BAB I PENDAHULUAN A. LATAR BELAKANG
Teori keperawatan didefiniskan sebagai konseptualisasi beberapa aspek realitas keperawatan yang bertujuan untuk menggambarkan fenomena, menjelaskan hubunganhubungan antar fenomena, memprediksi risiko-risiko dan menetapkan asuhan keperawatan (Afaf Ibrahim Meleis, 1997). Di dunia keperawatan banyak fenomena dan masalah yang terjadi yang sulit untuk dijelaskan dan diselesaikan. Namun, keperawatan memiliki teori-teori keperawatan yang bisa digunakan untuk menjelaskannya dan member solusi yang tepat untuk menyelesaikannya. Para ahli teori keperawatan mengemukakan berbagai solusi yang bisa diterapkan di berbagai lingkup keperawatan. Teori-teori tersebut terus dikembangkan sehingga akan lebih meningkatkan mutu dan kualitas pelayanan keperawatan. Salah satu ahli teori yang cukup terkenal dan teorinya banyak digunakan dalam tatanan pelayanan keperawatan adalah Dorothea Orem. Dalam teori self care-nya ia menganggap bahwa perawatan diri merupakan suatu kegiatan membentuk kemandirian individu yang akan meningkatkan taraf kesehatannya. Sehingga bila mengalami defisit, ia membutuhkan bantuan dari perawat untuk memperoleh kemandiriannya kembali. Teori ini merupakan suatu pendekatan yang dinamis, dimana perawat bekerja untuk meningkatkan kemampuan klien dalam merawat dirinya sendiri dan bukan menempatkan klien pada posisi bergantung karena self care merupakan perilaku yang dapat dipelajari. Teori Dorothea Orem merupakan teori yang cukup menarik untuk dikaji dan dibahas karena termasuk teori yang cukup banyak digunakan dalam aplikasi praktik keperawatan dan penulis tertarik untuk menelaah teori ini, dimana ia hanya berfokus pada lingkup praktik keperawatan.
B. TUJUAN PENULISAN 1. Menjelaskan teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem meliputi : teori self care,
teori self care deficit, teori nursing system
2. Untuk menganalisis teori yang dikemukakan oleh Dorothea Orem.
3. Untuk memberikan masukan-masukan terhadap pengembangan teori Dorothea Orem. BAB 1 II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Dorothea Orem
Dorothea Orem adalah salah seorang
teoritis keperawatan terkemuka di Amerika.
Dorothe Orem lahir di Baltimore, Maryland di tahun 1914. Ia memperoleh gelar sarjana keperawatan pada tahun 1939 dan Master Keperawatan pada tahun 1945. Selama karir profesionalnya, dia bekerja sebagai seorang staf keperawatan, perawat pribadi, perawat pendidik dan administrasi, serta perawat konsultan. Ia menerima gelar Doktor pada tahun 1976. Dorothea Orem adalah anggota subkomite kurikulum di Universitas Katolik. Ia mengakui kebutuhan untuk melanjutkan perkembangan konseptualisasi keperawatan. Ia pertama kali mempubilkasikan ide-idenya dalam “Keperawatan : Konsep praktik”, pada tahun 1971, yang kedua pada tahun 1980 dan yang terakhir di tahun 1995.
B. Paradigma 1. Person : Manusia memiliki kemampuan/kapasitas Refleksi diri & lingkungan serta berkreasi melakukan sesuatu yang bermanfaat untuk dirinya. 2. Health : Suatu keadaaan sehat secara psikologi, interpersonal dan sosial. 3. Environment : Segala sesuatu yang berada di sekitar kita baik fisik, kimia, biologi dan sosial yang juga dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care-nya secara optimal. 4. Nursing : sebagai human service, dimana keperawatan difokuskan bagi mereka yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan diri secara terus menerus.
C. Konsep keperawatan Dorothea Orem
Konsep keperawatan Orem mendasari peran perawat dalam memenuhi kebutuhan perawatan diri klien untuk mencapai kemandirian dan kesehatan yang optimal. Orem mengembangkan tiga teori yang saling berhubungan yaitu teori “self care deficit”, teori self care, dan teori nursing system (Tomey. Tiga teori tersebut berfokus pada peran manusia menyeimbangkan kehidupan, kesehatan dan kesejahteraannya dengan merawat diri mereka sendiri.
