MODUL 3, JATUH KELOMPOK 2 Tutor: dr. Hj. Dahliah, M.Kes
SKENARIO • Anamnesis : Seorang perempuan umur 69 tahun masuk rumah sakit dengan keluhan nyeri pada pangkal paha kanan dan sangat nyeri bila digerakkan sehingga tidak bisa berjalan. Keadaan ini dialami sejak 3 hari yang lalu setelah jatuh terduduk oleh karena terpeleset di lantai rumah. Postur penderita sejak 5 tahun terakhir ini bungkuk ke depan dan kalau berjalan agak pincang karena mengeluh kedua lutut sering sakit dan bengkak. Beberapa hari terakhir ini sebelum jatuh, penderita terdengar batuk-batuk tetapi tidak demam dan sulit sekali mengeluarkan lendir. Nafsu makan juga sangat menurun akhir-akhir ini. Riwayat penyakit selama ini sejak 7 tahun menderita kencing manis dengan minum obat Glibenklamide 5 mg secara teratur, tekanan darah tinggi tetapi berobat tidak teratur dan rematik. Juga pernah serangan stroke 3 tahun lalu.
SKENARIO • Pemeriksaan fisik : TD : 170/90 mmHg, N: 92 x/menit, P: 30 x/menit, S: 37,1o C. Pemeriksaan Auskultasi Paru : terdengar bunyi ronkhi basah kasar di seluruh lapangan ke dua paru. Jantung dalam batas normal, hepar & limpa tak teraba. Tungkai kanan bila digerakkan sangat terhambat oleh karena kesakitan pada daerah pangkal paha. Kedua dorsum pedis terlihat edema. BB : 40 kg & TB : 165 cm.
SKENARIO • Pemeriksaan penunjang : Pem. Lab didapatkan kadar Hb 10,2 gr%, Leukosit 15.700/mm3 GD puasa 158 mg/dl, GD2jamPP 261 mg/dl, ureum 56 mg/dL, kreatinin 1,3 mg/dL, protein total 5,0 gr/dL, albumin 2,4 gr/dL, asam urat 8,6 mg/dL. • Pemeriksaan toraks foto Terlihat perselubungan homogen pada medial ke dua paru.
KATA SULIT • Rematik : merupakan penyakit inflamasi sistemik kronis, inflamasi sistemik yang memengaruhi banyak jaringan dan organ, tetapi terutama menyerang fleksibel (synovial). • Stoke : adalah penyakit atau gangguan fungsional otak akut fokal maupun global, akibat terhambatnya aliran darah ke otak karena perdarahan atau sumbatan dengan gejala dan tanda sesuai bagian otak yang terkena; dapat sembuh sempurna, sembuh dengan cacat, atau kematian. 1. Bawarodi, Fera. Jurnal, Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Kekambuhan Penyakit Rematik di Wilayah Puskesmas BEO Kabupaten Talaud. 2017. Volume 5 no.1 hal. 2. 2. Dewi, Risty TA. Pengaruh Latiahn Bola Lunak Bergerigi dengan Kekuatan Genggam Tangan Pasien Stroke non Hemoragik. 2017. Hal. 9
KATA/KALIMAT KUNCI • Perempuan umur 69 tahun • Nyeri pada pangkal paha kanan dan sangat nyeri bila digerakkan sehingga tidak bisa berjalan • Keadaan ini dialami sejak 3 hari yang lalu setelah jatuh terduduk • Postur penderita sejak 5 tahun terakhir ini bungkuk ke depan • Berjalan agak pincang karena mengeluh kedua lutut sering sakit dan bengkak
KATA/KALIMAT KUNCI • Sebelum jatuh, penderita terdengar batukbatuk tetapi tidak demam dan sulit sekali mengeluarkan lendir • Nafsu makan juga sangat menurun • Riwayat 7 tahun menderita kencing manis dengan minum obat Glibenklamide 5 mg secara teratur • Tekanan darah tinggi tetapi berobat tidak teratur dan rematik • Pernah serangan stroke 3 tahun lalu
DAFTAR MASALAH 1. Nyeri pangkal paha kanan 2. Lutut sering sakit dan bengkak 3. Batuk tidak demam 4. Nafsu makan menurun 5. Kifosis 6. Hipertensi 7. DM 8. Rematik 9. Riwayat stoke 10. Edem kedua dorsum pedis 11. Asam urat 12. Anemia
SKALA PRIORITAS 1. 2. 3. 4.
