Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama Upt Rscn Malang

  • Uploaded by: Ismi Wardani
  • 0
  • 0
  • May 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra Bersama Upt Rscn Malang as PDF for free.

More details

  • Words: 2,362
  • Pages: 10
Meraih Kemandirian Penyandang Cacat Netra bersama UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang Oleh : Dra. Ismi Wardani Pekerja Sosial Madya UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang

D

alam

proses

seluruh

pembangunan

warga

negara

nasional, Indonesia

mempunyai hak dan kewajiban yang sama untuk ikut berpartisipasi dalam berbagai bidang, sesuai dengan

kemampuan

Penyandang

cacat

yang

(people

with

dimilikinya. disabilities)

adalah salah satu kelompok warga yang merupakan pengguna (user) dan salah satu populasi dalam kelompok yang berkepentingan (stakeholders) yang ikut menentukan keberhasilan pembangunan. Berdasarkan data perkiraan yang ada pada Departemen Sosial, di Indonesia angka prosentase yang digunakan dalam perhitungan jumlah penyandang cacat adalah 3,11 % dari jumlah penduduk Indonesia, yang diperoleh sebagai hasil penelitian (random sampling) dan kriterianya ditentukan oleh Departemen Sosial. Dari segi prosentase, jumlah ini nampaknya kecil, akan tetapi secara absolut angka 3,11 % ini akan mencapai sekitar 5,5 juta penduduk Indonesia yang menyandang cacat. Di Propinsi Jawa Timur jumlah penyandang cacat pada tahun 2005 adalah 82.389 orang, 16.271 orang diantaranya adalah tunanetra. (Data Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur,1995). Sebagai Warga Negara Indonesia, kedudukan, hak,

kewajiban dan peran

penyandang cacat netra adalah sama dengan warga negara lainnya dan sesuai dengan amanah UUD 1945 pasal 27 ayat (2) Tiap-tiap warga negara berhak atas pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. Oleh karena itu, peningkatan dan penggalian potensi para penyandang cacat, termasuk penyandang cacat netra merupakan upaya penting yang wajib dilaksanakan sehingga dapat didayagunakan untuk mendapatkan pekerjaan dan penghidupan yang layak bagi kemanusiaan.

1

Dalam upayanya untuk meningkatkan kesejahteraan para penyandang cacat yang disebabkan karena kondisi ketidakberdayaannya untuk menjangkau fasilitas umum, atau kelangkaan sistem sumber pelayanan khusus bagi penyandang cacat, maka berbagai bentuk usaha yang bersifat fasilitatif dan advokatif perlu diupayakan bersama baik oleh pemerintah maupun masyarakat sehingga para penyandang cacat dapat menikmati hidup yang lebih bermanfaat dan bermartabat. Sebagai Warga Negara Indonesia, kedudukan, hak, kewajiban dan peran penyandang cacat netra adalah sama dengan warga negara lainnya dan sesuai dengan amanah UUD 1945 pasal 27 ayat (2). Oleh karena itu, peningkatan dan penggalian potensi para penyandang cacat, termasuk penyandang cacat netra merupakan upaya penting yang wajib dilaksanakan

sehingga

dapat

didayagunakan

untuk

mendapatkan

pekerjaan

dan

penghidupan yang layak bagi kemanusiaan. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang adalah salah satu Unit Pelaksana Teknis (UPT) yang mempunyai tugas pokok melaksanakan sebagian tugas Dinas Sosial Propinsi Jawa Timur di bidang penyantunan, rehabilitasi, bantuan, bimbingan, pengembangan dan resosialisasi penyandang cacat netra. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang menyelenggarakan berbagai kegiatan preventif dan protektif (pencegahan dan perlindungan), remedial (penyembuhan), promotif dan development (pemberdayaan dan pengembangan). Upaya tersebut mencakup berbagai aspek kehidupan dan penghidupan yang selayaknya diperoleh seorang warga negara. UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang mempunyai fungsi : Pelaksanaan penyantunan dan rehabilitasi, Pelaksanaan penyaluran dan bimbingan lanjut, Pelaksanaan praktek pekerjaan sosial di bidang Rehabilitasi Cacat Netra, Pelaksanaan ketatausahaan dan pelaksanaan tugas – tugas lain yang diberikan oleh Kepala Dinas. Dalam hal ini pelayanan yang diberikan berupa serangkaian bimbingan dan rehabilitasi sosial yang meliputi pembinaan fisik, mental, sosial, psikososial, advokasi, latihan ketrampilan kerja, resosialisasi serta pembinaan lanjut sehingga pada akhirnya para penyandang cacat netra mampu berperan aktif dalam kehidupan bermasyarakat.

