Metodologi Studi Islam.docx

  • Uploaded by: Muhammad Inayat
  • 0
  • 0
  • October 2019
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Metodologi Studi Islam.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,983
  • Pages: 15
Makalah Metodologi Studi Islam

BERBAGAI PENDEKATAN DI DALAM MEMAHAMI AGAMA Di susun guna memenuhi tugas kuliah Mata Kuliah : Metodologi Studi Islam Dosen pengasuh : Suraiya, S.S., M.A.

Di Susun Oleh Kelompok II : Azhari (180503077) Ardian Bisri (180503032) Wardian Saputra (180503080) Muhammad Nazir (180503078) Muhammad Inayat (180503046)

FAKULTAS ADAB DAN HUMANIORA PRODI S1-ILMU PERPUSTAKAAN UNIVERSITAS ISLAM NEGERI AR-RANIRY TAHUN AKADEMIK 2018/2019

KATA PENGANTAR Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat ALLAH SWT yang telah memberikan kita rahmat dan karunia-nya sehingga kami mampu menyelesaikan makalah ini sebagai tugas mata kuliah Metodologi Studi Islam. Shalawat bertangkai kan salam kita kirimkan kepada Nabi Muhammad Saw yang telah membawa kita dari alam kegelapan ke alam yang dengan ilmu pengetahuan. Penulisan makalah ini merupakan perwujudan dan pemahaman kami yang berdasarkan dari sumber bacaan yang telah kami baca. Kami telah berusaha menyajikan makalah ini sesuai yang diharapkan oleh dosen pembimbing. Makalah kami susun dengan judul “Berbagai Pendekatan Didalam Memahamai Agama”. Kami menyadari bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna, ini disebabkan oleh pengetahuan kami yang masih terbatas. Untuk itu masukan dari dosen pembimbing sangat kami harapkan untuk kebaikan kami kedepannya. Demikian makalah ini kami susun, semoga dapat berguna bagi penulis dan juga bagi pembacanya.

Banda Aceh, 25 Maret 2019

Penulis

ii

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ..............................................................................................

i

DAFTAR ISI.............................................................................................................

ii

BAB I PENDAHULUAN .........................................................................................

4

A. Latar Belakang Masalah ................................................................................ B. Rumusan Masalah ..........................................................................................

4 4

BAB II PEMBAHASAN ..........................................................................................

5

A. B. C. D.

Pendekatan Sosiologis ................................................................................... Pendekatan Filosofif ...................................................................................... Pendekatan Historis ....................................................................................... Pendekatan Teologis ......................................................................................

5 9 10 10

BAB III PENUTUP ..................................................................................................

12

A. Kesimpulan .................................................................................................... B. Saran ..............................................................................................................

12 12

DAFTAR PUSTAKA ...............................................................................................

13

iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Petunjuk-petunjuk agama mengenai berbagai kehidupan manusia, sebagaimana terdapat didalam sumber ajaranny, Al-quran dan hadits tampak amat ideal dan agung.Islam mengajarkan kehidupan yang dinamis dan progesif, menghargai akal pikiran melalui pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, bersikap seimbang didalam memenuhi kebutuhan material dan spiritual, senantiasa mengembangkan kepedulian social, menghargai waktu, bersikap terbuka, demokratis,, berorientasi pada kualitas, egaliter, kemitraan, antifeodalistik, mencintai kebersihan, mengutamakan persaudaraan, berakhlak mulia dan bersikap positif lainnya. Dewasa ini kehadiran agama semakin dituntut agar ikut terlibat secara aktif didalam memecahkan berbagai masalah yang dihadapi umat manusia. Agama tidak boleh hanya sekedar menjadi lambing kesalehan atau berhenti sekadar disampaikan dalam khutbah, melainkan secara konsepsional menunjukkan cara-cara yang paling efektif dalam memcahkan masalah. Dalam memahami agama banyak pendekatan yang dilakukan. Hal demikian perlu dilakukan, karena pendekatan tersebut kehadiran agama secara fungsional dapat dirasakan oleh penganutnya. Sebaliknya tanpa mengetahui berbagai pendekatan tersebut, tidak mustahil agama menjadi sulit dipahami oleh masyarakat tidak fungsional, dan akhirnya masyarakat mencari pemecahan masalah kepada selain agama, dan hal ini tidak boleh terjadi. Berbagai pendekatan tersebut meliputi pendekatan teologis normatif, sosiologis, historis, dan pendekatan filosofis. Adapun yang dimaksud dengan pendekatan disini adalah cara pandang atau paradigma yang terdapat dalam suatu bidang ilmu yang selanjutnya digunakan dalam memahami agama. Dalam hubungan ini, Jalauddin Rahmat mengatakan bahwa agama dapat diteliti denagn menggunakan berbagai paradigma. Realitas keagamaan yang diungkapkan mempunyai nilai kebenaran sesuai dengan kerangka paradigmanya. Karena itu, tidak ada persoalan apakah penelitian agama itu penelitian ilmu sosial, penelitian logalistik atau penelitian filosofis.1

