Prosedur Pada flow Editing proses akan dilakukan dua tahap yang pertama adalah memilih dengan menggunakan flow Display Gather tahap kedua adalah eksekusi dengan menggunakan flow Editing Urutan subflow pada flow Editing adalah sebagai berikut:

20

o Disk Data Input o Trace Killing o Trace Muting o Disk Data Output 1) Jalankan flow DISPLAY GATHER dengan input data “02 Geometry”

- Untuk melakukan Killing, Pilih Picking > pilih Kill Trace > masukan nama > Ok > pilih Secondary Key > Ok - Pilih trace-trace yang buruk atau rusak seperti gambar berikut

- Untuk Melakukan Muting, pilih Picking > pilih Pick Top Mute > masukan nama > Ok > pilih Secondary Key > Ok - Buat batas Muting seperti pada gambar berikut

21

- Setelah selesai pilih File > Save Pick > Exit Display Gather Setelah selesai memilih trace yang buruk, masuk tahap kedua menggunakan flow Editing untuk dilakukan eksekusi. 2) Disk Data Input - SELECT Dataset Pilih dataset “Geometri” 3) Trace Kill/Reserve terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan

- Get edit from the DATABASE Pilih Yes apabila terdapat data kill pada DATABASE kemudian pada - Select trace Kill Pilih data kill pada DATABASE sesuai dengan nama yang telah dibuat

- Apabila No user dapat menentukan trace yang akan di kill dengan menggunakan header. Cara menentukan trace yaitu pada parameter SPECIFY trace to be edited dan hampir sama dengan yang ada pada Sort di proses Disk Data Input 4) Trace Muting terdapat beberapa parameter yang perlu diperhatikan

- Type of mute Pilih Type of mute sesuai dengan yang digunakan pada Display Gather - SELECT mute parameter file

22

Pilih sesuai dengan nama data pada penentuan mute di Display Gather 5) Disk Data Output - Output Dataset Filename simpan dengan nama “Editing” - Klik, Execute 4. Tugas 1) Jelaskan dan gambarkan trace yang perlu dilakukan Muting dan Killing

23

MODUL 4 Filtering 1. Tujuan Praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengetahui apa itu filtering, yang dalam hal ini adalah band pass filter dan juga low pass filter. 2. Teori 2.1. Filtering Adalah upaya untuk 'menyelamatkan' frekuensi yang dikehendaki dari gelombang seismik dan 'membuang' yang tidak dikehendaki. Terdapat beberapa macam filtering: band pass, low pass (high cut) dan high pass (low cut). 2.2. Band Pass Filter Jenis filter ini akan menghasilkan sinyal sinyal yang memiliki frekuensi rendah dan tinggi, sehingga kita akan mendapatkan keluaran sinyal-sinyal yang memiliki di tengah-tengah antara yang rendah dan yang tinggi. Filter frekuensi yang sering digunakan dalam pengolahan data seismik adalah filter Band-pass. Energi seismik secara umum terekam dalam suatu range frekuensi yang pasti. Batas rendah dari range ini ditandai dengan ground roll. Sedangkan batas atas dari range ini hanya noise yang dapat teramati, bergantung pada bermacam-macam faktor seperti: tipe source yang digunakan, penetrasi kedalaman dari gelombang dan properti batuan. 2.3. Low Pass Filter Filter ini digunakan untuk menghilangkan sinyal-sinyal yang memiliki frekuensi tinggi. Jadi yang tersisa adalah sinyal-sinyal dengan frekuensi rendah. 3. Proses Flow pada filtering adalah sebagai berikut: 3.1. Spectral Analysis Spectral analysis dilakukan untuk melihat kandungan frekuensi dalam data. Dari spectral analysis ini kita dapat melihat frekuensi dominan yang terkandung, frekuensi yang bersifat noise, sehingga dapat menentukan desain frekuensi yang akan dipergunakan. Berikut flow untuk melakukan spectral analysis.