2

GAMBARAN UMUM UPT REHABILITASI SOSIAL CACAT NETRA MALANG

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang, mulai berkiprah di Propinsi Jawa Timur pada tahun 1954 yang dirintis oleh Inspeksi Sosial Propinsi Jawa Timur dengan nama Tempat Latihan Kerja dan berlokasi di Kabupaten Sumenep. Pada tahun 1960 telah diubah namanya GEDUNG KANTOR

menjadi Pusat Pendidikan dan Pengajaran Kegunaan Tuna Netra (P3KT) Budi Mulyo dan untuk selanjutnya dipindahkan ke Kediri pada tahun 1966. Oleh karena berbagai keterbatasan yang ada di P3KT Kediri mulai dari lahan, daya tampung, aksesibilitas, serta semakin berkembangnya permasalahan tuna netra baik secara kuantitas maupun kualitas, maka sekali lagi lokasi usaha rehabilitasi cacat netra ini dipindahkan ke Malang pada tahun 1976 dengan jangkauan pelayanan meliputi Jawa Timur dan Indonesia bagian Timur, kemudian dengan SK MENSOS RI No. 41/HUK/ KEP/XI/1979 namanya diubah menjadi PRPCN (Panti Rehabilitasi Penderita Cacat Netra) "Budi Mulyo" Malang. Untuk selanjutnya pada tahun 1995 mengalami pergantian nama kembali menjadi PSBN (Panti Sosial Bina Netra) "Budi Mulya" Malang. Pada tahun 2003 diubah untuk yang kesekian kalinya menjadi Panti Rehabilitasi Sosial Bina Cacat Netra (PRSBCN) “Budi Mulya” Malang berdasarkan SK Gubernur Jawa Timur Nomor 51 Tahun 2003.Terakhir, dengan berjalannya PP No. 41 Tahun 2007 PRSBCN kembali mengalami perubahan nomenklatur menjadi UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang berdasarkan Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 119 Tahun 2008 tentang Organisasi dan Tata Kerja Unit Pelaksana Teknis Dinas Sosial Provinsi Jawa Timur. Setelah bergulirnya otonomi daerah melalui Peraturan Pemerintah No. 25 tahun 2000 tentang Kewenangan Pemerintah dan Kewenangan Propinsi sebagai Daerah Otonomi, terjadi pembaharuan kelembagaan dimana PRSBCN “Budi Mulya” beralih statusnya dari 3

Panti Sosial milik Departemen Sosial yang semula melayani penyandang cacat netra dari wilayah Jawa Timur dan Indonesia bagian timur (Bali, Nusa Tenggara Barat, Nusa Tenggara Timur, dan Sulawesi Selatan) menjadi Panti Sosial milik Pemerintah Daerah Propinsi Jawa Timur dimana dari sisi legalitas organisasi termuat dalam Perda Propinsi Jatim No. 14 Tahun 2002, dengan ruang lingkup pelayanan khusus bagi para penyandang cacat netra yang berasal dari seluruh wilayah Propinsi Jawa Timur saja. Dalam Bab VIII Peraturan Gubernur Jawa Timur Nomor 119 Tahun 2008 dijelaskan bahwa tugas UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra adalah melaksanakan sebagian tugas Dinas dalam rehabilitasi sosial cacat netra, sedangkan fungsinya meliputi pelaksanaan program kerja UPT; pembinaan dan pengendalian pengelolaan ketatausahaan, kegiatan pelayanan,rehabilitasi dan pembinaan lanjut ; penyelenggaraan praktek pekerjaan sosial, bimbingan umum kepada klien, kerjasama dengan instansi/pihak terkait, pengembangan metodologi

pelayanan

dan

rehabilitasi,

penyebarluasan

informasi

pelayanan,

penyelenggaraan konsultasi bagi keluarga dan masyarakat, pelayanan masyarakat, ketatausahaan serta tugas – tugas lain yang diberikan Kepala Dinas.