B. Rumusan Masalah Berdasarkan pemaparan kami diatas rumusan masalahnya adalah sebagai berikut : 1. Bagaiamna pendekatan teologis normatif dalam studi islam ? 2. Bagaimana pendekatan sosiologis dalam studi islam ? 3. Bagaiamana pendekatan filosofis dalam studi islam ? 4. Bagaiamana pendekatan historis dalam studi islam ? 1

Taufik Abdullah dan M.Rusli Karim, Metodologi Penelitian Agam Sebuah Penganatar (Yogyakarta: Tiara Wacana Yogyakarta, 1990), cet ll, h,92.

4

BAB II PEMBAHASAN A. PENDEKATAN SOSIOLOGIS Sosiologis berasal dari bahasa yunani yaitu socius atau kawan dan logos adalah ilmu jadi sosiologis adalah ilmu yang mempelajarin tentang prilaku social antara individu dengan individu lainnya, individu dengan kelompok , dan kelompok dengan kelompok. Agama adalah Tata keimanan atau keyakinan atas adanya sesuatu yang Mutlak di luar manusia. Agama dalam bahasa Arab berarti “Addin” yang artinya kepatuhan, kekuasaan, atau kecenderungan. Agama juga berasal dari gabungan “a” yang artinya tidak dan “gama” artinya kacau, jadi agama artinya tidak kacau. Agama juga merupakam terjemahan dari bahasa Inggris, “religion” atau religi yang artinya kepercayaan dan penyembahan Tuhan. Moenawar Chalil, mendefinisikan agama adalah cara atau adat kebiasaan, peraturan, undang-undang, taat atau patuh, menunggalkan ketuhanan, pembalasan, perhitungan, hari kiamat, nasihat, sedangkan Prof. Dr. M. Driyarkarsa S.J mendifinisikan agama dengan mengganti istilah agama dengan religi, religi adalah ikatan atau pengikatan diri. Jadi, agama adalah suatu kepercayaan, keyakinan kepada yang mutlak, yang dimana keyakinan tersebut dianggap yang paling benar. Berdasarkan definisi sosiologis dan agama diatas kita dapat mengambil kesimpulan bahwa sosiologi dapat digunakan sebagai salah satu pendekatan dalam memahami agama hal demikian dapat di mengerti, karena banyak bidang kajian agama yang baru dapat dipahami secara proporsional dan tepat apabila menggunakan jasa bantuan dari ilmu sosiologi. Tanpa ilmu social peristiwa-peristiwa yang terjadi di masyarakat akan sulit untuk di jelaskan dan akan sulit pula untuk dipahami maksud dan tujuannya. Jadi Pendekatan melalui sosiologis ini sangat penting dikarenakan banyak sekali ajaran agama yang berkaitan dengan masalah social.2 Contoh dari besarnya perhatian agama islam dalam kepentingan social. 1. Menyatunin janda dan anak yatim 2. Jikalau tidak mampu mengerjakan puasa jalan keluarnya membayar fidyah dalam bentuk memberi makan orang miskin 3. Amalan ibadah akan lebih besar pahala nya apabila di kerjakan bersama-sama yaitu solat berjamaah di masjid. 4. Di dalam agama kita juga tidak di bolehkan memutuskan tali persaudaraan. A. Tempat dan fungsi Sosiologi Agama Sosiologi Agama mempunyai kedudukan yang sama tingginya dengan rumpun ilmu sosial yang lain. Namun bila dilihat sejarah kelahiran dan berkembangnya Sosiologi Agama

2

Ahmad Slamet, Metodologi Studi Islam, (Yogyakarta deepuhlish 2016), h. 57.

