Micro Review By Bright Indonesia

  • Uploaded by: wahyu wibowo
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Micro Review By Bright Indonesia as PDF for free.

More details

  • Words: 7,232
  • Pages: 22
Research Review Mei 25, 2009

DAFTAR ISI Executive Summary___________________________________________________________2 Definisi Kredit untuk UMKM____________________________________________________6 Pertumbuhan Kredit MKM_____________________________________________________ 7 Perkembangan Kredit MKM Menurut Plafon_______________________________________9 Perkembangan Kredit MKM Menurut Penggunaan_________________________________ 11 Perkembangan Kredit MKM Menurut Sektor Ekonomi dan Lokasi______________________13 Perkembangan NPL Kredit MKM Perbankan_______________________________________15 Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Bank_______________________________17 Kesimpulan dan Rekomendasi__________________________________________________19

DAFTAR TABEL Tabel 1. Perkembangan Kredit Bank Umum________________________________________9 Tabel 2. Kredit MKM Bank Umum Menurut Plafon_________________________________ 11 Tabel 3. Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Penggunaan________________12 Tabel 4. Perkembangan Posisi Kredit MKM Perbankan Menurut Sektor Ekonomi______________________________________________________ 14 Tabel 5. Perkembangan NPL Kredit MKM Perbankan________________________________15 Tabel 6. Perkembangan NPL Kredit MKM bank Umum______________________________ 16 Tabel 7. Perkembangan NPL Kredit MKM Perbankan Menururt Penggunaan_____________16 Tabel 8. Perkembangan NPL Kredit MKM Bank Umum Menurut Penggunaan____________ 17 Tabel 9. Perkembangan Posisi Kredit MKM Menurut Kelompok Bank___________________18 Tabel 10. Perkembangan Posisi Kredit MKM Menurut Kelompok Bank Umum____________18

DAFTAR GRAFIK Grafik 1. Perkembangan Posisi Kredit MKM________________________________________8 Grafik 2. Perkembangan Kredit MKM Perbankan Menurut Plafon______________________10 Grafik 3. Perkembangan Kredit MKM Perbankan Menururt Jenis Penggunaan____________12 Grafik 4. Perkembangan Kredit Mikro Perbankan Menurut Penggunaan________________ 13

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Page | 1

Research Review Mei 25, 2009

PERKEMBANGAN KREDIT MIKRO DARI PERBANKAN CENDERUNG MEMBURUK

Executive Summary Prioritas pengembangan kredit bagi usaha Mikro, Kecil dan Menengah (UMKM) telah menjadi komitmen Bank Indonesia dan Pemerintah. Sejauh yang dikemukakan kepada publik, prioritas itu pun didukung oleh rencana bisnis bank-bank besar. Bahkan, banyak pihak yang memprediksi keadaan kredit bagi UMKM akan lebih baik dibanding dengan kredit non MKM pada kondisi perbankan yang memburuk terkena dampak krisis global. Secara lebih khusus, kredit mikro dianggap akan menjadi tumbuh lebih pesat dibanding kredit lainnya. Fakta empiris yang ditemukan dalam riset BRIGHT Indonesia ternyata kurang mendukung realisasi komitmen di atas. Dampak buruk krisis global terhadap perbankan ternyata juga amat terlihat pada perkembangan kredit MKM. Terlebih pada kredit mikro yang memburuk, baik dari aspek pertumbuhan maupun kualitasnya selama enam bulan terakhir. Selama dua tahun terakhir, penyaluran kredit MKM perbankan tumbuh lebih rendah dari kredit non MKM, sehingga pangsanya atas total kredit perbankan cenderung menurun. Pangsa kredit MKM pada akhir tahun 2008 adalah 49,5% dari total kredit perbankan, turun dari 51,2% (2007) dan 51,85% (2006). Trends tersebut sejauh ini tidak berubah dengan adanya krisis keuangan global jika dampaknya dianggap mulai terjadi pada triwulan III-2008. Sebagai catatan, pangsa kredit MKM sempat menaik pada kurun waktu sebelumnya, yakni : 44,38% (2002), 48,07% (2003), 49,55% (2004), dan 52,03% (2005). Nominal kredit mikro perbankan mengalami pertumbuhan yang cukup berarti selama beberapa tahun terakhir, tetapi lebih rendah daripada rata-rata kredit MKM, sehingga pangsanya cenderung mengalami penurunan. Pangsa kredit mikro dalam total kredit MKM adalah : 35,4% (2008), 38,6% (2007), dan 42,5% (2006). Trends ini masih tetap berlangsung selama enam bulan terakhir, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa tahun terakhir, pangsa kredit kecil melampaui kredit mikro. Kualitas kredit MKM secara umum memang sedikit lebih baik daripada kredit non MKM, namun NPL kredit MKM juga cenderung mengalami peningkatan dalam enam bulan terakhir yang berarti dipengaruhi pula oleh dampak buruk krisis global. NPL kredit mikro bahkan lebih buruk dari yang lain, dan cenderung semakin memburuk. Sebagai contoh, NPL kredit mikro Bank Umum memburuk dari 3,73% (September 2008) menjadi 4,32% (Maret 2009). Penggunaan kredit MKM lebih banyak untuk keperluan konsumtif, dengan kecenderungan yang

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Page | 2

Research Review Mei 25, 2009

terus meningkat. Pangsa kredit konsumsi terus mengalami peningkatan, dari 43,1% pada tahun 2002 menjadi 52,0% pada tahun 2008. Sebaliknya, pangsa kredit modal kerja turun dari 46,4% (2002) menjadi 39,5% (2008), dan kredit investasi turun dari 10,5% (2002) menjadi 8,5% (2008). Kecenderungan demikian lebih tampak pada perkembangan kredit mikro perbankan. Pangsa konusmsi kredit mikro terus tumbuh dari 72,5% (2006), 73,6% (2007) dan 74,2% (2008). Lebih rendahnya NPL untuk penggunaan konsumsi kemungkinan menjadi salah satu pertimbangan Page | 3 utama pihak perbankan dalam hal ini. Alokasi kredit MKM masih sangat timpang jika dilihat dari lokasi proyek sampai dengan akhir 2008. Jawa dan Bali sebesar 65,9% sedangkan di luar Jawa dan Bali 34,1%. Kawasan Timur Indonesia menyerap 84,8% sedangkan Kawasan Barat Indonesia hanya menyerap 15,2%. 10 Propinsi terbesar menyerap 77,9%, sedangkan 23 propinsi lainnya hanya mendapat 22,1%. Alokasi kredit MKM berdasar sektor ekonomi memiliki kecenderungan yang semakin berorientasi kepada jasa, terutama jasa perdagangan dan jasa dunia usaha lainnya. Pangsa alokasi kredit kepada industri justeru semakin mengecil. Bias perkotaan juga diindikasikan oleh rendah dan menurunnya pangsa alokasi bagi sektor pertanian. Sebagai contoh, pembiayaan untuk sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian justeru berangsurur menurun, yakni : 3,5 % (2006), 3,3% (2007) dan 3,2% (2008). Dan alokasi untuk perindustrian masih tergolong besar, namun pangsanya juga mengalami penurunan, yaitu : 8,6% (2006), 7,3% (2007) dan 7,0% (2008). Kredit MKM dari BPR juga terindikasi bias perkotaan jika dilihat dari sektor ekonomi yang diberi kredit dimana pangsa sektor pertanian masih amat kecil. Klaim pertumbuhan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang dianggap sukses masih memerlukan pencermatan lebih lanjut. Bisa dipertanyakan tentang mengapa alokasi kredit dari KUR tidak mampu menaikkan pangsa kredit MKM, khususnya kredit mikro seperti yang dibahas di atas. Tidak tertutup kemungkinan, sebagian cukup besar alokasi KUR adalah kepada para debitur yang sebelumnya sudah pernah mendapat akses kredit MKM. BRIGHT Indonesia menyarankan agar Bank Indonesia lebih bersungguh-sungguh merealisasikan komitmennya terhadap pengembangan kredit bagi UMKM. Direkomendasikan untuk meningkatkan bantuan yang bersifat lebih langsung dan nyata. Disarankan pula agar kerjasama dengan lembaga keuangan mikro diwujudkan dan ditingkatkan mengingat perbankan sejauh ini terbukti tidak mampu menangani kredit mikro secara baik dan efektif.

