Mesin Uang Itu Bernama Becak

  • Uploaded by: femi adi soempeno
  • 0
  • 0
  • June 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Mesin Uang Itu Bernama Becak as PDF for free.

More details

  • Words: 1,985
  • Pages: 7
Mesin Uang Itu Bernama Becak Mengintip bisnis becak di Berlin, Jerman (1) Apa sih menariknya becak yang berdesign futuristik? Saya rasa tidak ada. Flat like a pancake! Nyatanya, meski bentuknya biasa saja, bisa menggaet pengiklan senilai € 1.800 setiap bulan per satu unit becak. Femi Adi Soempeno (Berlin) Bola raksasa belum juga terbenam. Senja di musim panas masih panjang. Dari kawasan perkantoran modern di bilangan Potsdamer Platz, Berlin, Jerman, sebuah becak melaju pelan ke arah pusat perbelanjaan Kurfuerstendamm. Tak seperti di Jawa yang tukang becaknya mengayuh pedal dari belakang penumpang, becak ini dikayuh dari depan. Tukang becaknya juga necis, dengan kaos, celana pendek, sepatu kets dan kacamata hitam. Kabin di belakang kemudi melengkung pendek, dengan bentuk yang membesar di bagian belakang. Maklum, di bawah kabin dibagian belakang ini terdapat dua roda untuk menyangga penumpang. Warnanya oranye terang, sangat mencolok dari kejauhan. Di bagian kanan kiri terbuka tanpa jendela, dengan pintu hanya separo bagian. Dari bentuknya sudah bisa dipastikan, itu adalah becak milik perusahaan swasta Jerman, yaitu Velotaxi GmbH. Bagi pelancong dari Asia, termasuk Indonesia, melihat bentuk becak yang begini rasanya biasa saja. Meski terlihat modern dan simpel, becak buatan Jerman ini cenderung tidak istimewa. Soalnya, becak-becak di Asia jauh lebih meriah dengan aneka bunga dan musik yang cukup kencang. Bandingkan dengan becak di Malaka (Malaysia) yang ramai dengan bunga warna-warni dan musik India yang disetel oleh si tukang becak. Atau, becak dari Jogja yang memamerkan kekokohannya dengan lengkungan besi di kanan-kiri. Namun, yang membikin becak Jerman ‘menang’ ketimbang keduanya adalah leluasanya si tukang becak melenggang di jalanan nan mulus tanpa lubang. Lebih dari itu, becakbecak ini dikelola dengan manajemen yang cukup baik oleh perusahaan Velotaxi. Mulai dari € 5/km Pengelolaan yang rapi ini mulai dari penyusunan rute. Velotaxi sebagai operator becak, memiliki rute reguler dan rute turis. Pembedaan rute ini menentukan ongkos jasa bagi si tukang becak plus fasilitas yang menggenapinya.

Rute turis, misalnya. Rute ini menjual jasa becak dengan ongkos sewa € 15 per rute yang sudah ditetapkan. Misalnya dari Taman Tiergarten hingga tembok Berlin yang bersejarah Brandenburger Tor, tarifnya fixed € 15. Dengan ongkos segitu, penumpang akan mendapatkan cerita soal sejarah Berlin dan beberapa tempat yang menarik seperti museum, taman dan gedung bersejarah yang dilalui oleh rute becak. Persisnya, si tukang becak menyerupai guide untuk tur rute pendek. Sebaliknya, kalau penumpang membayar € 5, ongkos ini hanya untuk 1 km saja dan tidak bakal mendapat dongengan apapun dari si tukang becak. Bila ingin lebih jauh lagi, maka ongkos akan berlaku kelipatannya. Dua konsep ini dibangun oleh Ludger Matuzewski, satu dasawarsa silam. Pendiri Velotaxi GmbH ini menggaet beberapa perusahaan kelas kakap untuk beriklan di kabin becak. Sebut saja Berliner Beer, Puma, Nike, Esprit, Diesel, Mastercard, T-Mobile dan Langnese. Setiap perusahaan mesti membayar sekitar € 1.800 per bulan per becak pada Velotaxi. Mereka memindahkan ruang iklan mereka ke kabin becak ini. “Hitungan mereka, beriklan di kabin becak ini lebih efektif,” kata Klaus C Ulbricht, COO Velotaxi GmbH. Saat ini, ada 40 becak Velotaxi di Berlin. menurut Ulbricht, mereka bebas keliling mencari penumpang, baik orang-orang Berlin yang membutuhkan akses cepat. Lebih dari itu, para tukang becak ini sangat dianjurkan untuk mangkal di kawasan padat turis. “Tapi kalau mereka mau mangkal saja tanpa mencari penumpang, ya tidak masalah,” sambung Ulbricht. Lho, kok? Memang begitu kesepakatan Velotaxi dengan perusahaan pengiklan. Mereka tidak mau tahu berapa Euro dihasilkan oleh setiap becak. Mereka hanya mau tahu becak-becak dengan kabin bergambar produk perusahaan-perusahaan itu mejeng di jalanan selama 8 jam sehari. Para tukang becak itu menyewa becak di Velotaxi sebesar € 5 per hari. Dengan ongkos sewa segitu, tukang becak ini tinggal mengayuh saja. “Penghasiln saya € 80-100 per hari dengan jarak sekitar 70-80 km per hari,” kata Matheas, tukang becak Velotaxi. Tak sulit untuk menjadi tukang becak Velotaxi. Syaratnya hanya mengrimkan permohonan menjadi tukang becak, memiliki surat ijin mengemudi becak dan menjalani tes wawancara di Velotaxi. Prosesnya memakan waktu kurang dari seminggu. Jadi, apa Anda berminat menjadi tukang becak di Berlin? (bersambung)

