Modul Patient Safety.docx

  • Uploaded by: Kyky
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Modul Patient Safety.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 7,606
  • Pages: 37
MODUL PENCEGAHAN DAN PENGENDALIAN INFEKSI PELAYANAN KESEHATAN G1GI DAN MULUT

Penyusun: Dr. drg. Didin Erma Indahyani, M.Kes.

PROGRAM STUDI PENDIDIKAN PROFESI FAKULTAS KEDOKTERAN GIGI UNIVERSITAS JEMBER 2017

CP SIKAP 1. berkontribusi dalam peningkatan mutu kehidupan bermasyarakat, berbangsa, bernegara, dan peradaban berdasarkan Pancasila; 2. bsama dan memiliki kepekaan sosial serta kepedulian terhadap masyarakat dan lingkungan; 3. menunjukkan sikap bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang keahliannya secara mandiri; 4. menunjukkan sikap menghormati hak otonomi pasien, berbuat yang terbaik (beneficence), tidak merugikan (non-maleficence), tanpa diskriminasi, kejujuran (veracity) dan adil (justice). CP Ketrampilan Umum Program Profesi 1. mampu bekerja di bidang keahlian pokok untuk jenis pekerjaan yang spesifik, dan memiliki kompetensi kerja yang minimal setara dengan standar kompetensi kerja profesinya; 2. bertanggungjawab atas pekerjaan di bidang profesinya sesuai dengan kode etik profesinya; CP Ketrampilan Khusus Lulusan PPDG Mampu mengelola praktik dan lingkungan kerja yang ergonomik dengan menerapkan prinsip manajemen kesehatan termasuk keselamatan kerja, kontrol infeksi dan konsep green dentistry secara mandiri atau kelompok CPMK Melakukan tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi yang benar sesuai standar minimal pada pelayanan terhadap penularan pasien ke tenaga pelayanan kesehatan gigi, tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien, pasien ke pasien, tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas masyarakat dan komunitas ke pasien pelayanan kesehatan gigi meskipun dalam keadaan sumber daya dan dana yang terbatas. SUB CPMK 1. mampu menjelaskan kejadian infeksi dan penyebaran penyakit; 2. mampu melakukan tindakan pencegahan dan Pengendalian Infeksi dengan cara menerapkan kewaspadaan isolasi yang meliputi kewaspadaan standar dan kewaspadaan berdasarkan transmisi ; 3. mampu melakukan tatalaksana pencegahan dan pengendalian infeksi terhadap Pasien; 4. mampu melakukan tatalaksana pencegahan dan pengendalian Infeksi terhadap tenaga pelayanan kesehatan gigi, yang meliputi: a. kewaspadaan standar (kebersihan tangan, penggunaan alat pelindung diri (APD), manajemen limbah dan benda tajam, manajemen lingkungan, penanganan linen, peralatan perawatan pasien,

5.

6. 7. 8.

perlindungan kesehatan karyawan, penyuntikan yang aman, etika batuk) b. kewaspadaan transmisi mampu melakukan penanganan instrumen dan alat pelayanan kedokteran gigi yang meliputi pembatasan kontaminasi, penentuan zona, pre cleaning, pembersihan instrumen, disinfeksi tingkat tinggi, sterilisasi, penatalaksanaan dental unit; mampu mengetahui fasilitas pencegahan dan pengendalian infeksi; mampu melakukan tindakan KIE dan konseling mengenai penyebaran dan isolasi infeksi; mampu melakukan tatalaksana kecelakaan kerja meliputi tertusuk jarum, terpajan bahan yang beresiko terkena infeksi misalnya HIV, Hepatitis B baik pada diri sendiri maupun tempat kerja.

MATERI PEMBELAJARAN Infeksi dan Penyebaran Penyakit Infeksi merupakan penyakit yang disebabkan oleh agant mikroorganisme yang mampu menimbulkan penyakit, yaitu virus, bakteria atau parasit, fungi bukan disebabkan faktor fisik (misalnya luka bakar, maupun kimia). Infeksi tersebut bisa terjadi oleh karena pertahanan tubuh yang rendah sehingga mikroorganisme yang bersifat normal menyebabkan terjadinya infeksi disebut dengan endogenous infeksi dan bisa berasal dari luar yang disebut exogenous. Transmisi (penyebaran) infeksi bisa terjadi dan penyebabkan penularan penyakit (Youssef, 2017). Transmisi tersebut bisa melalui: 1. kontak: a. langsung dengan mikroorganisme pada sumber infeksi, contoh mulut pasien b. tidak langsung dengan permukaan benda mati, misalnya instrumen, alat dan permukaan terkontaminasi 2. droplet yaitu percikan saliva yang mengandung mikroorganisme 3. udara yang terkontaminasi mikroorganisme, misalnya aerosol (Standar, 2012) Dokter gigi mempunyai andil yang cukup besar pada penularan penyakit tersebut. Resiko tinggi infeksi silang dapat terjadi di tempat pelayanan kesehatan gigi. Transmisi penyakit bisa terjadi dari pasien ke pasien, tenaga medis ke pasien, pasien ke tenaga medis, pasien atau tenaga medis ke komunitasnya misalnya anggota keluarga, teman, tetangga, dll. Penyebabnya adalah sebagai berikut. 1. Pasien ke tenaga pelayanan kesehatan gigi Penularan melalui kontak langsung, tidak langsung, penyebaran droplet dan melalui udara yang terkontaminasi mikroorganisme.

2. Tenaga pelayanan kesehatan gigi ke pasien 3. Infeksi dapat berasal dari tenaga pelayanan kesehatan gigi yang tidak menggunakan Alat Pelindung Diri (APD). 4. Pasien ke pasien Infeksi dapat berasal dari kontak tidak langsung pada peralatan kedokteran gigi yang tidak dilakukan sterilisasi dengan sempurna dan permukaan peralatan. Dental unit yang terkontaminasi, paling sering di sentuh tenaga peiayanan kesehatan gigi juga pasien. 5. Tempat pelayanan kesehatan gigi ke komunitas masyarakat, termasuk di dalamnya keluarga dari tenaga peiayanan kesehatan gigi a. Infeksi dapat berasal dari kontak tidak langsung karena tidak menggunakan APD misalnya meialui baju, handphone, ataupun alat lainnya yang terkontaminasi. b. Limbah medis (cair dan padat) yang tidak dikelola sesuai aturan yang benar, untuk itu perlu memiliki instalasi pengeiolaan limbah medis. 6. Komunitas ke Pasien Infeksi dapat berasal dari sumber air yang digunakan di tempat peiayanan kesehatan gigi. Ada prinsip prinsip dasar untuk mencegah terjadinya transmisi tersebut yaitu menghilangkan sumber infeksi dan memutus siklus penularan penyakit tersebut (Standar, 2012; WHO, 2012). Upaya Pencegahan dan Pengendalian Infeksi PelaksanaanpPencegahan dan pengendalian infeksi yang wajib dilaksanakan oleh dokter gigi di Indonesia meliputi: 1. Penerapan Kewaspadaan Isolasi a. Kewaspadaan Standar meliputi Kebersihan tangan, Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD), Manajemen Limbah dan benda tajam, Manajemen lingkungan, Penanganan Linen (Kain Alas Instrumen, Kain Sarung Dental Unit), Peralatan Perawatan Pasien, Perlindungan Kesehatan karyawan, Penyuntikan yang aman dan etika batuk. b. Kewaspadaan Berdasarkan Transmisi meliputi airborne/udara, Transmisi droplet/percikan, transmisi kontak. 2. Surveilans 3. Pendidikan dan Pelatihan Tindakan pencegahan dan pengendalian infeksi dapat dilakukan dengan kewaspadaan standar sebagai berikut. 1. Tatalaksana terhadap pasien a. Lakukan kebersihan tangan. b. Pakai Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker). c. Berkumur antiseptik sebelum diperiksa. d. Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan invasif. e. Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi.

f. g.

Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai). Jumlah alat diagnosa set yang tersedia minimal ½ jumlah ratarata jumah kunjungan pasien per hari. h. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah disterilkan dari bahan dan alat yang belum dibersihkan. i. Buat SOP untuk pemrosesan instrumen : mulai dari penerimaan instrumen terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan pen impanan. j. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum memulai suatu perawatan. k. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan kerja operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja. l. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk mencegah terjadinya percikan dari mulut pasien dan mereduksi kontak yang tidak perlu antara tangan dan mukosa pasien 2. Tata laksana terhadap petugas pelayanan kesehatan gigi a. Kewaspadaan standar 1) Kebersihan tangan  Gunakan sabun dan air mengalir jika tangan terlihat kotor (termasuk keadaan terkena serbuk/powder dari sarung tangan), terkontaminasi cairan tubuh, kontak langsung dengan individu pasien, setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips, lamanya 40-60 detik.  Jika tangan tidak tampak kotor lakukan kebersihan tangan dengan cara gosok tangan dengan handrub/ cairan berbasis alkohol, lamanya 20-30 detik.  Metoda dan tata cara mencuci tangan dilakukan adalah "hand hygiene". Hand hygiene mengganti istilah hand washing, karena hand hygiene menggunakan air mengalir dan juga antiseptik ataupun ditergen. Hand hygiene tergantung pada beberapa tipe dan prosedur, tingkat keparahan dari kontaminasi dan persistensi melekatnya antimikroba yang digunakan pada kulit.  Untuk pelaksanaan rutin dalam praktik dokter gigi dan prosedur non bedah, mencuci tangan dan antiseptik dapat dicapai dengan menggunakan sabun detergent antimikroba yang standar.  Untuk prosedur pembedahan, sabun antimikroba (bedah yang mengandung chlorhexidin gluconate 4% harus digunkan. Sebagai alternatif pengganti bagi yang sensitif terhadap chlorhexidin gluconate, dapat menggunakan iodophor.  Tempatkan produk cairan kebersihan tangan dalam tempat yang disposible atau yang diisi ulang, dicuci dan dikerin kan terlebih dahulu sebelum diisi ulang .

 Jangan diisi ulang cairan antiseptik sebelum dibersihkan dan dikeringkan terlebih dahulu. Hal-hal yang harus diperhatikan mengenai kebersihan tangan  Sebelum membersihkan tangan: cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di pergelangan tangan harus dilepas  Kuku harus tetap pendek dan bersih  Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan, terlihatnya kotoran di dalam kuku.  Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan salah satu pilihan sebagai berikut: - Ember berkeran yang tertutup. - Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang Iainnya mencuci tangan.  Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan sarung tangan (Yee, 2006).

Cara melakukan pembersihan tangan (hand hygienis)

Tangan harus segera dibersihkan apabila: 1. Tangan terlihat kotor. 2. Setelah menyentuh bahan/objek yang terkontaminasi darah, cairan tubuh, ekskresi dan sekresi. 3. Sebelum memakai sarung tangan. 4. Segera setelah melepas sarung tangan. 5. Sebelum menyentuh pasien. 6. Sebelum melakukan prosedur aseptik. 7. Setelah kontak dengan permukaan dalam ruang praktik termasuk peralatan, gigi palsu, cetakan gips. Soal 1. Verbalkan apa saja ynng termasuk tatalaksana terhadap pasien untuk pencegahan dan pengendalian infeksi di tempat praktek 2. Verbalkan apa yang harus perhatikan mengenai pembersihan tangan 3. Jelaskan apa perbedaan antara hand washing and hand hygiene 4. Lakukan cara melakukan hand hygiene N o 1

NILAI < 60 60-70 70-80 >80 Tata laksana penanganan pasien untuk pencegahan dan pengendalian infeksi a. Melakukan kebersihan tangan. b. Pakai Alat Pelindung Diri (sarung tangan, masker). c. Berkumur antiseptik sebelum diperiksa. d. Pemberian antiseptik pada daerah operasi untuk tindakan invasif. e. Penggunaan suction sekali pakai yang berdaya hisap tinggi. f. Penggunaan gelas kumur disposable (sekali pakai). g. Jumlah alat diagnosa set yang tersedia minimal 10 % jumlah ratarata jumlah kunjungan pasien per hari. h. Perjelas area yang dikhususkan bagi bahan dan alat yang telah disterilkan dari bahan dan alat yang belum dibersihkan. i. Buat SOP untuk pemrosesan instrumen: mulai dari penerimaan Uraian

Keterangan <60 = jawaban salah 60-70 = jawaban benar lebih dari 5 70-80 = jawaban benar lebih dari 8 >80 = jawaban lengkap dan benar

2

instrumen terkontaminasi, pembersihan, disinfeksi dan sterilisasi dan penyimpanan. j. Siapkan alat dan bahan yang diperlukan untuk perawatan sebelum memulai suatu perawatan. k. Penempatan posisi pasien dengan benar sehingga memudahkan kerja operator dan mencegah timbulnya kecelakaan kerja. l. Dianjurkan pemakaian isolator karet (rubberdam) untuk mencegah terjadinya percikan dari mulut pasien dan mereduksi kontak yang tidak perlu antara tangan dan mukosa pasien. Yang harus diperhatikan mengenai pembersihan tangan a. Sebelum membersihkan tangan: cincin, jam dan seluruh perhiasan yang ada di pergelangan tangan harus dilepas b. Kuku harus tetap pendek dan bersih c. Jangan menggunakan pewarna kuku atau kuku palsu karena dapat menjadi tempat bakteri terjebak dan menyulitkan, terlihatnya kotoran di dalam kuku. d. Selalu gunakan air mengalir, apabila tidak tersedia, maka harus menggunakan salah satu pilihan sebagai berikut: • Ember berkeran yang tertutup. • Ember dan gayung, dimana seseorang menuangkan air sementara yang Iainnya mencuci tangan. e. Tangan harus dikeringkan dengan menggunakan paper towel atau membiarkan tangan kering sendiri sebelum menggunakan

<60 = jawaban salah 60-70 = jawaban benar lebih dari 3 70-80 = jawaban benar lebih dari 8 >80 = jawaban lengkap dan benar

sarung tangan (Yee, 2006). 3

Jelaskan apa perbedaan antara hand washing dan hand hygiene a. Hand washing mencuci tangan saja, bisa dengan detergen maupun tidak tanpa metode yang ditentukan b. Hand hygiene mencuci tangan dengan detergen maupun antiseptik dengan metode yang ditentukan

5

Melakukan hand hyegiene a. Lama cuci tangan 40-60 detik

<60 = jawaban salah/tidak menjawab 60-70 = jawaban kurang relevan 70-80 = jawaban benar tetapi tidak lengkap >80 = jawaban lengkap dan benar <60 = melakukan salah/tidak melakukan 60-70 = melakukan benar tidak berurutan dan tidak lengkap 70-80 = jawaban benar dan lengkap tetapi tidak berurutan >80 = jawaban lengkap dan benar dan berurutan