24

Yang perlu diperhatikan adalah mengisi ‘number of traces per analysis location’ sebesar banyaknya channel yang aktif saat akuisisi.

Frekuensi yang digunakan pada umumnya adalah yang berada diatas 3 dB. Karena frekuensi ini dianggap frekuensi sinyal dan frekuensi dominan pada data. Desain frekuensi yang digunakan untuk bandpass gambar di atas adalah 5-10-80-160 Hz. 3.2. Bandpass Filter Berikut bagian yang ada pada flow ini: 25

4. Tugas 1) Buat Bandpass Filter dengan parameter 8-12.5-400-500 2) Buat Bandpass Filter dengan parameter 10-15-400-500 3) Buat Bandpass Filter dengan parameter 10-20-400-500 4) Buat Bandpass Filter dengan parameter 8-12.5-440-500 5) Buat Bandpass Filter dengan parameter 10-15-440-500 6) Buat Bandpass Filter dengan parameter 10-20-440-500

26

MODUL 5 Velocity Analisis 1. Tujuan 1.1. Dalam praktikum ini bertujuan agar mahasiswa dapat melakukan velocity analisis dan juga agar mahasiswa dapat mengerti mengenai RMS, CVP, CVS, serta Analisa Velocity Spectra. 2. Teori 2.1. Velocity Analisis Proses pemilihan kecepatan yang sesuai yang akan digunakan untuk pemrosesan selanjutnya. Prinsip dari velocity analisis pada proses stacking velocity adalah mencari persamaan hiperbola yang sesuai dengan sinyal yang dihasilkan dan memberikan stack terbaik. Metode yang digunakan dalam analisa kecepatan biasanya adalah metode constant velocity panels, constant velocity stack dan metode spectrum velocity. 2.2. CVP (Constant Velocity Panels) Beberapa kecepatan (dari permukaan bumi sampai kedalaman sebuah reflektor tertentu) di-tes untuk melakukan koreksi NMO pada gather CMP. Kecepatan yang menghasilkan reflektor horisontal adalah kecepatam CVP. 2.3. CVS (Constant Velocity Stacks) Mirip dengan CVP akan tetapi metoda CVS diterapkan pada CMP gather kemudian dilakukan Stacking. Kecepatan yang menghasilkan amplitudo stacking yang terbaik (amplitudo tertinggi) adalah kecepatan CVS yang dipilih.

2.4. Analisa Velocity Spectra

27

Analisis ini dilakukan jika hasil stacking untuk beberapa kecepatan diplot dalam sebuah panel untuk masing-masing kecepatan. Hasilnya dapat diplot sebagai tras maupun kontur amplitudo.

3. Prosedur Pada tahap ini data yang telah melewati proses preprocessing kemudian di input kedalam flow analisa kecepatan. Prinsip dalam flow ini ialah melakukan pengumpulan CDP terlebih dahulu dengan mengunakan flow 2D Supergather Formation*. Lalu untuk membuat samblace atau spectrum kecepatan digunakan flow Velocity Analysis Precompute. Setelah kedua flow tadi diproses maka hasil dari proses tersebut sebagai masukan dari flow Velocity Analysis yang merupakan bagian penting dari analisa kecepatan ini, karena pada flow ini lah pemilihan kecepatan yang akan menentukan hasil dari proses stacking nantinya. Hasil dari proses tadi berupa display yang menunjukkan pola spectrum yang akan dianalisa dan di pilih nantinya. Pemilihan kecepatan dilakukan dengan cara melakukan picking pada spectrum kecepatan dan pada time tertentu. Kualitas dari pemilihan kecepatan dapat dilihat dengan menggunakan flow Volume Viewer/Editor* yang juga berfungsi untuk membandingkan dengan hasil stacking setelah dilakukan pemilihan kecepatan. Kecepatan yang telah dipilih dapat digunakan untuk proses TAR yang telah dilakukan sebelumnya, tetapi untuk proses tersebut diperlukan kecepatan yang sudah di manipulasi terlebih dahulu dengan mengunakan flow Velocity Manipulation* untuk mendapatkan kecepatan dalam pola single velocity yang memberikan informasi untuk setiap time nya saja. Flow ini dibagi menjadi empat tahapan Urutan subflow pada flow Editing adalah sebagai berikut: o 2D Super Gather Formation o Bandpass Filter o Automatic Gain Control