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

PERKEMBANGAN KREDIT MIKRO DARI PERBANKAN CENDERUNG MEMBURUK Krisis keuangan global belum berdampak amat buruk terhadap kinerja perbankan selama tahun Page | 4 2008. Indikator-indikator utama perbankan secara umum masih terlihat cukup baik dan stabil. Aset, dana pihak ketiga yang berhasil dihimpun dan penyaluran kredit masih tumbuh cukup tinggi, diiringi dengan profitabilitas dan permodalan yang cukup terjaga, serta Non Performing Loan (NPL) gross yang masih terbilang rendah. Akan tetapi, berbagai tekanan terhadap perbankan akibat krisis global telah mulai berlangsung di penghujung tahun 2008, dan dikhawatirkan akan terus berlanjut sehingga akan nampak pada indikator perbankan tahun 2009. Salah satu diantaranya adalah terjadi keketatan likuiditas di pasar keuangan global maupun domestik. Bank Indonesia (BI) sendiri mengaku terus mewaspadai perkembangan krisis keuangan global ke depan dengan melakukan langkah-langkah antisipatif untuk dapat mengatasinya. Berbagai kebijakan dilakukan terutama untuk mempermudah akses bank umum dan Bank Perkreditan Rakyat (BPR) terhadap fasilitas pendanaan dalam rangka mengatasi permasalahan keketatan likuiditas, dengan tetap memerhatikan risiko yang terjadi pada perbankan nasional serta dampak yang lebih luas pada perekonomian rakyat. Bahkan, berulangkali dikemukakan komitmen untuk menjaga ketersediaan pendanaan kepada sektor Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM) sebagai bantalan perekonomian rakyat. Pidato Gubernur BI pada Pertemuan Tahunan Perbankan tanggal 30 Januari 2009 kembali menegaskan komitmen tersebut. Kredit kepada UMKM diakui sangat penting artinya bagi masyarakat kecil agar dapat terus bertahan dan mengembangkan usahanya pada masa-masa sulit seperti tahun 2009 ini. Bank Indonesia mengklaim memiliki kepedulian dalam pengembangan UMKM melalui kegiatan peningkatan akses kredit perbankan kepada UMKM. Pada tahun 2008, dilaporkan pula bahwa berbagai kegiatan telah dilakukan dalam rangka mendorong upaya percepatan fungsi intermediasi perbankan kepada UMKM. Bank Indonesia mengelompokkannya dalam beberapa bentuk kegiatan, seperti : (i) pemberian bantuan teknis, (ii) pengembangan kelembagaan, (iii) penetapan kebijakan dan penyempurnaan kebijakan/pengaturan kredit perbankan, serta (iv) peningkatan kerjasama dengan Pemerintah dan lembaga terkait lainnya. Terkait dengan bentuk yang terakhir, Bank Indonesia mengandalkan perannya sebagai counterpart Pemerintah dalam program Kredit Usaha Rakyat (KUR). KUR bertujuan untuk mendorong perbankan agar menyalurkan kredit atau pembiayaan kepada UMKM dan koperasi yang layak (feasible) namun belum bankable melalui peningkatan kapasitas Perusahaan Penjamin (Lembaga Penjamin Kredit). Program KUR ini diluncurkan pada bulan Nopember 2007, serta ditandai dengan

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Nota Kesepahaman Bersama antara Pemerintah dan enam bank pelaksana, yang terdiri dari : PT. Bank Rakyat Indonesia (BRI), PT. Bank Mandiri, PT. Bank Negara Indonesia (BNI), PT. Bank Tabungan Negara (BTN), PT. Bank Syariah Mandiri dan PT. Bank Bukopin. Bank Indonesia juga berupaya mengoptimalkan industri BPR (BPR dan BPRS) dalam mendukung pembiayaan kegiatan ekonomi dalam skala Mikro, Kecil dan Menengah. Dalam rangka Page | 5 mengantisipasi meluasnya risiko likuiditas dan menjaga kepercayaan masyarakat, BI telah melengkapi ketentuan fasilitas likuiditas bagi BPR dengan menerbitkan PBI No.10/35/PBI/2008 tentang FPJP bagi BPR pada tanggal 5 Desember 2008. PBI itu telah diikuti doleh SE Ekstern No.10/45/DKBU sebagai pedoman dalam rangka pelaksanaannya. Dengan aturan ini, BPR memiliki kesempatan yang sama (equal treatment) untuk memperoleh fasilitas pendanaan BI bila mengalami kesulitan likuiditas dalam jangka pendek. Selain itu, BPR diberikan kelonggaran berupa penundaan atas pemenuhan kewajiban ketentuan Pembentukan Penyisihan Aktiva Produktif (PPAP). Bank Indonesia memang mengarahkan penyempurnaan cetak biru BPR untuk mengoptimalkan peran dan kontribusi BPR sebagai community bank dalam mendukung community development, serta mampu bertahan dalam menghadapi krisis. Program linkage didorong dengan tujuan untuk membangun sinergi antara bank umum dengan BPR/S dalam penyaluran kredit atau pembiayaan kepada masyarakat. Selain dengan pihak perbankan, Bank Indonesia mengakui pula perlunya kerjasama dengan koperasi, yang antara lain terkait dengan implementasi dari Instruksi Presiden No.5 tahun 2008 tanggal 22 Mei 2008. Keberpihakan kepada UMKM sebenarnya memiliki landasan hukum yang semakin kokoh dengan ditetapkannya Undang Undang No. 20 tahun 2008 tentang Usaha Mikro, Kecil dan Menengah. Dalam beberapa pasalnya disebutkan soal upaya peningkatan akses usaha mikro dan usaha kecil terhadap sumber pembiayaan. Dalam hal ini dikatakan bahwa Pemerintah dan Pemerintah Daerah akan: a. Menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jaringan lembaga keuangan bukan bank; b. Menumbuhkan, mengembangkan, dan memperluas jangkauan lembaga penjamin kredit; dan c. Memberikan kemudahan dan fasilitasi dalam memenuhi persyaratan untuk memperoleh pembiayaan. Sementara itu, banyak pihak perbankan yang menyatakan komitmennya untuk memberi prioritas penyaluran kredit MKM. Bahkan, sebagian dari mereka memprediksi sektor UMKM akan paling sedikit terkena dampak buruk selama krisis global berlangsung, sehingga penyaluran kredit untuk mereka memang sesuai dengan pertimbangan bisnis perbankan saat ini. Komitmen Bank Indonesia dan Pemerintah, ditambah dengan rencana pihak perbankan terhadap penyaluran kredit bagi UMKM perlu dicermati hasil nyatanya. BRIGHT Indonesia melakukan riset

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

awal untuk melihat kecenderungan umum yang terjadi dalam penyaluran kredit bagi UMKM dari pihak perbankan, khususnya untuk kredit mikro. Research Review ini adalah resume dari hasil riset tersebut.

