Mengapa inflasi? Oleh : Eri Mardison, S.Si. MA “Pak, uang belanja kurang, tambah lagi dong” pinta bu Arman merajuk. ”Kok kurang, bulan kemarin sudah di tambah” balas sang suami. ”Bulan kemarin cukup, bulan ini ngak cukup lagi, Pa” bu Arman merajuk. Begitulah sepenggal kisah dalam sebuah rumah tangga, sang istri mengeluhkan kekurangan uang. Sementara itu di lain pihak sang suami merasa telah memberi lebih. Kenapa ya bisa terjadi? Ketika harga-harga naik secara terus menerus maka gejala yang timbul tersebut di sebut dengan inflasi. Jika terjadi hanya sekali waktu saja, tentu tidak dapat dikatakan inflasi. Balik lagi kepada pembicaraan di atas, dilihat dari isinya dapat di simpulkan bahwa gejala yang terjadi adalah inflasi, dimana harga naik setiap bulannya. Dalam jangka pendek menurut teori ekonomi klasik masalah ini merupakan salah satu dari masalah yang tidak dapat di pecahkan. Dua masalah lainnya adalah pengangguran dan neraca pembayaran. Kenaikan harga yang terus menerus ini dapat terjadi karena peningkatan permintaan secara keseluruhan yang tinggi.
Hal ini menuntut permintaan terhadap
faktor-faktor produksi meningkat. Dampak akhirnya adalah peningkatan harga dari faktor produksi itu sendiri. Kejadian ini biasanya berlansung ketika tenaga kerja telah digunakan secara penuh dan pertumbuhan ekonomi tinggi. Jadi barang yang dapat ditawarkan tetap sementara permintaan lebih tinggi, peningkatan harga secara terus menerus. Situasi ini di sebut inflasi karena tarikan permintaan. Jika kenaikan biaya produksi lebih tinggi dibandingkan dengan tingkat produktivitas dan efisiensi, perusahaan akan mengurangi supply barang dan jasa. Untuk tetap bertahan, perusahaan akan menaikkan harga dengan konsekuensi bahwa permintaan juga menurun. Inilah yang di kenal sebagai inflasi karena desakan biaya. Prakteknya sejumlah faktor yang mempengaruhi inflasi dapat pula terjadi karena berbagai sebab diantaranya seperti:
•
Jika ekspor lebih besar dari pada impor, artinya penerimaan devisa meningkat, uang beredar dalam negeri semakin besar. Jumlah uang beredar yang bertambah akan menyebabkan tekanan terhadap inflasi.
•
Jika pengeluaran pemerintah lebih besar dari pada pendapatan pemerintah dan mencetak uang adalah pilihan yang dilakukan untuk menutupi kekurangan tersebut maka tekanan terhadap inflasi akan terjadi.
•
Jika kredit yang di berikan terhadap sektor swasta cukup besar maka tekanan terhadap inflasi juga terjadi.
Inflasi yang terjadi di bawah 10 persen setahun di golongkan sebagai inflasi ringan, jika 10-30 persen di golongkan sebagai inflasi sedang. Digolongkan berat jika terjadi antara 30-100 persen dan hiperinflasi jika terjadi di atas 100 persen. Secara umum inflasi biasanya di ukur dengan IHK dalam keadaan tidak tersedia IHK maka inflasi dapat pula di dekati dengan Indeks Biaya Hidup, Indeks Harga Produsen, Indeks Harga Komoditas dan Indeks harga barang-barang modal serta Deflator PDB. Pada sisi konsumsi inflasi yang merupakan hasil dari kenaikan harga akan membuat orang merubah pola konsumsinya. Jika ingin bertahan pada produk yang lama maka pilihannya adalah mengurangi konsumsi. Biasanya makan salak pondoh 1 kilo dikurangi jadi 0,5 saja. Jika pilihannya adalah jumlah maka kualitas terpaksa diturunkan. Menggunakan contoh salak tadi maka sekarang yang dikonsumsi adalah salak Pasaman saja. Dari sisi produksi, produksi akan menurun. Tidak hanya kenaikan harga bahan baku yang menjadi masalah tetapi tingkat bunga juga naik. Produsen, sebagian, juga mulai berspekulasi menekuni bidang usaha yang lain. Sementara pada sisi distribusi pendapatan masyarakat, inflasi akan membuat orang yang berpendapatan tetap menurun kesejahteraannya. Kesenjangan yang terjadi akan semakin lebar. Hanya saja di dunia ini tidak semuanya negatif, ada juga sejumlah dampak positif yang timbul karena inflasi ini. Pada tingkat inflasi yang terkendali, khususnya pada tingkat ringan inflasi berarti meningkatnya pendapatan nasional. Meningkat karena, dengan naiknya harga akan memicu produsen untuk menaikkan produksi. Itu artinya