2) Penggunaan Alat Pelindung Diri (APD) a. Tata cara penggunaan sarung tangan:  wajib menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya.  sarung tangan harus diganti tiap pasien,  lepaskan sarung tangan dengan benar setelah digunakan  segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer mikrroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan.

 lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi atau mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan. Prosedur pemakaian sarung tangan:  ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya.  posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jarijari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan.  ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit tangan).  psarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa pas di tangan.  selain sarung tangan yang digunakan untuk pemeriksaan, ada jenis sarung tangan yang digunakan untuk mencuci alat serta membersihkan permukaan meja kerja, yaitu sarung tangan rumah tangga (utility gloves) yang terbuat dari lateks atau vinil yang tebal. b. Masker  wajib menggunakan masker pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya.  masker harus sesuai dan melekat dengan baik pada wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan balk.  ganti masker diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan ke pasien .  masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah.  lepaskan masker jika tindakan telah selesai. c. Kacamata pelindung  wajib menggunakan kacamata pelindung untuk menghindari kemungkinan infeksi akibat kontaminasi aerosol dan percikan saliva dan darah.  kacamata ini di dekontaminasi dengan air dan sabun  didisinfeksi setiap kali berganti pasien. d. Gaun/baju pelindung  wajib menggunakan gaun/baju pelindung yang digunakan untuk mencegah ko taminasi pada pakaian dan melindungi kulit dari kontaminasi darah dan cairan tubuh.  gaun pelindung ini harus dicuci setiap hari.

 gaun pelindung terbuat dari bahan yang dapat dicuci dan dapat dipakai ulang (kain), tetapi dapat juga terbuat dari bahan kertas kedap air yang hanya dapat sekali pakai (disposable).  lepaskan gaun/baju pelindung jika tindakan telah selesai. e. Penggunaan APD  sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju pelindung,  lalu masker bedah dan selanjutnya kaca mata pelindung sebelum mencuci tangan.  tangan dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan cara seperti tertera di atas.  setelah selesai perawatan dan seluruh instrumen kotor telah disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang telah terkontaminasi dengan memegang sisi bagian luar dan menariknya hingga terlepas dari dalam ke luar.  setelah salah satu sarung tangan terlepas, lepaskan sarung tangan lainnya dengan memegang sisi bagian dalam sarung tangan dan menariknya hingga terlepas.  apabila seluruh alat pelindung diri telah dilepaskan, hindari menyentuh darah terkontaminasi.  selalu lakukan kebersihan tangan dan keringkan tangan sebelum memasang kembali sarung tangan. Soal: 1. Sebutkan macam macam APD 2. Verbalkan penggunaan sarung tangan 3. Lakukan memakai sarung tangan 4. Verbalkan penggunaan masker 5. Verbalkan penggunaan APD

N Uraian o 1 Macam APD a. Sarung tangan b. Masker c. Kacamata pelindung d. Gaun/baju pelindung

< 60

NILAI 60-70 70-80

>80

Keterangan <60 = jawaban salah 60-70 = jawaban benar lebih dari 2 70-80 = jawaban benar lebih dari 3 >80 = jawaban lengkap dan benar

2

Tata cara penggunaan sarung tangan a. wajib menggunakan sarung tangan ketika melakukan perawatan yang memungkinkan berkontak dengan darah atau cairan tubuh lainnya. b. sarung tangan harus diganti tiap pasien, c. lepaskan sarung tangan dengan benar setelah digunakan d. segera lakukan kebersihan tangan untuk menghindari transfer mikrroorganisme ke pasien lain atau permukaan lingkungan. e. lepaskan sarung tangan jika sobek, atau bocor dan lakukan kebersihan tangan sebelum memakai kembali sarung tangan. Disarankan untuk tidak mencuci, mendisinfeksi atau mensterilkan ulang sarung tangan yang telah digunakan. 3 Lakukan prosedur memakai sarung tangan a. Ambil salah satu sarung tangan dengan memegang sisi sebelah dalam lipatannya. b. Posisikan sarung tangan setinggi pinggang dan menggantung ke lantai, sehingga bagian lubang jari-jari tangannya terbuka, lalu masukkan tangan. c. Ambil sarung tangan kedua dengan cara menyelipkan jari-jari tangan yang sudah memakai sarung tangan ke bagian lipatan (bagian yang tidak bersentuhan dengan kulit tangan). d. Pasang sarung tangan kedua dengan cara memasukkan jari-jari

<6 = jawaban salah 60-70 = jawaban benar lebih dari 3 70-80 = jawaban benar lebih dr 3 tetapi tidak berurutan >80 = jawaban lengkap dan benar

<60 = jawaban salah 60-70 = melakukan satu yang benar 70-80 = melakukan dengan benar tetapi tidak berurutan >80 = jawaban lengkap dan benar

5

6

tangan yang belum memakai sarung tangan, kemudian luruskan lipatan dan atur posisi sarung tangan sehingga terasa pas di tangan. Penggunaan masker a. Wajib menggunakan masker pada saat melakukan tindakan untuk mencegah potensi infeksi akibat kontaminasi aerosol serta percikan saliva dan darah dari pasien dan sebaliknya. b. Masker harus sesuai dan melekat dengan baik pada wajah sehingga menutup mulut dan hidung dengan baik. c. Ganti masker diantara pasien atau jika masker lembab atau basah dan ternoda selama tindakan ke pasien . d. Masker akan kehilangan kualitas perlindungannya jika basah. e. Lepaskan masker jika tindakan telah selesai. Penggunaan APD a. Sebelum melakukan perawatan bagi pasien, gunakan baju pelindung, b. Lalu masker bedah dan selanjutnya kaca mata pelindung sebelum mencuci tangan. c. Tangan dikeringkan, ambil sarung tangan, kenakan dengan cara seperti tertera di atas. d. Setelah selesai perawatan dan seluruh instrumen kotor telah disingkirkan, lepaskan sarung tangan yang telah terkontaminasi dengan memegang sisi bagian luar dan menariknya hingga

<60 = salah 60-70 = jawaban benar >2 70-80 = jawaban benar > 4 >80 = jawaban lengkap dan benar

<60 = salah 60-70 = jawaban benar >2 70-80 = jawaban benar > 4 >80 = jawaban lengkap dan benar

terlepas dari dalam ke luar. e. Setelah salah satu sarung tangan terlepas, lepaskan sarung tangan lainnya dengan memegang sisi bagian dalam sarung tangan dan menariknya hingga terlepas. f. Apabila seluruh alat pelindung diri telah dilepaskan, hindari menyentuh darah terkontaminasi. g. Selalu lakukan kebersihan tangan dan keringkan tangan sebelum memasang kembali sarung tangan.

3. Manajemen limbah dan benda tajam a. Peraturan pembuangan Iimbah sesuai peraturan lokal yang berlaku. b. Pastikan bahwa tenaga pelayan kesehatan gigi yang menangani Iimbah medis di training tentang penanganan limbah yang tepat, metode pembuangan dan bahaya kesehatan. c. Gunakan kode warna dan label kontainer, warna kuning untuk limbah infeksius dan warna hitam untuk Iimbah non infeksius. d. Tempatkan limbah tajam seperti jarum, blade scapel, orthodontic bands, pecahan instrumen metal dan bur pada kontainer yang tepat yaitu tahan tusuk dan tahan bocor, kode warna kuning. e. Darah, cairan suction atau limbah cair lain di buang ke dalam drain yang terhubung dengan sistem sanitary. f. Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali diberikan kepada keluarga. 4. Manajemen lingkungan a. Ikuti instruksi pabrik untuk pemakaian yang tepat bahan disinfektan untuk pembersihan permukaan lingkungan. b. Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi permukaan lingkungan. c. Pakai Alat Pelindung Diri saat melakukan pembersihan dan disinfeksi pemukaan lingkungan. d. Pasang pelindung permukaan untuk mencegah permukaan kontak klinik terkontaminasi, khususnya yang sulit dibersihkan seperti switches on dental chair dan ganti pelindung permukaan setiap pasien.

e.

f.

g. h. i. j. k.

Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di lindungi dengan pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan disinfeksi tingkat sedang jika kontaminasi dengan darah. Bersihkan seluruh permukaan lingkungan (lantai, dinding, meja, troley) dengan detergen dan air atau disinfektan, tergantung dari permukaan, tipe dan tingkat kontaminas. Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum dipakai ulang, atau gunakan yang sekali pakai (disposable kain). Sediakan cairan pembersih atau cairan disinfektan setiap hari. Bersihkan dinding, pembatas ruangan, gordyn jendela di area perawatan pasien jika terlihat kotor, berdebu dan ternoda. Segera bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya menggunakan cairan disinfektan. Hindari penggunaan karpet dan furniture dari bahan kain yang menyerap di daerah kerja, laboratorium dan daerah pemerosesan instrumen.

5. Penanganan linen (kain alas instrumen, kain sarung dental unit). a. Segera ganti linen yang terkontaminasi dengan darah, cairan tubuh atau bahan infeksius lainnya. b. Ganti linen diantara pasien. c. Peralatan perawatan pasien d. Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan. e. Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelum digunakan. f. Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelum ditangani untuk menghindari kontaminasi. g. Area pemrosesan instrumen meliputi area penerimaan, pembersihan dan disinfeksi, persiapan dan pembungkusan, sterilisasi dan penyimpanan. h. Gunakan alat pembersih otomatis (Ultrasonic cleaner atau washer disinfector). i. Pakai sarung tangan rumah tangga untuk membersihkan instrumen dan prosedur disinfeksi. Pakai Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukan pembersihan peralatan. j. Gunakan sistem kontainer atau pembungkus yang cocok dengan tipe proses sterilisasi yang digunakan. k. Sebelum instrumen kritis dan semi kritis di sterilisasi, periksa kebersihan instrumen, kemudian bungkus atau tempatkan instrumen dalam kontainer yang tepat untuk mempertahankan kesterilan selama penyimpanan. l. Jangan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus. m. Jangan simpan instrumen kritis tanpa dibungkus.

Soal: 1. Simulasikan pembuangan limbah medis pada tempatnya 2. Simulasikan pemakaian disinfektan yang tepat N NILAI Uraian o < 60 60-70 70-80 1 Simulasi pembuangan limbah medis pada tempatnya

>80

Keterangan <60 = jawaban salah 60-70 = jawaban benar lebih dari 2 70-80 = jawaban benar lebih dari 3 >80 = jawaban lengkap dan benar

a. Warna kuning untuk limbah infeksius dan warna hitam untuk Iimbah non infeksius. b. Limbah tajam seperti jarum, blade scapel, orthodontic bands, pecahan instrumen metal dan bur pada kontainer yang tepat yaitu tahan tusuk dan tahan bocor, kode warna kuning. c. Darah, cairan suction atau limbah cair lain di buang ke dalam drain yang terhubung dengan sistem sanitary. d. Buang gigi yang dicabut ke limbah infeksius, kecuali diberikan kepada keluarga. 2

Pemakaian disinfektan a. Jangan menggunakan disinfektan tingkat tinggi untuk disinfeksi permukaan lingkungan. b. Bersihkan dan disinfeksi permukaan kontak klinik yang tidak di lindungi dengan pelindung setelah kegiatan satu pasien, gunakan disinfeksi tingkat sedang jika kontaminasi dengan darah. c. Bersihkan seluruh permukaan lingkungan

<60 = jawaban salah 60-70 = jawaban benar lebih dari 2 70-80 = jawaban benar lebih dari 3 >80 = jawaban lengkap dan benar

(lantai, dinding, meja, troley) dengan detergen dan air atau disinfektan, tergantung dari permukaan, tipe dan tingkat kontaminas. d. Bersihkan kain pembersih setelah digunakan dan keringkan sebelum dipakai ulang, atau gunakan yang sekali pakai (disposible kain). e. Bersihkan tumpahan darah atau bahan infeksius lainnya menggunakan cairan disinfektan.

Peralatan perawatan pasien: a. Bersihkan dan sterilkan peralatan kritis sebelum digunakan. b. Bersihkan dan sterilkan peralatan semi kritis sebelum digunakan. c. Biarkan pembungkus alat mengering di sterilisator sebelum ditangani untuk menghindari kontaminasi. d. Area pemrosesan instrumen meliputi area penerimaan, pembersihan dan disinfeksi, persiapan dan pembungkusan, sterilisasi dan penyimpanan. e. Gunakan alat pembersih otomatis (Ultrasonic cleaner atau washer disinfector). f. Pakai sarung tangan rumah tangga g. Pakai Alat Pelindung Diri (APD) selama melakukan pembersihan peralatan. h. Gunakan sistem kontainer atau pembungkus yang cocok dengan tipe proses sterilisasi yang digunakan. i. Sebelum instrumen kritis dan semi kritis di sterilisasi, periksa kebersihan instrumen, kemudian bungkus atau tempatkan instrumen dalam kontainer yang tepat untuk mempertahankan kesterilan selama penyimpanan. j. Jangan sterilisasi alat implan tanpa dibungkus. k. Jangan simpan instrumen kritis tanpa dibungkus. 7. Perlindungan kesehatan karyawan a. Imununisasi.  Tenaga pelayanan kesehatan gigi mempunyai risiko tinggi terhadap penularan hepatitis B, influenza, measles, mumps, rubella dan varicella. Tenaga pelayanan kesehatan gigi harus diberikan imunisasi atau memperoleh booster terhadap infeksi yang umum terjadi : tetanus, difteri, poliomyelitis, tifoid, meningococcal, hepatitis A, hepatitis B, rubella, tuberkulosis, m sles, batuk rejan,

b. c.

d.

mumps (Yee, 2006). Dokter gigi di Indonesia direkomendasikan untuk melakukan vaksinasi tersebut dan mencatat/mendokumentasikan imunisasi yang telah dilakukan.  Institusi pendidikan kedokteran gigi di Indonesia di wajibkan melaksanakan program pendidikan tentang pencegahan dan pengendalian infeksi, dan dihimbau untuk pemeriksaan dan vaksinasi hepatitis B kepada mahasiswanya.  Bagi karyawan yang tidak bersinggungan dengan pasien (pegawai administratif, cleaning service, dll) dapat dimasukkan dalam program tersebut tergantung pada risiko mereka berkontak dengan darah atau saliva. Apabila ditemukan karyawan yang tidak bersedia untuk mendapatkan vaksinasi hepatitis-B, diwajibkan menandatangani surat pernyataan tidak bersedia yang dibuat oleh institusi dan diketahui oleh pimpinan. Manajemen pasca pajanan. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya.  Tempatkan Iimbah tajam dalam kontainer tahan tusuk, tahan air dan anti bocor.  Jangan memanipulasi jarum syringe atau benda tajam setelah digunakan.  Jangan membengkokan, mematahkan atau melepas jarum setelah digunakan.  Gunakan teknik satu tangan atau peralatan lain jika harus menutup kembali jarum setelah digunakan.  Jangan pernah menerima limbah jarum atau benda tajam dari orang lain. Pencegahan kecelakaan kerja.  Instrumen tajam yang digunakan dalam memberikan perawatan kedokteran gigi (misalnya, sonde, jarum dan ampul anestesi yang telah digunakan) memiliki potensi mengakibatkan luka dan menyebarkan penyakit menular.  Luka tersebut dapat dicegah dengan: 1) Penanganan minimal jarum, syringe dan instrumen tajam lainnya setelah penggunaan. 2) Tangani instrumen tajam dengan hati-hati. 3) Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat robek segera setelah digunakan. Apabila wadah tersebut penuh, keluarkan isinya dan bakar atau diisi dengan semen selanjutnya dikubur.