Definisi Kredit untuk UMKM Istilah UMKM sudah sangat dikenal luas oleh publik melalui pemberitaan media, pernyataan pejabat, maupun forum diskusi ilmiah. Namun definisi legal formal mengenai masing-masingnya sempat terpisah dalam berbagai peraturan dan perundang-undangan, dan dengan pemakaian yang cukup berbeda antar lembaga resmi. Definisi yang mestinya mengikat semua pihak berdasar Undang-Undang yang baru telah ada, yakni UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM yang ditetapkan pada tanggal 4 Juli 2008. Berdasar Undang-Undang itu, Usaha Mikro adalah usaha produktif milik orang perorangan dan/atau badan usaha perorangan yang memenuhi kriteria tertentu. Kriterianya adalah memiliki kekayaan bersih paling banyak Rp50 juta tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha; atau memiliki hasil penjualan tahunan paling banyak Rp300 juta. Yang dimaksud dengan “kekayaan bersih” adalah hasil pengurangan total nilai kekayaan usaha (aset) dengan total nilai kewajiban, tidak termasuk tanah dan bangunan tempat usaha. Sedangkan ”hasil penjualan tahunan” adalah hasil penjualan bersih (netto) yang berasal dari penjualan barang dan jasa usahanya dalam satu tahun buku. Usaha Kecil adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau bukan cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dari usaha menengah atau usaha besar yang memenuhi kriteria memiliki kekayaan bersih lebih dari Rp50 juta sampai dengan paling banyak Rp500 juta; atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp300 juta sampai dengan paling banyak Rp2,5 milyar. Usaha Menengah adalah usaha ekonomi produktif yang berdiri sendiri, yang dilakukan oleh orang perseorangan atau badan usaha yang bukan merupakan anak perusahaan atau cabang perusahaan yang dimiliki, dikuasai, atau menjadi bagian baik langsung maupun tidak langsung dengan Usaha Kecil atau usaha besar dengan jumlah kekayaan bersih lebih dari Rp500 juta sampai dengan paling banyak Rp10 milyar atau memiliki hasil penjualan tahunan lebih dari Rp2,5 milyar sampai dengan paling banyak Rp50 milyar. Akan tetapi data statistik kredit yang tersedia belum disesuaikan dengan definisi tersebut. Meskipun berencana akan menyediakannya, definis kredit MKM dalam data statistik Bank Indonesia hingga kini masih berdasarkan plafon atau nilai pembiayaan yang diberikan. Menurut

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Page | 6

Research Review Mei 25, 2009

data Bank Indonesia, yang dimaksud dengan kredit kredit mikro adalah kredit dengan plafon 0 sampai dengan maksimum Rp50 juta, kredit kecil adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp50 juta sampai dengan maksimum Rp500 juta, dan kredit menengah adalah kredit dengan plafon lebih dari Rp500 juta sampai dengan maksimum Rp5 miliar. Dengan sendirinya, data kredit MKM berdasar plafon tidak secara langsung menggambarkan Page | 7 penyalurannya bagi sektor usaha MKM. Perbedaan yang paling utama adalah jika penggunaannya untuk konsumsi maka suatu kredit tidak tepat diartikan sebagai kredit bagi modal usaha sektor UMKM. Jika ditelusuri lebih lanjut, sebagian besar pemakaian kredit konsumsi yang tergolong MKM justeru dipergunakan untuk membeli barang produksi sektor korporasi, seperti: barang elektronik, motor, mobil dan perumahan. Oleh karena ketersediaan data yang relatif lengkap masih berdasar plafon maka pembahasan selanjutnya menggunakan definisi dari Bank Indonesia, kecuali disebutkan lain. Dengan mengemukakan analisis data lainnya, maka masih bisa dilihat kecenderungan kredit bagi sektor UMKM secara umum.

Pertumbuhan Kredit MKM Posisi kredit MKM pada akhir tahun 2008 adalah sebesar Rp660,7 triliun, yang merupakan 49,5% dari total kredit perbankan sebesar Rp1.334,5 triliun. Pangsa kredit MKM terhadap kredit perbankan pada akhir tahun 2008 itu menurun dibanding pangsa pada tahun 2007 sebesar 51,2% dan pangsa tahun 2006 sebesar 52,85%. Sebagai catatan, pangsa kredit MKM terus menaik selama beberapa tahun sebelumnya, yakni : 44,38% (2002), 48,07% (2003), 49,55% (2004), dan 52,03% (2005). Penurunan pangsa tersebut seiring dengan laju pertumbuhan kredit MKM selama dua tahun terakhir yang lebih rendah daripada kredit non MKM dan kredit perbankan secara keseluruhan. Pertumbuhan kredit MKM pada tahun 2008 sebesar 26,1% masih lebih rendah dibandingkan kredit non-MKM yang sebesar 35,5%, atau dari pertumbuhan total kredit perbankan sebesar 30,4%. Meskipun demikian, kredit MKM secara nominal masih tumbuh sebesar Rp136,6 triliun selama tahun 2008, lebih tinggi dibandingkan pertumbuhan di tahun 2007 yang hanya sebesar Rp96,2 triliun.

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Grafik 1 Perkembangan Posisi Kredit MKM Perbankan

1600 1400

Page | 8

Triliun Rp

1200 1000 800 600 400 200 0 2002

2003

2004

Kredit Perbankan

2005

2006

Kredit MKM

2007

2008

Kredit Non MKM

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Tatkala krisis keuangan global mulai berdampak signifikan pada sektor keuangan domestik, khususnya terkait likuiditas sektor perbankan, maka pertumbuhan kredit diperkirakan akan melambat daripada tahun sebelumnya. Ada pula kekhawatiran akan melemahnya pertumbuhan dana yang bisa dihimpun dari masyarakat, yang diduga akan menyesuaikan penempatan dananya terutama berdasar pertimbangan kualitas risiko. Kenyataannya, dana pihak ketiga (DPK) Bank umum tetap tumbuh cukup pesat selama enam bulan terakhir, dari Rp1.603,5 triliun pada September 2008 menjadi Rp1.786,2 triliun pada Maret 2009, atau tumbuh 11,39%. Pertumbuhan terjadi pada semua bentuk DPK, seperti : giro, deposito dan tabungan. Deposito tercatat mengalami pertumbuhan yang paling tinggi. Pada periode yang sama, posisi kredit Bank Umum tumbuh dari Rp 1.246 triliun per September 2008 menjadi Rp1.305 triliun per maret 2009, atau hanya tumbuh sebesar 4,74%. Oleh karena pertumbuhan kredit lebih lambat daripada DPK, maka loan to deposit ratio (LDR) mengalami penurunan. LDR yang sempat mencapai 79,02% pada Agustus 2008, berangsur-angsur menurun menjadi 73,08% pada Maret 2009. Pada mulanya, banyak pihak yang memprediksi perlambatan laju kredit tersebut akan lebih terasa pada kredit non MKM dibanding dengan kredit MKM. Secara lebih khusus, kredit mikro dan kredit kecil justeru dianggap akan tumbuh lebih pesat dibanding kredit menengah dan kredit non MKM. Alasannya, sektor usaha mikro dan kecil dianggap lebih tahan krisis pada masa lalu, serta masih dianggap demikian pada krisis kali ini.