Potensi Panti Sumber Daya Manusia Dalam melaksanakan tugas tersebut, UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang memiliki sumber daya manusia yang terdiri dari : Kepala UPT, Kepala Sub Bagian Tata Usaha, Kepala Seksi Pelayanan Sosial, Kepala Seksi Rehabilitasi dan Pembinaan Lanjut, 26 orang staf (13 orang merangkap instruktur), 17 orang Pekerja Sosial merangkap instruktur, 15 orang tenaga harian lepas dan Satpol PP. Disamping pegawai , tenaga harian lepas yang bertugas melayani permakanan klien, dan tenaga Satpol PP, UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang juga menjalin kerjasama dengan beberapa instruktur dari luar seperti guru agama Islam dan guru agama Kristen, guru ketrampilan karawitan, serta guru kesenian. Lahan dan gedung :

4

UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang berdiri diatas lahan seluas 4000 M2, yang dimanfaatkan untuk sarana dan fasilitas pelayanan seperti Gd. kantor, Gd. Pamer hasil karya, Gd. Konsultasi, Gd. Orientasi dan Mobilitas, Gd. ADL, Gd. Aula, Gd. Ketrampilan, Gd. Home Industri, Gd. Pendidikan (Kelas Persiapan A, Kelas Persiapan B, Kelas Dasar, Kelas Kejuruan, Kelas Praktis) Gd. Shiatsu, Gd. Massase, Gd. Refleksi, Gd. Masjid, Gd. Dapur (2 bh), Gd. R. Makan (2 bh), Gd. Poliklinik, Gd. Perpustakaan, Gd. Asrama (9 wisma), Rumah Petugas (13 rumah), Wisma Tamu, Gudang, Halaman, Jalan dalam Panti. Proses Rehabilitasi Sosial Dalam PP no 43 tahun 1998 tentang Upaya Peningkatan Kesejahteraan Sosial Penyandang Cacat disebutkan bahwa Rehabilitasi Sosial dilakukan dengan pemberian pelayanan sosial secara utuh dan terpadu (dalam satu lembaga rehabilitasi) melalui kegiatan pendekatan fisik, mental dan sosial

yang

berupa

:

motivasi

dan

diagnosa psikososial, bimbingan mental, bimbingan fisik, bimbingan sosial, bimbingan ketrampilan, terapi penunjang, bimbingan resosialisasi, bimbingan dan pembinaan usaha, serta bimbingan lanjut. Sesuai dengan PP No 43 tersebut, tahap rehabilitasi sosial yang diselenggarakan di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang dikemas dalam sistem bimbingan di kelas sebagai berikut: 1. Kelas Persiapan A Diperuntukkan bagi klien pemula, belum pernah bersekolah dan mereka yang belum mengetahui dan memahami ketrampilan sosial dasar tuna netra seperti Activity of Daily Living Skill (ADL), Orientasi Mobilitas (OM) dan baca tulis Braille.

5

2. Kelas Persiapan B Diperuntukkan bagi calon klien yang sudah mengetahui dan memahami

dan

dapat

melaksanakan

sebagian

dari

ketrampilan sosial dasar seperti Activity of Daily Living Skill (ADL), Orientasi Mobilitas (OM) dan baca tulis Braille. Disamping itu, kelas ini juga diperuntukkan bagi calon klien yang mempunyai latar belakang pendidikan SDLB, SMPLB maupun SLTALB.

3.

Kelas Dasar Merupakan lanjutan dari kelas sebelumnya dimana klien mulai mempelajari teori-teori dan praktek ketrampilan kerja seperti pijat massage, pijat shiatsu, pijat refleksi, home industri dan kerajinan tangan seperti pembuatan keset, sapu dan sulak.

4. Kelas Kejuruan Merupakan lanjutan dari kelas sebelumnya yang berorientasi pada peningkatan pemahaman dan pematangan ketrampilan kerja baik berupa teori dan praktek bimbingan ketrampilan kerja. Pada kelas ini, klien juga mulai dipersiapkan / diresosialisasikan

untuk

hidup

bermasyarakat

dan

mengembangkan ketrampilan yang mereka miliki setelah mereka

dinyatakan

lulus.