4) Selalu gunakan utility gloves ketika mencuci instrumen yang tajam. 5) Apabila instrumen tajam harus diberikan dari asisten ke operator selama perawatan maka instrumen tersebut tidak boleh dipegang secara bersamaan oleh keduanya. Asisten meletakkan instrumen tajam dalam baskom atau baki yang telah didisinfeksi, beritahukan pada operator bahwa instrumen tersebut telah siap untuk digunakan. 6) Gunakan 'teknik satu tangan' apabila perlu menutup kembali jarum suntik, letakkan tutup jarum suntik di atas permukaan datar dengan satu tangan memegang syringe dan jarum dimasukkan ke tutupnya . Apabila tutup jarum suntik telah menutup jarum, tekan tutup jarum suntik pada permukaan datar jangan menggunakan tangan yang lainnya untuk mengencangkan tutup. Penyuntikan yang aman: 1. Jangan memberikan obat-obatan dari satu jarum suntik ke beberapa pasien walaupun jarumnya diganti. 2. Gunakan single dose vial untuk parenteral obat-obatan jika memungkinkan. Soal: 1. Verbalkan upaya untuk melakukan perlindungan kesehatan karyawan 2. Lakukan tindakan cara pencegahan terjadinya luka di klinik KG 3. Peragakan teknik satu tangan penutupan syring N Uraian o 1 Perlindungan kesehatan karyawan a. Imunisasi tetanus, difteri, poliomyelitis, tifoid, meningococcal, hepatitis A, hepatitis B, rubella, tuberkulosis, measles, batuk rejan, mumps b. manajemen pasca pajanan. c. Pencegahan pajanan darah dan bahan infeksius lainnya

< 60

NILAI 60-70 70-80

>80

2

3

d. Pencegahan kecelakaan kerja. Cara pencegahan terjadinya luka di klinik KG a. Minimal jarum, syringe dan instrumen tajam Iainnya setelah penggunaan. b. Tangani instrumen tajam dengan hatihati. c. Buang instrumen/alat tajam dalam wadah yang tidak dapat robek segera setelah digunakan . d. Apabila wadah tersebut penuh, keluarkan isinya dan bakar atau diisi dengan semen selanjutnya dikubur. e. Selalu gunakan utility gloves ketika mencuci instrumen yang taja m. f. Apabila instrumen tajam harus diberikan dari asisten ke operator selama perawatan maka instrumen tersebut tidak boleh dipegang secara bersamaan oleh keduanya . g. Asisten meletakkan instrumen tajam dalam baskom atau baki yang telah didisinfeksi, beritahukan pada operator bahwa instrumen tersebut telah siap untuk digunakan. h. Gunakan 'teknik satu -tangan' Teknik satu tangan penutupan jarum suntik a. Letakkan tutup jarum suntik di atas permukaan datar dengan satu tangan memegang syringe dan jarum dimasukkan ke tutupnya . b. Apabila tutup jarum suntik telah menutup jarum, tekan tutup jarum suntik pada permukaan datar jangan menggunakan tangan yang lainnya untuk mengencangkan tutup.

9. Etika batuk a. Terapkan etika kebersihan pernapasan/batuk (lihat gambar) b. Tutup mulut & hidung saat batuk/bersin dengan tisu. c. Buang tissu ke tempat limbah. d. Lakukan kebersihan tangan. e. Jika tissu tidak tersedia , bersinkan atau batukkan ke lengan bagian dalam.

Soal: 1. Verbalkan dan peragakan etika batuk N Uraian o 1 Etika batuk a. Tutup mulut & hidung saat batuk/bersin dengan tisu. b. Buang tissu ke tempat Iimbah. c. Lakukan kebersihan tangan. d. Jika tissu tidak tersedia, bersinkan atau batukkan ke lengan bagian dalam.

< 60

NILAI 60-70 70-80

b. Kewaspadaan berdasarkan transmisi 1. Berdasarkan transmisi airborne a) Gunakan masker N95/respiratorik. b) Segera lepas selesai tindakan. 2. Berdasarkan transmisi droplet a) Gunakan masker bedah, pelindung mata dan wajah. b) Segera lepaskan selesai tindakan. 3. Berdasarkan transmisi kontak a) Gunakan sarung tangan dan gaun/baju pelindung. b) Segera lepaskan selesai tindakan. Soal: 1. Jelaskan dan sebutkan yang dilakukan untuk kewaspadaan berdasarkan transmisi N

Uraian

NILAI

>80

o 1

< 60

60-70

70-80

Kewaspadaan berdasarkan transmisi a. Berdasarkan transmisi airborne  Gunakan masker N95/respiratorik.  Segera lepas selesai tindakan. b. Berdasarkan transmisi droplet  Gunakan masker bedah, pelindung mata dan wajah.  Segera lepaskan selesai tindakan. c. Berdasarkan transmisi kontak  Gunakan sarung tangan dan gaun/baju pelindung.  Segera lepaskan selesai tindakan.

Penanganan Instrumen dan Alat Pelayanan Kedokteran Gigi 1. Pembatasan kontaminasi a. Peralatan kritis Peralatan kritis adalah alat yang masuk ke dalam pembuluh darah atau jaringan mulut. Semua peralatan kritis wajib dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori kritis adalah semua instrumen bedah, periodontal scalier, scalpel, bur diamond, bur tulang, dll. b. Peralatan semi kritis Peralatan semi kritis adalah alat yang masuk ke dalam rongga mulut tetapi tidak masuk ke dalam jaringan mulut. Semua peralatan semi kritis wajib dilakukan minimal desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau apabila terdapat alat yang dapat bertoleransi terhadap panas, maka dapat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori semi kritis adalah instrumen diagnosa, kondensor, sendok cetak, handpiece dll. c. Peralatan non kritis Peralatan non kritis adalah alat yang tidak masuk ke dalam rongga mulut dan dapat dilakukan dengan menggunakan disinfektan tingkat rendah. Sebagai contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori nonkritis adalah tensimeter, occipital calipers, radiograph cone, glass plate, semen spate/, dll. Dental unit masuk kedalam katagori semi non kritis tetapi harus dilakukan disinfeksi karena sering terpapar percikan darah maupun air liur. 2. Penentuan zona Area pembersihan dan pemrosesan instrumen yang telah digunakan (zona Kotor), dan area sterilisasi dan penyimpanan instrumen bersih (Zona bersih), serta area perawatan pasien (Zona Kerja) harus terpisah satu sama lain. Zona kotor jangan berdekatan dengan zona bersih dan zona kerja. 3. Pre-Cleaning