Satu Becak = Satu Xenia Mengintip bisnis becak di Berlin, Jerman (2) Perusahaan becak Velotaxi GmbH terus berkembang seiring dengan permintaan yang membesar. Kalau mau beli satu unit becak, harganya setara dengan satu unit si kembar Daihatsu Xenia-Toyota Avanza. Femi Adi Soempeno (Berlin) Satu dasawarsa silam, Ludger Matuzewski, pendiri Velotaxi GmbH tidak pernah membayangkan perusahaan becak ini berkembang sedemikian pesat. Padahal, bekas project manager Dailmer Chrysler ini awalnya hanya ingin mendirikan perusahaan angkutan dengan moda bus kecil. Hanya saja, Ludger harus mempertimbangkan beberapa hal untuk membikin taksi dengan bus kecil. Pertama, harga bahan bakar yang semakin membumbung tinggi. Selain itu, di Eropa gencar kampanye pengurangan CO2. Belum lagi, ongkos pembelian bus yang tak murah. Maka terbersitlah di benak Ludger untuk mengotak-atik sepeda. “Kami butuh becak khas Eropa, pihak-pihak yang menyeponsori kami, perusahaan yang menyerap tenaga kerja dan kendaraan yang ramah lingkungan,” jelas Ulbricht. Maka, disulaplah sepeda sehingga mampu mengangkut penumpang sebanyak dua orang dewasa. Becak ini kemudian diberi nama Velotaxi dan di klaim sebagai becak khas Eropa. Lebih dari itu, angkutan publik dengan tiga roda yang dikayuh dengan kecepatan kurang dari 10 km/jam ini mempesona banyak pihak. Bukan Cuma turis saja yang kepincut menjajal becak Jerman ini, tetapi juga warga lokal. Melihat animo masyarakat yang begitu positif atas angkutan ramah lingkungan ini, naluri bisnis beberapa perusahaan kelas dunia pun berjalan. Inilah kesempatan beriklan yang cukup efektif. Sama-sama diuntungkan, Velotaxi juga tak susah-susah mencari sponsor untuk mengongkosi perusahaannya. Apalagi, usai pameran di Hannover tahun 2000, permintaan membeludak. “Kami memutuskan, hanya mereka yang memegang lisensi Velotaxi lah yang boleh membeli sepeda-becak buatan kami,” kata Klaus C Ulbricht, COO Velotaxi GmbH. Becak Jerman mendunia