5

itu, maka ilmu ini lebih merupakan ilmu terpakai daripada ilmu teoretis murni. Ia diciptakan oleh pendukung-pendukungnya untuk kepentingan praktis, antara lain untuk memecahkan masalah-masalah sosio-religius yang timbul waktu itu di eropa akibat kurangnya pengetahuan tentang segi-segi sosiologis kehidupan beragama. Sudah barang tentu bahwa keteranganketerangan ilmiah yang meruakan hasil sementara dan masih bertambah-tambah jumlahnya, pada tahap berikut akan merupakan bahan-bahan yang berguna untuk menyusun dan mengembangkan sosiologi agama yang bercorak murni. B. Fungsi Sosiologi Agama Munculnya Sosiologi Agama dalam forum keilmuan merupakan suatu sumbangan yangtidak kecil bagi instansi keagamaan. Sebagai sosiologi positif telah membuktikan daya gunanya dalam hal mengatasi kesulitan yang muncul dalam masyarakat serta menunjukkan cara-cara ilmiah untuk perbaikan dan pengembangan masyarakat, demikian pula sosiologi agama bermaksud membantu para pemimpin agama dalam mengatasi masalah-masalah sosio-religius yang tidak kalah beratnya dengan masalah-masalah sosial non keagamaan. Apabila Sosiologi dapat lahir dan dibina dengan baik oleh pencintanya, niscaya hal itu akan memberikan summbangan yang sangat berharga, dan kehadirannya akan disambut dengan rasa gembira baik oleh kalangan sarjana ilmu sosial maupun kalangan pemerintah.3

Meskipun harapan yang ditaruh pada sosiologi agama mempunyai dasar yang objektif namun kiranya perlu dicantumkan suatu himbauan ke pada instansi yang berkepentingan agar tidak menaruh harapan yang berlebihan karena alasan-alasan berikut: a) Sosiologi Agama sebagai suatu ilmu masih merupakan ilmu yang relative sangat muda. Berarti pengalamannya masih terbatas. b) Keterangan-keterangan ilmiah yang dihasilkan sosiologi agama tidak akan menyelesaikan segala kesulitan secara tuntas. Segi kesulitan yang bukan sosiologi harus dimintakan resep dari ilmu yang bersangkutan. Misalnya teknologi, ekonomi, demografi, dlsb. c) Resep-resep (ilmiah) yang diberikan oleh sosiologi agama hendaknya tidak diharapkan dapat membawakan hasil (kasiat) langsung.

C. Lahir dan Berkembangnya Sosiologi Agama 3

Hendropustito, Sosiologi Agama (Yogyakarta, kanisius 1983), h. 7.