28

o Velocity Analysis Precompute o Disk Data Output o > -- Add Flow Comment -- < o o o o o o

Disk Data Input Velocity Analysis > -- Add Flow Comment -- < Volume Viewer Editor > -- Add Flow Comment -- < Velocity Manipulation

Aktifkan hanya prosess pada tahapan pertama 1) Pada 2D Super Gather Formation perhatikan parameter sebagai berikut

-

-

-

-

-

-

Select dataset Dataset yang digunakan adalah dataset yang telah dilakukan proses Preprocessing. Maximum CDP fold Masukkan nilai maksimum CDP fold yang terdapat pada survey. Nilai default yang terisi merupakan nilai yang didapat dari database LIN. Minimum center CDP number Masukkan nomor pusat CDP dari analisis supergather pertama. Secara default, jumlah CDP minimal dalam survei diambil dari database LIN. Maximum center CDP number Masukkan nomor pusat CDP dari analisis supergather terakhir. secara default, jumlah maksimum CDP dalam survei diambil dari database LIN. CDP increment Masukkan nilai kenaikan antara CDP pusat supergather. Pola kenaikan didefinisikan oleh CDP minimum untuk CDP maksimum dengan kenaikan CDP mengidentifikasi poin kecepatan analisis. CDPs to combine 29

Masukkan jumlah CDP untuk digabungkan dalam sebuah supergather 2) Bandpass Filter - masukan parameter yang sama seperti pada Flow Preprocessing, digunakan untuk membersihkan tampilan semblance dari noise 3) Automatic Gain Control - masukan juga nilai yag sama seperti pada Flow Preprocessing, digunakan untuk memperkuat tampilan semblance 4) Velocity Analysis Precompute perhatikan parameter berikut

-

-

-

Number of CDPs to sum in supergather Masukkan jumlah CDP untuk dijumlahkan dalam Gather dan panel semblance. Nilai ini harus sama dengan atau kurang dari jumlah CDP di supergather tersebut. Dalam jumlah besar CDP meningkatkan signal to noise dan angka yang lebih rendah meningkatkan ketepatan horizontal dan vertikal dari puncak kecepatan. Sebuah nilai yang lebih rendah kadang-kadang diutamakan pada data marine. Absolute offset of first bin center Masukan nilai mutlak offset dari pusat offset bin yang pertama. Bin size for vertically summing offsets Masukkan ukuran bin dari offset untuk membentuk supergathers. Nilai yang sesuai bisa didapatkan dari nilai spasi group reicever. Maximum offset 30

Masukkan nilai maksimum offset untuk membuat supergathers. Standarnya adalah nilai offset maksimum dalam database. - Minimum semblance analysis value Masukkan kecepatan stacking minimum yang diharapkan (atau parameter residual). Nilai ini adalah yang terendah yang digunakan dalam pembentukan panel semblance dan untuk membuat skala data kecepatan pada layar. - Maximum semblance analysis value Masukkan kecepatan stacking maksimum yang diharapkan (atau parameter residual). Nilai ini adalah yang tertinggi yang digunakan dalam pembentukan panel semblance dan untuk membuat skala data kecepatan pada layar. - Number of semblance calculations Masukkan jumlah pemindaian semblance untuk menampilkan antara kecepatan minimum dan kecepatan maksimum. Kecepatan lebih banyak meningkatkan resolusi lateral semblance dan waktu untuk menghitung semblance. - Velocity variation at time 0 Masukkan rentang waktu minimal dari variasi kecepatan dalam fungsi kecepatan stack. - Velocity variation at maximum time Masukkan rentang waktu maksimum dari variasi kecepatan dalam fungsi kecepatan stack. 5) Disk Data Output - simpan dengan nama “velan 1”. - Kemudian klik, Execute Setelah Selesai Aktifkan proses pada tahapan kedua 6) Disk Data Input - SELECT Dataset masukan “velan 1” hasil tahapan pertama. Perhatikan parameter sebagai berikut