1. Teori Self Care Deficit
Inti dari teori ini menggambarkan manusia sebagai penerima perawatan yang tidak mampu memenuhi kebutuhan perawatan dirinya dan memiliki berbagai keterbatasanketerbatasan dalam mencapai taraf kesehatannya. Perawatan yang diberikan didasarkan kepada tingkat ketergantungan; yaitu ketergantungan total atau parsial. Defisit perawatan diri menjelaskan hubungan antara kemampuan seseorang dalam bertindak/beraktivitas dengan tuntutan kebutuhan tentang perawatan diri. Sehingga bila tuntutan lebih besar dari kemampuan, maka ia akan mengalami penurunan/defisit perawatan diri.
2. Teori Self Care
Wang and Laffrey (2004, p. 123) menyatakan bahwa self care adalah fungsi regulasi manusia yang berdasarkan pada kemampuan individu untuk melakukan perawatan dirinya. Hal tersebut digambarkan dalam hubungan antara self care, self care agency dan therapeutic demand (tuntutan terapeutik).ketika klien tidak mampu melakukan perawatan diri, maka deficit perawatan diri terjadi dan perawat akan membantu klien untuk melakukan tugas perawatan dirinya.
Self care : Self care adalah tindakan yang matang dan mematangkan orang lain yang mempunyai potensi untuk berkembang, atau mengembangkan kemampuan yang dimiliki agar dapat digunakan secara tepat, nyata dan valid untuk mempertahankan fungsi dan berkembang dengan stabil dalam perubahan lingkungan. Self care digunakan untuk mengontrol atau faktor internal dan eksternal yang mempengaruhi aktivitas seseorang untuk menjalankan fungsinya dan berproses untuk mencapai kesejahteraannya. Self care agency : Agen Perawatan Sendiri adalah kekuatan individu yang berhubungan dengan perkiraan dan esennsial operasi-operasi produksi untuk perawatan mandiri. Ada 3 aspek yakni : a. Agen ( Orang yang mengambil tindakan). b. Self care agent ( Penyedia perawatan mandiri). c. Dependent care agent ( Penyelenggara perawatan yang tidak mandiri) Therapeutic Self care demands :
Tuntutan perawatan diri harus seimbang dengan kemampuan untuk memenuhi kebutuhan tersebut. Untuk itu dilakukan upaya-upaya dengan cara menggunakan metode-metode untuk mengembalikan kemampuan tersebut. Nursing Agency : Merupakan upaya keperawatan untuk dapat
memenuhi kebutuhan perawatan diri
individu dan mencapai kemandirian yang dapat dilakukan dengan cara : mengenali kebutuhannya, memenuhi kebutuhan, melatih kemampuannya. Conditioning factor: Merupakan kondisi atau situasi di sekitar individu yang dapat mempengaruhi individu dalam memenuhi kebutuhan self care-nya. 3. Teori Nursing System
Sistem keperawatan, ketika perawat menentukan, mendesain dan menyediakan perawatan yang mengatur kemampuan individu dan mencapai pemenuhan kebutuhan perawatan diri (Kozier, Erb, & Blais, 1997 dalam Jean Bridge, Sally Cabell, and Brenda Herring, 2006). Sistem pelayanan yang memfasilitasi pemenuhan kebutuhan self care individu dan memberikannya secara terapeutik sesuai dengan tiga tingkatan kemampuan : 1. Wholly compensatory nursing system Diberikan pada klien dengan ketergantungan tinggi, jika : a. tidak mampu melakukan aktivitas, contoh : klien tak sadar b. tahu melakukan gerakan tapi tidak boleh ada gerakan, contoh pada klien fraktur tulang belakang c. tidak mampu memberi alasan tindakan self care tapi bisa dengan bimbingan, contoh pada : retardasi mental 2. Partly comensatory nursing system Diberikan pada klien dengan tingkat ketergantungan sebagian/parsial. Biasanya perawat mengambil alih beberapa aktifitas yang tidak dapat dilakukan sendiri oleh klien, misalnya pada lansia. 3. Supportive educative nursing system Diberikan dengan pemulihan/ketergantungan ringan. Memberikan pendidikan kesehatan atau penjelasan untuk memotivasi klien untuk melakukan self care.