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Sampai sejauh ini, data pertumbuhan kredit MKM Bank Umum dalam enam bulan terakhir tidak mendukung dugaan tersebut. Kredit MKM Bank Umum hanya tumbuh sebesar 2,62%, jauh lebih rendah dari pertumbuhan kredit non MKM sebesar 6,87% (lihat tabel 1). Sementara itu, kredit MKM BPR konvensional justeru tumbuh negatif pada periode bersangkutan, yakni Rp25,563 triliun Page | 9 (September 2008) menjadi Rp25,322 triliun (Maret 2009). Kredit MKM perbankan memang tumbuh secara signifikan pada tiga triwulan pertama tahun 2008, namun selanjutnya mengalami perlambatan pada triwulan terakhir dan berlangsung hingga triwulan pertama 2009. Tabel 1 Perkembangan Kredit Bank Umum September Oktober MKM NonMKM Total Kredit DPK LDR (%)

620.898 625.949 625.248 671.911 1.246.146 1.297.860 1.603.452 1.674.994 77,72 77,48

Nopember Desember Januari 631.002 694.321 1.325.323 1.707.876 77,60

(Miliar Rp) Februari Maret

633.945 624.981 629.322 637.167 673.743 664.858 672.522 668.222 1.307.688 1.289.839 1.301.844 1.305.389 1.753.292 1.748.814 1.771.098 1.786.157 74,58 73,76 73,50 73,08

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Dugaan kredit MKM akan tumbuh lebih baik daripada yang non MKM masih bisa terbukti pada bulan-bulan berikutnya, jika melihat data pertumbuhan dari bulan Maret atas Februari. Kredit MKM Bank Umum tumbuh lebih cepat daripada bulan-bulan sebelumnya, sedangkan kredit non MKM justeru tumbuh negatif. Kredit MKM BPR konvensional sendiri cenderung stagnan, namun karena skala ekonomisnya yang masih relatif kecil, maka kecenderungan kredit perbankan masih amat ditentukan oleh dinamika Bank umum. Jika dikaitkan dengan pertumbuhan ekonomi nasional, maka memang masih ada kemungkinan benarnya opini mengenai kredit MKM akan bisa lebih bertahan pada perlambatan ekonomi secara keseluruhan. Hal ini masih perlu dibuktikan oleh data perkembangan kredit pada waktu yang akan datang, serta dinamika pertumbuhan ekonomi yang benar-benar terjadi.

Perkembangan Kredit MKM Menurut Plafon Dilihat dari besarnya plafon, kredit mikro masih memiliki pangsa terbesar sampai dengan akhir tahun 2008. Kredit mikro memiliki pangsa yang mencapai 35,4% (Rp234,2 triliun), diikuti oleh kredit kecil sebesar 33,5% (Rp221,5 triliun), dan kredit menengah sebesar 31,0% (Rp205,0 triliun). Nominal kredit mikro mengalami pertumbuhan yang cukup berarti selama beberapa tahun

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

terakhir. Akan tetapi pertumbuhannya masih lebih rendah daripada rata-rata kredit MKM, sehingga pangsanya cenderung mengalami penurunan. Pangsa kredit mikro dalam total kredit MKM pada tahun 2006 adalah 42,5% dan pada tahun 2007 sebesar 38,6%. Jenis kredit MKM yang mengalami pertumbuhan terpesat selama tahun 2008 adalah kredit kecil yakni sebesar 43,1%, diikuti oleh kredit menengah dan kredit mikro masing-masing sebesar 22,9% Page | dan 15,7%. Hal ini melanjutkan kecenderungan beberapa tahun terakhir, sehingga pangsa kredit 10 kecil semakin meningkat, yaitu : 27,1% (2006), 29,5% (2007) dan 33,5% (2008). Jika trends itu berlanjut, maka pangsa kredit kecil akan melampaui kredit mikro pada akhir tahun 2009 nanti. Secara tidak langsung kecenderungan yang demikian dikonfirmasi oleh naiknya rata-rata rekening kredit MKM, yakni posisi kredit dibagi dengan jumlah rekening kredit pada periode bersangkutan. Rata-rata setiap rekening kredit naik dari Rp22,58 juta (2006), Rp26,34 juta (2007) dan Rp28,12 juta (2008). Jumlah rekening itu sendiri tetap meningkat, yakni : 18,9 juta rekening (2006), 19,9 juta rekening (2007) dan 23,5 juta rekening (2008). Grafik 2 Perkembangan Kredit MKM Perbankan Menurut Plafon 250

Triliun Rp

200 150 100 50 0 IV 06

I 07

II 07

III 07

Kredit Mikro

IV 07 Kredit Kecil

I 08

II 08

III 08

IV 08

Kredit Menengah

Sumber : BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Selama enam bulan terakhir, tatkala krisis keuangan global dinilai berdampak signifikan pada sektor perbankan domestik, kecenderungan menurunnya porsi kredit mikro masih berlangsung. Penurunan tersebut memang tidak sebesar waktu-waktu sebelumnya. Penyebab utamanya bukan karena kredit mikro tumbuh pesat melainkan karena lebih rendahnya pertumbuhan kredit menengah. Khusus kredit yang diberikan oleh Bank Umum, posisi kredit menengah telah tumbuh negatif dari Rp201,6 triliun pada September 2008 menjadi Rp198,1 triliun pada Maret 2009.

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Pada periode yang sama, kredit mikro tumbuh dari Rp213,56 triliun menjadi Rp217,25 triliun. Sementara itu, kredit kecil tumbuh pesat dari Rp205,74 triliun menjadi Rp221,79 triliun. Dengan demikian pangsa kredit kecil telah melampaui kredit mikro dari Bank UMUM. Page | 11

Tabel 2 Perkembangan Kredit MKM Bank Umum Menurut Plafon

September Oktober Nopember Desember Januari Mikro Kecil Menengah Total MKM

213.556 205.741 201.601 620.898

216.015 208.589 201.345 625.949

217.332 212.314 201.356 631.002

216.124 214.204 203.616 633.945

216.610 213.533 194.839 624.981

(Miliar Rp) Februari Maret 216.814 217.112 195.395 629.321

217.250 221.787 198.129 637.166

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Jika ditambahkan dengan data dari BPR/BPRS maka pangsanya saat ini masih berimbang, namun pangsa kredit mikro kemungkinan akan menjadi lebih kecil pada akhir tahun. Khusus BPR konvensional, pada periode September 2008 sampai dengan Maret 2009, kredit mikro dan kredit kecil tumbuh positif, sedangkan kredit menengah tumbuh negatif. Kredit mikro tumbuh dari Rp17,30 triliun menjadi Rp17,55 triliun, kredit kecil tumbuh dari Rp6,88 triliun menjadi Rp6,92 triliun, dan kredit menengah turun dari Rp1,44 triliun menjadi Rp0,86 triliun.