6

Benih-benih minat kepada fenomena agama sudah mulai tumbuh sekitar abad pertengahan abad ke-19 oleh sejumlah sarjana Barat terkenal seperti Edward B, Taylor (18231917), Herbert Spencer (1820-1903), Friedrich H.Muller (1823-1917), Sir James G. Fraser (1854-1941). Tokoh-tokoh ini lebih tertarik kepada agama-agama primitive. Namun pengkajian masalah agama secara ilmiah dan terbina baru mulai sekitar tahun 1900. Mulai saat itu hingga menjelang 1950 muncullah buku-buku sosiologi agama yang sering disebut dengan nama sosiologi agama klasik. Periode klasik ini terutama dikuasai oleh dua orang sosiologi yang terkenal yaitu Emile Durkheim dari prancis (1858-1917) dan Max Weber dari Jerman (1864-1920). Dua sarjana tersebutlazim dipandang sebagai pendiri sosiologi agama. Di kemudian hari karangan mereka digolongkan oleh para ahli sosiologi ke dalam bagian sosiologi umum. 1. Jenis Sosiologi Agama Sekurang-kurang nya dikenal jenis Sosiologi Agama berikut: a) Aliran Klasik b) Aliran Positivisme c) Aliran teori konflik d) Aliran fungsional (1) Aliran klasik. Aliran ini muncul pada perlengahan abad ke-l9 dan belahan pertama dari abad ke-20, yang ditopang oleh sejumlah sarjana (kecuali Durkheim dan Weber. masih dapat ditambah dengan Toqueville. Marks. Toennis.Simmel. Pareto.Spencer dll.). Karya tulis para sarjana tersebut masih tetap akan dibaca dan kiranya tidak pernah akan ditinggalkan sama sekali. Karya mereka lebih bercorak Sosiologi Dasar daripada Sosiologi Agama. dengan pengecualian DURKHEIM dan WEBER. Bagi mereka kedudukan Sosiologi merupakan

(Agama) suatu

sangat refleksi

dekat dan

dengan analisis

sejarah sistematis

dan terhadap

filsafat

dan

masyarakat,

kebudayaan dan agama sebagai proyek manusia. Tujuannya hendak mengungkapkan polapola sosial dasar dan peranannya dalam menciptakan masyarakat. lnstansi pemerintah dan kalangan

agama

yang

berkonsultasi

dengan pendukung aliran tersebut, akan mendapat jawaban yang berupa esei panjang tentang sejarah dari masyarakat agama yang bersangkutan, yang menganalisis sejarah masyarakat (organisasi) itu. Di dalamnya ditunjukkan kekuatan-kekuatan (sosial) yang mendorong berdirinya, unsur-unsur budaya yang menopang kelangsungan hidupnya, dibandingkan dengan tuntutan-tuntutan modern dalam situasi yang sudah berubah, Iantas mempersilakan 7

instansi yang berkepentingan untuk mengadakan perubahan yang sesuai atau tidak mengadakannya. (2) Aliran positivisme. Aliran ini mengikuti sosiologi yang empiris-positivistis dan menjajarkan masyarakat (dan masyarakat agama) sama dengan benda-benda alamiah .la menyibukkan diri dengan kuantifikasi dari dimensi masyarakat yang kualitatif dengan metoda pengukuran

yang

eksak

dan menarik kesimpulan yang dibuktikan dengan fakta-fakta. Dengan kata lain kesimpulan yang sifatnya netral tanpa diwarnai pertimbangan teologis atau filosofis, dilepas dari konteks sejarah perkembangan yang dialami masyarakat itu dalam waktu yang lampau. Cara penganalisisan demikian itu dipegang ketat dan konsekuen demi tercapainya hasil yang diinginkan, yaitu hasil yang se-obyeklif mungkin. (3) Aliran teori konflik. Dalam pandangan ahli sosiologi aliran ini masyarakat yang baik (sehat) ialah masyarakat yang hidup dalam situasi konfliktual. Masyarakat yang disebut dalam keadaan keseimbangan (equilibrium) dianggapnya sebagai masyarakat yang tertidur dan

berhenti

dalam

proses kemajuannya. Karena konflik (bentrokan) sosial dianggapnya sebagai kekuatan sosial utama