31

-

Trace read option pilih sort, - Interactive Data Access. pilih Yes pada - Primary trace header Ganti dengan Super Gather Bin Number 7) Pada Velocity Analysis

-

-

Pada Get guide function form an existing parameter table? Pilih No jika belum pernah melakukan velan sehingga menggunakan batas guide semblance, apabila sudah pilih Yes dan gunakan velan sebelumnya sebagai guide untuk velan selanjutnya Jika sudah klik, Execute

32

Setelah Selesai Aktifkan proses pada tahapan ketiga 1) Pada Volume Viewer perhatikan parameter berikut

-

Select Input Volume Masukan dengan table velan hasil picking pada semblance Klik, Execute

33

Setelah Selesai Aktifkan proses pada tahapan keempat 8) Pada Velocity Manipulation perhatikan parameter berikut

-

-

Select Input velocity database entry Pilih table velan yang akan dimanipulasi Select Output velocity database entry Buat table output velan yang telah dimanipulasi Output a single average velocity table Pilih Yes jika ingin membuat nilai velan table menjadi single average, table single digunakan untuk input velan pada saat di TRUE AMPLITUDE ECOVERY dan DMO Smooth velocity field

34

-

Pilih Yes apabila ingin menghaluskan velocity table Klik, Execute

4. Tugas 1) Jelaskan dengan gambar perbedaan kecepatan interval dan kecepatan rms

35

MODUL 6 TAR & Dekonvolusi 1. Tujuan Dalam praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui proses TAR & dekonvolusi. 2. Teori 2.1. TAR 2.2. Dekonvolusi Proses konvolusi antara wavelet sumber input dengan seismic trace-nya. Proses ini merupakan penerapan inverse filter, dimana bumi dianggap sebagai low pass filter yang mengubah sinyal implusif sumber menjadi wavelet yang panjangnya sampai 100 ms. Akibatnya gelombang seismic tidak dapat membedakan peristiwa dua refleksi yang berdekatan, dengan kata lain resolusi vertical menjadi berkurang. Untuk menghilangkan efek ini dilakukan dekonvolusi. 2.3. Wavelet Wavelet adalah tubuh gelombang dari gelombang yang menjadi sumber dalam eksplorasi seismik refleksi. Ada dua properti penting dalam sebuah wavelet, yaitu polaritas dan fase. Sebuah wavelet memiliki panjang yang terbatas dengan fasa tertentu. Didalam istilah eksplorasi seismik, fasa sebuah wavelet dikenal sebagai:fasa minimum, fasa nol dan fasa maksimum.

36

Sebagaimana ditunjukkan oleh gambar di atas, fasa minimum dicirikan jika sebagian besar energi amplitudo wavelet berada diawal, fasa nol dengan simetris di tengah-tengah dan fasa maksimum diakhir wavelet. 2.4. Noise Noise adalah gelombang yang tidak dikehendaki dalam sebuah rekaman seismik sedangkan data adalah gelombang yang dikehendaki. Dalam seismik refleksi, gelombang refleksilah yang dikehendaki sedangkan yang lainya diupayakan untuk diminimalisir.

37

Gambar diatas menunjukkan sebuah rekaman dengan data gelombang refleksi dan noise (gelombang permukaan / ground roll) dan gelombang langsung (direct wave). Noise terbagi menjadi dua kelompok: noise koheren (coherent noise) dan noise acak ambient (random ambient noise). Contoh noise keheren: ground roll (dicirikan dengan amplitudo yang kuat dan frekuensi rendah), guided waves atau gelombang langsung (frekuensi cukup tinggi dan datang lebih awal), noise kabel, tegangan listrik (power line noise: frekuensi tunggal, mudah direduksi dengan notch filter), multiple (adalah refleksi sekunder akibat gelombang yang terperangkap). Sedangkan noise acak diantaranya: gelombang laut, angin, kendaraan yang lewat saat rekaman, dll. 3. Prosedur Dekonvolusi menggunakan data dengan format shot gather yang sudah dilakukan bandpass dan muting. Masukkan nilai α dan n. Lakukan berulang kali dan simpan data pada file yang berbeda untuk kemudian dibandingkan.