Nyeri pangkal paha kanan: dicurigai fraktur Pneumonia DM Hipertensi
PERTANYAAN
1 Jelaskan teori menua dan kaitkan dengan scenario!
Teori Proses Menua 1. 2. 3. 4. 5.
Teori "Genetic clock” Mutasi somatik (Teori Error Catastrophe) Rusaknya sistem imum tubuh Teori menua akibat metabolisme Kerusakan akibat radikal bebas
Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). FK UI.
2 Jelaskan efek penuaan pada anatomi dan fisiologi geriatric!
Sistem/organ
Perubahan anatomi
PANCA INDERA • Mata
• • • • • • • •
Lemak periorbital menghilang Stenosis kelenjar lakrimalis Deposit lipid di kornea Konjungtivitis sika Ruang depan mendangkal Hilangnya elastisitas dan sklerosis nukleus di lensa Perubahan degeneratif di otot akomodasi, iris, vitreus, retina, dan koroid Degenerasi neuron kortikal yang berhubungan dengan penglihatan, otot okuler instrinsik dan ekstrinsik
Perubahan fisiologik • • • • • • • • • • • •
• • • •
Mata tampak cekung, kelopak mata melengkung. Ptosis senilis Epifora Arkus senilis Air mata menurun, kornea keruh Sudut filtrasi mengurang Tekanan intraokuler meningkat Presbiopia Pupil mengecil, refleks melambat Gangguan ketepatan visual Penurunan lapangan pandang Pandangan atas warna rusak Adaptasi gelap melambat Muscae voluntes Persepsi visuo-spatial dan diskriminasi kurang akurat Gangguan akomodasi melihat
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ •
Telinga
Perubahan anatomi • • • • •
• •
Hidung. Tenggorok, dan Lidah
• • •
Perubahan fisiologik
Degenerasi organ corti (hilangnya sel rambut) Hilangnya neuron di koklea Vibrasi membran basiler terpengaruh oleh gangguan elastisitas Akumulasi serumen berlebihan Atrofi striae vascularis (produksi endolimfe terganggu) Degenerasi sel rambut di kanal semi sirkularis
• Presbikuasis gangguan: -Sensitivitas nada (frekuensi tinggi) -Persepsi (terutama bila ada latar belakang bising) -Lokalisasi suara -Diskriminasi suara di korteks • Gangguan refleks control postural • Ketidakpastian dan ketidakpercayaan bergerak dalam gelap
Perubahan atrofik di mukosa Degenerasi neuronal Atrofi dan hilangnya elastisitas otot dan tulang rawan laring
• • •
Gangguan rasa mengecap dan membau Hilangnya tanggapan terhadap refleks batuk dan menelan Lipatan suara menghilang suara gemetar, nada meninggi, kekuatan dan jangkauan turun
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
Perubahan fisiologik
GEH • Gigi dan Rahang
• Karies dentis dan resesi gingiva • Perubahan atrofik rahang
• Kesulitan adaptasi gigi palsu dan kesesuaian gigi untuk menggigit
• Esofagus- Anus
• Atrofi mukosa, kelenjar dan otot intestinal • Aliran darah dan aktivitas enzim di usus dan hati menurun
• Gastritis atrofikans • Perubahan nafsu makan • Perubahan asimptomatik sekresi, motilitas dan absorbs • Produksi asam basal menurun • Stimulasi histamine menurun • Produksi faktor instrinsik menurun • Sindroma malabsorbsi meningkat
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
Perubahan fisiologik
KARDIOVASCULAR
• Arteri memanjang dan berkelok • Penebalan intima arteri meningkat, tunika media kaku dan fibrotic • Degenerasi katup jantung, kalsifikasi/ sklerosis yang kadang sampai septum interventrikularis • Perubahan miokardial: deposit lipofuchsin, fibrosis, dan amyloidosis miokardial • Atrofi dan fibrosis tunika media, hyperplasia tunika intima a. koronaria
• “Venous return” di leher kiri sering terblok • Fungsi baroreseptor menurun • Katup kaku dan menimbulkan bising • Tidak ada perubahan/ degenerasi jantung yang spesifik akibat menua. Secara umum: • Curah jantung menurun akibat isi sekuncup menurun • Latihan fisik yang sama naikkan TD atau denyut jantung