>80

Pre-cleaning dilakukan dengan cara merendam alat dengan larutan enzymatik/detergen dengan tujuan untuk melepas noda, darah, lemak dan cairan tubuh Iainnya dari suatu benda sehingga memudahkan untuk pengelolaan selanjutnya. Untuk meminimalkan pajanan terhadap petugas, pemilahan alat-alat terkontaminasi dilakukan Iangsung oleh si pemakai sebelum melepaskan alat pelndung diri (APD). Proses ini dilakukan selama 5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan. 4. Pembersihan instrumen Seluruh instrumen yang digunakan dalam proses perawatan harus dibersihkan/digosok menggunakan sabun dan air. Larutan deterjen harus disiapkan setiap hari, dan diganti lebih sering jika nampak kotor. Operator harus selalu menggunakan sarung tangan khusus, celemek, masker dan kacamata ketika membersihkan instrumen. Gunakan selalu sikat atau sikat gigi yang berbulu lunak untuk menggosok instrumen dan alat Iainnya untuk menghilangkan seluruh materi organik (darah dan saliva) dan kotoran lainnya. Hal ini harus dilakukan dibawah permukaan air untuk menghindari terjadi cipratan. Seluruh permukaan instrumen dan alat harus digosok. Penanganan bagi alat-alat yang memiliki engsel (misalnya forceps) dan lekukan (misalnya bone file) harus ditangani secara khusus. Setelah dibersihkan, seluruh instrumen dan alat harus dibilas menggunakan air mengalir atau air yang disimpan dalam wadah (diganti secara berkala) untuk membersihkan seluruh larutan deterjen dan kemudian dikeringkan dengan handuk bersih. 5. Disinfeksi tingkat tinggi Apabila memungkinkan, instrumen yang bersentuhan dengan tulang atau jaringan lunak atau telah kontak dengan darah harus disterilisasi. Apabila tidak tersedia panci tekan atau autoklaf, instrumen d pat di disinfeksi dengan direbus dalam panci berisi air selama 20 menit setelah dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun. 20 m nit dihitung sejak air mulai mendidih. Setelah air dalam panci mulai mendidih, jangan tambahkan air ataupun instrumen selama proses disinfeksi berlangsung. Alkohol dan yodoform tidak dipakai untuk disinfeksi tingkat tinggi (DTT) tetapi dapat untuk disinfeksi tingkat rendah dengan cara merendam alat tersebut selama 20 menit. 6. Sterilisasi Instrumen dengan engsel seperti forceps untuk ekstraksi harus terbuka sebelum diletakkan dalam alat sterilisasi. Instrumen harus diletakkan sehingga uap dapat berputar mengelilinginya. Apabila menggunakan panci tekan, instrumen diletakkan pada wadah di atas permukaan air. Pertahankan temperatur sampai 121°C (250°F) dengan tekaan 15 pound selama 20 menit untuk instrumen yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk instrumen yang dibungkus. Mulai penghitungan waktu ketika uap nampak terlihat dan turunkan panas sampai batas temperatur tetap menghasilkan uap panas.

Pada akhir proses terilisasi, biarkan uap keluar lalu buka tutup panci tekan untuk membiarkan instrumen mendingin secara perlahan. Bila menggunakan autoklaf digunakan temperature 121°C, tekanan 15 psi (pressure per square inch) selama 30 menit. Metode sterilisasi panas kering dilakukan dengan menggunakan oven dengan panas yang tinggi, adapun temperatur dan waktunya adalah sesuai petunjuk pabrik. Setelah melewati seluruh proses sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi, instrumen yang tidak dibungkus dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah yang juga telah disterilisasi atau didisinfeksi yang telah diberi tanda yang mengindikasikan bahwa instrumen didalamnya telah disterilkan. Instrumen harus disimpan dalam tempat tertutup (lemari, laci atau kontainer) dan harus digunakan lagi dalam waktu kurang dari satu minggu. Penyimpanan adalah hal yang penting. Sterilitas alat yang dibungkus dapat bertahan lebih lama kecuali apabila pembungkus sobek atau basah, yang dapat mengakibatkan kontaminasi Instrumen dalam pembungkus yang rusak harus dibersihkan, dibungkus dan disterilkan kembali. 7. Penatalaksanaan dental unit Dental unit dan dental chair adalah benda utama yang menjadi perhatian pasien yang memasuki suatu ruangan pelayanan kedokteran gigi. Jadi alatalat tersebut harus selalu dalam keadaan bersih dan siap pakai. a. Tempat-tempat yang harus mendapat perhatian pada dental unit: b. Meja instrument, harus bersih dan diulas dengan alkohol 70%. c. Handpiece harus bersih dan diberi pelumas sesudah digunakan. d. Three way syringe. e. Penghisap saliva. f. Penghisap darah (vacuum tip). g. Spittoon cuspidor bowl. Spittoon bowl, disiram dengan lisol kemudian disiram dengan air bersih lalu disikat dengan deterjen dan dibilas kembali. h. Pegangan lampu harus bersih dan diulas dengan alkohol 70%. Pada dental chair : a. Sandaran kepala/head rest bersih. b. Sandaran tangan/arm rest bersih. c. Tempat duduk bersih. d. Tempat menaruh kaki/foot rest bersih. Apabila akan melakukan tindakan : a. Lapisi dengan plastik (wrapping). 1) Engsel-engsel di dental unit. 2) Pegangan lampu. 3) Meja. 4) Pegangan kursi. 5) Sandaran kepala.

b. Desinfeksi permukaan: siapkan larutan Morin 0,05%, semprotkan ke semua permukaan, tunggu sampai 10 menit, lap dengan lap basah dan keringkan dengan lap/handuk kering. Fasilitas Pencegahan Pengendalian Infeksi yang Perlu Disediakan 1. Di RS, Puskesmas dan Praktik Swasta a. Pre-cleaning: perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymatik/ detergen selama 5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan. b. Pencucian dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam air). c. Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan. d. Didisinfeksi dan disterilkan, dengan cara salah satu dibawah ini:  Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih selama 15 sampai 20 menit, misalnya alat dari logam, kaca.  Dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 121°C.  Dengan panas kering pada suhu 1809C selama 1 jam atau 1609C selama 2 jam.  Disinfeksi dengan bahan kimia (misal larutan Morin 0,5%) untuk bahan yang cepat rusak bila terkena panas misalnya sarung tangan karet (utility gloves).  Disimpan di bak instrumen tertutup Soal: 1. Bagaimanakah penanganan instrumen dan alat pelayanan di KG untuk menghindari infeksi silang? 2. Jelaskan dan sebutkan alat kritis, semi kritis dan non kritis dan bagaimana pengelolaan sterilisasinya 3. Bagaimana cara pelaksanaan precleaning di KG NILAI N Uraian o < 60 60-70 70-80 1 Penaganan instrumen dan alat KG untuk menghindari infeksi a. Pembatasan kontaminasi b. Penentuan zona c. Pre cleaning d. Pembersihan instrumen e. Desinfeksi tingkat tinggi f. Sterilisasi g. Penata laksanaan dental unit 2 Alat alat kritis, semi kritis dan non kritis Peralatan kritis: a. peralatan kritis adalah alat yang masuk ke dalam pembuluh darah

>80

3

atau jaringan mulut. b. contoh peralatan yang dimasukkan dalam kategori kritis adalah semua instrumen bedah, periodontal scaller, scalpel, bur diamond, bur tulang, dll. c. wajib dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas. Peralatan semi kritis: a. peralatan semi kritis adalah alat yang masuk ke dalam rongga mulut tetapi tidak masuk ke dalam jaringan mulut. b. contoh peralatan adalah instrumen diagnosa, kondensor, sendok cetak, handpiece dll. c. wajib dilakukan minimal desinfeksi tingkat tinggi (DTT) atau apabila terdapat alat yang dapat bertoleransi terhadap panas, maka dapat dilakukan sterilisasi dengan menggunakan panas. Peralatan non kritis: a. peralatan non kritis adalah alat yang tidak masuk ke dalam rongga mulut b. contoh peralatan kategori nonkritis adalah tensimeter, occipital calipers, radiograph cone, glass plate, semen spate, dental unit, dll c. dilakukan disinfeksi karena sering terpapar percikan darah maupun air liur. Dilakukan dengan menggunakan disinfektan tingkat rendah. Pelaksanaan pre-cleaning di KG a. Pre-cleaning dilakukan dengan cara merendam alat dengan larutan enzymatik/detergen b. Tujuan  melepas noda, darah, lemak dan cairan tubuh Iainnya dari suatu benda untuk memudahkan pengelolaan selanjutnya.

