Melda.docx

  • Uploaded by: Arhy
  • 0
  • 0
  • April 2020
  • PDF

This document was uploaded by user and they confirmed that they have the permission to share it. If you are author or own the copyright of this book, please report to us by using this DMCA report form. Report DMCA


Overview

Download & View Melda.docx as PDF for free.

More details

  • Words: 2,065
  • Pages: 11
LAPORAN PENDAHULUAN INTOKSIKASI A. PENGERTIAN Racun adalah zat atau bahan yang bila masuk ke dalam tubuh melalui mulut, hidung, suntikan dan absorpsi melalui kulit atau digunakan terhadap organisme hidup dengan dosis relatif kecil akan merusak kehidupan atau mengganggu dengan serius fungsi hati atau lebih organ atau jaringan(Mc Graw-Hill Nursing Dictionary). intoksikasi adalah masuknya zat racun kedalam tubuh baik melalui saluran pencernaan, saluran nafas, atau melalui kulit atau mukosa yang menimbulkan gejala klinis. Insektisida adalah bahan-bahan kimia bersifat racun yang dipakai untuk membunuh serangga Organofosfat adalah insektisida yang paling toksik di antara jenis pestisida lainnya dan sering menyebabkan keracunan pada manusia. Bila tertelan, meskipun hanya dalam jumlah sedikit, dapat menyebabkan kematian pada manusia. Organofosfat menghambat aksi pseudokholinesterase dalam plasma dan kholinesterase dalam sel darah merah dan pada sinapsisnya.Enzim tersebut secara normal menghidrolisis acetylcholine menjadi asetat dan kholin.Pada saat enzim dihambat, mengakibatkan jumlah acetylcholine meningkat dan berikatan dengan reseptor muskarinik dan nikotinik pada system saraf pusat dan perifer.Hal tersebut menyebabkan timbulnya gejala keracunan yang berpengaruh pada seluruh bagian tubuh. Walaupun memiliki sifat toksisitas yang tinggi, tetapi penggunaan organofosfat untuk pengobatan pada manusia tetap dilakukan berbagai studi untuk mengambil efek terapeutik dari organofosfat (Lindell, 2003).Pada sekitar tahun 1930 sintesis penghambat kolineterase pertama kali dipakai untuk penyakit gangguan otonom pada otot rangka pada pengobatan Parkinsonisme. Studi kemudian dilanjutkan pada takrin yang merupakan

1

penghambat kolineterase pertama pada pengobatan penyakit Alzheimerdan dilepaskan pada pengobatan klinik pada tahun 1993 (Dyro, 2006) B. ETIOLOGI Sumber racun bermacam-macam seperti polusi limbah industi yang mengandung logam berat, bahan makanan yang terkontaminasi oleh kuman salmonella, sthapilococcus clostridium botulinum, jamur beracun. Begitu pula berbagai macam obat jika diberikan melampaui dosis normal tidak menyembuhkan penyakitnya melainkan memberikan efek samping yang merupakan racun bagi tubuh. Pada dasarnya semua bahan dapat menyebabkan keracunan tergantung seberapa banyak bahan tersebut masuk kedalam tubuh. Bahan-bahan yang dapat menyebabkan keracunaan adalah : 1. Obat-obatan : Salisilat, asetaminofen, digitalis, aminofilin 2. Gas toksin : Karbon monoksida, gas toksin iritan 3. Zat kimia industri : Metil alkohol, asam sianida, kaustik, hidrokarbon 4. Zat kimia pertanian : Insektisida 5. Makanan : Singkong, Jengkol, Bongkrek 6. Bisa ular atau serangga Keracunan Insektisida Keracunan organofosfat, salah satu unsur insektisida (racun serangga), lebih sering dijumpai karena memang banyak dipakai. Organofosfat sering dicampur dengan bahan pelarut minyak tanah. Dengan demikian, pada keracunan ini harus diperhatikan tanda-tanda dan penatalaksanaan keracunan minyak tanah selain akibat organofosfat itu sendiri. C. PATOFISIOLOGI Mekanisme organofosfat di dalam tubuh adalah dengan menghambat aktivasi enzim asetilkolinesterase.Asetilkolinesterase terdapat di dalam sel-sel darah merah, sinaps nikotinik, dan reseptor muskarinik di dalam jaringan saraf, otot, serta masa kelabu pada otak.Asetilkolinesterase pada plasma ditemukan di dalam masa putih system saraf pusat, pankreas, dan jantung.Penurunan asetilkolinesterase pada plasma menghasilkan penurunan