WHOLLY COMPENSATORY SYSTEM Menyelesaikan therapeutik self care klien Tindakan Perawat
Kompensasi ketidakmampuan klien dalam memenuhi self care Mendukung dan melindungi klien PARTLY COMPENSATORY SYSTEM Menjalankan beberapa kegiatan self care Kompensasi keterbatasan klien untuk selfcare Membantu klien sesuai kebutuhan
Tindakan perawat
Menjalankan self care measure
Tindakan
Mengatur kemampuan self care Menerima asuhan dan bantuan nurse
SUPPORTIVE EDUCATIVE SYSTEM
Melakukan / menyelesaikan self care Tindakan Perawat
Mengatur latihan dan pmengembangkan kemampuan self care
Tindakan Pasien
4. Kebutuhan self Nursing care menurut Orem Gambar 2: Basic System (dari:Orem, D.E (2001). Nursing : Concepts of practice(6th ed., p 491). St. Louis : Mosby)
Terdapat tiga tipe kebutuhan self care menurut Orem yaitu kebutuhan universal dan perkembangan perawatan diri/self care serta penyimpangan kesehatan. Kebutuhan universal self care • Menyeimbangkan pemasukan udara, air, dan makanan.
• Pembekalan perawatan berhubungan dengan proses eliminasi dan eksresi. • Mencapai keseimbangan antara aktivitas dan istirahat • Menghindari risiko-risiko yang membahayakan bagi kehidupan, peran dan tercapainya kesejahteraan.
Tindakan Pasien
• Meningkatkan fungsi/peran dan perkembangan dalam kelompok sosial berdasarkan potensi manusia, batasan-batasan, dan keinginan manusia untuk menjadi normal (Orem, 1985 dalam Meleis, 1997). Kebutuhan perkembangan/kemajuan self care • Menyeimbangkan kondisi kehidupan yang mendukung proses kehidupan dan perkembangan, dimana manusia berproses menuju tingkat yang lebih tinggi dan menjadi matang. • Pembekalan keperawatan ditujukan untuk mencegah kondisi/faktor yang mendukung perkembangan manusia.
terjadinya
kehilangan
Kebutuhan self care deviasi/penyimpangan kesehatan • Menjaga individu dari kondisi lingkungan fisik maupun biologis yang dapat
menyebabkan terjadinya penyakit dan menimbulkan kesadaran terhadap efek dari kondisi patologik. • Secara efektif mengembalikan individu dari kondisi patologis seperti deformitas atau abnormalitas dimanai perawat berupaya mengkompensasi gangguan yang terjadi. • Memodifikasi konsep diri dan gambaran diri pada seseorang dalam menerima kesehatan dan perawatan kesehatan. • Mempelajari efek dari kondisi patologik dan penangan yang mungkin digunakan untuk mengembangkan kemampuan individu.
D. Proses Keperawatan Menurut Teori Orem Proses keperawatan menurut Orem terdiri dari pengkajian, diagnosa keperawatan, rencana tindakan dengan rasional ilmiah, implementasi dan evaluasi. Pengkajian Pengkajian diarahkan pada factor personal, universal self care, defelopmental self care, health deviation, self care defisit
Diagnosa Keperawatan Diagnosa keperawatan sesuai dengan self care defisit yang dialami oleh klien. Perencanaan Tujuan : dibuat sesuai dengan dignosa keperawatan, berdasarkan self care demand dan meningkatkan kemampuan self care. Membuat nursing system : Wholly compensatory, Partly compensatory, atau supportive educative. Membuat metode yang sesuai untuk membantu klien. Pelaksanaan Diarahkan untuk meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya Evaluasi Menilai keefektifan tindakan perawatan dalam : meningkatkan kemampuan self care, memenuhi kebutuhan self care, dan menurunkan self care deficitnya. Tahap Pertama – pengumpulan data pada 6 area yaitu : status kesehatan individu; persepsi dokter tentang status kesehatan individu; persepsi individu tentang kesehatannya sendiri; tujuan kesehatan dalam konteks latar belakang kehidupan individu, gaya hidup, dan status kesehatannya; kebutuhan individu terhadap perawatan diri/self care; kapasitas individu untuk melakukan self care. Tahap kedua : perawat menentukan tingkat ketergantungan individu, dimana perawat dapat menetapkan apa yang akan dilakukan untu membantu individu/klien. Tahap ketiga : melakukan tindakan keperawatan berdasarkan pada komponen diagnose keperawatan. selanjutnya melakukan evaluasi tingkat keberhasilan perawatan.