38

4. Tugas 1) Buatlah parameter test dekonvolusi dengan operator length dari 200 dan gap length 40 2) Buatlah parameter test dekonvolusi dengan operator length dari 180 dan gap length 35 3) Buatlah parameter test dekonvolusi dengan operator length dari 160 dan gap length 30 4) Buatlah parameter test dekonvolusi dengan operator length dari 140 dan gap length 25 5) Buatlah parameter test dekonvolusi dengan operator length dari 120 dan gap length 20

39

MODUL 6 Stacking 1. Tujuan Dalam praktikum ini bertujuan agar mahasiswa mengetahui proses stacking. 2. Teori 2.1. Stacking Merupakan proses penjumlahan (penggabungan) trace-trace yang bertujuan untuk memperbesar S/N. pada proses ini sinyal yang koheren akan saling menguatkan dan noise yang inkoheren akan saling menghilangkan. Selain itu proses stacking juga akan menghilangkan noise yang bersifat random. Stacking dapat dilakukan berdasarkan Common Depth Point (CDP), Common Offset, Common Source Poitn, maupun Common Receiver Point berdasarkan tujuan dari stack itu sendiri. 2.2. Rasio S/N Adalah perbandingan antara daya sinyal yang diinginkan terhadap daya noise yang diterima pada suatu titik pengukuran. SNR ini adalah suatu parameter untuk menunjukkan tingkat kualitas sinyal penerimaan pada sistem komunikasi analog, dimana semakin besar harga SNR maka kualitas akan semakin baik. Sauan dari SNR ini adalahbiasanya dalam dB. 3. Prosedur Flow ini digunakan untuk melakukan STACKING pada data gather, flow ini membutuhkan NMO untuk mengembalikan pola hiperbola reflektor mejadi flat dengan menggunakan kecepatan yang telah dipilih sebelumnya. Prinsip dari proses stacking ini adalah menggabungkan semua data seismik berdasarkan CDP nya menjadi satu display, yang mana display tersebut mengambarkan pola refleksi lapisan bawah permukaan yang akan digunakan untuk proses interpretasi nantinya. Bisa dikatakan bahwa pemilihan kecepatan yang baik akan menghasilkan hasil stacking yang baik pula. Urutan subflow pada flow Editing adalah sebagai berikut: o Disk Data Input o Automatic Gain Control o Normal Moveout Correction o CDP / Ensamble Stack o Trace Display Label o Disk Data Output 1) Disk Data input - SELECT Dataset masukan data Gather yang akan di Stack, sort data gather dengan

40

primary CDP 2) Automatic Gain Control perhatikan Parameter berikut

-

Application mode Pada application mode pilih Apply - AGC Operator Length Masukan nilai operator length sebesar 500 3) Normal Moveout Correction

-

Direction for NMO application Pilih FORWARD - SELECT Velocity parameter file Pilih table kecepatan yang akan digunakan untuk CDP stack. 4) CDP / Ensamble Stack

-

Sort order of input ensembles Pilih sort order untuk input data yang akan diproses berdasarkan nomor CDP nya

41

-

Root power scalar for stack normalization Masukan nilai kuat root untuk menormalisasi stack yaitu 0.5, yang mana nilai tersebut merupakan nilai standar nya - Has NMO been applied? Klik “Yes” untuk mengaplikasikan fungsi NMO 5) Trace Display Label Dengan subflow ini kita dapat memberikan label pada hasil stacking kita 6) Disk Data Output Simpan output ke dataset dengan nama ex. “Stack”