2

aktivitas

kolinesterase

pada

sistem

saraf

pusat

dan

system

saraf

otonom(Jayawardane, 2008). Hambatan aktivitas enzim asetilkolinesterase ini menghasilkan akumulasi asetikolin pada ujung saraf (Lambert, 2005). Akumulasi asetilkolin membereri empat stimulasi, meliputi 1. perluasan stimulasi muskarinik reseptor asetilkolin ke system saraf parasimpatis, 2. perluasan stimulasi nikotinik reseptor asetilkolin pada system saraf simpatis, 3. stimulasi nikotinik dan muskarinik asetilkolin pada sistem saraf pusat, dan 4. stimulasi asetilkolin pada neuromuscular junction (Eddleston, 2008). D. TANDA DAN GEJALA Gejala keracunan dapat dibagi dalam dua golongan yaitu : 1. Gejala muskarinik singkatan DUMBELS berguna untuk mengingat karena gejala dan tanda ini berkembang lebih awal, 12-24 jam setelah ingestion. D Diare U Urinasi M Miosis (absent pada 10% kasus) B Bronchorrhoe/bronkospasme/bradikardi E Emesis (muntah) L lacrimasi S salivation dan Hipotensi 2. Gejala nikotinik. fasikulasi otot lurik dan kelemahan otot. Ditemukan pula gejala sentral seperti ketakutan, gelisah, gangguan pernapasan, gangguan sirkulasi, tremor dan kejang. E. KOMPLIKASI Komplikasi keracunan selalu dihubungkan dengan neurotoksisitas lama dan Organophosphorus – Induceddeleyed Neuropathy ( OPIDN ).

3

Sindrom ini berkembang dalam 8 – 35 hari sesudah pajanan terhadap organofosfat. Kelemahan progresif dimulai dari tungkai bawah bagian distal, kelemahan pada jari dan kaki berupa food drop.Kehilangan sensori sedikit terjadi serta refleks tendon dihambat. F. PEMERIKSAAN PENUNJANG Pemeriksaan laboratorium dengan pemeriksaan lengkap ( urin, gula darah, cairan lambung, analisa gas darah, darah lengkap, osmolalitas serum, elektrolit, urea N, kreatinin, glukosa, transaminase hati ), EKG, Foto toraks/ abdomen, Skrining toksikologi untuk kelebihan dosis obat, Tes toksikologi kuantitatif. G. PENATALAKSANAAN MEDIS A. Pertolongan Pertama 1. Mencegah/menghentikan penyerapan racun a. Racun melalui mulut (ditelan / tertelan) b. Encerkan racun yang ada di lambung dengan : air, susu, telor mentah atau norit). 2. Kosongkan lambung (efektif bila racun tertelan sebelum 4 jam) dengan cara : a. Dimuntahkan : 

Bisa dilakukan dengan cara mekanik (menekan reflek muntah di tenggorokan), atau pemberian air garam atau sirup ipekak.



Kontraindikasi : cara ini tidak boleh dilakukan pada keracunan zat korosif (asam/basa kuat, minyak tanah, bensin), kesadaran menurun dan penderita kejang.

b. Bilas lambung : 

Pasien telungkup, kepala dan bahu lebih rendah.



Pasang NGT dan bilas dengan : air, larutan norit, Natrium bicarbonat 5 %, atau asam asetat 5 %.



Pembilasan sampai 20 X, rata-rata volume 250 cc.