4

 meminimalkan pajanan terhadap petugas, c. Pemilahan alat-alat terkontaminasi dilakukan Iangsung oleh si pemakai sebelum melepaskan alat pelndung diri (APD). d. Proses ini dilakukan selama 5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan. Pembersihan instrumen: a. Seluruh instrumen yang digunakan dalam proses perawatan harus dibersihkan/digosok menggunakan sabun dan air. b. Larutan deterjen harus disiapkan setiap hari, dan diganti lebih sering jika nampak kotor. c. Operator harus selalu menggunakan sarung tangan khusus, celemek, masker dan kacamata ketika membersihkan instrumen. d. Gunakan selalu sikat atau sikat gigi yang berbulu lunak untuk menggosok instrumen dan alat Iainnya untuk menghilangkan seluruh materi organik (darah dan saliva) dan kotoran lainnya. e. Harus dilakukan dibawah permukaan air untuk menghindari terjadi cipratan. f. Penanganan bagi alat-alat yang memiliki engsel (misalnya forceps) dan lekukan (misalnya bone file) harus ditangani secara khusus. g. Setelah dibersihkan, seluruh instrumen dan alat harus dibilas menggunakan air mengalir atau air yang disimpan dalam wadah (diganti secara berkala) untuk membersihkan seluruh larutan deterjen h. Alat dikeringkan dengan handuk

5

6

bersih. Disinfeksi tingkat tinggi: a. Instrumen yang bersentuhan dengan tulang atau jaringan lunak atau telah kontak dengan darah harus disterilisasi. b. Apabila tidak tersedia panci tekan atau autoklaf, instrumen dapat di disinfeksi dengan direbus dalam panci berisi air selama 20 menit setelah dibersihkan dengan menggunakan air dan sabun. c. 20 menit dihitung sejak air mulai mendidih. d. Setelah air dalam panci mulai mendidih, jangan tambahkan air ataupun instrumen selama proses disinfeksi berlangsung. e. Alkohol dan yodoform tidak dipakai untuk disinfeksi tingkat tinggi (DTT) tetapi dapat untuk disinfeksi tingkat rendah dengan cara merendam alat tersebut selama 20 menit. Sterilisasi: a. Instrumen dengan engsel seperti forceps untuk ekstraksi harus terbuka sebelum diletakkan dalam alat sterilisasi. b. Instrumen harus diletakkan yang menyebabkan uap dapat berputar mengelilinginya. c. Apabila menggunakan panci tekan, instrumen diletakkan pada wadah di atas permukaan air. d. Pertahankan temperatur sampai 121°C (250°F) dengan tekanan 15 pound selama 20 menit untuk instrumen yang tidak dibungkus dan 30 menit untuk instrumen yang dibungkus. e. Mulai penghitungan waktu ketika uap nampak terlihat dan turunkan

7

panas sampai batas temperatur tetap menghasilkan uap panas. f. Pada akhir proses terilisasi, biarkan uap keluar Ialu buka tutup panci tekan untuk membiarkan instrumen mendingin secara perlahan. g. Bila menggunakan autoklaf digunakan temperature 121°C, tekanan 15 psi (pressure per square inch) selama 30 menit. h. Metode sterilisasi panas kering dilakukan dengan menggunakan oven dengan panas yang tinggi, adapun temperatur dan waktunya adalah sesuai petunjuk pabrik. i. Setelah proses sterilisasi atau disinfeksi tingkat tinggi, instrumen yang tidak dibungkus dapat segera digunakan atau disimpan dalam wadah yang juga telah disterilisasi atau didisinfeksi yang telah diberi tanda j. Instrumen harus disimpan dalam tempat tertutup (lemari, laci atau kontainer) dan harus digunakan lagi dalam waktu kurang dari satu minggu. k. Sterilitas alat yang dibungkus dapat bertahan lebih lama kecuali apabila pembungkus sobek atau basah, yang dapat mengakibatkan kontaminasi l. Instrumen dalam pembungkus yang rusak harus dibersi hkan, dibungkus dan disterilkan kembali. Penatalaksanaan dental unit: a. Dental unit dan dental chair harus selalu dalam keadaan bersih dan siap pakai. b. Tempat-tempat yang harus mendapat perhatian pada dental unit:  Meja instrument, harus bersih

dan diulas dengan alkohol 70%.  Handpeace harus bersih dan diberi pelumas sesudah digunakan.  Three way syringe.  Penghisap saliva.  Penghisap darah (vacuum tip).  Spittoon cuspidor bowl. Spittoon bowl, disiram dengan lisol kemudian disiram dengan air bersih lalu disikat dengan deterjen dan dibilas kembali.  Peganga lampu harus bersih dan diulas dengan alkohol 70%. c. Pada dental chair:  Sandaran kepala/head rest bersih.  Sandaran tangan/arm rest bersih.  Tempat duduk bersih.  Tempat menaruh kaki/foot rest bersih. d. Apabila akan melakukan tindakan:  Lapisi dengan plastik (wrapping), Engsel-engsel di dental unit, Pegangan lampu, Meja, Pegangan kursi, Sandaran kepala.  Desinfeksi permukaan: siapkan larutan Morin 0,05%, semprotkan ke semua permukaan, tunggu sampai 10 menit, lap dengan lap basah dan keringkan dengan lap/handuk kering.

Fasilitas pencegahan pengendalian infeksi yang perlu disediakan NILAI N Uraian o < 60 60-70 70-80 1 RS, Puskesmas dan praktik swasta

>80

2

a. Pre-cleaning: perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymatik/ detergen selama 5-10 menit atau sesuai produk yang digunaka b. Pencucian dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam air). c. Dibilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan. d. Didisinfeksi dan disterilkan, dengan cara salah satu dibawah ini:  Direbus, yaitu mendisinfeksi alat dalam air mendidih selama 15 sampai 20 menit, misalnya alat dari logam, kaca.  Dengan autoklaf selama 15 menit pada suhu 1212C.  Dengan panas kering pada suhu 1809C selama 1 jam atau 1609C selama 2 jam.  Disinfeksi dengan bahan kimia (misal larutan Morin 0,5%) untuk bahan yang cepat rusak bila terkena panas misalnya sarung tangan karet (utility gloves).  Disimpan di bak instrumen tertutup. UKGS a. Pre cleaning perendaman alat bekas pakai dalam cairan enzymatik/detergen selama 5-10 menit atau sesuai produk yang digunakan. b. Pencucian dengan menyikat alat di dalam baskom (alat terendam dalam air). c. Di Bilas dengan air mengalir kemudian tiriskan dan keringkan. d. Disterilkan menggunakan panci tekan dan sejumlah alat (non kritis) didisinfeksi dengan alkohol 70%.