Konsep awal becak sebagai angkutan publik dan sarana tur bagi turis pun dilengkapi. Ludger Matuzewski sebagai pemilik Velotaxi membikin konsep partnership atau kerjasama kepemilikan lisensi Velotaxi. Maklum, peminatnya tidak hanya datang dari Jerman saja, tetapi juga diluar Jerman. “Kami tidak pasang iklan dan tidak mengajak mereka berpartner,” kata Ulbricht. Sebaliknya, malah mereka yang mengirimkan surat permohonan menjadi partner Velotaxi. Agaknya Ludger ingin memenuhi brankasnya. Tahu ada wilayah bahkan negara lain yang berminat dengan becak bikinannya, ia menyambangi wilayah atau negara tersebut dan tinggal untuk sedikitnya tiga minggu. Waktu ini digunakan untuk survey dan mengenali pasar. Peminat Velotaxi membutuhkan setidaknya 2-3 bulan untuk mendapat keputusan Ludger. Di Jerman, Velotaxi harus memenuhi permintaan mulai dari Rostock, Hamburg, Dusseldorf, Koln, Frankfurt, Stuutgart, Munchen, Freiburg dan beberapa wilayah lain di Jerman. Tak mau kalah, negara tetangga juga kepincut dengan becak berdesain minimalis ini. Diantaranya Amsterdam, Prague, Roma, Athena, Ryadh, Jepang, dan Korea. Khusus untuk Jerman, Ludger punya beberapa kriteria bagi mereka yang ingin berkongsi dengan Velotaxi. Kriteria ini dibagi menjadi kelas A, B dan C berdasarkan luas wilayah, jumlah turis dan calon penumpang potensial. Kelas A, corporation fee nya € 5.000 plus ongkos lisensi tahunan sebesar € 3,000. Kelas B, corporation fee nya € 3.000 plus ongkos lisensi tahunan sebesar € 2.000. sedangkan untuk wilayah yang paling ciut, hanya dikutip corporation fee € 1.000 plus ongkos lisensi tahunan sebesar € 1.000. Angka itu masih ditambah ongkos komisi sebesar 3-7%. Tapi si partner ini masih harus membeli becak dari Velotaxi. Untuk wilayah kelas A jumlah becak minimal 5 unit, kelas B 3 unit dan kelas C 2 unit. Coba hitung besarnya duit yang masuk ke brankas Ludger kalau satu unit becak dijual dengan harga € 8.300. Harga jual becak itu setara dengan si kembar Daihatsu Xenia-Toyota Avanza! Belum puas dengan konsep diatas kertas, Ludger pun dengan lincah menjadi pemain anyar di bisnis angkutan umum ini. Demi merespon permintaan, ia mendirikan anak perusahaan yaitu Veloform GmbH. Perusahaan ini membawahi produksi dan perakitan becak di tiga negara. Kabin becak dibikin di Belgia, bahan dasar untuk becak dibikin di Cekoslovakia, dan perakitannya di Berlin, Jerman. Bahkan sejak tahun 2004, perusahaan ini sudah membuka pasar yang lebih luas. “Bukan hanya pemegang lisensi saja yang boleh membeli becak dari kami, tapi siapa saja juga boleh,” kata Ulbricht. Nah, Anda berminat mengusung Velotaxi ke Indonesia? (bersambung)

Dan yang lain pun mengekor Mengintip bisnis becak di Berlin, Jerman (3) Latah. Agaknya itu kata yang tepat untuk menunjuk pada perusahaan lain yang mengekor suksesnya Velotaxi GmbH, perusahaan becak asal Jerman. Tapi kalau memang pasarnya masih besar, mau apa lagi? Femi Adi Soempeno (Berlin) Dimana-mana, meniru itu lebih mudah daripada menciptakan. Ini juga terjadi pada Velotaxi GmbH, perusahaan becak asal Jerman yang sukses membiakkan becaknya hingga ke Amsterdam, Prague, Roma, Athena, Ryadh, Jepang, dan Korea. Usai menciptakan sistem pengelolaan becak, perusahaan milik Ludger Matuzewski ini memproduksi sekitar 200-250 unit becak setiap tahun. Perusahaan ini bertahan dengan pendapatan sekitar € 1,2 juta-2 juta per tahun. “Hingga saat ini, sudah lebih dari 1000 becak tersebar di penjuru dunia,” kata Klaus C Ulbricht, COO Velotaxi GmbH. Setiap hari, sambungnya, ia menerima sekitar 20-30 surat permintaan dari seluruh pelosok dunia untuk menjadi partner Velotaxi. Melihat permintaan yang begitu besar dengan angka produksi yang sedemikian mungil, mengindikasikan bahwa ceruk bisnis becak ini masih menganga lebar. Dus, mestinya celah ini juga bisa diisi oleh pemain-pemain lain yang berminat membenamkan koceknya ke bisnis angkutan ramah lingkungan ini. Pemain yang datang dan cukup agresif mengisi pasar becak di Jerman adalah Kai Luebeck. Perusahaannya, Bike Taxi GmbH menjumput konsep yang serupa dengan perusahaan Matuzewski. Yaitu, angkutan becak yang menawarkan jasa bagi penumpang reguler maupun turis. Matuzewski juga masih harus masih ada Rikscha-Mobil, Perpedalo, Bielefeld dan beberapa perusahaan becak lain yang sejenis yang tersebar di pelosok Jerman. Disinilah Matuzewski harus menjegal lawan bisnisnya agar tak menggerus laba perusahaannya. Luebeck, misalnya. Layaknya hukum persaingan, siapa yang datang belakangan bisa berkreasi dengan produk yang sudah ada. Tinggal tambah ini-itu, maka jadilah produk baru. Ini juga yang terjadi pada Bike Taxi miliknya yang bermarkas di Prenzlauer Berg, Berlin. Berpotensi membesar