BAB III APLIKASI TEORI OREM KASUS : Nn. S berusia 49 tahun, belum menikah, tamat SMP, suku Bugis, agama Islam, dirawat di Rumah Sakit Mawar sejak 3 hari yang lalu. Ditemani oleh saudara perempuannya. Diagnosis yang ditetapkan oleh dokter adalah diabetes. Saat pemeriksaan fisik, didapati keluhan nyeri dan kebas pada kedua kakinya. Klien tampak lemah dan lesu serta sering haus dan berkeringat.
Tekanan darah 160/100 mmHg. Nadi 90x/Mnt, suhu badan 38oC dan pernapasan 28 x/mnt. Berat badan 85 Kg, Tinggi badan 155 cm. Setiap melakukan aktifitas klien tampak ragu dan takut bila ter jatuh. Klien mengeluh nyeri dan kebas pada kedua kakinya. Dari pemeriksaan laboratorium menunjukkan peningkatan kadar gula darah ( 312 mg/dl) dan kolesterol (280 mg) . Dari hasil rontgen dan EKG, fungsi jantung, ginjal dan parunya masih baik. Selama dirawat, klien tidak pernah memakan makanan yang disediakan oleh rumah sakit sesuai diitnya, tetapi membeli makanan dari luar. Dari keluarganya diketahui bahwa ayah Nn. S meninggal karena diabetes, sedangkan ibunya karena penyakit jantung. Nn. S sebelumnya pernah MRS dengan keluhan dan diagnosa yang sama tahun lalu, dan disebutkan juga kalau pola makan Nn. S memang kurang baik. Klien suka mengkonsumsi makanan yang manis-manis (ngemil) dan berlemak dan tidak suka makan sayursayuran. Klien tidak pernah mengikuti kegiatan olah raga. Aktifitasnya lebih banyak duduk dan jarang menggerakkan anggota badan karena pekerjaannya tidak menuntun terlalu banyak gerak yaitu menjaga toko kelontong miliknya. Selain itu ia jarang bergaul dengan tetangganya dan tidak pernah mengikuti kegiatan di masyarakat karena malu dengan kondisi fisiknya yang terlalu gemuk dan status sosialnya yang belum menikah.
11
Data umum klien
• • • • • • • •
49 tahun Wanita Belum menikah Islam Suku Bugis Tamat SMP 155 cm 85 kg
Perawatan diri secara umum ( Universal Self Care) • Suka ngemil • Suka makan manis-manis dan berlemak • Tidak pernah berolahraga • Interaksi sosial yang kurang • Aktifitas terbatas dengan kondisi kakinya yang kebas dan nyeri. • Kurang pengetahuan tentang pola diit yang benar dan risiko dari obesitas • TD :160/100 mmHg. • N : 90x/Mnt • S : 38oC • P : 28 x/mnt.
Pengembangan Perawatan diri (Development Self Care)
Penyimpangan Kesehatan (Health Deviation Self Care)
Masalah Kesehatan dan rencana
• Perubahan konsep diri : HDR karena kondisi fisik dan status sosial (belum menikah) • Penurunan aktivitas sosial.
• Risiko komplikasi diabetes dihubungkan dengan obesitas, hiperkolesterolemia, kurang latihan, diit yang buruk, dan riwayat keluarga. • Hambatan mobilitas fisik • Perubahan konsep diri : HDR situasional b/d obesitas. • Penurunan interaksi sosial
Diagnosa dari diabetes dengan risiko mengalami komplikasi dan rendahnya motivasi untuk mengontrol berat badan. • Monitor TTV • Monitor gula darah dan kolesterol. • Latihan dan olahraga • Minum obat teratur • Pengauran diit yang tepat.
12
DIAGNOSA KEPERAWATAN 1. Gangguan rasa nyaman : nyeri 2. Perubahan nutrisi : lebih dari kebutuhan tubuh. 3. Hambatan mobilitas fisik 4. Perubahan konsep diri : HDR situasional 5. Penurunan interaksi sosial 6. Risiko komplikasi berhubungan dengan pola diit yang salah.