e. Disimpan di bak instrumen

Penata laksanaan kecelakaan kerja N Uraian o < 60 I Penata laksanaan kecelakaan kerja 1 Tertusuk jarum a. segera bilas dengan air mengalir atau air dengan jumlah yang banyak dan sabun atau antiseptik sambil tekan bagian yang tertusuk jarum sampai mengeluarkan darah. b. jari yang tertusuk tidak boleh dihisap dengan mulut. 2 Darah mengenai kulit yang utuh tanpa luka atau tusukan a. cuci dengan sabun dan air mengalir atau larutan garam dapur. 3 Darah mengenai mulut a. Iudahkan dan kumur-kumur dengan air beberapa kali 4 Terpercik pada mata a. cucilah mata dengan air mengalir (irigasi) atau garam fisiologis. 5 Darah memercik ke hidung a. hembuskan keluar dan bersihkan dengan air. II Tatalaksana pajanan darah di tempat kerja Cuci a. Lakukan pencucian daerah yang terpajan seperti tindakan diatas. b. pencatatan kejadian pajanan dan dilaporkan dalam waktu kurang dari 24 jam kepada yang berwenang yaitu atasan langsung dan Komite/Tim Pencegahan dan Pengendalian Infeksi atau panitia K3. Laporan tersebut sangat penting dan menentukan Iangkah berikutnya. c. Memulai Profilaksis Pasca Pajanan (PPP) setelah 72 jam tidak dianjurkan karena tidak efektif. 2 Telaah pajanan a. Jenis pajanan

NILAI 60-70 70-80

>80

3

b. Pajanan yang memiliki risiko penularan infeksi, seperti:  Luka pada kulit.  Pajanan pada selaput mukosa.  Pajanan melalui kulit yang luka.  Gigitan yang berdarah. c. Bahan pajanan, bahan yang memberikan risiko penularan infeksi adalah:  Darah.  Cairan bercampur darah yang kasat mata.  Cairan yang berpotensi terkontaminasi: semen, cairan vagina, cairan serebrospinal, cairan sinovia, cairan pleura, cairan peritoneal, cairan perikardial, cairan amnion.  Virus yang terkonsentrasi. d. Status infeksi  Tentukan status infeksi sumber pajanan (bila belum dik tahui)  HbsAG positif.  HCV positif.  HIV positif.  Untuk sumber yang tidak diketahui, pertimbangkan risiko yang tinggi atas ketiga sumber infeksi di atas.  Jangan melakukan pemeriksaan (laboratorium) pada jarum bekas. e. Kerentanan  Tentukan kerentanan orang yang terpajan.  Pernahkah mendapat vaksinasi Hepatitis B.  Status serologi terhadap HBV bila pernah mendapatkan vaksin.  Anti HCV dan ALT.  Antibodi HIV. Berikan profilaksis pasca pajanan (PPP) kepada terpajan yang berisiko inggi mendapat infeksi. a. HB V



5

Berikan PPP sesegera mungkin, terutama dalam 24 jam pertama.  PEP boleh diberikan juga kepada ibu hamil. b. HC , PPP tidak dianjurkan. c. HIV  Mulai PPP dalam beberapa jam setelah pajanan berupa pemberian ARV jangka pendek untuk menurunkan risiko terjadinya infeksi HIV pasca pajanan.  PPP merupakan bagian dari pelaksanaan pengendalian infeksi yang meminimalkan risiko pajanan terhadap bahan infeksius di tempat kerja.  Perlu diingat bahwa pengendalian infeksi merupakan cara yang paling efektif untuk mengurangi risiko penularan HIV pada tenaga pelayanan kesehatan gigi.  Prioritas utama adalah meningkatkan pemahaman tenaga pelayanan kesehatan gigi tentang pengendalian infeksi clan menyediakan alat pelindung diri (APD) yang memadai. Tindakan pada petugas yang terpajan Vaksinasi dan respon antibodi dari petugas Belum divaksinasi

Pernah divaksinasi Diketahui sebagai

Pengobatan untuk sumber pajanan HbsAg positif HbsAg Sumber yang tidak negatif diketahui/tidak tersedia sarana kesehatan 1 dosis HBIG Beri seri Beri serf vaksinasi dan mulai seri vaksinasi hepatitis B vaksinasi hepatitis B hepatitis B

Tidak perlu pengobatan

Tidak perlu pengobatan

Tidak perlu pengobatan

responder Diketahui sebagai non responder

Tidak diketahui status respon antibodi

6

7

1 dosis HBIG dan ulangan seri vaksinasi B atau 2

Tidak perlu pengobatan

Periksa AntiTidak perlu HBs pengobatan Terpajan: a. Bila cukup, tidak perlu pengobatan b. Bila tidak cukup, berikan dosis HBIG dan vaksin booster

Tata laksana pajanan HIV di tempat kerja a. Langkah 1 dan Iangkah 2 seperti di atas, b. Sumber pajanan perlu dievaluasi untuk kemungkinan adanya infeksi HIV c. Tes HIV pada tenaga pelayan kesehatan yang terpajan hanya dapat dilaksanakan setelah di berikan konseling pra-tes dan memperoleh persetujuan (informed consent) serta tersedia rujukan untuk konseling dan dukungan selanjutnya. d. Kerahasiaan harus dijaga. e. Memberikan konseling dengan penuh perhatian dan tidak menghakimi tentang cara mengurangi pajanan yang berisiko terkena HIV f. Menilai urutan pajanan yang mendahuluinya. g. Dibuat laporan pajanan seperti yang telah disebutkan pada langkah 1 diatas. Pemberian profilaksis pasca pajanan dengan ARV (Anti Retro Virus) a. PPP dimulai sesegera mungkin setelah pajanan, sebaiknya dalam waktu 2-4 jam. b. Pengobatan dua atau tiga jenis obat

Bila diketahui bahwa sumber pajanan berisiko tinggi, obati seperti pada HbsAg postif Periksa Anti-HBs terpajan a. Bila cukup, tidak perlu pengobatan b. Bila tidak cukup, berikan dosis HBIG dan vaksin booster

8

sangat dianjurkan dan lebih efektif dibanding pengobatan tunggal. c. Kombinasi dan dosis yang direkomendasikan tanpa adanya resistensi terhadap Zidovudinen (AZT) atau Lamivudine (3TC) pada tenaga pelayanan kesehatan yang terpajan adalah : 1) ZDV 250-300 mg 2x per hari 2) Lamividine 150 mg 2x per hari 3) Obat ketiga yang ditambahkan: a) Indinavir 800 mg 3x perhari atau b) Efavirenz 600 mg hanya sekali sehari (tidak dianjurkan untuk wanita hamil). d. Sebaiknya pemberian ARV didasarkan pada protokol yang ada, atau bisa disediakan satu "kit" yang berisi ARV atau berdasar konsultasi dengan dokter ahli. e. Konsultasi dengan dokter ahli sangat penting bila diduga ada resistensi terhadap ARV. f. Penting sekali tersedia jumlah ARV yang cukup untuk pemberian satu bulan penuh sejak awal g. Pemberian PPP. Pengobatan dianjurkan diberikan dalam jangka minimal 2 minggu dan paling lama sampai 4 minggu. Efek samping: Sering terjadi efek samping pada pemberian ARV adalah mual dan perasaan tidak enak. Pengaruh yang lainnya kemungkinan sakit kepala, lelah, mual dan diare.

Related Documents


More Documents from "Jerry G"

Modul Patient Safety.docx
October 2019 8
Askep Produksi.docx
May 2020 4
Sap S16-1.docx
April 2020 4
Makalah Bu Nur.docx
April 2020 21