Kontraindikasi : keracunan zat korosif & kejang. 4

3. Bilas Usus Besar : bilas dengan pencahar, klisma (air sabun atau gliserin). B. Mengeluarkan racun yang telah diserap Dilakukan dengan cara : 1. iuretic(Obat-obatan yang menyebabkan suatu keadaan meningkatnya aliran urine): lasix, manitol 2. Dialisa 3. Transfusi exchange C. Pengobatan simptomatis / mengatasi gejala 1. Gangguan sistem pernafasan dan sirkulasi : RJP 2. Gangguan sistem susunan saraf pusat : a) Kejang : beri diazepam atau fenobarbital b) Odem otak : beri manitol atau dexametason D. Pengobatan spesifik dan antidotum 1. Gejala : mual, muntah, nyeri perut, hipersalivasi, nyeri kepala, mata miosis, kekacauan mental, bronchokonstriksi, hipotensi, depresi pernafasan dan kejang. 2. Tindakan : Atropin 2 mg tiap 15 menit sampai pupil melebar Atropin berfungsi

untuk

menghentikan

efek

acetylcholine

pada

reseptormuscarinik, tapi tidak bisa menghentikan efek nikotinik.Pada usia < 12 th pemberian atropin diberikan dengan dosis 0,05 mg/kg BBIV pelan-pelan dilanjutkan dengan 0,02 -0,05mg/kg BB setiap 5 20 menit sampaiatropinisasi sudah adekuat atau dihentikan bila : 

Kulit sudah hangat, kering dan kemerahaN



Pupil dilatasi (melebar)



Mukosa mulut kering



Heart rate meningkat Pada anak usia > 12 tahun diberikan 1 - 2 mg IV

dan

disesuaikan

denganrespon

penderita.

Pengobatan

maintenance dilanjutkan sesuai keadaan klinispenderita,atropin diteruskan selama 24 jam kemudian diturunkan secarabertahap. Meskipun atropin sudah diberikan masih bisa terjadi gagal

5

nafaskarena atropin tidak mempunyai pengaruh terhadap efek nikotinik (kelumpuhan otot ) organofosfat.  Antiemetik : zat-zat yang digunakan untuk menghambat muntah.obat antiemetik adalah :  Antagonis reseptor 5-hydroxy-tryptamine yang menghambat reseptor serotonin di Susunan Syaraf Pusat (SSP) dan saluran cerna.. Obat ini dapat digunakan untuk pengobatan post-operasi, dan gejala mual dan muntah akibat keracunan. Beberapa contoh obat yang termasuk golongan ini adalah :Dolasetro  Pengobatan Supportif Tujuan dari terapi suportif adalah adalah untuk mempertahankan homeostasis fisiologis sampai terjadi detoksifikasi lengkap, dan untuk mencegah serta mengobati komplikasi sekunder seperti aspirasi, ulkus dekubitus, edema otak & paru, pneumonia, rhabdomiolisis, gagal ginjal, sepsis, dan disfungsi organ menyeluruh akibat hipoksia atau syok berkepanjangan. Terapi a. Hipoglikemia : glukosa 0,5 - 1g /kg BB IV b. Kejang : diazepam 0,2 - 0,3 mg/kgBB IV

H. Macam-macam Keracunan dan pelaksanaannya 1. Mencerna (menelan) racun Tindakan yang dilakukan adalah menghilangkan atau menginaktifkan racun sebelum diabsorbsi, untuk memberikan perawatan pendukung, untuk memelihara system organ vital, menggunakan antidote spesifik untuk menetralkan racun, dan memberikan tindakan untuk mempercepat eliminasi racun terabsorbsi. a. Penatalaksanaan umum : 1) Dapatkan control jalan panas, ventilasi, dan oksigensi. Pada keadaan tidak ada kerusakan serebral atau ginjal, prognosis pasien bergantung pada keberhasilan penatalaksanaan pernapasan dan sisitem sirkulasi