Bike Taxi datang tak seratus persen sama persis dengan Velotaxi. Lihat saja kreasi beragam bentuk becak yang dimilikinya. Bukan Cuma lengkungan kabin yang menghalau terik dan rintik hujan seperti Velotaxi, tetapi komplit dengan variasinya. Misalnya becak model Peking. Kabin di becak ini bisa dilipat ke belakang. Rangka atapnya terbuat dari besi, sedangkan atapnya terbuat dari parasut plastik. Dus, kalau si penumpang ingin menikmati perjalanan sambil berteduh, kap ini bisa ditutup. Sebaliknya, kalau ingin menikmati musim panas, atap becak ini juga bisa dibuka. Ada lagi yang model Dom yang sangat rapat tertutup. Kabinnya terbuat dari plastik menyerupai kabin Velotaxi. Sedangkan perusahaan, gerai, museum atau apapun yang ingin mengiklankan produknya, ada becak khusus mengusung plakat. Model ini dinamakan Promotion Bike. Becak bikinan Bike Taxi yang paling seru adalah Conference Bike yang bisa dikayuh tujuh orang sekaligus. Becak model ini diproduksi di Hannover, Jerman. Biasanya yang menyewa ini adalah keluarga atau komunitas kecil yang ingin menikmati Berlin dengan cara yang ‘tidak biasa’. Maklum, meski dikayuh bertujuh, sepeda ini tetap berjalan ke satu arah yang sama. Bike Taxi yang muncul tahun 1999 ini baru menggelontori Jerman dengan 27 unit becak saja. Sementara itu, orientasi pasar ekspor belum muncul dari perusahaan ini. Menilik bentuknya yang unik yang juga dibuntuti pemain lain di belakangnya, perusahaan ini memiliki potensi besar untuk menggerogoti pasar Velotaxi. Bike Taxi juga memiliki tarif yang tak jauh berbeda dengan Velotaxi. Untuk jarak dekat, ongkosnya € 5 per km. Sedangkan untuk melayani turis, ongkosnya mulai € 30. Tarif yang serupa dimiliki oleh Perpedalo yang dioperasikan di Koln, dan Rikscha-Mobil yang dijalankan di Munchen. Untuk melihat Koln diatas becak selama 30 menit, ongkosnya € 34. tarif per kilometer untuk Perpedalo sama dengan Velotaxi dan Bike Taxi, yaitu € 5. Belum lagi, banyak tukang becak yang mengoperasikan becaknya sendiri dengan tarif yang sama dengan tarif yang dipasang oleh perusahaan becak. “Kami tidak gentar dengan pemain baru,” kata Ulbricht, optimis. Menurutnya, kendala di bisnis ini bukanlah para pemain baru yang mencoba menyedot dan menggeser pasar Velotaxi, melainkan pemenuhan kebutuhan pasar yang begitu besar. “Kami menciptakan produk baru, yaitu City Cruiser 2,” katnya. Becak bikinan Velotaxi ini khusus lantaran digerakkan dengan mesin. Setiap minggu, becak ini butuh sekitar 300 ml methanol untuk mengangkut penumpang. Kalau begitu, tunggu saja, pasti sebentar lagi bakal ada becak lain yang memproduksi becak bermesin sejenis. (**)

Related Documents


More Documents from ""