4. Tugas 1) Printscreen hasil stacking

42

MODUL 8 Post Stack Migration 1. Tujuan Pada praktikum kali ini bertujuan agar mahasiswa dapat mengerti mengenai Migrasi. 2. Teori 2.1. Kirchof Migration Migrasi Kirchoff adalah suatu prosedur yang berdasarkan penjumlahan kurva difraksi. Migrasi ini merupakan pendekatan secara statistik dengan posisi suatu titik dibawah permukaan dapat saja berasal dari berbagai kemungkinan lokasi dengan tingkat probabilitas yang sama. Migrasi Kirchoff dilakukan dengan cara menjumlahkan amplitudo dari suatu titik reflektor sepanjang suatu tempat kedudukan yang merupakan kemungkinan lokasi yang sesungguhnya. 2.2. Finite Diverense Asumsi dasar yang dipakai untuk migrasi finite difference adalah teori reflektor meledak. Berawal dari teori tersebut maka migrasi merupakan proses kontinuasi ke bawah (Claerbout, 1985). Teknik migrasi ini di dasarkan pada penyelesaian persamaan differensial gelombang skalar. 2.3. Migrasi F-K Pada umumnya migrasi biasa dilakukan pada kawasan jarak (offset) dan waktu (t-x). Migrasi F-K adalah migrasi yang dilakukan dalam kawasan yang berbeda, yaitu kawasan frekuensi dan bilangan gelombang (Stolt, 1978). 2.4. Difraksi Difraksi adalah kecenderungan gelombang yang dipancarkan dari sumber melewati celah yang terbatas untuk menyebar ketika merambat. Menurut prinsip Huygens ‘setiap titik pada front gelombang cahaya dapat dianggap sebagai sumber sekunder gelombang bola. Gelombang ini merambat ke luar dengan kecepatan karakteristik gelombang. Gelombang yang dipancarkan oleh semua titik pada muka gelombang mengganggu satu sama lain untuk menghasilkan gelombang berjalan. 2.5. Migrasi Proses migrasi dilakukan karena perhitungan koreksi yang dierapkan pada setiap trace nya belum sepenuhnya menunjukkan letak titik refleksi yang sebenarnya berdasarkan lintasan gelombang nya. Secara terminologi,

43

migrasi dalam tahapan pengolahan data seismik didefinisikan sebagai suatu tahapan yang bertujuan untuk mengembalikan reflektor miring ke posisi sebenarnya serta menghilangkan efek difraksi akibat sesar, kubar garam, pembajian, dan kompleksitas struktur geologi lainnya, dengan demikian akan meningkatkan resolusi spasial pencitraan subsurface. Migrasi bertujuan untuk membuat penampang seismik mirip dengan kondisi geologi yang sebenarnya berdasarkan reflektifitas lapisan bumi. Refliktifitas suatu bidang yang semula tidak menyambung dan selaras satu sama lain serta dipenuhi oleh efek difraksi bowtie, setelah dimigrasi menjadi lebih jelas dan teratur. 3. Prosedur Dalam flow ini akan dilakukan untuk mengembalikan reflektor miring ke posisi sebenarnya, dan juga untuk menghilangkan efek Diffraksi. Serangkaian tahap untuk mengaplikasikan proses migrasi pada data, sehingga akan dihasilkan data terakhir berupa data yang telah dimigrasi (migrated data). parameter migrasi yang akan diaplikasikan dapat dipilih sendiri oleh user, disesuaikan dengan kebutuhan dan treatment dari data yang bersangkutan. Dalam panduan ini, metode yang akan digunakan untuk migrasi adalah dengan menerapkan postack time migration menggunakan Kirchhoff Time Migration. Urutan subflow pada flow Editing adalah sebagai berikut: o

Disk Data Input

o

Kirchoof Time Mig

o

Disk Data Output

4. Tugas 1) Jelaskan perbedaan post stack migration dan pre stack migration

44

Related Documents


More Documents from ""