dari

perkembangan

masyarakat

yang

ingin

maju

kepada tahap-tahap yang lebih sempurna. Gagasan konfliktual ini (yang skemanya diciptakan oleh filsuf Hegel sebagai tesis - anti tesis - sintesis) didukung oleh K. MARX. F. OPPENHEIMER.A. WEBER. dan W. SOMBART. sebagai sarana mutlak (yang diberikan oleh alam sendiri) untuk memajukan masyarakat manusia. Aliran teori konflik ini tidak sependapat dengan para ahli aliran fungsionalisme, yang melihat equilibrium sosial masyarakat sebagai bentuk hidup sosial yang ideal. karena dianggap kurang menyadari, atau membiarkan adanya kekurangan dan ketidakadilan yang dibungkam oleh struktur kekuasaan yang bertahan. Dari sisi lain sosiologi aliran teori konflik ini (yang juga disebut sosiologi kritis) tidak dapat menyetujui metoda kuantitatif dari aliran positivisme. karena dianggapnya sebagai suatu arus yang mengasingkan orang dari masyarakat. (4) Aliran fungsionalilsme. Pendukung-pendukungnya bertolak dari pendirian dasar bahwa masyarakat itu suatu sistem perimbangan, di mana setiap kelompok memberikan sumbangannya yang khas melalui peranannya masing-masing yang telah ditentukan demi lestarinya sistem perimbangan sebagai keseluruhan. Arti dan makna dari sebuah kegiatan sosial hanya dimengerti dengan baik apabila orang dapat menemukan setepatnya tempat dan 8

fungsinya dan dalam keseluruhan sistem sosial. Dalam kerangka pemikiran itu timbulnya suatu bentrokan dalam organisasi dipandang berfungsi korektif untuk membetulkan kesalahan-kesalahan yang terjadi dalam subbagian (baca institusi-institusi) yang tidak berjalan baik. Penelitian yang diadakan sebagian besar ditujukan untuk mendapatkan keteranganketerangan tentang berfungsi baiknya peranan-peranan (tugas-tugas) yang dilaksanakan semua bagian di semua lapisan baik dari pemegang pimpinan maupun yang dipimpin. Dalam kerangka penegakan seluruh sistem masyarakat sebagai suatu neraca keseimbangan yang harmonis, aliran fungsionalisme ini dapat menerima prinsip kerja yang memperkecil lingkup penelitiannya pada suatu problem mikro, yang dianggap berguna sebagai sampel untuk mengetahui keadaan keseluruhannya sebagai sistem keseimbangan.

B. PENDEKATAN FILOSOFIS Secara harfiah, kata filsafat berasal dari philo berarti cinta kepada kebenaran, ilmu dan hikmah. Menurut sidi gazalba, filsafat berpikir secara mendalam systematic, redikal, dan universal dalam rangka mencari kebenaran, inti hikmah atau hakikat mengenai segala sesuatu yang ada. Contoh kita jumpai berbagai merek polpen dengan kualitas dan harga yang lainlain namaun intinya semua bullpen adalah sebagai alat tulis. Ketika alat tulis maka tercakuplah semua nama dan jenis pulpen.

Berpikir secara filosofis tersebut selajutnya dapat digunakan dalam memahami ajaran agama, dengan maksud agar hikmah, hakikat atau inti ajaran agama dapat dimengerti dan dipahami secara seksama. Pendekatan filosofis menurut Muhammad al-jurjawi dalam bukunya hikmab al-tasyri’ wa falsafttubu, dalam buku tersebut al-jurjawi mengukapkan hikmah yang terdapat di balik ajaran islam. Ajaran agama misalnya mengajarkan agar melaksanakan salat jamaah. Tujuanya antara lain agar seseorang merasa hikmahnya hidup secara bersampingan dengan orang lain. Dengan mengerjakan puas misalnya agar seseorang dapat merasakan lapar yang selajutnya menimbulkan. Melalui pendekatan filosofis, maka kita menjumpai bahwa filsafat digunakan untuk memahami sesuatu ajaran agama.4

4

Ahmad Slamet, Metodelogi Studi Islam (Yogyakarta deepuhlish 2016), h. 59.

9

C.PENDEKATAN HISTORIS Secara etimologi sejarah mempunyai banyak arti sejarah bisa berarti cerita suatu rekontruksi

atau juga kumpulan gejala empiris

masa lampau. Secara umum sejarah

mempunyai dua pengertian yaitu, sejarah secara subjektif, dan sejarah dalam arti objektif. Menurut meterinya (subject metter) sejarah dapat dibedakan atas: a)

Daerah (asia, eropa, amerika, asia tenggara, adan sebagainya).

b)

Zaman (misalnya zaman kuno, zaman pertengahan, dan modern).

c)

Tematis (ada sejarah sosial politik, sejarah kota, agama, seni dan lain-lain).