Perkembangan Kredit MKM Menurut Penggunaan Penyaluran kredit MKM menurut penggunaannya adalah untuk kredit produktif yang terdiri dari kredit modal kerja dan kredit investasi, serta untuk kredit konsumsi. Selama beberapa tahun terakhir, pertumbuhan kredit konsumsi lebih tinggi daripada kredit modal kerja dan kredit konsumsi. Kredit konsumsi yang pada tahun 2002 masih sedikit di bawah kredit modal kerja, berangsur menyamai kemudian jauh melampauinya pada tahun 2008. Kredit modal kerja sendiri sebenarnya juga tumbuh cukup pesat, dan hanya kredit investasi yang tumbuhnya amat perlahan. Akibatnya, pangsa kredit konsumsi terus mengalami peningkatan, dari 43,1% pada tahun 2002 menjadi 52,0% pada tahun 2008. Sebaliknya, pangsa kredit modal kerja turun dari 46,4% (2002) menjadi 39,5% (2008), dan kredit investasi turun dari 10,5% (2002) menjadi 8,5% (2008).

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Triliun Rp

Grafik 3 Kredit UMKM menurut jenis penggunaan 400 350 300 250 200 150 100 50 0

Page | 12

2002

2003

2004

k.modal kerja

2005

2006

k.investasi

2007

2008

k.konsumsi

Sumber : BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Selama enam bulan terakhir, kecenderungan itu tampaknya tidak berubah (lihat tabel 3). Khusus kredit MKM dari Bank Umum, kredit konsumsi tumbuh 4,45%, dari Rp323,3 triliun menjadi Rp337,7 triliun. Kredit modal kerja hanya tumbuh 0,85% dari Rp242,74 triliun menjadi Rp244,80 triliun. Kredit investasi justeru turun dari Rp54,86 triliun menjadi Rp54,67 triliun.

Tabel 3 Perkembangan Kredit MKM Bank Umum menurut Penggunaan

Modal Kerja Investasi Konsumsi Total Kredit

September Oktober Nopember Desember 242.742 244.453 247.051 247.442 54.862 54.639 54.437 54.209 323.293 326.858 329.514 332.294 620.898 625.949 631.002 633.945

Januari 238.266 54.074 332.641 624.981

(Miliar Rp) Februari Maret 240.409 244.802 54.456 54.676 334.458 337.689 629.322 637.167

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Kecenderungan peningkatan yang lebih besar untuk kegiatan konsumtif terutama sekali terlihat pada kredit mikro. Pada posisi tahun 2008, penggunaan untuk konsumsi pada kredit mikro adalah sebesar Rp173,7 triliun (74,2%). Kecenderungan serupa, dalam skala yang lebih kecil berlangsung pada kredit kecil, dimana penggunaan untuk konsumsi mencapai Rp135,4 triliun (61,1%).

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Sedangkan kredit menengah sebagian besar digunakan untuk kegiatan produktif, yakni untuk kredit modal kerja sebesar Rp140,1 triliun (68,3%) dan kredit investasi sebesar Rp34,3 triliun (16,7%).

Triliun Rp

Grafik 4 Perkembangan Kredit Mikro Menurut Jenis Penggunaan

Page | 13

200 180 160 140 120 100 80 60 40 20 0 IV-06

I-07

II-07

III-07

Modal Kerja

IV-07

I-08

Investasi

II-08

III-08

IV-08

Konsumsi

Sumber : BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Penggunaan kredit mikro untuk konsumsi yang cenderung meningkat lebih cepat daripada untuk keperluan produktif telah berlangsung selama beberapa tahun terakhir. Pangsanya terus tumbuh dari 72,5% (2006), 73,6% (2007) dan 74,2% (2008). Pangsa kredit mikro yang digunakan untuk modal kerja sempat sedikit menurun dan kemudian stabil, yakni : 22,0% (2006), 21,4% (2007) dan 21,4% (2008). Sedangkan pangsa kredit mikro untuk investasi terus menurun, yakni : 5,5% (2006), 5,0% (2007) dan 4,4% (2008).

Perkembangan Kredit MKM Menurut Sektor Ekonomi dan Lokasi Berdasarkan sektor ekonomi, alokasi kredit MKM pada posisi akhir tahun 2008 terbanyak diberikan kepada sektor perdagangan Rp166,8 triliun (25,2%), sektor perindustrian Rp46,5 triliun (7,0%), jasa dunia usaha Rp43,7 triliun (6,6%), dan pertanian Rp21,2 trilun (3,2%). Kredit MKM memiliki kecenderungan untuk diberikan lebih banyak kepada usaha yang bergerak di sektor jasa dibandingkan kepada sektor produksi barang. Pembiayaan terbesar yang diberikan pada sektor perdagangan, restoran dan hotel bertahan selama beberapa tahun terakhir. Pangsanya memang sedikit berfluktuasi, yakni : 26,7% (2006), 27,2% (2007) dan 25,2% (2008). Sementara itu, ● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

pangsa pembiayaan untuk sektor jasa dunia usaha terus meningkat, yaitu : 5,9 % (2006), 6,2% (2007) dan 6,6% (2008). Tabel 4. Perkembangan posisi Kredit MKM Perbankan Menurut sektor Ekonomi

Baki Debet Pertanian, perburuan dan sarana pertanian Pertambangan Perindustrian Listrik, Gas dan Air Konstruksi Perdagangan, restoran dan hotel Pengangkutan, pergudangan dan komunikasi Jasa Dunia Usaha Jasa Sosial Lain-lain Total

2006 2007 Milyar Rp Pangsa Milyar Rp Pangsa 14.999,3 1.311,1 36.916,9 1.483,3 10.129,2 114.254,0

3.5% 0.3% 8.6% 0.3% 2.4%

17.477,8 1.528,0 38.138,6 286,6 13.257,1

26.7% 142.574,2

3.3% 0.3% 7.3% 0.1% 2.5%

2008 Milyar Rp Pangsa 21.228,6 1.824,3 46.482,7 561,2 17.145,5

3,2% 0,3% 7,0% 0,1% 2,6%

27.2% 166.802,2

25,2%

6.613,7 1.5% 7.208,9 1.4% 8.656,0 1,3% 25.354,0 5.9% 32.699,3 6.2% 43.659,3 6,6% 6.026,2 1.4% 6.676,1 1.3% 7.596,2 1,1% 210.908,4 49.3% 264.327,8 50.4% 346.777,2 52,5% 427.996,3 100.0% 524.174,5 100.0% 660.733,1 100,0%

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Sebagai perbandingan, pembiayaan untuk sektor pertanian, perburuan dan sarana pertanian justeru berangsur-angsur menurun, yakni : 3,5 % (2006), 3,3% (2007) dan 3,2% (2008). Meskipun alokasi untuk perindustrian masih tergolong besar, namun pangsanya juga mengalami penurunan, yaitu : 8,6% (2006), 7,3% (2007) dan 7,0% (2008). Kecenderungan menurunnya alokasi kredit MKM untuk industri semakin tampak dalam enam bulan terakhir. Alokasi kredit MKM Bank Umum untuk manufaktur yang pada bulan September 2008 masih sebesar Rp45,72 triliun (7,4%) turun menjadi Rp43,73 triliun (6,9%). Berdasarkan lokasi proyek, kredit MKM pada akhir 2008 sebagian besar disalurkan di Pulau Jawa dan Bali dengan pangsa 65,9% (Rp435,4 triliun), pangsanya sedikit menurun dibandingkan akhir 2007 yakni 67,6% (Rp354,1 triliun). Untuk proyek yang berlokasi di luar Jawa dan Bali, alokasi kredit MKM terbesar adalah propinsi Sumatera Utara sebesar 5,2% (Rp34,5 triliun), diikuti oleh Sulawesi Selatan dan Riau masingmasing sebesar 3,4% dan 2,6% (Rp22,4 triliun dan Rp17,0 triliun). Khusus untuk perbankan di