6

2) Coba untuk menentukan zat yang merupakan racun, jumlah, kapan waktu tertelan, gejala, usia, berat pasien dan riwayat kesehatan yang tepat. a) Tangani syok yang tepat. b) Hilangkan atau kurangi absorbsi racun. c) Berikan terapi spesifik atau antagonis fisiologik secepat mungkin untuk menurunkan efek toksin. d) Dukung pasien yang mengalami kejang. Racun mungkin memicu system saraf pusat atau pasien mungkin mengalami kejang karena oksigen tidak adekuat. e) Bantu dalam menjalankan prosedur untuk mendukung penghilangan zat yang ditelan, yaitu: - deuresis untuk agens yang dikeluarkan lewat jalur ginjal. -Dialisis Hemoperfusi (proses melewatkan darah melalui sirkuit ekstrakorporeal dan cartridge containing an adsorbent [karbon atau resin], dimana setelah detoksifikasi darah dikembalikan ke pasien. f) Pantau tekanan vena sentral sesuai indikasi. g) Pantau keseimbangan cairan dan elektrolit. h) Menurunkan peningkatan suhu. i) Berikan analgesic yang sesuai untuk nyeri. j) Bantu mendapatkan specimen darah, urine, isi lambung dan muntah. k) Berikan perawatan yang konstan dan perhatian pada pasien koma. l) Pantau dan atasi komplikasi seperti hipotensi, disritmia jantung dan kejang. m) Jika pasien dipulangkan, berikan bahan tertulis yang menunjukan tanda dan gejala masalah potensial dan prosedur untuk bantuan ulang.

7

2. Keracunan melalui inhalasi a. Penatalaksanaan umum ; 1. Bawa pasien ke udara segar dengan segera; buka semua pintu dan jendela. 2. Longgarkan semua pakaian ketat. 3. Mulai resusitasi kardiopulmonal jika diperlikan. 4. Cegah menggigil; bungkus pasien dengan selimut. 5. Pertahankan pesien setenang mungkin. 6. Jangan berikan alcohol dalam bentuk apapun. 3. Keracunan makanan Keracunan makanan adalah penyakit yang tiba-tiba dan mengejutkan yang dapat

terjadi

setelah

menelan

makanan

atau

minuman

yang

terkontaminasi. Pertolongan Pertama Pada Keracunan Makanan: 1. Untuk mengurangi kekuatan racun, berikan air putih sebanyak banyaknya atau diberi susu yang telah dicampur dengan telur mentah. 2. Agar perut terbebas dari racun, berikan norit dengan dosis 3-4 tablet selama 3 kali berturut-turut dalam setia jamnya. 3. Air santan kental dan air kelapa hijau yang dicampur 1 sendok makan garam dapat menjadi alternative jika norit tidak tersedia. 4. Jika penderita dalam kondisi sadar, usahakan agar muntah. Lakukan dengan cara memasukan jari pada kerongkongan leher dan posisi badan lebih tinggi dari kepala untuk memudahkan kontraksi. 5. Apabila penderita dalam keadaan p[ingsan, bawa egera ke rumah sakit atau dokter terdekat untuk mendapatkan perawatan intensif. 4. Gigitan ular Bisa (racun) ular terdiri dari terutama protein yang mempunyai efek fisiologik yang luas atau bervariasi. Sisitem multiorgan, terutama neurologic, kardiovaskuler, sisitem pernapasan mungkin terpengaruh. Bantuan awal pertama pada daerah gigitan ular meliputi mengistirahatkan korban, melepaskan benda yang mengikat seperti cincin, memberikan