Sejarah atau historis adalah suatu ilmu yang didalamnya dibahas dengan memperhatikan unsur tempat, waktu, objek latar belakang, dan pelaku peristiwa. Pendekatan sejarah seseorang diajak diajak menukik dari alam idealis ke alam yang bersifat empiris dan mendunia. Dari keadaan ini seseorang kan melihat adanya kesenjangan atau keselarasan antara yang terdapat dalam alam idealis dengan yang ada di alam impiris dan historis, sejarah yang berhubungan

dengan peristiwa-peristiwa

atau

kejadian masa

lalu yang

menyangkut kejadian atau keadaan yang sebenarnya terjadi pada masa lalu5

Menurut soeijono soekanto (1969:30) pendekatan historis mempergunakan analisis atas peristiwa-peristiwa dalam masa silam untuk merumuskan prinsip-prinsip umum. Metode ini dapat dipakai misalnya, dalam mempelajari masyarakat islam dalam hal pengalaman, yang di sebut dengan “masyarakat muslim” atau “kebudayaan muslim.”6

D. PENDEKATAN TEOLOGIS Teologi dari segi etimologi berasal dari bahasa Yunani yaitu teologia. Yang terdiri kata theos yang berarti tuhan atau dewa dan logos yang berarti ilmu, Sehingga teologi adalah pengetahuan ketuhanan, atau teologi adalah ilmu yang membahas tentang ajaran-ajaran dasar dari suatu agama. Sedangkan pendekatan teologis adalah suatu pendekatan yang normatif, subjektif terhadap agama. Dari segi istilah,teologi berarti ilmu yang membahas tentang tuhan dan manusia serta hubungan manusia dengan tuhan,Karena itu, teologi selalu dinisbatkan kepada kualifikasi tertetu,dseperti teologi islam, teologi Kristen dan lain-lain. Secara harfiah, pendekatan teologis 5 6

Achmad Slamet, Metodelogi Studi Islam, (Yogyakarta Deepublish 2016), h. 60. Supiana, Metodelogi Studi Islam, (Bandung: Remaja Rosdakarya 2017), h. 93.

10

normatif dalam memahami agama dapat diartikan sebagai upaya memahami agama dengan menggunakan kerangka ilmu ketuhanan yang bertolak dari suatu keyakinan bahwa wujud empiris dari suatu keagamaan dianggap sebagai yang paling benar dibandingkan dengan yang lainnya.7 Pada umumnya pendekatan ini dilakukan dari dan oleh penganut suatu agama dalam usahanya menyelidiki agama lain.Maka pendekatan ini bisa juga disebut dengan pendekatan atau metode textual, atau pendekkatan kitabi, maka ia selalu menampakkan sifatnya yang apologis dan deduktif.8 Berkaitan dengan “teologi” itu sendiri terdapat perbedaan pandangan tentang apa yang dinamakan teologi. Dalam hal ini ada dua pandangan, ada yang mengatakan teologi benar-benar berbeda dengan filsafat agama,akan tetapi yang lain justru memasukkan filsafat agama ke dalam teologi.Dapat dikatakan teologi disatu pihak sama dengan filsafat yaitu wataknya yang filosofis atau analisis kritis, Dipihak lain, teologi itu sama dengan ilmu deskriptif, ilmu agama atau sejarah agama, karena wataknya yang tidak filosofis, normatif. Hasan Bakti menyatakan pendekatab teologis adalah sebuah pendekatan yang berhubungan dengan ketuhanann. Kajian dengan pendekatan ini telah dilakuakn oleh para filosofif yunani seperti Xenophanes, Socrates, Plato dan Aristoteles.9 Di barat, teologi diartikan sebagai ilmu agama yang berbicara tentang tuhan dan kaitan tuhan dengan alam nyata atau realistis termasuk manusia.Sementara istilah teologi dalam dunia islam berarti ilmu kalam.10 Penulis-penulis muslim banyak yang mengembangkan pendekatan ini, seperti Ali ibn Hazm (994-1064), pengarang al-fals fi al-milal wa al-nihal, tokoh islam pertama yang menguraikan secara jelas dan panjang lebar tentang ta’rif yang terdapat dalam bibel.Kemudian Muhammad Abdul Karim as-Syahrastani (1071-1153) dalam kitabnya al-Milal wa al-Nihal mempergunakan kategori yang dipergunakan oleh orang-orang Kristen untuk membedakan ketiga golongan ortodoks Kristen yaitu Nasturiah, Ya’qubiah dan Mulkainah dari kelompok