RENCANA Tujuan :
PELAKSANAAN 1.
Membina dan menjaga hubungan perawat – klien (individu, keluarga dan kelompok) sampai klien pulang.
2.
Membantu klien mengatur diit yang sehat.
3.
Jelaskan dengan baik b. Kemampuan keluarga turut serta bahwa perawat siap membantu dalam menata diit klien. aktivitas klien serta melibatkan keluarga c. Kemampuan dalam melakukan aktifitas ringan secara mandiri Batasi aktivitas tanpa diserta nyeri dan resiko sesuai jangkauan cedera. Bantu aktivitas ADL d. Kemampuan keluarga dalam diluar kemampuan jangkauan membantu meningkatkan self (pembatasan) care khususnya pada Membantu klien mobilitasnya (kapan saatnya meningkatkan harga dirinya dibantu dan kapan saatnya dengan menggali hal-hal yang dibiarkan melakukan aktifitas positif dari dirinya, memberikan sendiri dalam pengawasan). penguatan positif bila ada interaksi klien kemajuan/perbaikan dari kondisi e. Peningkatan dengan lingkungan sosialnya di pasien. ruang rawat. Meningkatkan f. Pemahaman klien dan keluarga interaksi sosial klien dengan
a. Penurunan skala nyeri dan kebas. b. Klien memiliki pola diit yang benar c. Klien mampu melaksanakan aktifitas secara mandiri terbebas dari nyeri dan kebas d. Peningkatan harga diri dan peningkatan interaksi sosial. e. Peningkatan interaksi sosial f. Komplikasi tidak terjadi
4. 5.
6.
Data subjektif : Klien mengeluh nyeri Perasaan malu bergaul dengan orang lain karena postur yang terlalu gemuk. Data objektif :
EVALUASI
7.
a. Kemampuan
klien untuk meningkatkan kemampuan pemenuhan kebutuhan self carenya dalam mengontrol intake nutrisi yang tidak sehat, kemauan untuk mengkonsumsi makanan sehat.
13
Pola diit yang salah
mendorong klien berinteraksi dengan pasien-pasien yang ada di ruangan tersebut (berkenalan dan berdiskusi). 8.
memberikan health education tentang pola hidup sehat dan mendorong klien menerapkan dalam kehidupan sehari-hari.
tentang pola hidup yang sehat.
14
BAB IV PEMBAHASAN
1. ANALISIS TEORI DAN MODEL DOROTHEA OREM Kelebihan : • Teori Orem sudah operasional dan digunakan dalam riset, praktik dan administrasi. Penggunaan
teori tersebut dalam riset memiliki beberapa alasan. Orem telah
mengembangkan proposisi melalui konsep teori dan dialamatkan paling tidak dua konsep inti dalam keperawatan. orem juga melanjutkan revisi dan perbaikan teorinya. • Teori Orem lebih banyak digunakan dalam mengatasi masalah pasien dengan sakit
akut dan kronik seperti penderita kanker, diabetes, pasien pre dan post operasi, dsb. • Digunakan sebagai pedoman dalam pembuatan kurikulum pendidikan diploma dan sarjana keperawatan. • Walaupun lingkupnya terbatas dalam riset, pendidikan dan administrasi tetapi
memiliki cakupan yang cukup luas semua teori dalam praktik. Kekurangan : • Teori dan model keperawatannya lebih condong kepada hal yang terkait dengan kriteria perawatan. Sehingga,
lebih banyak digunakan sebagai panduan praktik
daripada riset. Ini tentang praktik dan untuk praktik. • Teori dan model berorientasi pada kondisi sakit (illness oriented) seperti pada kondisi
akut dan kronik, dimana tidak ada indikasi penggunaan teori pada klien dengan kondisi yang sehat. Coleman, 1980, menyatakan bahwa teori Orem sebagai teori yang gunakan untuk aktivitas keperawatan dalam memberikan pelayanan di rumah sakit. • Teori dan model Orem lebih condong kepada perawatan bagi orang dewasa dibanding pada kelompok yang lain.