8

kehangatan, membersihkan luka, menutup luka dengan balutan steril, dan imobilisasi bagian tubuh dibawah tinggi jantung. Es atau torniket tidak digunakan. Evaluasi awal di departemen kedaruratn dilakukan dengan cepat meliputi :  Menentukan apakah ular berbisa atau tidak.  Menentukan dimana dan kapan gigitan terjadi sekitar gigitan.  Menetapkan urutan kejadian, tanda dan gejala (bekas gigi, nyeri, edema, dan eritema jaringan yang digigit dan didekatnya).  Menentukan keparahan dampak keracunan.  Memantau tanda vital.  Mengukur dan mencatat lingkar ekstremitas sekitar gigitan atau area pada beberapa titik.  Dapatkan data laboratorium yang tepat (mis. HDL, urinalisi, dan pemeriksaan pembekuan). 5. Sengatan serangga Manifestasi klinis bervariasi dari urtikaria umum, gatal, malaise, ansietas, sampai edema laring, bronkhospasme berat, syok dan kematian. Umumnya waktu yang lebih pendek diantara sengatan dan kejadian dari gejala yang berat merupakan prognosis yang paling buruk. Penatalaksanaan umum: 

Berikan epineprin (cair) secara langsung. Masase daerah tersebut untuk mempercepat absorbsi.



Jika sengatan pada ekstermitas, berikan tornikuet dengan tekanan yang tepat

untuk

membendung

aliran

vena

dan

limfatik.

Instruksikan pasien untuk hal-hal berikut: Injeksi segera dengan epineprin Buang penyengat dengan garukan cepat kuku jari Bersihkan area dengan sabun air dan tempelkan es Pasang tornikuet proksimal terhadap sengatan Laporkan

pada

fasilitas

perawatan

kesehatan

terdekat

untuk

pemeriksaan lebih lanjut

9

Asuhan Keperawatan a. Pengkajian. Pengkajian difokusakan pada masalah yang mendesak seperti jalan nafas dan sirkulasi yang mengancam jiwa,adanya gangguan asam basa,keadaan status jantung,status kesadran. Riwayat kesadaran : riwayat keracunan,bahan racun yang digunakan,berapa lama diketahui setelah keracunan,ada masalah lain sebagi pencetus keracunan dan sindroma toksis yang ditimbulkan dan kapan terjadinya. b. Intervensi. 1. Pertolongan pertama yang dilakukan meliputi : tindakan umum yang bertujuan untuk keselamatan hidup,mencegah penyerapan dan penawar racun ( antidotum ) yan meliputi resusitasi, : Air way, breathing, circulasi eliminasi untuk menghambat absorsi melalui pencernaaan dengan cara kumbah lambung,emesis, ata katarsis dan kerammas rambut. 2. Berikan anti dotum sesuai advis dokter minimal 2 x 24 jam yaitu pemberian SA 3. Perawatan suportif; meliputi mempertahankan agar pasien tidak samapi demamatau mengigil,monitor perubahan-perubahan fisik seperti perubahan nadi yang cepat,distress pernafasan, sianosis, diaphoresis, dan tanda-tanda lain kolaps pembuluh darah dan kemungkinan fatal atau kematian.Monitir vital sign setiap 15 menit untuk bebrapa jam dan laporkan perubahan segera kepada dokter.Catat tanda-tanda seperti muntah, mual, dan nyeri abdomen serta monotor semua muntah akan adanya darah. Observasi fese dan urine serta pertahankan cairan intravenous sesuai pesanan dokter. 4. Jika pernafasan depresi, berikan oksigen dan lakukan suction. Ventilator mungkin bisa diperlukan.

10

DAFTAR PUSTAKA www.google.com Brunner and Suddarth.2002.Keperawatan Medikal Bedah.vol.3.Jakarta:EGC http://www.indonesiaindonesia.com/f/10707-keracunan-bahankimia makanan/09/06/20 http://luviony.blogspot.com/2011/06/asuhan-keperawatan-keracunan.html Muttaqin,A.2008.BukuAjarKeperawatanPasienSistemGastrointestinaljakarta: SalembaMedika Wilkinson,JudithM,DiagnosaKeperawatandenganIntervensiNICdanKriteriaHa silNOC,Jakarta:EGC,2006

11

More Documents from "Arhy"

Melda.docx
April 2020 5
Daft-absen-perangkat.xlsx
October 2019 14
Rpp Ujian.docx
June 2020 13