Pada

akhir semester,

klien

diwajibkan untuk melaksanakan Praktek Belajar Kerja (PBK) di masyarakat selama 2 bulan penuh. Setelah PBK diadakan evaluasi kelayakan apakah mereka sudah siap untuk dikembalikan kepada masyarakat atau masih perlu pemantapan kembali.

Untuk mendapatkan hasil yang optimal, Program Rehabilitasi Sosial ini dilaksanakan melalui beberapa tahapan yang meliputi Tahap Pendekatan Awal untuk pengenalan dan pemahaman (assasmen) permasalahan klien; Tahap Penerimaan

untuk registrasi,

penelaahan dan pengungkapan masalah, memahami kondisi obyektif permasalahan, tingkat

6

kecacatan, minat dan bakat klien;

Tahap Penempatan Dalam Program; Tahap

Pengasramaan ; Tahap Bimbingan Sosial dan Ketrampilan Kerja ; serta Tahap Penempatan dalam Masyarakat. Tahapan ini pada dasarnya tidak bersifat kaku tetapi fleksibel dan luwes. Proses rehabilitasi sosial yang dilaksanakanpun juga tidak selalu bersifat linier tetapi dapat pula bersifat spiral apabila klien tidak mengalami kemajuan yang berarti, dengan demikian kelulusan klien pun juga tidak dapat dipastikan dapat lulus secara normal dalam waktu 4 tahun. Keberhasilan klien seluruhnya sangat bergantung pada situasi dan kondisi klien, khususnya motivasi, kesadaran, partisipasi, kematangan dan tingkat kognisi klien.

Pelayanan apa saja yang diperoleh klien di Panti ?

Klien yang diterima mendapatkan fasilitas pengasramaan antara lain : kamar tidur, pakaian seragam dan baju olah raga, sepatu, sarana asrama, makan 3 kali sehari, sarana pendidikan berupa petak braille, reglet , pen, dan kertas braille, mendapatkan tongkat putih sebagai sarana mobilitas, alat-alat kebersihan diri berupa sabun cuci, sabun mandi, shampo, sikat gigi dan pasta gigi serta alat – alat kebersihan wisma dan pemeriksaan/ perawatan kesehatan.

Dalam pengasramaan, Klien ditempatkan pada 3 wisma putri (wisma anggrek, melati dan mawar), dan 6 wisma putra (flamboyan,

kenanga, kemuning,

wijaya kusuma, seruni dan cempaka). Masing – masing wisma ditempati oleh 12 – 14 orang klien, terdiri dari 2 orang klien / kamar.

7

Bagaimana kemandirian klien terbentuk ? Tujuan akhir yang merupakan visi UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang yaitu terwujudnya klien penyandang cacat netra yang mandiri dan mampu bekerja untuk meningkatkan kesejahteraannya, dapat terbentuk melalui serangkaian bimbingan yang diberikan secara terintegrasi dan saling mendukung. Beberapa bimbingan yang mendukung terbentuknya kemandirian klien adalah :

Bimbingan fisik

RESOSIALISASI

7. Bimbingan Ketrampilan KERJA

1.

2. Bimb. Mental/ Psikososial 3. Bimb. Sosial

TUNA NETRA MANDIRI

6. Bimbingan Ketrampilan BTB

4. Bimbingan Ketrampilan ADL 5. Bimbingan Ketrampilan OM

Bimbingan fisik dapat diperoleh dari pengasramaan, pemenuhan gizi seimbang, pelayanan kesehatan, penerapan pola hidup sehat dan bimbingan olah raga.

2.

Bimbingan mental / psikososial dapat berupa pemberian materi keagamaan, penanaman budi pekerti, penerapan kegiatan ibadah sehari-hari, pemberian motivasi, pemahaman dan penyelesaian masalah psikososial klien, penguatan bakat dan minat, penghargaan atas prestasi klien dan pengisian waktu luang melalui membaca di perpustakaan, kesenian karawitan, seni musik dan hadrah.

3.

Bimbingan sosial untuk melatih kemampuan klien beradaptasi dan menjalin relasi yang normatif dengan teman, instruktur, pegawai, dan bersosialisasi masyarakat sekitar, kerja bakti, rekreasi, dan latihan keberanian melalui berbagai macam lomba. bimbingan sosial perorangan, bimbingan sosial kelompok, pemecahan kasus,

8

membentuk

sikap

sosial

yang

berdasarkan

pada

kesetiakawanan

social,

kebersamaan serta tanggungjawab sosial. 4.