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
Perubahan fisiologik
RESPIRASI
• Elastisitas alveoli/ aktivitas silia/ daya recoil elastin menurun • Alveoli koalesens, sklerosis bronki dan jaringan penunjang • Degenerasi epitel dan kelenjar bronki • Osteoporosis (toraks, vertebra, costae) • Penurunan elastisitas dan kalsifikasi tulang rawan • Kelemahan otot intercostal dan aksesori pada pernapasan
• Kapasitas vital menurun • Difusi oksigen terganggu, efisiensi respirasi menurun • Sensitivitas dan efisiensi mekanisme “self” cleansing meurun • Refleks batuk menurun • Kifosis dan peningkatan kekakuan dinding dada • Kapasitas cadangan fungsional pernapasan terganggu • Kelenturan hanya sedikit berubah, karena peningkatan akibat hilangnya recoil elastin
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
Perubahan fisiologik
SISTEM ENDOKRIN
• Ubahan T4 menjadi T3 • Penurunan aktivitas menurun tiroid fungsional • BMR dan ambilan iodin • Penampilan seksual dan radio aktif menurun, fertilitas menurun tingkat disposal metabolic tiroksin menurun • Testosterone bebas (tak terikat) menurun, gonadotropin meningkat, konversi androgen menjadi estrogen di jaringan perifer menurun, estrogen post menopausal menurun, insulin meningkat • Norepinefrin, parathormon, dan vasopressin menurun
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
SISTEM LOKOMOTORIK: • Otot
•
Terjadi atrofi pada serabut otot, baik dalam jumlah atau ukurannya disebabkan oleh gangguan metabolic dan denervasi fungsional
Perubahan fisiologik • • • • • •
• •
Tulang
Osteoporosis: penipisan trabecular dan melebarnya rongga tulang •
SISTEM SARAF PUSAT
• Makroskopik: Penebalan meningeal, atrofi serebral (berat otak menurun 10% antara usia 30-70 tahun
• •
Massa otot menghilang Hilangnya berkas otot Hernia intra dan ekstra abdominal Penurunan kekuatan fisik Kelemahan otot, kaku sendi dan mekanisme sentral penampilan sensorik-motorik Asimtomatik atau nyeri punggung ringan, kifosis, bungkuk, dan tinggi badan menurun Tanggapan intelektual, agilitas mental, daya pemikiran abstrak menghilang Gangguan persepsi, analisis dan integrasi input sensorik menurun Gangguan kesadaran sensorik
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
SISTEM SARAF OTONOM
•
• •
Pembentukan atheroma meningkat dengan makin lanjutnya usia, pathogenesis multifactorial Transmisi saraf tergantung pada asetilkolin, katekolamin, dopamine, dan noradrenalin Disfungsi otonom
Perubahan fisiologik • • • • • •
SISTEM UROGENITAL
• • • • • •
Penebalan membrane basalis kapsula Bowman dan terganggunya permeabilitas Perubahan degenerative tubuli Penurunan jumlah dan atrofi nefron Perubahan vascular pengaruh pembuluh darah pada semua tingkat Atrofi asini prostat dan otot dengan area focus hyperplasia Hyperplasia noduler benigna terdapat pada 75% pria >90 tahun
•
•
Predisposisi terjadinya hipotensi postural Tanggapan terhadap maneuver valsava berubah Sensitivitas baroreseptor menghilang Regulasi suhu terganggu Penilaian nyeri visceral menghilang Gerakan alimenter terganggu Efisiensi ginjal dalam pembuangan sisa metabolisme terganggu dengan menurunnya massa dan fungsi ginjal Ginjal yang menua masih dapat mempertahankan mekanisme homeostasis normal dan ekskresi sisa metabolisme dalam batas tertentu
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
SISTEM HEMATOLOGI
•
•
KULIT DAN INTEGUMEN
• • • • • • • • • •
Perubahan fisiologik
Pertumbuhan RBC/ WBC tidak berubah Sumsum tulang mengandung lebih sedikit sel hemopoitik dan tanggapan terhadap stimulasi menurun
•
Absorbsi besi/folat/B12 menurun