15
• Teori dan model Orem hanya menekankan pada individu tetapi tidak pada keluarga, maupun komunitas. • Dalam teori dan model Orem, hubungan yang lebih ditekankan adalah hubungan antara perawat dan orang sakit (pasien) bukan pada hubungan antara orang sehat dengan perawat. hal ini bisa kita lihat dari pernyataan Orem bahwa manfaat keperawatan adalah mengembalikan/membantu pasien/individu yang mengalami penurunan kemandirian untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya. • Penggunaan teori dan model Orem dalam administrasi tidak memberi panduan banyak seperti yang dikemukakan oleh Miller, 1980 bahwa memang banyak yang menggunakan teori tersebut dalam administrasi tetapi tidak memberikan banyak panduan dan contoh-contoh untuk implementasi dalam skala besar di bidang tersebut. • Kurang membahas bagaimana menumbuhkan self care pada diri perawat dan klien
melalui pembinaan komunikasi efektif. Selain faktor cultural sering menghambat penerapan teori self care ini. Dan kurang mengupas tentang aktivitas tidak langsung yang berhubungan dengan pelaksanaannya seperti pengadaan perlengkapan dalam prosses pelaksanaan, membuat kontrak dengan pasien, dokumentasi, kordinasi dengan tim lain, penyediaan modul dan order stock medis.
2. MASUKAN PERBAIKAN UNTUK MODEL DAN KONSEP DOROTHEA OREM Melihat keterbatasan-keterbatasan yang dimiliki oleh model dan konsep yang dikembangkan oleh Dorothea Orem, maka penulis menyarankan agar model dan konsep tersebut direvisi dengan cara dikumpulkannya evidence base yang diperoleh baik dari hasil penelitian maupun dari pengalaman-pengalaman para perawat yang telah menerapkan konsep dan model Orem sehingga nantinya digunakan untuk memberi umpan balik dan telaah mendalam untuk mengidentifikasi bagian-bagian konsep dan model yang perlu ditambahkan ataupun diperbaiki. Dari beberapa keterbatasan di atas penulis memberi masukan :
16
• Mengembangkan konsep dan model yang diterapkan dalam lingkungan komunitas sehat, tidak hanya terbatas pada orang sakit saja. Mungkin dalam hal ini, pencegahanpencegahan agar tidak terjadi defisit perawatan diri (pencegahan penyakit yang akan menyebabkan defisit perawatan diri) dan panduan penkes di masyarakat yang memiliki anggota keluarga yang mengalami deficit perawatan diri. • Mengembangkan/menelaah konsep terkait gangguan perawatan diri pada kelompok lain bukan cuma pada orang dewasa. • Pengembangan konsep dan model yang diterapkan dalam bidang administrasi,
sebaiknya memperbanyak contoh-contoh konkret yang memudahkan bidang tersebut menerapkan secara optimal dan membantunya dalam menyelesaikan berbagai fenomena yang ada.
17
BAB IV PENUTUP Dari pemaparan pada bab-bab sebelumnya, maka penulis menyimpulkan bahwa : 1.
Konsep dan model keperawatan yang dikembangkan oleh Orem lebih menekankan pada kemampuan individu untuk memenuhi kebutuhan perawatan dirinya tanpa ada ketergantungan dengan orang lain (mandiri).
2.
Model konseptual yang dikembangkan oleh Orem terdiri dari tiga yaitu theory deficit self care, theory self care dan nursing system.
3.
Ada tiga tingkatan kemampuan individu untuk mememnuhi kebutuhan self care-nya yaitu wholly compensatory nursing system, Partly comensatory nursing system, Supportive educative nursing system.
4.
Proses keperawatan menurut Orem yaitu
melalui 3 (tiga) langkah yaitu pelaksanaan
manajemen kasus melalui analisis data, mendesain sistem keperawatan dengan menentukan tingkat ketergantungan dan menetapkan diagnosa keperawatan; perencanaan untuk pemberian asuhan perawatan dan evaluasi untuk pengontrolan. 5.
Teori model dan konsep yang dikemukakan oleh Orem memiliki beberapa kelebihan dan kekurangan yang bisa menjadi pertimbangan untuk perkembangan teori menjadi lebih baik dan bisa secara luas diaplikasikan di berbagai area keperawatan.