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Page | 14

Research Review Mei 25, 2009

Kawasan Timur Indonesia (KTI), posisi kredit MKM pada akhir Triwulan IV 2008 mencapai Rp100,7 triliun, tumbuh sebesar 31,9% dibandingkan Triwulan IV 2007. Pertumbuhan ini memang lebih tinggi jika dibandingkan pertumbuhan kredit MKM di Kawasan Barat Indonesia (KBI) yaitu sebesar 25,1%, namun belum cukup berarti untuk meratakan ketimpangan yang masih tinggi. Secara umum dapat dikatakan bahwa masih terjadi ketidakmerataan lokasi penyaluran kredit Page | MKM. Baik dilihat secara Jawa-Bali dan non Jawa-Bali, KBI dan KTI, serta 10 propinsi terbesar 15 dengan 23 propinsi lainnya. Perkembangan NPL Kredit MKM Perbankan NPL gross kredit MKM menurun dari 3,7% pada 2007 menjadi 3.2% pada 2008. Sempat terjadi sedikit peningkatan pada triwulan I-2008, kemudian berangsur-angsur membaik. Bahkan pada awal triwulan IV-2008, rasio NPL gross meningkat menjadi sebesar 3,53% pada bulan November, namun kembali membaik pada dua bulan berikutnya terjadi perbaikan yang signifikan. Jika dibandingkan, NPL gross kredit MKM masih lebih rendah apabila daripada total kredit perbankan yang sebesar 3,8%. NPL kredit kecil menunjukkan perkembangan yang paling baik selama dua tahun terakhir, turun drastis dari 4,00% pada triwulan IV-2006 menjadi 2,17% pada triwulan IV-2008. NPL kredit menengah juga mengalami penurunan cukup berarti, dari 4,98% menjadi 3,40%. NPL kredit mikro mengalami sedikit penurunan, dari 4,20% menjadi 4,06%. Tabel 5. Perkembangan NPL Kredit MKM Perbankan IV-06 Kredit Mikro 4,20 Kredit Kecil 4,00 Kredit Menengah 4,98 Kredit MKM 4,38

I-07 5,01 4,14 5,35 4,87

II-07 4,52 4,14 5,19 4,62

III-07 4,36 3,83 4,70 4,31

IV-07 3,86 3,30 3,81 3,68

I-08 4,30 3,25 4,02 3,89

II-08 4,26 2,74 3,73 3,60

III-08 4,07 2,47 3,31 3,31

(Persen) IV-08 4,06 2,17 3,40 3,22

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Perkembangan NPL kredit kecil yang lebih baik tersebut masih berlanjut selama enam bulan terakhir, sebagaimana yang diperlihatkan oleh data kredit Bank Umum (lihat tabel 6). NPL kredit kecil Bank Umum secara nominal hanya sedikit menaik, dan karena pertumbuhan kredit kecil cukup tinggi maka rasio NPL justeru sedikit menurun, dari 2,39% pada September 2008 menjadi 2,31%. Penurunan tersebut memang tidak signifikan, tetapi jauh lebih baik daripada yang terjadi pada kualitas kredit mikro dan kredit investasi. NPL kredit investasi naik dari 3,31% menjadi 3,96%,

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

sedangkan NPL kredit mikro bahkan memburuk dari 3,73% menjadi 4,32%.

Tabel 6. Perkembangan NPL Kredit MKM Bank Umum

Kategori Mikro Kecil Menengah Total

Sep 08 7.956 4.908 6.675 19.539

Okt 08 Nov 08 8.355 8.546 4.912 4.891 6.942 7.360 20.209 20.797

Des 08 8.027 4.436 6.341 18.804

Jan 09 9.136 4.724 6.851 20.711

(Milyar Rp) Feb 09 Mar 09 9.270 9.387 4.886 5.115 7.323 7.833 21.479 22.335

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Data perkembangan NPL di atas bisa menjelaskan sebagian sebab pertumbuhan yang lebih tinggi pada kredit kecil dibanding kredit yang lainnya. Pada saat bersamaan mengingatkan semua pihak untuk waspada karena kualitas kredit MKM secara keseluruhan yang mulai memburuk sejak dampak krisis keuangan global melanda perbankan domestik. Memburuknya kualitas kredit investasi dilunakkan oleh penyaluran berikutnya yang tumbuh lambat bahkan negatif, sehingga rasio NPL hanya sedikit meningkat. Sementara itu, kualitas kredit mikro sejauh ini justeru paling terpukul karena pertumbuhan penyalurannya masih berlangsung, sehingga rasio NPL-nya meningkat secara signifikan. Berdasarkan jenis kredit, kualitas kredit konsumsi paling baik dengan rasio NPL gross sebesar 1,9%, sedangkan untuk kredit modal kerja sebesar 4,59%, dan kredit investasi sebesar 4,95%.

Tabel 7 Perkembangan NPL Kredit MKM Perbankan Menurut Penggunaan

Modal Kerja Investasi Konsumsi Kredit MKM

IV-06 I-07 II-07 III-07 IV-07 I-08 II-08 5,93 6,38 6,46 5,90 4,92 5,42 5,04 7,49 7,69 7,56 7,34 5,82 5,90 5,34 2,48 3,09 2,59 2,47 2,28 2,36 2,18 4,38 4,87 4,62 4,31 3,68 3,89 3,60

(Persen) III-08 IV-08 4,69 4,59 4,71 4,95 2,00 1,90 3,31 3,22

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Kecenderungan lebih baiknya kualitas kredit konsumsi masih berlangsung selama enam bulan terakhir, seperti yang diperlihatkan oleh data NPL kredit Bank Umum (lihat tabel 8). Meskipun memburuk, rasio NPL kredit konsumsi hanya sedikit meningkat dari 1,92% pada September 2008 menjadi 1,95% pada Maret 2009. Sementara itu, kredit modal kerja naik dari 4,43% menjadi 5,32%,

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Page | 16

Research Review Mei 25, 2009

dan kredit investasi naik dari 4,67% menjadi 4,98%.

Tabel 8 Perkembangan NPL Kredit MKM Bank Umum Menurut Penggunaan

Modal kerja Investasi Konsumsi Total

Sep 08 Okt 08 Nov 08 Des 08 Jan 09 10.756 11.232 11.601 10.393 11.602 2.562 2.612 2.830 2.365 2.514 6.223 6.364 6.366 6.046 6.595 19.541 20.208 20.797 18.804 20.711

(Miliar Rp) Feb 09 Mar 09 12.218 13.024 2.636 2.724 6.623 6.586 21.477 22.334

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Kondisi tersebut di atas menjadi salah satu alasan yang mendorong bank lebih memilih menyalurkan kredit konsumsi. Penjelasan umumnya adalah tingkat kepastian pembayaran yang lebih tinggi dibandingkan dengan jenis kredit lainnya karena didukung oleh penghasilan tetap dari kebanyakan para debiturnya.