Atrofi: Epidermis Kelenjar keringat Folikel rambut Degenerasi kolagen Perubahan pigmenter Hiperkeratosis epidermal Degenerasi serat kolagen elastic Sklerosis arterial Penurunan lemak subkutan
•
Kulit menipis, kering, fragil, berubah warna Rambut menipis, beruban, kuku menipis, mudah patah, pertumbuhan terlambat, beralur
•
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
Perubahan fisiologik
REMATOLOGI
• Degenerasi tulang rawan ligament dan jaringan peri-artikular • Synovia menebal dan terdapat hipertrofi vili • Tulang rawan menjadi kuning dan keruh, mungkin terjadi erosi di permukaan atau perubahan kimiawi yang mengarah pada terjadinya degenerasi mukoid, pembentukan kista dan kalsifikasi
• Berkurangnya isolasi dan bantalan • Penurunan fungsi sendi • Hilangnya elastisitas dan mobilitas sendi • Kekakuan sendi dan cenderung menjadi nyeri/sakit • Sulit dalam gerakan rumit • Postur bungkuk • Tinggi badan menurun • Distosia lain yang disebabkan oleh atrofi dan kelemahan rangka
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
Sistem/organ
Perubahan anatomi
Perubahan fisiologik
SISTEM IMUNOLOGI
• Timus menghilang • Limfosit B atau T tetap tetapi kualitas berubah
• Penurunan fungsi imun “innate” • Aktivitas sel T menurun dan fungsi makrofag menurun
BADAN MENYELURUH
• Penurunan tinggi badan (postur bungkuk karena kifosis) • Berat badan menurun • Peningkatan ratio lemak/ BB bersih • Penurunan air tubuh total
• Nyeri punggung ringan • Nilai kreatinin cenderung normal, walaupun GFR menurun • Kesulitan menilai turgor
Martono, Hadi, dkk. 2015. Buku Ajar Boedhi-Darmojo. Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi ke 5. Jakarta: Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Hal: 72-79.
3 Jelaskan factor resiko terjadinya jatuh pada scenario!
Faktor yang Mempengaruhi Risiko Jatuh 1) Faktor Intrinsik a. Usia 1. Sistem muskuloskeletal a). Jaringan penghubung (kolagen dan elastin) b). Kartilago c). Tulang d). Otot e). Sendi 2. Sistem Saraf 3. Sistem kardiovakuler 4. Sistem Indera 1. Timiras PS, Navazio FM. 2007. “The Skeleton, Joint, and Sceletal and Cardiac Muscle”. dalam P. S. Timiras PS. Physiological Basis of Aging and Geriatrics (4th Edition). Florida : CRC Press. 2. Sri Surini Pudjiastuti, Budi Utomo, 2002; Fisioterapi Pada lansia; Jakarta, Buku Kedokteran EGC, hal 60-61, 76. 3. Bonder R B dan Wagner M. 1994. Functional Performance In Older Adult; philadelphia: F.A davis company hal 43. Canbek Jennifer. Fulk D. Nof L. Echternach. J. 2013. Test-retest reliability and construct validity of the tinetti performance-oriented mobility assessment in people with stroke. 4. Barnedh, H., Sitorus, F., & Ali, W. 2006. Penilaian Keseimbangan menggunakan Skala Keseimbangan Berg pada Lansia di Kelompok lansia Puskesmas Tebet Tesis. Jakarta: FKUI.
Faktor yang Mempengaruhi Risiko Jatuh b. Kekuatan Otot c. Keseimbangan d. Indeks Massa Tubuh ( IMT )
1. Timiras PS, Navazio FM. 2007. “The Skeleton, Joint, and Sceletal and Cardiac Muscle”. dalam P. S. Timiras PS. Physiological Basis of Aging and Geriatrics (4th Edition). Florida : CRC Press. 2. Sri Surini Pudjiastuti, Budi Utomo, 2002; Fisioterapi Pada lansia; Jakarta, Buku Kedokteran EGC, hal 60-61, 76. 3. Bonder R B dan Wagner M. 1994. Functional Performance In Older Adult; philadelphia: F.A davis company hal 43. Canbek Jennifer. Fulk D. Nof L. Echternach. J. 2013. Test-retest reliability and construct validity of the tinetti performance-oriented mobility assessment in people with stroke. 4. Barnedh, H., Sitorus, F., & Ali, W. 2006. Penilaian Keseimbangan menggunakan Skala Keseimbangan Berg pada Lansia di Kelompok lansia Puskesmas Tebet Tesis. Jakarta: FKUI.