produsen perlu faktor produksi yang lebih banyak. Pada gilirannya akan menyebabkan faktor produksi itu sendiri naik harganya. Sehingga tercipta semacam gairah dalam berekonomi. Inflasi juga menarik orang untuk menabung karena bisanya tingkat bunga di bank akan tinggi. Namun jika tingkat bunga yang di berikan lebih kecil, apalagi jauh lebih kecil dari tingkat inflasi yang terjadi tentu akan mengurangi minat orang untuk menabung. Inflasi dalam tingkat apapun akan menguntungkan debitur, karena mereka (debitur) akan membayar utang dengan nilai uang yang lebih rendah dibandingkan pada saat meminjam. Para kreditur (bank) lah yang mempunyai masalah, mereka menerima uang dengan nilai yang lebih rendah di bandingkan saat meminjamkan. Karena adanya dampak positif itulah kemudian dalam Kurva Philip, hubungan antara pengangguran dan inflasi berkorelasi negatif. Gambar1. Kurva Philip 22
persentase inflasi
17
12
b
7
a c
2 -3
0
3
6
9
12
-3 tingkat pengangguran
1. Pada titik b. semakin tinggi tingkat inflasi semakin rendah pengangguran, sebaliknya pada titik c. semakin rendah inflasi semakin tinggi pengangguran.
2. Jika tenaga kerja di gunakan secara penuh maka penganguran aklan terjadi berkisar anatar 5-6 persen untuk Indonesia. Inflasi tentu bukanlah sesuatu yang tidak bisa dikendalikan, justru jika tidak dikendalikan akan membahayakan persekonomian secara umum. Berbagai pihak dapat berperan dalam kejadian mengurangi inflasi, sesuai dengan peran dan fungsi masingmasing. Sejumlah kebijkan yang dapat dilakukan seperti: 1 Kebijakan Moneter. Kebijakan ini diperlukan karena salah satu penyebab dari inflasi adalah jumlah uang beredar yang terlalu banyak. Tujuannya adlah mengurangi jumlah uang yang beredar dan meningkatkan pendapatan nasional. Sejumlah kebijakan terkait hal ini di antaranya: a. Politik Diskonto, menaikkan tingkat bunga, pinjaman tertahan karena bunga tinggi, keinginan orang menabung juga tinggi. b. Politik Pasar Terbuka, menawarkan surat beharga ke pasar, jadi orang akan tertarik membeli karena bunga tinggi. c. Cash Ratio, mewajibkan bakank untuk meningkatkan cadangan nya sehingga yang bisa dikreditkan kecil 2. Kebijakan Fiskal Kebijakan ini berhubungan dengan finansial pemerintah, seperti: a.
Pengurangan pengeluaran pemerintah, sehingga peredaran uang
secara keseluruhan terkendali b.
Menaikkan pajak, memperlemah daya beli.
3. Kebijakan Non-Moneter : a. Menaikkan hasil produksi, idenya barang konsumsi tidak sebanding dengan uang beredar b. Kebijakan upah, menstabilkan upah, kenaikan upah tanpa kenaikan produktivitas akan berakhir inflasi
c. Pengawasan harga dan distribusi barang, agar harga tidak terjadi kenaikan, seperti adanya harga eceran tertinggi (HET), distribusi barang yang lancar agar tidak ada pasar gelap. Seperti itulah inflasi itu, tidak harus selslu di takuti atau di hindari terkadang juga perlu di ciptakan. Memainkan nya dengan jurus yang tepat adalah sebuah seni dalam berekonomi. Tujuan utama tentu saja meningkatnya perekonomian, tersedianya barang dan jasa dengan daya beli yang cukup.