7

Zakiah Daradjat,Perbandingan Agama( Jakarta, bumi angkasa 1994), h. 73-74. Muahammad Nurdinah,Ilmu Perbandingan Agama (Banda Aceh, Ar-Raniry Press, 2004), h. 156-158. 9 Hasan Bakti Nasution, Filsafat Umum, (Jakarta: Gaya Media Pratama, 2001), h.46 10 Romdon, Metodoli Ilmu Perbandingan Agama Suatu Pengantar Awal, (Jakarta: Raja Grafindo Persada, 1996),h.119 8

11

non orthudoks yaitu ananiah yang menerima kenabian yesus dan berpendapat bahwa kenabiannya tidak berbeda dengan nabi-nabi sebelumnya.11

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan Dari uraian diatas dapat disimpulkan bahwa agama dapat dipahami melalui berbagai pendekatan. Denagn pendekatan itu semua orang akan sampai pada agama. Seorang teolog, sosiolog, antropolog, sejarahwan, ahli ilmu jiwa dan budaya akan sampai pada pemahaman agama yang benar. Di sini kita melihat bahwa agama bukan hanya monopoli kalangan teolog dan normatif belaka, melainkan agama dapat dipahami senua orang sesuai dengan pendekatan dan kesanggupan yang dimilikinya. Dari keadaan demikian seseorang akan memiliki kepuasan dari agama, karena seluruh persoalan hidupnya mendapat bimbingan dari agama.

B. Saran Semoga kami dapat menjadi lebih baik lagi kedepannya dalam penulisan makalah dan dalam memperoleh informasi. Semoga kami juga dapat menjadi lebih baik lagi setelah mengikuti pembelajaran Metodologi Studi Islam, dan bisa mengamalkan ilmu yag kami dapat tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

11

Zakiah Daradjat, Perbandingan Agama 1, (Jakarta: Bumi Aksara, 1996), h.8

12

DAFTAR PUSTAKA Abdullah, Taufik, dan M.Rusli Karim,1990, Metodologi Penelitian Agama Sebuah Pengantar Yogyakarta: Tiara Wacana

Hamim, Drs. H. Nur, 2002, Pengantar Studi Islam, Surabaya Daradjat, Dr, Zakiah, 1996, Perbandingan Agama, Jakarta Nurdinah, Muahammad, 2004, Ilmu Perbandingan Agama Banda Aceh: Ar-Raniry Press. Nasution, Hasan Bakti, 2001, Filsafat Umum, Jakarta: Gaya Media Pratama. Romdon,1996, Metodoli Ilmu Perbandingan Agama Suatu Pengantar Awal, Jakarta: Raja Grafindo Persada. Supiana, 2017, Metodelogi Studi Islam, Bandung: Remaja Rosdakarya Slamet, Achmad, 2016, Metodelogi Studi Islam, Yogyakarta: Deepublish.

Hendropustito, 1983, Sosiologi Agama, Yogyakarta: Kanisius An-Nur,Jufrizal, Berbagai Pendekatan Dalam Memahami Agama, https://www.academia.edu/26508854/berbagai_pendekatan_dalam_memahami_agam a, Di akses pada tanggal 22 Maret 2019

13

14

15

Related Documents


More Documents from ""

Metodologi Studi Islam.docx
October 2019 19
Unveiling Machu Picchu_45
October 2019 8
World.pdf
November 2019 7
Bab I.pdf
November 2019 39
Sharait E Bai'at
November 2019 36