Faktor yang Mempengaruhi Risiko Jatuh 2) Faktor Ekstrinsik a. Lingkungan b. Latihan atau Aktivitas Fisik
1. Timiras PS, Navazio FM. 2007. “The Skeleton, Joint, and Sceletal and Cardiac Muscle”. dalam P. S. Timiras PS. Physiological Basis of Aging and Geriatrics (4th Edition). Florida : CRC Press. 2. Sri Surini Pudjiastuti, Budi Utomo, 2002; Fisioterapi Pada lansia; Jakarta, Buku Kedokteran EGC, hal 60-61, 76. 3. Bonder R B dan Wagner M. 1994. Functional Performance In Older Adult; philadelphia: F.A davis company hal 43. Canbek Jennifer. Fulk D. Nof L. Echternach. J. 2013. Test-retest reliability and construct validity of the tinetti performance-oriented mobility assessment in people with stroke. 4. Barnedh, H., Sitorus, F., & Ali, W. 2006. Penilaian Keseimbangan menggunakan Skala Keseimbangan Berg pada Lansia di Kelompok lansia Puskesmas Tebet Tesis. Jakarta: FKUI.
4 Apa saja penyebab jatuh?
Penyebab-Penyebab Jatuh pada Lansia KECELAKAAN
NYERI KEPALA/VERTIGO
HIPOTENSI ORTHOSTATIC
OBAT-OBATAN
PROSES PENYAKIT YANG SPESIFIK
IDIOPATIK
SINKOPE
Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal. 182-182
5 Bagaimana hubungan riwayat penyakit terdahulu dengan jatuh yang dialami oleh pasien?
DM dan jatuh
DM
Konsumsi obat DM (glibenklamid)
hipoglikemia
jatuh
Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology 11th edition. Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006; Halaman 693
Hipertensi Hipertensi pada geriatri
Hipertensi ortostatik
Obat hipertensi
Furosemid: hipertensi ortostatik Diuretik: hipotensi
Jatuh
Berkurangnya darah ke otak
Faktor intrinsik jatuh Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology 11th edition. Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006; Halaman 693
Osteoatritis dan jatuh
Nyeri
Inactive tungkai
Penurunan keseimabngan postur
Jatuh
Tonus dan massa otot berkurang
Guyton, Arthur C., John E. Hall. Textbook of Medical Physiology 11th edition. Pennsylvania: Elsevier Saunders. 2006; Halaman 693
Stroke Riwayat stroke Disfungsi motorik, sensorik, vestibular, dan cerebellar Lesi akut jalur otolith sentral di batang otak dan ganglia basal ataksia trunkal, defek lapang pandang yang luas, anosognosia, dan hemineglect Faktor intrinsik terjadinya jatuh
Remler BF, Daroff RB. Falls and Drop Attacks [Internet]. Seventh Edition. Neurology in Clinical Practice. Elsevier Inc.; 2012. 20-25 p. Available from: http://linkinghub.elsevier.com/retrieve/pii/B9781437704341000037
Fraktur Pada Osteoporosis
densitas tulang rendah jatuh trauma
meningkatnya pengeroposan tulang
penuaan
massa tulang tidak adekuat
menopause faktor kalsium tidak tercukupi
fraktur
dr. Himawan Sanusi. 2018. Geriatric Endocrinology Boedhi-Darmojo R. Teori proses menua. Dalam: Martono H, Pranarka K (editor). Buku ajar Boedhi-Darmojo geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi ke-5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015:
Nafsu makan menurun dan jatuh Perubahan fisiologi saluran cerna
jatuh
Pemecahan makronutrient yang tidak sempurna
Glukosa ke otak menurun
Pengosongan lambung menjadi lambat
hipoglikemi
Penurunan nafsu makan
Intake menurun
Boedhi-Darmojo R. Teori proses menua. Dalam: Martono H, Pranarka K (editor). Buku ajar Boedhi-Darmojo geriatri (ilmu kesehatan usia lanjut). Edisi ke5. Jakarta: Pusat Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia; 2015
Pneumoni dan jatuh ASPIRASI
FAKTOR RISIKO • USIA MENUA • ASPIRASI • KOMORBIDITAS • MALNUTRISI • IMOBILISASI • ALKOHOLISME
• • • • •
Jatuh dr. Himawan Sanusi. 2018. Geriatric Endocrinology
FUNGSI EPIGLOTIS TIDAK MERAPAT JARINGAN ELASTIK DI ALVEOLI DAN DUKTUS ALVEOLI MENURUN KELEMAHAN OTOT-OTOT PERNAPASAN PENURUNAN REFLEKS MENELAN DAN BATUK PENURUNAN KESADARAN