18
DAFTAR PUSTAKA AIPPG. 2008. Orem’s Theory. 30 Oktober 2008. http://currentnursing.com/nursing_theory/self_care_deficit_theory.htm AIPPG. 2008. Application of self care deficit theory. 30 Oktober 2008. http://currentnursing.com/nursing_theory/application_self_care_deficit_theory.htm Martin, Elain. 2005. Dorothea e. Orem’s self-care deficit theory. September 2008. DorotheaE.Orem’sTheory-1.pdf. Bridge, Cabell, Harring. 2005. Dorothea Orem’s Self-Care Deficit Theory. September 2008. http://dana.ucc.nau.edu/~jmg8/image_of_nursing.htm. Tomey & Alligood. 1994. Nursing Theorists and Their Work. Third Edition. Mosby ; St. Louis. Meleise, A. I. (1997). Theoretical Nursing: Development and Progress. Third Edition. Lippincott; Philadelphia. Kumar, Coleen P. 2007. Application of Orem's Self-Care Deficit Theory and Standardized Nursing language in a case study of a woman with diabetes. 25 Oktober 2008. http://proquest.umi.com/pqdweb? index=2&did=1334867221&SrchMode=1&sid=1&Fmt=6&VInst=PROD&VTy pe=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1224898445&clientId=45625 Bridge, Jean. 2005. Dorothea Orem’s Self-Care Deficit Theory. 25 Oktober 2008. http://dana.ucc.nau.edu/~jmg8/image_of_nursing.htm.
19
Cook, Amanda M. 2008. Teaching of Persons dealing with stroke as perceived by allied health professionals . 25 Oktober 2008. http://proquest.umi.com/pqdweb? index=2&did=790296581&SrchMode=1&sid=2&Fmt=6&VInst=PROD&VTyp e=PQD&RQT=309&VName=PQD&TS=1224898998&clientId=45625 Martin, Elaine. 2005. Dorothea E. Orem’s Theory. 25 Oktober 2008.
KATA PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan ke Hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena hanya dengan berkat dan karunia-Nya sehingga makalah tentang teori Dorothea Orem ini dapat terselesaikan tepat waktu. Makalah ini disusun dengan tujuan untuk memberikan gambaran tentang teori dan analisis teori self care deficit yang dikemukakan oleh Dorothea Orem sehingga dapat menjadi bahan pertimbangan untuk perbaikan teori tersebut. Ucapan terima kasih penyusun sampaikan kepada seluruh pihak yang telah berpartisipasi dalam penyusunan makalah ini. Semoga Allah SWT melimpahkan Karunia-Nya yang setimpal dengan amal baik mereka. Tak lupa pula penyusun sampaikan permohonan maaf yang sebesar-besarnya bila dalam penyusunan makalah ini tidak luput dari kekurangan-kekurangan. Kritik dan saran penyusun harapkan untuk dijadikan masukan perbaikan makalah ini. Mudah-mudahan makalah ini bermanfaat bagi kita semua. Amin.
Depok, 2008
20
Penyusun
DAFTAR ISI i HALAMAN SAMPUL KATA PENGANTAR ………………………………………………………………………………
i
DAFTAR ISI ………………………………………………………………………………………...
ii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar belakang ……………………………………………………………….........................
1
B. Tujuan penulisan ……………………………………………………………………………
1
BAB II LANDASAN TEORI A. Latar Belakang Dorothea Orem …………………………………………………………………. B. Paradigma ………………………………………………………………………………….
2 2
C. Konsep keperawatan Dorothea Orem …………………………………………………… 3 1. Teori Self Care Deficit ……………………………………………………………………. 3 2. Teori Self Care ……………………………………………………………………. 3 3. Teori Nursing System ……………………………………………………………………… 4 D. Proses Keperawatan Menurut Teori Orem ……………………………………………. 7
21 BAB III PEMBAHASAN 1. Analisis teori dan model dorothea orem ………………………………………………. 13 2. Masukan perbaikan untuk model dan konsep dorothea orem …………………………. 14 BAB IV PENUTUP …………………………………………………………………………………… 16 DAFTAR PUSTAKA
ii
UNIVERSITAS INDONESIA
ANALISIS TEORI DOROTHEA OREM ”SELF CARE DEFICIT”
DISUSUN OLEH :
HAPSAH
22
WARDIYAH DAULAY AMIRSYAM
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN PROGRAM
MAGISTER KEPERAWATAN
UNIVERSITAS INDONESIA 2008