Perkembangan Kredit MKM Menurut Kelompok Bank Posisi kredit MKM yang disalurkan oleh bank umum pada akhir tahun 2008 mencapai Rp633,9 triliun atau 95,9% dari total kredit MKM. Sementara itu, BPR, baik konvensional maupun syariah, menyalurkan kredit MKM sebesar Rp26,79 triliun (4,1%). Berdasarkan kelompok bank, kelompok bank swasta nasional devisa merupakan penyalur kredit MKM terbesar dengan pangsa 40,4%, diikuti bank persero 34,9% dan BPD 13,3%. Posisi ini tidak berubah dalam selama tiga tahun terakhir, namun secara perlahan terjadi peningkatan pangsa bank persero dan BPD.

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Page | 17

Research Review Mei 25, 2009

Tabel 9 Perkembangan Posisi Kredit MKM Menurut Kelompok Bank

Kelompok Bank Bank Persero Bank Swasta Nasional Devisa Bank Swasta Nasional Non Devisa BPD Bank Campuran Bank Asing BPR-BPRS Total

2006 2007 2008 Miliar Rp Pangsa Miliar Rp Pangsa Miliar Rp Pangsa 144.934,9 33.9% 176.739,6 33.7% 230.375,5 34,9% 178.361,4

41.7% 217.577,7

41.5% 267.228,1

40,4%

16.964,5 4.0% 20.632,8 3.9% 23.280,1 52.859,4 12.4% 67.773,5 12.9% 87.654,9 4.982,9 1.2% 5.843,3 1.1% 8.520,6 12.338,8 2.9% 14.229,4 2.7% 16.885,8 17.554,3 4.1% 21.378,2 4.1% 26.788,1 427.996,3 100.0% 524.174,5 100.0% 660.733,1

3,5% 13,3% 1,3% 2,6% 4,1% 100,0%

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Peningkatan pangsa bank persero dan BPD tampaknya semakin menguat selama enam bulan terakhir. Ketika kelompok bank lainnya mengalami perlambatan pertumbuhan kredit MKM yang signifikan bahkan tumbuh negatif, keduanya tetap bisa mencatatkan pertumbuhan kredit MKM yang cukup tinggi (lihat tabel 10). Tabel 10 Posisi Kredit MKM Menurut Kelompok Bank Umum

Bank Persero BPD Bank Swasta Nasional Bank Asing dan Campuran Jumlah

(Milyar Rp) Sep 08 Okt 08 Nov 08 Des 08 Jan 09 Feb 09 Mar 09 219.549 222.603 226.434 230.152 227.04 229.89 235.748 86.868 87.844 89.334 87.655 88.018 89.869 91.795 288.497 289.423 288.835 290.731 284.464 284.25 281.526 25.984 26.079 26.399 620.898 625.949 631.002

25.406 25.459 25.313 28.098 633.945 624.981 629.322 637.167

Sumber: BRIGHT Indonesia, diolah dari BI

Rendahnya porsi kredit MKM yang disalurkan oleh BPR lebih disebabkan oleh faktor skala ekonominya yang masih kecil. Akan tetapi penyaluran kredit BPR tetap berorientasi kepada UMKM karena 99,15% kredit BPR berupa kredit MKM. Sedangkan ditinjau dari total kredit bank umum porsi kredit MKM (tidak termasuk kredit penerusan) adalah sebesar 48,5%. Industri BPR

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Page | 18

Research Review Mei 25, 2009

(konvensional dan syariah) dianggap dan diharapkan memiliki daya tahan yang relatif baik dan tidak banyak terpengaruh oleh krisis keuangan global. Bank Indonesia tampak berupaya agar fungsi intermediasi BPR terus meningkat untuk mendukung kebutuhan pembiayaan kegiatan ekonomi, khususnya dalam skala MKM. Sejauh ini, selaras dengan perkembangan bank umum, penyaluran kredit BPR konvensional Page | tumbuh lebih tinggi dari penghimpunan DPK. Kredit meningkat sebesar Rp4,9 triliun (24,0%), 19 sementara DPK meningkat Rp2,6 triliun (14,0%) sehingga LDR meningkat menjadi 119,4%. Pencapaian LDR yang tergolong tinggi dan melebihi 100% itu dinilai masih aman dan dimungkinkan, karena juga dibiayai dengan menyertakan modal dan pinjaman. Apabila perhitungan LDR menyertakan modal dan pinjaman dalam komponen dana, maka LDR BPR konvesional pada tahun laporan sebesar 82,55% atau meningkat dari tahun sebelumnya sebesar 80,03%. Penyaluran kredit BPR konvensional kepada jenis kredit konsumsi masih sangat tinggi, mencapai Rp10,6 triliun atau 41,7% dari total kredit BPR konvensional pada akhir 2008. Sementara itu, kredit modal kerja adalah sebesar Rp13,0 triliun (51,1%), dan kredit investasi sebesar Rp1,8 triliun (7,2%). Dilihat dari lebih besarnya untuk keperluan produktif, porsi penggunaan kredit itu sudah lebih baik dibandingkan dengan penyaluran kredit MKM pada Bank Umum. Sayangnya, BPR tampak masih bias perkotaan jika dilihat dari sektor ekonomi yang diberi kredit. Secara sektoral, sebagian besar kredit BPR konvensional disalurkan kepada sektor lain-lain dan sektor perdagangan dengan porsi masing-masing sebesar 44,3% dan 36,6%. Sementara penyaluran kredit kepada sektor pertanian yang identik dengan mata pencaharian penduduk di pedesaan hanya sebesar 6,9%. Patut pula diwaspadai gejala kualitas kredit BPR konvensional sedikit tertekan pada triwulan terakhir 2008, terutama kredit kepada sektor perdagangan dan skala usaha menengah dan besar. Rasio NPL kredit BPR konvensional mengalami lonjakan pada triwulan IV-2008 dari sebesar 6,94% pada bulan September menjadi 9,88% pada bulan Desember. NPL kemudian memang bisa ditekan selama tiga bulan berikutnya. Namun, NPL Maret 2009 tetap menunjukkan angka yang lebih tinggi, yakni 7,50%.

Kesimpulan dan Rekomendasi Pada bagian awal review telah dikemukakan bahwa Bank Indonesia berulangkali menegaskan komitmennya untuk mendorong perkembangan kredit MKM. Bank Indonesia melaporkan telah banyak melakukan langkah dan kebijakan dalam rangka itu, antara lain: memberian bantuan teknis, mengembangkan kelembagaan, menyempurnakan pengaturan kredit perbankan, serta meningkatkan kerjasama dengan Pemerintah dan lembaga terkait lainnya.

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Dilaporkan pula beberapa kegiatan teknis seperti : penelitian pola pembiayaan (lending model) terhadap 15 jenis usaha unggulan UMKM, pengembangan database profil UMKM sebagai sarana promosi dan upaya menjembatani gap informasi; pengembangan UMKM melalui pendekatan klaster di Kantor Bank Indonesia (KBI) dan Kantor Pusat, serta pelatihan dilakukan kepada bank dan Konsultan Keuangan Mitra Bank.