6 Bagaimana Langkah Langkah Diagnosis yang terkait dengan scenario?
Langkah – langkah diagnosis a. o o o o o
Anamnesis Seputar jatuh Gejala yang menyertai Gejala lain yang Kondisi komorbid yang Review obat – obatan diminum o Riview keadaan lingkungan b. Pemeriksaan fisik o Mengukur tanda vital o Kepala dan leher o Pemeriksaan jantung o Neurologi o Muskuloskeletal
c. d. e. yang f. o o o g. o o
Status fungsional : dinilai dengan index ADL’S Barthel Status Kognitif : skor AMT/MMSE Status gizi : dinilai dari IMT BB/TB2= 40/1652= 14,69 kg/m2 (underweight) Assesmen Fungsi gait dan keseimbangan Mobilitas Aktifitas kehidupan sehari – hari Pemeriksaan tambahan Radiologi Laboratorium
Martono, H.Hadi , Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut). Edisi 5.Jakarta: Badan Penerbit Fakultas Kedokteran UI; 2014. Halaman 190 – 191
7 Bagaimana interpretasi dari pemeriksaan fisik dan pemeriksaan laboratorium yang ada di scenario?
Interpertasi Nilai Pem. Klinis Tekanan Darah = 170/90 mmHg
Hipertensi
Nadi = 92x/menit
Takikardi
Pernapasan = 30x/menit
Takipneu
Suhu = 37,1 C
Normal
1. Bell, Kayce. June Twiggs. 2015. Hypertension : “The Silent Killer” : Updated JNC-8 Guideline Recommendations. Auburn University. Auburn, USA. 2. Sosialine, Engko. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia.
Interpertasi Nilai Pem. Laboratorium Pemeriksaan Laboratorium
Nilai Rujukan
Pada Skenario
12-16 gr/dl
10,2 gr/dl
3200 – 10.000/mm3
15.700/mm3
Gula Darah Puasa (GDP)
<150 mg/dl
156 mg/dl
Gula Darah 2 jam Post prandial (GD2PP)
<200 mg/dl
261 mg/dl
Ureum
10-50 mg/dl
56 mg/dl
0,6 – 1,3 mg/dL
1,3 mg/dl
Protein Total
6,1-8,2 gr/dL
5,0 gr/dl
Albumin
3,5 – 5,0 g/dl
2,4 g/dl
2,3 – 6,6 mg/dL
8,6 mg/dl
Hemoglobin (Hb) Leukosit
Kreatinin
Asam Urat
1. Sosialine, Engko. 2011. Pedoman Interpretasi Data Klinik. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia. 2. InfoDatin. 2012. Diabetes. Kementerian Kesehatan Republik Indonesia