Bimbingan ketrampilan ADL melatih klien untuk menguasai berbagai ketrampilan kehidupan sehari-hari sehingga tunanetra dapat trampil melakukan kebersihan diri, perawatan pakaian, perawatan rumah, berkebun, menjahit sederhana, memasak, perawatan bayi dan anak, serta berbagai ketrampilan lain untuk mempertahankan hidup secara normatif dengan mandiri.

5.

Bimbingan ketrampilan Orientasi dan Mobilitas untuk melatih penguasaan konsep ruang, jalan, transportasi, benda, melatih kepekaan dan penguasaan berbagai medan.

6.

Bimbingan ketrampilan

ketrampilan dasar

untuk

BTB

sebagai

mengembangkan

pengetahuan dan wawasan klien baik melalui media cetak dan elektronik. Tidak tertinggal dalam hal tehnologi komputer braille dan internet karena dengan menguasai BTB, klien akan dapat memanfaatkan

Book-

reader for the Visually handicapped, dapat aktif ikut serta dalam perpustakaan CD yang sesuai dengan standar internasional DAISY (Digital Audio-Based Information System) sehingga tuna netra mampu mengembangkan relasi ke seluruh mitra netra sedunia. Disamping itu, tuna netra juga dapat menjalankan mesin foto copy Braille yang dilengkapi dengan OBR (Optical Braille Character Reader), 7. Bimbingan ketrampilan kerja untuk memberikan bekal usaha sebagai modal dasar dalam menghidupi diri sendiri dan keluarganya kelak. Bimbingan ini terdiri dari teori anatomi, fisiologi, patologi, ketrampilan pijat massage, pijat refleksi dan pijat shiatsu, ketrampilan home industri dan ketrampilan pembuatan kerajinan tangan keset. 8.

Resosialisasi berupa Praktek Belajar Kerja (PBK.) di perusahaan, panti-panti pijat, atau di lingkungan (domisili) asalnya selama 2 bulan dan pemberian modal kerja sebagai bekal kerja sesuai dengan jenis ketrampilan yang telah dimiliki. 9

Prestasi “Menjadi Penyandang Cacat Netra Bukan Halangan untuk Berprestasi” Motto ini terbukti dengan prestasi klien pada beberapa bidang, misalnya, Klien UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang dalam PORDA ke XX/2007 berhasil menyabet 6 medali emas di bidang lompat jauh,lempar cakram, tolak peluru, lempar lembing putra dan putri, lempar cakram putri ; memperoleh 5 medali perak dan 1 medali perunggu di bidang yang sama, demikian pula pada Walikota Cup Surabaya juga mendapatkan 3 medali emas dan 2 medali perunggu untuk lari 100 m, lompat jauh dan tolak peluru. Di bidang kesenian, grup campursari dan penyanyi dari UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang juga selalu tampil dalam berbagai even-even penting seperti pada peringatan Hipenca, HKSN, HUT RI dan menerima undangan manggung di berbagai tempat. Demikian juga untuk Hadrah dan Qosidah sering eksis mengisi pengajian dan peringatan hari besar Islam di berbagai lingkungan se Malang Raya. Sedangkan di bidang keagamaan, UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra selalu mengirimkan 2 orang peserta ke arena MTQ Tahun 2008 Tk Jawa Timur dan berhasil menjadi peringkat 7 dan MTQ Tahun 2008 Tk Kabupaten juga menjadi peringkat 7.

Demikian pokok – pokok kegiatan pelayanan dan rehabilitasi sosial yang diselenggarakan di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang, jika di lingkungan anda terdapat penyandang cacat netra yang tidak mengalami cacat ganda, memiliki motivasi yang tinggi untuk belajar dan berusia 14-35 tahun, segera hubungi Dinas Sosial setempat. Untuk informasi lebih lanjut dapat menghubungi kami di UPT Rehabilitasi Sosial Cacat Netra Malang, Jalan Beringin No 13 Malang atau melakukan kontak telephon dengan kami di nomor 0341-326193. KAMI SENANTIASA SIAP MEMBANTU !!

10

Related Documents


More Documents from "Rega Saputra"