Page | Sementara itu, terkait dengan Kredit Usaha Rakyat (KUR) yang merupakan bagian dari kredit MKM, 20 Bank Indonesia sebagai mitra Pemerintah sedang mengkaji kemungkinan penurunan bobot risiko dalam ketentuan perhitungan ATMR bagi kredit perbankan yang dijamin dan memenuhi persyaratan tertentu. Penyaluran KUR sendiri dilaporkan meningkat signifikan dengan kualitas sangat baik. Sejak diluncurkan pada bulan November 2007 hingga akhir tahun 2008, realisasi penyaluran KUR mencapai Rp12,62 triliun dengan total penerima sebanyak 1.671.668 debitur (rata-rata kredit per debitur sebesar Rp7,55 juta), dengan rasio NPL gross sebesar 1,19%. Bank Indonesia juga melaporkan upaya mendorong peningkatan peran BPR dalam penyaluran kredit MKM. Dicontohkan antara lain diterbitkan PBI No.10/35/PBI/2008 tentang FPJP bagi BPR yang diikuti dengan dirilisnya SE Ekstern No.10/45/DKBU tanggal 12 Desember 2008 sebagai pedoman pelaksanaan, untuk memberikan kesempatan yang sama (equal treatment) kepada BPR untuk memperoleh fasilitas pendanaan Bank Indonesia bila mengalami kesulitan likuiditas dalam jangka pendek. Bagaimanapun, review ini telah membahas berbagai data empiris terkait kredit MKM yang mengindikasikan tidak efektifnya berbagai langkah dan kebijakan Bank Indonesia tersebut. Perkembangan kredit MKM tidak terlampau menggembirakan, terlebih lagi untuk kredit mikro dari perbankan. Riset awal dari BRIGHT Indonesia atas perkembangan kredit MKM, terutama kredit mikro perbankan antara lain menyimpulkan bahwa:  Selama beberapa tahun terakhir, penyaluran kredit MKM perbankan tumbuh lebih rendah dari kredit non MKM, sehingga pangsanya atas total kredit perbankan cenderung menurun. Trends tersebut sejauh ini tidak berubah dengan adanya krisis keuangan global jika dampaknya dianggap mulai terjadi pada triwulan III-2008.  Kredit mikro cenderung tumbuh lebih rendah daripada kredit kecil, meskipun lebih tinggi daripada kredit menengah. Pangsa kredit mikro dalam kredit MKM perbankan cenderung menurun, dan masih tetap demikian selama enam bulan terakhir.  Kualitas kredit MKM secara umum memang sedikit lebih baik daripada kredit non MKM dilihat dari rasio NPLnya. Akan tetapi rasio NPL kredit MKM juga cenderung mengalami peningkatan dalam enam bulan terakhir yang berarti dipengaruhi pula oleh dampak buruk krisis global.  Kualitas kredit mikro perbankan dilihat dari rasio NPL justeru lebih buruk daripada kredit kecil dan kredit menengah. Rasio NPL kredit mikro bahkan cenderung semakin memburuk

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009



 

 

selama enam bulan terakhir. Penggunaan kredit MKM lebih banyak untuk keperluan konsumtif, dengan kecenderungan terus meningkat. Kecenderungan demikian lebih tampak pada perkembangan kredit mikro perbankan. Lebih rendahnya NPL untuk penggunaan konsumsi kemungkinan menjadi salah satu pertimbangan utama pihak perbankan dalam hal ini. Alokasi kredit MKM masih sangat timpang jika dilihat dari lokasi proyek, baik secara Jawa- Page | 21 Bali dan non Jawa-Bali, Kawasan Timur Indonesia dan Kawasan Barat Indonesia, maupun antara 10 Propinsi terbesar dengan 23 propinsi lainnya. Alokasi kredit MKM berdasar sektor ekonomi memiliki kecenderungan yang semakin berorientasi kepada jasa, terutama jasa perdagangan dan jasa dunia usaha lainnya. Pangsa alokasi kredit kepada industri justeru semakin mengecil. Bias perkotaan juga diindikasikan oleh rendah dan menurunnya pangsa alokasi bagi sektor pertanian. Kredit MKM dari BPR juga terindikasi bias perkotaan jika dilihat dari sektor ekonomi yang diberi kredit dimana pangsa sektor pertanian masih amat kecil. Klaim pertumbuhan KUR yang dianggap sukses masih memerlukan pencermatan lebih lanjut. Bisa dipertanyakan tentang mengapa alokasi kredit dari KUR tidak mampu menaikkan pangsa kredit MKM, khususnya kredit mikro seperti yang dibahas di atas. Tidak tertutup kemungkinan, sebagian cukup besar alokasi KUR adalah kepada para debitur yang sebelumnya sudah mendapat akses, yang tentu saja dengan sedikit penyesuaian administrasi.

Riset awal dari BRIGHT Indonesia ini memang masih menggunakan definisi kredit MKM yang disediakan oleh Bank Indonesia, yang masih mengikuti definisi kredit MKM berdasarkan plafon. Namun, sesuai dengan UU No. 20 tahun 2008 tentang UMKM tanggal 4 Juli 2008, definisi kredit MKM dan kriteria usaha kecil mengacu pada kriteria usaha berdasarkan kekayaan bersih atau hasil penjualan tahunan. Analisis yang lebih akurat memerlukan penyesuaian definisi. BRIGHT Indonesia amat menyarankan agar Bank Indonesia menyesuaikan definisi dan datanya sesegera mungkin. Oleh karena tidak atau kurang efektifnya kebijakan Bank Indonesia dalam mendorong perkembangan kredit MKM, BRIGHT Indonesia menyarankan tindakan yang lebih bersifat langsung. Bank Indonesia diharapkan memberi bantuan teknis yang tidak setengah hati seperti saat ini. Begitu pula dengan upaya mendorong BPR sebagai bank khusus untuk UMKM memerlukan langkah yang lebih nyata. Bantuan yang bersifat lebih langsung memang memiliki catatan buruk di masa lampau karena mengundang moral hazard, namun dengan pengawasan yang lebih baik maka hal itu akan bisa dihindari atau diminimalkan. Bank Indonesia semestinya juga mencermati perkembangan keuangan mikro secara umum, tidak terbatas kepada perbankan saja. Secara formal tampaknya telah ada pengakuan mengenai hal ini, antara lain dengan keterlibatan Bank Indonesia bersama Gerakan Bersama Pengembangan

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Research Review Mei 25, 2009

Keuangan Mikro Indonesia, pada tanggal 28-30 Juli 2008 di Nusa Dua, Bali, telah menyelenggarakan Asia-Pacific Regional Microcredit Summit 2008. Tentu diperlukan lebih dari pengakuan formal, melainkan kerjasama yang lebih nyata. BRIGHT Indonesia memiliki dugaan (melalui riset lain yang masih berlangsung) mengenai perkembangan kredit mikro yang lebih baik dari lembaga keuangan mikro dibandingkan dengan Page | dari perbankan. Kecenderungan perkembangan kredit mikro yang memburuk pada perbankan 22 sebagaimana dilaporkan research review ini seharusnya menjadi alasan kuat bagi perhatian yang lebih besar kepada lembaga keuangan mikro pada saat ini dan di masa mendatang.

● BRIGHT Indonesia ● [www.brightindonesia.com] ● Jl. Taman Ubud No. 3, Embassy District Kuningan, Jakarta 12950 INDONESIA. ● Phone: +6221 70917302 ● Fax: +6221 5277303 ● Emai: [email protected]

Related Documents


More Documents from "Dara"