8 Apa saja komplikasi dari jatuh?
KOMPLIKASI JATUH PADA LANSIA 1. Perlukaan (injury) Rusaknya jaringan lunak yang terasa sangat sakit berupa robek atau tertariknya jaringan otot, robeknya arteri / vena Patah tulang (fraktur) : ▫ Pelvis ▫ Femur (terutama kollum) ▫ Humerus ▫ Lengan bawah ▫ Tungkai bawah ▫ Kista Hematom subdural Neuman, Mark D. and Lee A. Fleisher. Miller's Anesthesia, geriatrics ed.8. by Saunders. 2015. Hal. 1074
KOMPLIKASI JATUH PADA LANSIA 2. Perawatan rumah sakit Komplikasi akibat tidak dapat bergerak (imobilisasi) Risiko penyakit-penyakit iatrogenik 3. Disabilitas Penurunan mobilitas yang berhubungan dengan perlukaan fisik Penurunan mobilitas akibat jatuh, kehilangan kepercayaan diri, dan pembatasan gerak Risiko untuk dimasukkan dalam rumah perawatan (nursing home) 4. Mati Neuman, Mark D. and Lee A. Fleisher. Miller's Anesthesia, geriatrics ed.8. by Saunders. 2015. Hal. 1074
9 Bagaimana penatalaksanaan yang tepat pada scenario?
Penatalaksanaan 1. Hipjoint Fracture
Recognisi Reduksi Retensi
Rehabilitasi
2. Pneumonia : Pemberian Antibiotik : 1. Amoksisilin 2. Azitromisin 3. Seftriakson 3. Diabetes Mellitus : 1. Sulfonil Urea Gliclazid 40-320 mg/hari sebelum makan 2. DPP 4 inhibitor Linagliptin 5mg/hari tdk brgantung jadwal makan 4. Hipertensi : 1. Tiazid • 2. ACE-I kombinasi lebih baik • 3. ARB • 4. CCB 5. Level 1 Acetaminophen atau Nsaid + Ranitidine (gastroprotector)
10 Bagaimana pencegahan jatuh?
Pencegahan 1. Identifikasi faktor resiko 2. Penilaian pola berjalan (gait) dan keseimbangan 3. Penilaian Keseimbangan 4. Mengatur / mengatasi faktor situasional
Buku Ajar Boedhi-Darmojo Geriatri (Ilmu Kesehatan Usia Lanjut) Edisi IV. Balai Penerbit Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia. Jakarta. 2010. Hal. 181-185
11 Perspektif islam yang terkait dengan scenario!
Surah Al-Isra Ayat 23
Artinya: Dan Tuhanmu telah memerintahkan supaya kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah kamu berbuat baik kepada ibu bapakmu. Jika salah seorang diantara keduanya atau kedua-duanya berusia lanjut dalam pemeliharaanmu, maka sekali-sekali janganlah engkau mengatakan kepada keduanya perkataan "ah" dan janganlah engkau membentak keduanya, dan ucapkanlah kepada keduanya perkataan yang baik.
Surah Al-Ahqaf Ayat 15
Artinya: Kami perintahkan kepada manusia supaya berbuat baik kepada dua orang ibu bapaknya, ibunya mengandungnya dengan susah payah, dan melahirkannya dengan susah payah (pula). Mengandungnya sampai menyapihnya adalah tiga puluh bulan, sehingga apabila dia telah dewasa dan umurnya sampai empat puluh tahun ia berdoa: "Ya Tuhanku, tunjukilah aku untuk mensyukuri nikmat Engkau yang telah Engkau berikan kepadaku dan kepada ibu bapakku dan supaya aku dapat berbuat amal yang saleh yang Engkau ridhai; berilah kebaikan kepadaku dengan (memberi kebaikan) kepada anak cucuku. Sesungguhnya aku bertaubat kepada Engkau dan sesungguhnya aku termasuk orang-orang yang berserah diri
KESIMPULAN Jatuh merupakan salah satu geriatric giant, sering terjadi pada usia lanjut, penyebab tersering adalah masalah di dalam dirinya sendiri (gangguan gait, sensorik, kognitif, sistem syaraf pusat) didukung oleh keadaan lingkungan rumahnya yang berbahaya (alat rumah tangga yang tua/tidak stabil, lantai yang licin dan tidak rata, dll). Jatuh sering mengakibatkan komplikasi dari yang paling ringan berupa memar dan keseleo sampai dengan patah tulang bahkan kematian, oleh karena itu harus dicegah agar jatuh tidak terjadi berulang-ulang, dengan cara identifikasi faktor risiko, penilaian keseimbangan dan gaya berjalan, serta mengatur/mengatasi faktor situasional. Pada prinsipnya mencegah terjadinyajatuh pada usia lanjut sangat penting dan lebih utama daripada mengobati akibatnya.
TERIMAKASIH